I. Isi
A. Cara Komunikasi Sel
Secara umum, terdapat sedikitnya 3 jenis komunikasi antarsel yaitu
1. Komunikasi Langsung
Komunikasi langsung merupakan komunikasi antarsel yang sangat berdekatan. Terdapat 2 macam sinaps yaitu
a) Sinaps kimia
Hampir semua sinaps yang dipakai untuk menjalarkan sinyal pada sistem saraf pusat manusia adalah sinaps
kimia. Sinaps ini mensekresikan bahan kimia yang disebut neurotransmitter. Sampai saat ini terdapat
sedikitnya 40 substansi transmitter yang penting seperti asetilkolin, norepinefrin, epinefrin, histamin, GABA,
dsb.
Sinaps kimia ini memiliki sifat penting yang disukai oleh banyak sinyal dalam sistem saraf yaitu sinaps ini selalu
menjalarkan sinyal dalam satu arah yaitu dari neuron presinap menuju neuron postsinap. Hal ini dinamai
dengan prinsip konduksi satu arah. Dengan begitu, penjalaran sinyal ini bersifat khas yaitu ke satu tujuan.
Penjalaran sinyal seperti ini mempermudah sistem saraf dalam menjalankan fungsinya seperti sensasi,
pengaturan motorik, memori, dll.
b) Sinaps listrik
Sinaps listrik ditandai adanya kanal cairan terbuka langsung yang menjalarkan aliran listrik dari satu sel ke sel
lainnya. Saluran yang dilewatinya adalah gap junction. Akan tetapi, pada sistem saraf pusat hanya terdapat
sedikit gap junction. Gap junction dibentuk dari connexin. Enam connexin yang berdampingan akan
membentuk separuh saluran yang disebut sebagai connexon. Gabungan 2 connexon inilah yang disebut
sebagai gap junction. Gap junction juga diduga memiliki fungsi untuk mengontrol pembelahan dan
pertumbuhan sel.
2. Komunikasi Lokal
Komunikasi lokal merupakan komunikasi yang terjadi melalui zat kimia yang dilepaskan ke cairan ekstrasel untuk
berkomunikasi antarsel yang berdekatan (sinyal parakrin) atau pada sel itu sendiri (sinyal autokrin).
3. Komunikasi Jarak Jauh
Komunikasi jarak jauh adalah komunikasi sinyal antarsel yang melalui sinyal listrik atau sinyal kimia. Sinyal-sinyal
tersebut dialirkan melalui pembuluh darah untuk mencapai sel target. 1
B. Reseptor
Reseptor merupakan protein yang berfungsi untuk mengikat ligand dan mengubah satu sinyal menjadi sinyal lainnya.
Molekul reseptor ini memiliki 2 komponen yaitu
Komponen pengikat
Komponen yang akan berikatan dengan neurotransmitter ini menonjol keluar dari membran dan masuk ke dalam
celah sinaps.
Komponen ionofor
Komponen ionofor melewati jalur membran postsinaps ke bagian dalam membran postsinaps.
Reseptor dapat terletak di protein integral pada membran, nukleus, dan sitoplasma. Reseptor di membran terdiri dari
Ligand gated ion channels
Integrin yang berkaitan dengan sitoskeleton
Receptor enzymes
G-Protein Coupled Receptors2
C. Potensial membran
Potensial membran mengacu pada pemisahan muatan di kedua sisi membran, bagian cairan intrasel dengan bagian
ekstrasel. Kondisi ini dapat diakibatkan oleh kelebihan muatan (+) si suatu sisi dan muatan (–) di sisi yang lain. Muatan
yang terpisah itu akan saling tarik menarik di permukaan dalam dan luar dan membentuk lapisan tipis di bagian luar dan
dalam membran plasma. Besar potensial membran bergantung pada derajat pemisahan muatan-muatan yang
berlawanan. Pada kondisi istirahat / normal, muatan di intrasel ersifat lebih – dibandingkan dengan cairan ekstrasel,
kandungan Na+ di ekstrasel lebih tinggi dan kandungan K + di intrasel lebih tinggi.
