Grup Fkip Unpati Terbit1
Grup Fkip Unpati Terbit1
Abstrak
PENDAHULUAN
Mata kuliah struktur aljabar merupakan salah satu mata kuliah yang diberikan
pada program strata-1 (S1) pendidikan matematika. Pemberian mata kuliah tersebut
dimaksudkan agar mahasiswa memahami beberapa struktur dalam aljabar, dan dapat
menerapkannya untuk menyelesaikan masalah yang sederhana dalam aljabar, serta
mampu berpikir logis dan bernalar secara matematika dalam menyelesaikan suatu
masalah. Dengan demikian, mata kuliah struktur aljabar sangat penting untuk dikuasai
mahasiswa dalam rangka meningkatkan daya nalar yang deduktif, logis dan sistematis.
Mata kuliah struktur aljabar sebagai bagian dari aljabar modern merupakan mata
kuliah dengan struktur deduktif aksiomatis yang ketat. Sebagaimana yang dikemukakan
Birkhoff (1941: v) “the most striking characteristics of modern algebra is the deduction
of theoritical properties of such formal systems as groups, rings, fields, and vector
spaces”. Untuk itu, struktur aljabar sarat dengan definisi dan teorema sehingga
mahasiswa dalam mempelajarinya dituntut kemampuan untuk membuktikan teorema,
dan dapat memanfaatkan definisi dan teorema-teorema yang ada dalam menyelesaikan
soal-soal yang pada umumnya berbentuk pembuktian. Kromodihardjo (1990: 11.1)
menegaskan bahwa pada mata kuliah struktur aljabar kita tidak melakukan perhitungan,
tetapi hanya belajar konsep.
2
yang dimaksud adalah (1) definisi grup; (2) sifat-sifat sederhana dari grup, (3) definisi
subgrup, (4) beberapa teorema tentang subgrup. Topik-topik dalam grup elementer ini,
didasari oleh beberapa aksioma. Hal ini dapat di lihat dari definisi grup berikut:
Misalkan G adalah himpunan yang tidak kosong dan * operasi yang didefinisikan
dalam G. G , ∗ disebut grup jika memenuhi:
(1) (∀a, b ∈G) a ∗ b ∈G (sifat tertutup)
(2) (∀a, b, c ∈G ) a ∗ (b ∗ c) = (a ∗b) ∗ c (sifat assosiatif)
(3) (∃ e∈G )( ∀a ∈G ) a ∗e = e ∗a = a (ada elemen identitas)
Selanjutnya sifat (1), (2), (3), dan (4) biasa disebut aksioma dari grup. Menurut
Soedjadi (1999/2000) “aksioma” merupakan “pernyataan pangkal” dalam struktur
matematika, yang diperlukan agar dapat dihindarkan berputar-putar dalam pembuktian.
Sedangkan istilah sistem diartikan sebagai “sekumpulan unsur-unsur atau elemen yang
terkait satu sama lain dan mempunyai tujuan tertentu”, dan struktur diartikan sebagai
“suatu sistem yang didalamnya memuat atau diperhatikan adanya hubungan yang
hirarkis”.
Lebih lanjut Soedjadi mengemukakan bahwa suatu kumpulan aksioma dapat
merupakan sebuah sistem apabila memenuhi (1) konsisten: aksioma-aksioma tersebut
tidak kontradiktif; (2) independen: aksioma yang satu tidak dapat diturunkan dari
aksioma yang lain; dan (3) komplit atau lengkap: pernyataan yang diturunkan dari sistem
tersebut dapat dibuktikan kebenaran dan kesalahannya. Oleh karena itu, kumpulan
keempat aksioma dalam grup yang disebutkan di atas membentuk sebuah sistem
aksioma, yang disebut sistem aksioma grup.
Berdasarkan uraian di atas, untuk menyelesaikan soal-soal pembuktian dalam
teori grup, diperlukan pemahaman yang mendalam tentang struktur grup (aksioma-
aksioma, konsep-konsep yang didefinisikan, teorema-teorema). Salah satu cara untuk
memahami keterkaitan antara struktur dalam teori grup adalah menggunakan peta
4
konsep. Untuk itu, yang akan dibahas lebih lanjut adalah pemanfaatan peta konsep dalam
menyelesaikan soal-soal pembuktian dalam grup.
Pembuktian merupakan salah satu masalah dalam matematika. Menurut Polya
(1981: 119) masalah dalam matematika dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu masalah
untuk menemukan (problem to find) dan masalah untuk membuktikan (problem to
prove). Menurut Polya tujuan pembuktian adalah untuk menunjukkan bahwa suatu
pernyataan itu adalah benar atau salah, tidak kedua-duanya. Kita harus menjawab
pertanyaan “apakah itu benar atau salah?” (tentu dalam lingkup logika dikotomis).
