Anda di halaman 1dari 19

Program Implementasi Rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Permasalahan utama pendidikan di Indonesia saat ini antara lain terjadinya disparitas/
keragaman mutu pendidikan khususnya yang berkaitan dengan : 1) ketersediaan
pendidik dan tenaga kependidikan yang belum memadai baik secara kuantitas, kualitas,
maupun kesejahteraannya, 2) sarana prasarana belajar yang belum memenuhi
kebutuhan, jika tersediapun belum didayagunakan secara optimal, 3) pendanaan
pendidikan yang belum memadai untuk menunjang mutu pembelajaran, 4) proses
pembelajaran yang belum efektif dan efisien; dan penyebaran sekolah yang belum
merata, ditandai dengan belum meratanya partisipasi pendidikan antara kelompok
masyarakat, seperti masih terdapatnya kesenjangan antara penduduk kaya dan miskin,
kota dan desa, laki-laki dan perempuan, antar wilayah. Dua permasalahan tersebut di
atas menjadi bertambah parah, jika tidak didukung dengan komponen utama pendidikan
seperti kurikulum, sumberdaya manusia pendidikan yang berkualitas, sarana dan
prasarana, serta pembiayaan.

Belajar dari kondisi tersebut, solusi pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan
adalah menerbitkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang tercermin dalam rumusan Visi dan Misi pendidikan nasional. Visi
pendidikan nasional adalah mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang
kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar
berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab
tantangan zaman yang selalu berubah. Sedangkan misinya adalah: 1) mengupayakan
perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi
seluruh rakyat Indonesia; 2) meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing di
tingkat regional, nasional, dan internasional; 3) meningkatkan relevansi pendidikan
dengan kebutuhan masyarakat dan tantangan global; 4) membantu dan memfasilitasi
pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat
dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar; 5) meningkatkan kesiapan masukan dan
kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang
bermoral; 6) meningkatkan profesionalisme dan akuntabilitas lembaga pendidikan
sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan
nilai berdasarkan standar yang bersifat nasional dan global; dan 7) mendorong peran
serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam
konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Untuk mewujudkan visi dan menjalankan misi pendidikan nasional tersebut, diperlukan
suatu acuan dasar (benchmark) oleh setiap penyelenggara dan satuan pendidikan, yang
antara lain meliputi kriteria yang esensial dari berbagai aspek yang terkait dengan
penyelenggaraan pendidikan. Acuan dasar tersebut di atas merupakan standar nasional
pendidikan yang dimaksudkan untuk memacu pengelola, penyelenggara, dan satuan
pendidikan agar dapat meningkatkan kinerjanya dalam memberikan layanan pendidikan
yang bermutu. Standar nasional pendidikan sebagai penjabaran visi dan misi pendidikan
nasional tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan. Pada dasarnya Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria
minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Standar Nasional Pendidikan memuat kriteria minimal tentang komponen
pendidikan yang memungkinkan setiap jenjang dan jalur pendidikan untuk
mengembangkan pendidikan secara optimal sesuai dengan karakteristik dan kekhasan
programnya. Lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi standar isi, standar proses,
standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana
dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian
pendidikan. Selain itu, standar nasional pendidikan juga dimaksudkan sebagai perangkat

©2008, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Manajemen Dikdasmen 1-19


Program Implementasi Rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN)

untuk mendorong terwujudnya transparansi dan akuntabilitas publik dalam


penyelenggaraan sistem pendidikan nasional.

Salah satu implikasi dari Peraturan Pemerintah tersebut adalah Pemerintah


berkepentingan untuk melakukan pemetaan sekolah/madrasah dengan melakukan
pengkategorian sekolah khususnya di SMA berdasarkan tingkat terpenuhinya Standar
Nasional Pendidikan. Pengkategorian sekolah/madrasah dilakukan dalam kategori
standar, mandiri dan bertaraf internasional, dengan mempertimbangkan keunggulan
lokal. Menindaklanjuti kebijakan pengkategorian sekolah/madrasah tersebut, strategi
yang dilakukan oleh Direktorat Pembinaan SMA sejak tahun anggaran 2007 adalah
melakukan rintisan penyelenggaraan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional
(SKM/SSN).

Direktorat Pembinaan SMA bagian integral dari Ditjen. Manajemen Dikdasmen, dituntut
berperan aktif dalam merealisasikan tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu sebagai
langkah awal penerapan kebijakan standar nasional pendidikan sambil menunggu
pedoman/peraturan yang dikeluarkan oleh BSNP, strategi yang dilakukan Direktorat
Pembinaan SMA adalah mengembangkan konsep SKM/SSN dan sejak tahun 2007 telah
melaksanakan rintisan SKM/SSN di 441 SMA di 33 provinsi.