1
Potensial membran ini dapat dipertahankan melalui beberapa mekanisme, diantaranya ialah pompa Na + – K+
(merupakan transpor aktif) dan ion channel Na + dan K+ (merupakan transpor pasif). Pada transpor aktif pada pompa Na+
– K+, 3 atom Na+ dibwa keluar sel ketika 2 atom K+ dibawa masuk dalam sel. Namun ternyata pompa Na + – K+ hanya
mempengaruhi potensial membran sebesar 20% saja, sisanya diperoleh dari difusi pasif Na + dan K+ menuruni gradien
konsentrasinya.
Difusi pasif Na+ dipengaruhi oleh gradien konsentrasi (karena jumlah Na+ di dalam sel lebih banyak, maka pada difusi
pasif, Na+ akan tertarik ke intrasel) dan gradien potensial (jika potensial di ekstrasel lebih negatif karena bentuk Cl -
[karena Na+ dan Cl- merupakan penyusun utama cairan ekstraseluler, maka Na + akan tertarik ke ekstrasel). Pada
awalnya, gradien konsentrasi lebih kuat dibanding gradien potensial (Na + berdifusi ke dalam) hingga menyebabkan
gradien potensial semakin besar dan membuat gradien potensial lebih berpengaruh; perpindahan karena gradien
konsentrasi cenderung menurun. Sampai 1 keadaan, dimana besar gradien potensial dan gradien konsentrasi sama
kuat. Kondisi ini terjadi ketika beda potensial +60 mV.
Difusi pasif K+ dipengaruhi oleh gradien konsentrasi (karena jumlah K+ di dalam sel lebih sedikit, maka pada difusi pasif,
K+ akan tertarik ke ekstrasel) dan gradien potensial (karena potensial di intrasel lebih negatif dan K + bermuatan +, maka
K+ akan tertarik ke intrasel). Pada awalnya, gradien konsentrasi lebih kuat dibanding gradien potensial (K + keluar sel)
hingga menyebabkan gradien potensial semakin besar dan membuat gradien potensial lebih berpengaruh; perpindahan
karena gradien konsentrasi cenderung menurun. Sampai 1 keadaan, dimana besar gradien potensial dan gradien
konsentrasi sama kuat. Kondisi ini terjadi ketika beda potensial –90 mV.
Pada keadaan istirahat, membran sel 50-75 kali lebih permeabel terhadap ion K + dibanding ion Na+ sehingga potensial
membran istirahat sel saraf lebih dekat dengan EK + (misalnya –70 mV yang lebih dekat ke – 90mV dibanding +60mV)
daripada ENa+ karena permeabilitas membran lebih besar terhadap K +, tetapi tetap lebih sedikit dibandingkan EK + karena
pengaruh lemah Na+. Kondisi ini bukanlah keadaan seimbang dr keduanya, berarti, akan ada yang bocor. Nah, yang ini
diantisipasi sama pompa Na+ – K+.
Bagaimana dengan Cl-..?? Pergerakan Cl- murni ditentukan oleh adanya potensial membran, karena tidak dipertahankan
oleh pompa aktif Cl-. Oleh karena itu, sebagian besar Cl - tidak dipengaruhi gradien potensial. Sebaliknya, potensial
membran mempengaruhi konsentrasi Cl- secara pasif. 1
D. Sinyal Listrik
Saraf dan otot merupakan jaringan yang dapat tereksitasi (excitable tissue) yang mampu menghasilkan sinyal listrik bila
dirangsang. Sinyal listrik ini memiliki 2 bentuk dasar:
i. Graded Potential / potensial berjenjang. Perubahan lokal potensial membran yang terjadi dalam berbagai
derajat / tingkat kekuatan. Graded potential ini dipengaruhi kuat kjadian pencetusnya (Triggering event),
dipengaruhi oleh stimulus, interaksi reseptor permukaan, kebocoran-pemompaan. Tidak mengalami penguatan
(dalam perambatannya). Dibutuhkan pada potensial pasca-sinaps, potensial reseptor, potensial end-plate,
potensial alat pacu.
