Anda di halaman 1dari 2

Memaksimalkan Potensi Sumber Daya Manusia Melalui Internasionalisasi

Perguruan Tinggi di Indonesia


Oleh Jhanghiz Syahrivar

Proses reformasi (dan internasionalisasi) perguruan tinggi di Indonesia telah terjadi sejak
periode kolonialisasi Belanda pada awal abad ke-20 namun uniknya baru mendapat sorotan
publik sejak diimplementasikannya status BHMN (Badan Hukum Milik Negara) pada tahun
2008 bagi beberapa perguruan tinggi negeri yang berujung pada kecaman dari berbagai pihak
dan dicabutnya UU BHP (Badan Hukum Pendidikan) mengenai kebijakan tersebut di tahun
2010.

Pada awal abad ke-20, pengembangan pendidikan tinggi di koloni Indonesia memiliki
hubungan yang erat dengan tuntutan "pasar global" yang mana teknisi dan profesional harus
dilatih di lembaga perguruan tinggi. Hal ini berhubungan erat dengan kenyataan bahwa sejak
abad ke-19, koloni Belanda di kepulauan Indonesia telah dibuka untuk investasi bisnis
modern di bidang perkebunan, industri, pertambangan, transportasi, dan lain sebagainya
sehingga pemerintahan kolonial Belanda di kepulauan Indonesia harus menyediakan tidak
hanya prasarana dan fasilitas tetapi juga sumber daya manusia yang terampil yang harus
dididik terlebih dahulu di institusi perguruan tinggi. Di sini tampak bahwa perguruan tinggi
Indonesia saat itu memiliki hubungan dekat dengan proses interaksi antara kebutuhan lokal
dan permintaan pasar global. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa abad ke-20 merupakan
tonggak perkembangan yang signifikan bagi lembaga perguruan tinggi di Indonesia.

President University, salah satu perguruan tinggi swasta terkemuka di Indonesia, tidak luput
dari proses reformasi dan internasionalisasi perguruan tinggi yang diutarakan di atas.
Menariknya lagi, perguruan tinggi yang telah berdiri sejak tahun 2001 ini kerap diasosiasikan
sebagai perguruan tinggi asing dikarenakan penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa
pengantar sehari-hari dan mahasiswa asingnya yang mencakup 30% dari total penerimaan
mahasiswa secara keseluruhan setiap tahunnya.

Sebagai satu dari 8 perguruan tinggi bertaraf internasional di Indonesia yang terdaftar di
Nuffic NESO (Netherland Education Support Office), President University kerap mem-
benchmark best practice konsep pendidikan di perguruan tinggi top di luar negeri seperti
Universitas Waseda, Jepang, serta menerapkan kurikulum terfokus yang disesuaikan dengan
kebutuhan “pasar global”. Kurikulum tersebut mencakup 2 aspek penting, yakni aspek
teoritis (theoretical learning) dan aspek praktis (practical learning). Singkatnya, peserta
didik President University tidak hanya dididik untuk memahami pelajaran secara teoritis
tetapi juga implementasi di dunia kerja melalui program magang atau internship di 1500
perusahaan multinasional dari 32 negara afiliasi Kawasan Industri Jababeka (KIJ).

Program magang ini dianggap sebagai bagian dari semester yang memiliki durasi sekitar 8
bulan sampai 1 tahun tanpa menambah lama belajar (teori plus praktik). Melalui program
magang tersebut, President University sukses meluluskan lulusan-lulusan yang bekerja di
sektor BUMN maupun perusahaan multinasional di Indonesia dan di luar negeri.
“Jababeka - Home of President University” itulah slogan yang sering dilihat oleh ribuan
pengendara bermotor ketika memasuki Kawasan Industri Jababeka (KIJ), Cikarang.
Faktanya, S.D. Darmono, Presiden Direktur PT.Jababeka,Tbk. dan salah satu taipan
terkemuka di Indonesia, merupakan salah satu founding father President University.

Hal unik lainnya mengenai perguruan tinggi yang berada di bawah naungan Prof.Dr.Juwono
Sudarsono, selaku Kepala Yayasan President University, adalah diwajibkannya bagi seluruh
peserta didik tahun pertama untuk tinggal di asrama yang saat ini mengakomodasi tidak
kurang dari 1500 peserta didik dan terus bertambah. Bahkan diperkirakan sebelum akhir
tahun 2011 ini, President University akan menyelesaikan pembangunan asrama tahap ke tiga
dan gedung kampus tambahan yang dapat menampung sekitar 3000 peserta didik.

Di dalam asrama President University, atau yang kerap disebut student housing, peserta didik
akan dibekali pendidikan karakter melalui serangkaian aktivitas bernuansa outbound serta
didukung oleh bapak dan ibu kepala asrama dan resident assistant yang merupakan
perwakilan peserta didik di asrama. Hal yang sama turut diterapkan pada seluruh peserta
didik President Senior High School dan President Junior High School.

Untuk berkuliah di President University melalui program beasiswa, calon peserta didik harus
bersaing ketat dengan 8000 an pendaftar lainnya dari 20 kota di Indonesia setiap tahunnya.
Namun persaingan tersebut sangatlah sepadan mengingat kualitas lulusan yang dihasilkan
oleh perguruan tinggi yang pernah mendapatkan penghargaan Green Peace Award di tahun
2010 karena upaya mendorong penghijauan (go green) di lingkungan KIJ.

Ketika banyak berita yang menyoroti keterpurukan beberapa perguruan tinggi swasta akibat
persaingan yang begitu ketat, perguruan tinggi yang terdaftar di Kopertis Wilayah IV ini
justru mengalami perkembangan jumlah peserta didik yang cukup pesat setiap tahunnya
karena memiliki konsep pendidikan tinggi yang unik serta up to date dengan kebutuhan
“pasar global”. Hal ini berarti, peserta didik dan orang tua jauh lebih cermat dalam memilih
perguruan tinggi yang diharapkan dapat mengakomodasi keinginan dan kebutuhan anak-anak
mereka setelah lulus dari suatu perguruan tinggi.

________________________________________________

Jhanghiz Syahrivar, Pengamat Pendidikan dan Asst. Dosen Fakultas Ekonomi President University

Anda mungkin juga menyukai