Program rintisan tersebut pada dasarnya adalah program terpadu yang mengkaitkan
antara kebijakan (BSNP), pelaksana kebijakan (sekolah sasaran rintisan), pendampingan
dan pengembangan konsep implementasi (Dit. Pembinaan SMA), dukungan dan
pembinaan dari Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota, serta supervisi dan
evaluasi (Dit. Pembinaan SMA, Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota).
Keterpaduan tersebut merupakan implementasi dari penjelasan PP Nomor 19 Tahun
2005 yang menyebutkan bahwa berbagai upaya ditempuh agar alokasi sumberdaya
Pemerintah dan Pemerintah Daerah diprioritaskan untuk membantu sekolah/madrasah
yang masih dalam kategori standar untuk bisa meningkatkan diri menuju kategori
mandiri/standar nasional. Disamping itu, Pemerintah dan Pemerintah Daerah mendorong
dan membantu satuan pendidikan formal dalam melakukan penjaminan mutu (quality
assurance) agar memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan, sehingga dapat
dikategorikan ke dalam kategori mandiri/standar nasional. Untuk itu perlu dibuat profil
tentang SKM/SSN.

Berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan penerapan standar nasional pendidikan salah


satu kegiatan yang diprogramkan Dit. Pembinaan SMA sejak tahun anggaran 2007 adalah
implementasi SKM/SSN.

B. Tujuan

Program implementasi SKM/SSN disusun dengan tujuan:

1. Memberikan pemahaman/persepsi yang sama tentang SKM/SSN


2. Sebagai panduan bagi sekolah dalam melaksanakan program Rintisan SKM/SSN
3. Sebagai panduan bagi para pembina dalam melakukan pembinaan dan
pengendalian Rintisan SKM/SSN.

C. Hasil yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari program implementasi SKM/SSN adalah:

1. Adanya kesamaan pemahaman/persepsi tentang SKM/SSN


2. Adanya panduan bagi sekolah dalam melaksanakan SKM/SSN
3. Adanya panduan bagi para pembina dalam melakukan pembinaan dan pengendalian
SKM/SSN

©2008, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Manajemen Dikdasmen 2-19


Program Implementasi Rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN)

BAB II
PENYELENGGARAAN PROGRAM RINTISAN SKM/SSN

A. Landasan

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan


daerah, jo UU No. 32 Tahun 2004
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 tentang perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
a. Bab V, pasal 12, ayat 1, huruf b: setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat,
minat dan kemampuannya
b. Bab V, pasal 12, ayat 1, huruf f: setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan
kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas
waktu yang ditetapkan
c. Bab IX, pasal 35 menyebutkan bahwa: (1) Standar nasional pendidikan terdiri
atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus
ditingkatkan secara berencana dan berkala
4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang otonomi daerah yang
mengatur pembagian kewenangan antara pemerintah, pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota
5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, bagian ketiga pada Pasal 10 dan 11
mengatur tentang beban belajar dalam bentuk sistem paket dan sistem satuan
kredit semester (SKS). Pada Ayat 3 menyebutkan bahwa beban belajar untuk
SMA/MA/ SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat pada jalur pendidikan
formal kategori mandiri dinyatakan dalam satuan kredit semester. Ketentuan
tersebut mengisyaratkan bahwa sekolah kategori mandiri “harus” menerapkan
sistem SKS, sedangkan sekolah kategori standar menerapkan sistem paket dan
“dapat” menerapkan sistem SKS.
6. Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi
7. Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
8. Permendiknas Nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan Permendiknas Nomor 22
dan 23 tahun 2006
9. Permendiknas Nomor 6 tahun 2007, sebagai penyempurnaan Permendiknas Nomor
24 tahun 2006 tentang pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 dan 23 tahun 2006
10. Permendiknas Nomor 12, 13, 14, 16 tahun 2007, tentang standar pendidik dan
tenaga kependidikan
11. Permendiknas Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan
12. Permendiknas Nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian
13. Permendiknas Nomor 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana Prasarana Pendidikan
14. Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses
15. Panduan Penyusunan KTSP
16. Rencana Strategis Depdiknas tahun 2005-2009

©2008, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Manajemen Dikdasmen 3-19


Program Implementasi Rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN)

B. Pengertian

1. Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di


seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar Nasional
Pendidikan terdiri dari delapan standar yaitu standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian
pendidikan. Pengertian masing-masing standar tersebut adalah :
a. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan
kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus
dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu
b. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan
c. Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan
d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan
prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam
jabatan
e. Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga,
tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat
bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi
f. Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat
satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai
efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan
g. Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya
biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun
h. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar
peserta didik

2. Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional adalah sekolah yang mampu


mengoptimasikan pencapaian tujuan pendidikan, potensi dan sumberdaya yang
dimiliki untuk melaksanakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan
potensi peserta didik berdasarkan 8 standar nasional sehingga menghasilkan
lulusan yang berkualitas.