2
ii. Potensial Aksi. Otot mengalami ‘pembalikan potensial’ yang berlangsung singkat, perbedaan potensial mampu
menyebar tanpa mengalami penyusutan. Disini, potensial mencapai potensial ambang sehingga terjadi
depolarisasi yang eksplosif.1
Potensial aksi tercapai ketika potensial mencapai potensial ambang, dimana akan terjadi peningkatan eksplosif
permeabilitas Na+ sewaktu membran menjadi 600 x lebih permeabell terhadap Na + dibanding dengan K+. Sampai pada
kondisi seluruh kanal Na+ terbuka sehingga semua Na + masuk dan membuat beda potensial mencapai +30mV,
merupakan puncak potensial aksi (lebih dekat dengan posisi kesetimbangan Na +).
Setelah itu, potensial akan kembali lagi (kanal Na + akan tertutup kembali, karena potensial yang membuka dengan cepat
juga membuat mekanisme untuk menutup dengan lambat sehingga Na + akan menyerbu dengan cepat dan mencapai
potensial aksi) dan mencapai potensial istirahat kembali. Pemulihan kembali gradien konsentrasi juga dibantu oleh
pompa Na+— K+ . Potensial aksi ini bermula pada bagian akson hillock pada sel saraf. Lalu, impuls secara otomatis
dihantarkan ke seluruh neuron tanpa stimulasi lebih lanjut melalui salah satu dari 2 metode perambatan: penghantaran
oleh aliran listrik lokal maupun hantaran saltatorik.
a. Aliran Listrik Lokal
Daerah aktif menginduksi daerah yang inaktif untuk mengalami depolarisasi sebagai awal potensial aksi.
Depolarisasi ini menggunakan mekanisme graded potential. Karena muatan sejenis tarik menarik, maka arus
akan mengalir secara lokal ke bagian inaktif (bagian ektrasel maupun intrasel), aliran ini mengurangi muatan
potensial, membawa daerah inaktif mendekati ambang, pada saat kanal Na + terbuka lebar, terjadi potensial aksi
bagian yang sebelumnya inaktif.
Sementara, daerah yang semula aktif, kembali ke potensial istirahat akibat eflux K +. Terjadi penurunan P Na + dan
peningkatan P K+ secara bersamaan, masuk ke potensial istirahat.
Hal ini terjadi terus menerus sehingga suatu potensial aksi dimulai di salah satu bagian membran sel saraf, suatu
siklus berulang-sendiri terus menerus dimulai, sehingga potensial aksi merambat ke seluruh serat secara
otomatis.
3
Gambar 3. Aliran listrik lokal
b. Saltatoric Conduction
Serat bermielin diselubungi oleh mielin yang terdiri dari lipid, sedangkan ion-ion bersifat hidrofilik / lipofobik,
maka, selubung mielin berfungsi sebagai isulator. Di atntara selubung mielin ini, ada daerah akson telanjang
(nodus ranvier). Pada bagian nodus ranvier inilahterdapat konsentrasi kanal Na + dan kanal K+ maupun kanal Cl-.
Akibatnya, sewakyu potensial aksi timbul di salah satu nodus, muatan berlawanan di nodus sebelahnya akan
tertarik, pengurangan potensial mendekati ambang batas, mengalami potensial aksi. Sehingga impuls
“melompat” dari satu nodus ke nodus yang lain dan hantaran menjadi lebih cepat, hingga mencapai 50 kali
daripada serat tidak bermielin untuk ukuran yang sama.
Selain selubung mielin, kecepatan penyebaran impuls juga dipengaruhi oleh diameter serat karena besarnya aliran
listrik tidak hanya dipengaruhi oleh beda potensial, namun juga resistensi/ hambatan terhadap gerakan muatan
listrik di kedua daerah. Resistensi berbanding terbalik dengan diameter sehingga semakin besar diameter, kecepatan
penjalaran potensial aksi pun semakin meningkat.
Bagian akson yang sudah diaktivasi tidak akan mengaktivasi bagian yang baru saja diinaktivasi (bagian yang
sebelumnya), karena adanya periode refrakter (ada yang absolute saat bagian tersebut masih berada dalam
potensial aksi, dimana nggak bisa lagi “hyperpotensial aksi” sebesar apapun impuls yang datang, ada yang relatif
potensial aksi kedua hanya dapat diinduksi oleh rangsangan yang jauh lebih kuat selama eflux K +, setelah semua
komponen balik ke konformasi istirahat (potensial aksi yang tadi udah jauh), baru dapat dirangsang kembali dengan
impuls normal).