Proses dalam pembuktian matematika dapat menggunakan definisi, teorema atau
pernyataan yang telah dibuktikan sebelumnya. Oleh karena itu dalam memantapkan
keyakinan akan bukti yang telah diperoleh, setiap langkah yang digunakan dalam
pembuktian harus selalu dipertanyakan “mengapa” dan “apa alasannya” langkah tersebut
dilakukan. Demikian juga dalam membuktikan soal pada teori grup, setiap langkah yang
ditempuh senantiasa harus dipertanyakan keabsahannya. Untuk itu, penguasaan konsep
merupakan syarat utama dalam menyelesaikan soal pembuktian.
Menurut Asikin (1997: 12) bahwa berbagai soal pembuktian yang ada pada: (1)
buku teks struktur aljabar, dan (2) soal-soal yang sering dimunculkan dalam ujian tengah
semester, quiz, maupun ujian akhir semester, hanya berkisar pada beberapa masalah
berikut:
1. membuktikan berdasar aksioma yang telah diketahui atau berdasar teorema,
apakah suatu himpunan beserta operasi yang didefinisikan merupakan grup atau
bukan.
2. membuktikan sifat tunggalnya elemen identitas dan invers.
3. membuktikan apakah suatu grup abelian atau bukan berdasar persyaratan yang
diberikan.
4. membuktikan apakah suatu subset takkosong dari suatu grup yang diberikan
merupakan subgrup atau bukan.
5
1. ”satisfy axioms proof” – where one has to prove that something is a group.
Contoh (soal 1): Misalkan G himpunan bilangan rasional positif, dan operasi ∗
2. “set-definition proof” – where one has to prove that particular subset, given by a
defining property, is subgroup.
5. “non-routine proof” – where one has to prove the a group with an ever number
of elements has an element that squares to the identity.
Contoh (soal 5):
G adalah grup berorde genap dengan elemen identitas e. Buktikan bahwa ada
elemen a ≠ e dalam G sedemikian sehingga a 2 = e .
Berdasarkan hasil pekerjaan mahasiswa dari lima soal di atas, diperoleh beberapa
kesalahan pembuktian, antara lain sebagai berikut.
Soal 1: Untuk membuktikan adanya elemen identitas dan invers pada G, ∗ , kesalahan
- Salah dalam memaknai konsep identitas terhadap operasi “*” seperti memilih 1
sebagai elemen identitas.
- Salah dalam memaknai konsep invers dari suatu elemen, seperti mengoperasikan
ab 2 2
⋅ = 1 dan meyimpulkan bahwa invers di G adalah .
2 ab ab
mahasiswa adalah:
- Salah dalam memaknai konsep tertutup dan tidak mengetahui apa yang akan
ditunjukkan untuk membuktikan soal tersebut. Seperti mengambil sebarang
elemen a , b ∈ G dan menyimpulkan H tertutup dengan dasar a ∗ b = b ∗ a ∈ H .
- Salah dalam mengidentifikasi yang diketahui dalam soal. Seperti menuliskan yang
diketahui, tetapi tidak ada dalam soal.
7
- Tidak mengetahui apa yang diketahui dan yang akan ditunjukkan untuk
membuktikan soal tersebut. Pendefinisian elemen idempoten dalam soal diartikan
berlaku untuk setiap elemen yang ada di G.
- Tidak memahami apa yang akan ditunjukkan untuk membuktikan soal tersebut.
Akibatnya apa yang ditulis dalam pembuktian tersebut tidak mengarah pada
pembuktian.
e
menuliskan pernyataan tanpa arti seperti a ⋅ a = e ⇒ a = .
a
ini dapat dituliskan dengan benar, kesulitan lain yang muncul adalah “menghubungkan”
apa yang diketahui dan sifat-sifat lain yang memenuhi dengan apa yang akan
ditunjukkan untuk menyelesaikan soal tersebut.
Konsep dalam matematika menurut Soedjadi (1999/2000: 14) adalah idea abstrak
yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan
objek. Berdasarkan pengertian ini dapat dikemukakan bahwa konsep-konsep dalam
matematika dapat dihubungkan secara bermakna dari konsep-konsep pembentuk
sebelumnya. Untuk menyatakan hubungan bermakna antara konsep-konsep dapat
digunakan peta konsep. Novak & Gowin (dalam Jamiah, 1998: 28) mengemukakan
bahwa peta konsep merupakan suatu alat (berupa skema) yang digunakan untuk
menyatakan hubungan bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi. Peta
konsep berfungsi untuk memperjelas gagasan pokok bagi dosen dan mahasiswa yang
sedang memusatkan perhatian pada tugas pelajaran yang spesifik. Selain itu, juga dapat
menunjukkan secara visual berbagai jalan yang dapat ditempuh dalam menghubungkan
pengertian-pengertian konsep di dalam permasalahannya. Dengan demikian peta konsep
dapat digunakan dalam belajar bermakna, untuk mengaitkan konsep baru atau informasi
baru dengan konsep yang telah ada dalam struktur kognitif mahasiswa. Polya (dalam
Hudojo, 1988: 175) menyarankan langkah-langkah operasional dalam menyelesaikan
masalah (termasuk masalah dalam pembuktian) sebagai berikut:
(1) memahami masalah,
(2) menyusun rencana pemecahan (pembuktian),
(3) melaksanakan rencana pemecahan (pembuktian),
(4) memeriksa kembali (evaluasi).