Rintisan SKM/SSN memiliki persyaratan minimal sebagai berikut:

a. Dukungan Internal

1). Kinerja Sekolah


a). Terakreditasi A
b). Rerata nilai UN tiga tahun terakhir minimum 7,00
c). Persentase kelulusan UN ≥ 90 % untuk tiga tahun terakhir
d). Animo tiga tahun terakhir > dari daya tampung
e). Prestasi akademik dan non akademik yang dicapai
f). Melaksanakan manajemen berbasis sekolah
g). Jumlah peserta didik per kelas maksimal 32 orang
h). Ada pertemuan rutin pimpinan dengan guru
i). Ada pertemuan rutin sekolah dengan orang tua

©2008, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Manajemen Dikdasmen 4-19


Program Implementasi Rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN)

2). Kurikulum
a). Memiliki Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
mencerminkan kurikulum SKM/SSN
b). Beban belajar dinyatakan dengan Satuan Kredit Semester
c). Mata pelajaran yang harus diikuti oleh peserta didik dikelompokkan
menjadi 3 (tiga) yaitu pokok, pilihan wajib dan pilihan bebas
3). Ketersediaan panduan pelaksanaan
a). Memiliki pedoman pembelajaran
b). Memiliki pedoman pemilihan mata pelajaran sesuai dengan potensi
dan minat
c). Memiliki panduan pemetaan potensi peserta didik
d). Memiliki pedoman penilaian
4). Kesiapan sekolah
a). Sekolah menyatakan kesiapan melaksanakan Sistem Kredit Semester
b). Persentase guru yang menyatakan siap melaksanakan SKS ≥ 90%
c). Pernyataan staf administrasi akademik bersedia melaksanakan SKS
d). Kemampuan staf administrasi akademik dalam menggunakan
komputer
5). Kesiapan Sumber Daya Manusia
a). Persentase guru memenuhi kualifikasi akademik ≥ 75%
b). Relevansi guru setiap mata pelajaran dengan latar belakang
pendidikan (≥ 75 %)
c). Rasio guru dan peserta didik 1 : 20
d). Jumlah tenaga administrasi akademik sesuai ketentuan
e). Rasio Guru bimbingan konseling/karir sesuai ketentuan
6). Ketersediaan Fasilitas
a). Ruang Kelas
b). Ruang Perpustakaan
c). Ruang Laboratorium Biologi
d). Ruang Laboratorium Fisika
e). Ruang Laboratorium Kimia
f). Ruang Laboratorium Komputer
g). Ruang Laboratorium Bahasa
h). Ruang Laboratorium IPS
i). Ruang Pimpinan
j). Ruang guru
k). Ruang Tata Usaha
l). Tempat ibadah
m). Ruang Konseling
n). Ruang UKS
o). Ruang Organisasi Kesiswaan
p). Jamban
q). Gudang
r). Ruang Sirkulasi
s). Tempat Bermain/berolah raga
t). Ruang Multimedia

b. Dukungan Eksternal
1). Dukungan dari komite sekolah
2). Adanya kesediaan orang tua/wali yang menyatakan putranya mengikuti
pembelajaran dengan sistem SKS
3). Dukungan dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota secara tertulis
4). Dukungan tenaga pendamping/narasumber dalam proses pengembangan
dan pelaksanaan SKM/SSN

©2008, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Manajemen Dikdasmen 5-19


Program Implementasi Rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN)

C. Sistem Satuan Kredit Semester

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pasal 11 ayat (3) menyatakan bahwa
beban belajar untuk SMA/MA/SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat
pada jalur pendidikan formal kategori mandiri dinyatakan dalam satuan kredit
semester. Ketentuan tersebut mengisyaratkan bahwa SKM/SSN harus menerapkan
sistem satuan kredit semester.

Sistem Kredit Semester (SKS) menurut Standar Isi adalah sistem penyelenggaraan
program pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan
mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan.

1. Dasar penerapan Sistem Kredit Semester adalah:


a. Kecepatan belajar siswa tidak sama
b. Potensi belajar siswa tidak sama
c. Minat siswa terhadap mata pelajaran tidak sama
d. Siswa akan sukses bila belajar sesuai dengan potensi dan minatnya.
e. Siswa dapat menyelesaikan studi selama 5 semester dan bisa lebih dari 6
semester

2. Kurikulum Sistem Satuan Kredit Semeter adalah:


a. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar disusun menjadi satuan kredit
semester, yaitu 120 SKS.
b. Mata pelajaran:
1). Umum untuk seluruh peserta didik
2). Dasar untuk mendukung bidang kemampuan yang akan dipilih di
pendidikan tinggi.
3). Pilihan, sesuai dengan bakat dan minat peserta didik.
4). Kelompok MP Pilihan, meliputi berbagai bidang kemampuan yang
diperlukan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan, yang
mencakup:
(a). Program akademik: Teknik, Ilmu kesehatan, Sains, Ekonomi, Ilmu
Sosial dan Budaya, Hukum dan sebagainya
(b). Program profesional: Politeknik.
c. Beban belajar siswa dinyatakan dengan satuan kredit semester (SKS), yaitu
16 sampai 27 SKS per semester. Kecepatan belajar normal adalah 20 SKS
per semester.
d. Satu SKS untuk mata pelajaran teori terdiri atas:
1). 45 menit tatap muka
2). 25 menit tugas terstruktur dan 25 menit kegiatan mandiri
e. Satu SKS pelajaran praktikum terdiri atas 2 sampai 3 jam praktek di
laboratorium atau bengkel
f. Mata pelajaran pilihan ditawarkan mulai semester 3