4
Bila suatu bagian neuron mencapai nilai ambangnya, ia akan langsung mencapai keadaan potensial aksi yang
mencapai tinggi maksimum (potensial maksimum). Hal ini membuat, sebesar apapun impuls yang diberikan, selama
telah mencapai ambang batas, akan menghasilkan potensial aksi dengan besar yang sama. Hal ini dikarenakan
perubahan voltase ini disebabkan oleh gerakan ion (penurunan gradien konsentrasi dan listrik), bukan oleh kekuatan
rangsang. Sehingga disebut hukum all-or-none. *perbedaan yang kita rasakan ketika menerima impuls (hangat-
panas) ditentukan oleh frekuensi impuls yang datang, bukan besarnya. 1
Terminal akson neuron prasinaps menghantarkan potensial aksi menuju ke sinaps, berakhir di
sebuah ujung yang sedikit menggembung (kepala sinaps / synaptic knob). Kepala sinaps
mengandung vesikel sinaps yang menyimpan zat perantara kimia spesifik, neurotransmiter. Akson Gambar 5. Sinaptik
presinaps dan dendrit postsinaps membentuk jarak (SINAPS). Membran dari dendrit postsinaps Neuron
disebut membran subsinaps. 1
Kita mengenal beberapa jenis sinaps berdasarkan bagian yang membentuk sinaps tersebut:
a. Axodendritik antara akson dengan dendrit sel postsinaptik
b. Axosomatic antara akson dengan badan sel postsinaptik
c. Axoaxonal antara akson dengan badan sel postsinaptik
Impuls potensial aksi merambat sampai ke terminal akson voltage-gated ion channel
Ca2+ membuka influx Ca2+ induksi eksositosis neurotransmiter Neurotransmiter
berdifusi + berikatan dengan reseptor di membran subsinaps perubahan permeabilitas
neuron pascasi- naps permeabilitas Ca2+ meningkat influx Ca2+ potensial aksi neuron
pascasinaps.
Gambar 7.Pelepasan
Neurotransmiter
Karena menerima dari berbagai sinaps, ada potensial total di neuron pascasinaptic (GPSP/ Gambar 8. Sinaps Eksisatotik dan
Grand postsynaptic potential) mengikuti hukum penjumlahan. Ada 2 jenis, yakni Inhibitorik
5
penjumlahan temporal (penjumlahan akibat rangsang potensial aksi yang berturut-turut), dan penjumlahan spatial
(penjumlahan akibat rangsangan dari berbagai sinaps) 1
Selain itu, terdapat pula aktivitas pelepasan neurotransmiter yang dapat menghambat perambatan impuls saraf pada
suatu bentuk interaksi neuron. Neurotransmiter yang biasa berperan adalah GABA. Besarnya inhibisi dan eksitasi yang
terjadi akan dijumlahkan pada saat mencapai zona pemicuan. Jika besar potensial yang tercapai melebihi ambang letup,
maka potensial aksi akan terjadi, begitu pula sebaliknya. Inhibisi ini dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu (1) inhibisi
presinaptik dan (2) inhibisi postsinaptik.3
Setelah melakukan fungsinya, neurotransmiter harus segera disingkirkan, menghindari EPSP atau IPSP terus berlanjut,
dengan cara diinaktifkan dengan enzim spesifik di membran subsinaps maupun secara aktif diserap kembali oleh neuron
presinaptik untuk di’daur ulang’ maupun dihancurkan oleh enzim di kepala sinaps.
Neurotransmiter dapat berfungsi langsung mengubah konformasi, maupun dengan bantuan second messenger (misal
serotonin) pengaktifak cAMP perubahan jangka pendek &panjang. Jangka pendek cAMP bantu buka gerbang.
Jangka panjang mungkin mengubah ekspresi genetik belajar & daya ingat1
6
7
Tabel 1. Neurotransmiter dan neuromodulator