Jika ke empat langkah-langkah tersebut di atas diterapkan dalam menyelesaikan
soal-soal pembuktian pada teori grup, maka langkah-langkah dalam pembuktian dapat
diuraikan seperti berikut ini.
9
(1) Memahami masalah (apa masalahnya?): memahami apa yang diketahui, dan
memahami apa yang akan dibuktikan.
(2) Merencanakan pembuktian (apa yang akan ditunjukkan?): menemukan hubungan
yang diketahui dengan yang akan dibuktikan, memilih teorema-teorema, atau konsep-
konsep yang dapat digunakan dalam pembuktian.
(3) Melaksanakan pembuktian: setiap langkah dicek keabsahannya (berikan alasan
setiap langkah).
(4) Memeriksa kembali (evaluasi): sudah cocokkah hasilnya?, apakah yang diketahui
dalam soal semuanya sudah termanfaatkan?, dan apakah teorema atau konsep yang
digunakan memenuhi syarat-syaratnya?
Berdasarkan kesalahan-kesalahan mahasiswa dalam membuktikan lima tipe soal
yang diklasifikasikan oleh Hart, maka dapat dibuatkan peta (skema) keterkaitan antara
data yang diketahui dari soal dengan rencana yang akan digunakan dalam membuktikan
soal tersebut. Pemanfaatan peta konsep dalam langkah-langkah pembuktian di atas,
dapat digambarkan seperti pada Gambar 1.
SOAL
Apa yang
Diketahui
Memahami
Soal
Melaksanakan
Evaluasi
Pembuktian
Keterangan:
10
: evaluasi : berdasarkan
: menentukan : urutan langkah
: membuat
Pemanfaatan peta konsep yang diuraikan di atas, merupakan suatu alternatif yang
dapat dilakukan untuk menyelesaikan soal-soal pembuktian dalam teori grup. Dengan
membuat peta konsep dalam menyelesaikan soal, juga dapat meningkatkan pemahaman
mahasiswa terhadap konsep dan keterkaitannya dengan konsep lain.
Berikut ini, akan diberikan contoh penerapan skema pembuktian di atas untuk
menyelesaikan soal pembuktian dalam teori grup elementer. Perhatikan contoh soal 2
dari tipe soal “set definition proof” yang telah diberikan sebelumnya, yaitu:
SOAL:
Buktikan bahwa H = { y y ∈ G, dan y ∗ a = a ∗ y} adalah suatu subgrup dari G,
PENYELESAIAN:
Memahami soal:
Akan dibuktikan
G, ∗ grup dan
H subgrup dari G
H himpunan
syaratnya
H ≠ φ dan H ⊆ G
Berdasarkan peta konsep tersebut di atas, maka disusunlah peta pembuktian sebagai
berikut.
Akan dibuktikan
G, ∗ H subgrup dari G
grup H
himpunan
Tunjukkan
H ≠ φ dan H ⊆ G
Cara I Cara II Cara III
memenuhi memenuhi memenuhi
H ,∗ g r u p ∀a, b ∈H ⇒a ∗b ∈H
• ∀a ∈ H ⇒ a −1
∈H
∀a, b ∈H ⇒a ∗b −1 ∈H
• H ≠ φ dan H ⊆ G
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa salah satu
alternatif yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal-soal pembuktian dalam teori
grup adalah memanfaatkan peta konsep. Pemanfaatan peta konsep tersebut, dapat
dilakukan pada saat merencanakan dan melaksanakan pembuktian berdasarkan langkah-
langkah penyelesaian masalah yang dikemukakan Polya.
Dengan memanfaatkan peta konsep sebagai alat bantu untuk merencanakan
pembuktian (langkah kedua dari Polya dalam menyelesaikan masalah), mahasiswa dapat
melihat secara visual keterkaitan konsep dan penerapannya dalam menyelesaikan soal.
Dengan demikian, proses belajar mereka dalam pembuktian akan lebih bermakna.
Untuk mengetahui lebih jauh, manfaat penggunaan peta konsep dalam
menyelesaikan soal-soal pembuktian dalam teori grup diperlukan penelitian lebih
mendalam. Namun demikian disarankan kepada mahasiswa yang mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan soal pembuktian dalam teori grup, untuk mencoba memanfaatkan
skema pembuktian pada Gambar 1. Sebagai langkah awal, skema tersebut dapat
digunakan pada contoh-contoh soal yang telah dibuktikan atau pada bukti-bukti teorema
yang ada dalam buku teks/diktat struktur aljabar. Kemudian cermati penyelesaian yang
diperoleh dan bandingkan kembali dengan penyelesaian yang ada dalam buku teks/diktat
yang digunakan.
Daftar Pustaka
14