©2008, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Manajemen Dikdasmen 6-19


Program Implementasi Rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN)

3. Beban Belajar :
a. Semester 1 dan 2 masing-masing sebanyak 20 SKS
b. Semester 3 dan seterusnya bisa 16 SKS sampai 28 SKS sesuai dengan
prestasi yang dicapai pada semester sebelumnya
c. Dimungkinkan siswa lulus kurang dari 6 (enam) semester
d. Pemilihan mata pelajaran sesuai dengan potensi, minat, dan kecepatan
belajar siswa melalui bimbingan dari penasehat akademik siswa

4. Pembelajaran :
a. Pelaksanaan pembelajaran menerapkan pendekatan tatap muka, kegiatan
terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
b. Menerapkan pengelolaan pembelajaran dengan sistem siswa pindah ruang
kelas (moving class)
c. Guru menyediakan jadwal untuk konsultasi mata pelajaran.
d. Jadwal pemanfaatan laboratorium untuk kegiataan di luar jadwal rutin
e. Pemanfaatan perpustakaan
f. Penasehat akademik mendeteksi potensi siswa, bisa dengan tes bakat
disertai data prestasi belajar
g. Ada program remedi sepanjang semester (tidak ada batasan frekuensi
pelaksanaan remedi dalam satu semester sehingga diperlukan perangkat
pendukung untuk pelaksanan remedi antara lain dalam bentuk modul
pembelajaran mandiri yang disiapkan oleh guru)
h. Menerapkan pembelajaran berbasis TIK

5. Penilaian :
a. Bentuk penilaian: tugas-tugas, ujian midsemester dan ujian semester
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria dengan kategori A, B, C, D, dan E
c. Konversi skor menjadi grade, dan konversi grade menjadi skala 4
d. Lulus minimum mencapai nilai C
e. Syarat lulus dari sekolah indeks prestasi kumulatif minimum 2,00

6. Administrasi Akademik:
a. Peserta didik membuat rencana studi yang dapat direvisi atas dasar
prestasi yang dicapai di bawah bimbingan penasehat akademik
b. Administrasi data prestasi peserta didik
c. Mata pelajaran pilihan ditawarkan setelah semester 3

D. Acuan Pengembangan Program Rintisan SKM/SSN

Sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan dan PP
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, serta mengacu pada
berbagai pengertian tersebut di atas, maka program SKM/SSN yang dikembangkan dan
dilaksanakan oleh satuan pendidikan (SMA/MA) dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan


Sekolah memiliki dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
memuat komponen yang dipersyaratkan dan telah disahkan oleh Dinas Pendidikan
Provinsi. Penyusunan KTSP dilakukan secara mandiri dengan membentuk Tim KTSP.

©2008, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Manajemen Dikdasmen 7-19


Program Implementasi Rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN)

Komponen KTSP memuat tentang visi, misi, tujuan, dan struktur dan muatan KTSP.
KTSP dilengkapi dengan silabus yang penyusunannya melibatkan seluruh guru dari
sekolah yang bersangkutan.

2. Standar Proses
Sekolah mempunyai perencanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran
sesusai dengan rencana, melakukan penilaian dengan berbagai cara, melakukan
pengawasan dan pengendalian terhadap seluruh proses pendidikan yang terjadi di
sekolah untuk mendukung pencapaian standar kompetensi lulusan. Pelaksanaan
pembelajaran mengacu pada tujuh prinsip pelaksanaan kurikulum. Sekolah telah
menerapkan sistem Satuan Kredit Semester (SKS).

3. Standar Pengelolaan
Pengelolaan sekolah didasarkan pada perencanaan program, pelaksanaan rencana
kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sistem informasi
manajemen. Sekolah mengembangkan perencanaan program mulai dari penetapan
visi, misi, tujuan, dan rencana kerja. Pelaksanaan rencana kerja sekolah
didasarkan pada struktur organisasi dan pedoman pengelolaan secara tertulis
dibidang kesiswaan, kurikulum dan kegiatan pembelajaran, pendidikan dan tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, keuangan dan pembiayaan. Disamping itu
pelaksanaannya juga mempertimbangkan budaya dan lingkungan sekolah, serta
melibatkan peran serta masyarakat.

4. Standar Sarana dan Prasarana


Sekolah memiliki sarana dan prasarana meliputi satuan pendidikan, lahan,
bangunan gedung, dan kelengkapan sarana dan prasarana. Sekolah minimum
memiliki 3 rombongan belajar dan maksimum 27 rombongan belajar. Dimana SMA
dengan tiga rombongan belajar melayani maksimum 6000 jiwa. Lahan yang dimiliki
sekolah memenuhi ketentuan rasio minimum luas lahan terhadap peserta didik
yang dapat digunakan secara efektif untuk membangun prasarana sekolah berupa
bangunan gedung dan tempat bermain/berolahraga. Lahan harus memenuhi
kriteria kesehatan dan keselamatan, kemiringan, pencemaran air dan udara,
kebisingan, peruntukan lokasi, dan status tanah. Bangunan gedung memenuhi rasio
minimum luas lantai, tata bangunan, keselamatan, kesehatan, fasilitas penyandang
cacat, kenyamanan, keamanan. Bangunan gedung dipelihara secara rutin.
Kelengkapan sarana prasarana yang tersedia meliputi : 1) ruang kelas, 2) ruang
perpustakaan, 3) ruang laboratorium biologi, 4) ruang laboratorium fisika, 5) ruang
laboratorium kimia, 6) ruang laboratorium komputer, 7) ruang laboratorium
bahasa, 8) laboratorium IPS, 9) ruang pimpinan, 10) ruang guru, 11) ruang tata
usaha, 12) tempat beribadah, 13) ruang konseling, 14) ruang UKS, 15) ruang
organisasi kesiswaan, 16) jamban, 17) gudang, 18) ruang sirkulasi, 19) tempat
bermain/berolahraga, 20) ruang multimedia.

5. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Keberhasilan pelaksanaan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh kualitas
dan kuantitas sumberdaya manusia sekolah yang terdiri dari pendidik dan tenaga
kependidikan. Tenaga pendidik secara kualitas harus memenuhi kualifikasi
akademik, sertifikasi profesi dan kesesuaian pendidikan dengan mata pelajaran
yang diajarkan. Sedangkan secara kuantitas harus memenuhi ketentuan rasio guru
dan siswa. Sedangkan tenaga kependidikan sekurang-kurangnya terdiri dari Kepala
Sekolah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium dan
tenaga kebersihan. Tenaga kependidikan sekolah harus memenuhi persyaratan
kompetensi yang dibutuhkan.

©2008, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Manajemen Dikdasmen 8-19


Program Implementasi Rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN)

6. Standar Pembiayaan
Pembiayaan Sekolah didasarkan pada rancangan biaya operasional program kerja
tahunan meliputi investasi, operasi, dan biaya personal. Sumber pembiayaan
sekolah dapat berasal orang tua siswa, masyarakat, pemerintah dan donatur
lainnya. Penggunaan dana harus dipertanggungjawabkan dan dikelola secara
transparan dan akuntabel.

7. Standar Penilaian Pendidikan


Sekolah melaksanakan penilaian pendidikan melalui proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.
Penilaian mengacu pada prinsi penilaian dengan menggunakan teknik dan
instrumen penilaian yang sesuai berdasarkan mekanisme dan prosedur penilaian
terstandar. Penilaian dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah.

©2008, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Manajemen Dikdasmen 9-19


Program Implementasi Rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN)

BAB III
STRATEGI PENGEMBANGAN PROGRAM RINTISAN SKM/SSN

A. Latar Belakang

Penjelasan PP Nomor 19 Tahun 2005 Ayat 2 dan Ayat 3 menyebutkan bahwa dengan
diberlakukannya Standar Nasional Pendidikan, maka Pemerintah memiliki kepentingan
untuk memetakan sekolah/madrasah menjadi sekolah/madrasah yang sudah atau hampir
memenuhi Standar Nasional Pendidikan dan sekolah/madrasah yang belum memenuhi
Standar Nasional Pendidikan. Terkait dengan hal tersebut, Pemerintah mengkategorikan
sekolah/madrasah yang telah memenuhi atau hampir memenuhi Standar Nasional
Pendidikan ke dalam kategori mandiri, dan sekolah/madrasah yang belum memenuhi
Standar Nasional Pendidikan ke dalam kategori standar. Penjelasan tersebut
memberikan gambaran bahwa kategori SKM/SSN didasarkan pada terpenuhinya delapan
Standar Nasional Pendidikan (standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan).

Ketentuan Peralihan PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 94 butir b, menyebutkan bahwa


satuan pendidikan wajib menyesuaikan diri dengan ketentuan Peraturan Pemerintah ini
paling lambat 7 (tujuh) tahun sejak diterbitkannya PP tersebut. Hal tersebut berarti
bahwa paling lambat pada tahun 2013 semua sekolah jalur pendidikan formal khususnya
di SMA/MA sudah/hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan yang berarti berada
pada kategori SKM/SSN.

Sebagai penjabaran dari kebijakan teknis tersebut, Direktorat Pembinaan SMA sejak
tahun anggaran 2007 melalui dana dekonsentrasi telah dialokasikan dana untuk
melakukan rintisan SKM/SSN di 441 SMA dan tahun anggaran 2008 dialokasikan dana
untuk 2.465 SMA. Selanjutnya program-program ini akan terus dilanjutkan sampai
pemerintah dapat memenuhi amanat PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 94 butir b.

B. Tujuan

Rintisan SKM/SSN dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

1. Memberikan dorongan dan pendampingan sekolah dalam kurun waktu tertentu


untuk dapat menyelenggarakan pendidikan memenuhi/hampir memenuhi standar
nasional pendidikan
2. Menjalin kerjasama dan meningkatkan peran serta stakeholder pendidikan di SMA
baik ditingkat pusat maupun daerah dalam mengembangkan SKM/SSN
3. Mendapatkan model/rujukan SKM/SSN
4. Memenuhi SNP pada seluruh SMA

C. Hasil yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari rintisan SKM/SSN adalah :

1. Adanya sejumlah SMA yang terdorong untuk melakukan upaya-upaya


menyelenggarakan pendidikan yang memenuhi/hampir memenuhi standar nasional
pendidikan
2. Terjalinnya kerjasama dan terlaksananya peran serta stakeholder pendidikan di
SMA antara pusat dan daerah sesuai tugas dan perannya masing-masing untuk
mewujudkan SKM/SSN
3. Terpilihnya sejumlah SMA yang dapat dijadikan model SKM/SSN
4. Terpenuhinya SNP pada seluruh SMA

©2008, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Manajemen Dikdasmen 10-19


Program Implementasi Rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN)

D. Strategi/Model Pengembangan

1. Tahap persiapan

Pengembangan program rintisan SKM/SSN dilaksanakan dengan strategi sebagai


berikut :

a. Penyusunan perangkat/dokumen pendukung pelaksanaan model rintisan SKM/


SSN, meliputi :

1) Konsep SKM/SSN
2) Program Implementasi rintisan SKM/SSN
3) Panduan Verifikasi Profil SMA Pelaksana Program Rintisan SKM/SSN
4) Panduan Penyusunan Program Kerja Sekolah Pelaksana Rintisan SKM/SSN
5) Panduan dan Instrumen Supervisi dan Evaluasi Keterlaksanaan Program
Rintisan SKM/SSN

b. Sosialisasi program rintisan SKM/SSN dilaksanakan melalui berbagai kegiatan/


forum/cara antara lain :

1) Pertemuan/Rakor/Workshop yang diselenggarakan oleh Direktorat


Pembinaan SMA, baik tingkat Nasional maupun Regional (Prov/Kab/Kota),
yang dihadiri oleh Pejabat Struktural/Staf di lingkungan Direktorat
Pembinaan SMA dan Dinas Pendidikan Provinsi/Kab/Kota.
2) Pertemuan/Rakor/Workshop yang dilaksanakan oleh instansi lain seperti:
Departemen Agama, Pemda Kab/Kota dll, baik Tingkat Nasional maupun
Regional (Prov/Kab/Kota), yang dihadiri oleh Pejabat Struktural/Staf di
lingkungan unit kerja terkait.
3) Workshop Pengawas yang dilaksanakan oleh Unit Kerja lain di lingkungan
Depdiknas melalui penugasan Fasilitator Pusat.
4) Pengimbasan/diseminasi antar sekolah yang melibatkan unsur Dinas
Pendidikan Prov/Kab/Kota, Perguruan Tinggi, dan pemangku kepentingan
lainnya.

Agar pelaksanaan sosialisasi terlaksana secara efektif dan efisien, Direktorat


Pembinaan SMA menyiapkan Perangkat/Bahan Sosialisasi, melatih sejumlah
Petugas/Tim Fasilitator (tingkat Pusat, Provinsi, Kab/Kota, dan Sekolah yang
terkoordinir di tingkat Pusat).

2. Keterkaitan antar lembaga

Rintisan SKM/SSN pada dasarnya merupakan upaya untuk membangun model


SKM/SSN baik SMA negeri maupun swasta. Upaya tersebut merupakan suatu sistem
dimana Direktorat Pembinaan SMA sebagai bagian dari Pemerintah Pusat berperan
sebagai inisiator dan developer untuk mulai menerapkan secara operasional
kebijakan SKM/SSN. Sebagai sebuah sistem, SKM/SSN akan melibatkan komponen
BSNP, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(PMPTK), Balitbangdiknas, Pemerintah Provinsi (Dinas Pendidikan Provinsi),
Pemerintah Kabupaten/Kota (Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota), dan Sekolah (SMA
Negeri dan Swasta).

Keterkaitan antar lembaga pada pelaksanaan program rintisan SKM/SSN tersebut di


atas dapat digambarkan dalam Bagan 1 berikut ini.

©2008, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Manajemen Dikdasmen 11-19


Program Implementasi Rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN)

Landasan/Kebijakan
SKM/SSN (BSNP), Ditjen
Mandikdasmen, Ditjen
PMPTK, Balitbang

Sasaran SKM/SSN
(Seluruh SMA)

Pemerintah Provinsi
Direktorat Pembinaan SMA (Pendampingan : Dinas
(Pendampingan) Dik,PT, Dewan Dik, dsb)

Pemerintah Kab./Kota
(Pendampingan : Dinas Dik,
PT, Dewan Dik, dsb)

Penjelasan bagan:

a. Landasan/Kebijakan SKM/SSN

Landasan pelaksanaan rintisan SKM/SSN adalah kebijakan SKM/SSN yang


ditetapkan oleh BSNP, Ditjen Manajemen Dikdasmen, Ditjen PMPTK, Renstra
Depdiknas, Kebijakan Direktorat Pembinaan SMA dan usulan penetapan
sekolah dari Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Sambil
menunggu diterbitkannya kebijakan, SKM/SSN dari BSNP, untuk sementara
Direktorat Pembinaan SMA berinisiatif mengembangkan kriteria untuk
menetapkan SKM/SSN dalam rangka pelaksanaan program rintisan SKM/SSN
dalam lima level. Pelevelan tersebut didasarkan pada tingkat pemenuhan
Standar Nasional Pendidikan. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan
pelaksanaan pembinaan baik oleh Pusat maupun Daerah, dan penyusunan
program kerja oleh sekolah. Pelevelan tersebut adalah:
1). SMA kategori standar I = x ≤ 30,00%
2). SMA kategori standar II = 30,00% < x ≤ 50,00%
3). SMA kategori standar III = 50,00% < x ≤ 75,00%
4). SMA kategori mandiri I = 75,00% < x ≤ 100,00%
(hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan)
5). SMA kategori mandiri II ≥ 100,00%
(memenuhi/melampaui Standar Nasional Pendidikan)

Dimana x = Standar Nasional Pendidikan (8 standar)

Secara terus menerus kriteria tersebut akan disempurnakan sejalan dengan


perkembangan penyelesaian penyusunan 8 Standar Nasional Pendidikan
secara lengkap.

©2008, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Manajemen Dikdasmen 12-19


Program Implementasi Rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN)

b. Direktorat Pembinaan SMA

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, Direktorat Pembinaan SMA


melakukan pembinaan implementasi kebijakan SKM/SSN kepada sekolah
melalui Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota dengan pokok-pokok
kegiatannya sebagai berikut:
1). Merancang program rintisan SKM/SSN dengan kegiatan sebagai berikut:
a). Menyusun konsep dan perangkat SKM/SSN
b). Melakukan sosialisasi konsep SKM/SSN
c). Memberikan pendampingan kepada sekolah dalam pengembangan
program rintisan SKM/SSN. Pendampingan diasumsikan akan
dilakukan selama 3 tahun. Periode waktu pendampingan antar
sekolah ditentukan oleh tingkat kecepatan sekolah mencapai
kategori mandiri. Tingkat kecepatan tersebut sangat dipengaruhi
oleh kemauan dan kemampuan internal sekolah dan dukungan dari
Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota, khususnya dalam
hal pengembangan kurikulum (KTSP dan SKS), pemenuhan sarana
prasarana, tenaga pendidik (standar kualifikasi guru, jumlah guru,
pengembangan kompetensi SDM), manajemen (mendorong sekolah
untuk menyusun rencana pembiayaan yang memadai, memantau
keterlaksanaan manajemen berbasis sekolah). Oleh karena itu
maka lamanya pendampingan antara satu sekolah dengan sekolah
yang lain dapat berbeda-beda.
e). Melakukan supervisi dan evaluasi keberhasilan pelaksanaan rintisan
SKM/SSN berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
f). Merekomendasikan SMA rintisan SKM/SSN menjadi model rujukan.
Tindak lanjut dari penetapan model tersebut akan dilakukan
evaluasi secara reguler untuk mengetahui pencapaian standar
sekolah sebagai SKM/SSN
2). Merancang strategi operasional implementasi kebijakan SKM/SSN secara
nasional
3). Menyiapkan perangkat operasional pelaksanaan SKM/SSN

c. Dinas Pendidikan Provinsi

Berkaitan dengan program rintisan SKM/SSN, pokok-pokok kegiatan yang


dilakukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi adalah:
1). Menyiapkan petugas verifikasi calon rintisan SKM/SSN
2). Melakukan verifikasi calon SKM/SSN berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan Direktorat Pembinaan SMA
3). Menetapkan SMA rintisan SKM/SSN
4). Bersama-sama dengan Direktorat Pembinaan SMA memberikan
pendampingan kepada sekolah yang telah ditetapkan SKM/SSN dalam
penyusunan program kerja
5). Memberikan dana bantuan block grant bagi SMA rintisan SKM/SSN
melalui dana dekonsentrasi
6). Melakukan pembinaan dan memfasilitasi SMA rintisan SKM/SSN di
daerahnya untuk mendorong percepatan pencapaian kategori mandiri/
standar nasional melalui kebijakan, pendanaan, sarana prasarana, dan
sumberdaya manusia sesuai yang dipersyaratkan dalam delapan Standar
Nasional Pendidikan
7). Bersama-sama dengan Direktorat Pembinaan SMA melakukan supervisi
dan evaluasi keberhasilan pelaksanaan program rintisan SKM/SSN
8). Memperluas program rintisan SKM/SSN di daerahnya

©2008, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Manajemen Dikdasmen 13-19


Program Implementasi Rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN)

d. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota

Berkaitan dengan program rintisan SKM/SSN, pokok-pokok kegiatan yang


dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota adalah :
1). Merekomendasikan calon SMA rintisan SKM/SSN kepada Dinas Pendidikan
Provinsi untuk dilakukan verifikasi
2). Melakukan verifikasi calon SKM/SSN bersama Dinas Pendidikan Provinsi
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan Direktorat Pembinaan SMA
3). Melakukan pembinaan dan memfasilitasi SMA rintisan SKM/SSN di
daerahnya untuk mendorong percepatan pencapaian kategori mandiri/
standar nasional melalui kebijakan, pendanaan, sarana prasarana, dan
sumberdaya manusia sesuai yang dipersyaratkan dalam delapan Standar
Nasional Pendidikan
4). Bersama-sama dengan Dinas Pendidikan Provinsi dan Direktorat
Pembinaan SMA melakukan supervisi dan evaluasi keberhasilan
pelaksanaan program rintisan SKM/SSN
5). Menetapkan model rujukan SKM/SSN
6). Memperluas sasaran program rintisan SKM/SSN di daerahnya

e. SMA rintisan SKM/SSN

Berkaitan dengan program rintisan SKM/SSN, pokok-pokok kegiatan yang


dilakukan oleh SMA rintisan SKM/SSN antara lain :
1). Menyusun program pencapaian kategori mandiri/standar nasional
jangka menengah (3 tahunan) yang dioperasionalkan dalam program
tahunan.
2). Melaksanakan program sesuai dengan target dan waktu yang telah
ditetapkan
3). Proaktif mengembangkan diri dengan menggerakkan dan
mendayagunakan potensi sumberdaya internal dan eksternal sekolah.
4). Secara bertahap melaksanakan sistem SKS
5). Melakukan evaluasi internal terhadap tingkat keterlaksanaan program
rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional
6). Melakukan tindak lanjut atas hasil evaluasi internal untuk mencapai
kategori mandiri/standar nasional

©2008, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Manajemen Dikdasmen 14-19


Program Implementasi Rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN)

3. Tahapan program rintisan SKM/SSN

Penyusunan
Konsep SKS

Penyusunan 8 Standar Penyusunan Program


Nasional Pendidikan Rintisan SKM/SSN
Penyusunan
Penyusunan dilakukan oleh BSNP Konsep SKM/SSN Penyusunan dilakukan oleh
Direktorat Pembinaan SMA
Penyusunan dilakukan oleh
Dit. Pembinaan SMA

Supervisi
dan Evaluasi Program Pelaksanaan Program Sosialisasi Program
SKM/SSN Rintisan SKM/SSN Rintisan SKM/SSN

Tahapan kegiatan:  Melalui berbagai forum


 Usulan calon sekolah pertemuan dengan Dinas
 Verifikasi untuk penetapan Pendidikan Prov dan Kab./ Kota,
level kategori sekolah dan sekolah
 Penyusunan program  Oleh Dit. Pembinaan SMA
sekolah berdasarkan level kerjasama dengan berbagai pihak
kategori
 Pelaksanaan program
sekolah
Penetapan
Tindak Lanjut ”SMA Model” Pembinaan
Supervisi dan Evaluasi Kategori Mandiri Lanjutan

Pemilihan SMA Model berdasarkan Dilakukan oleh Dinas Dik Pembinaan lanjutan oleh:
pemetaan wilayah Prov/Kab/Kot atas rekomendasi Dit.  Dit. Pembinaan SMA
PSMA  Dinas Pendidikan Provinsi
 Dinas Pendidikan
Kab./Kota

4. Target

Target pencapaian program rintisan SKM/SSN di SMA yaitu pada tahun 2013 seluruh
SMA negeri atau swasta sudah dapat memenuhi/hampir memenuhi SNP. Proyeksi
secara nasional (sementara) dapat digambarkan sebagai berikut :

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013


441
441
2024 441 441
2024
4500 2024 2024/2465
4500
2535 4500 4500/6965
2535
2535 ± 9500

©2008, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Manajemen Dikdasmen 15-19


Program Implementasi Rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN)

E. Alur dan Jadwal Kegiatan

1. Alur Kegiatan

Alur kegiatan rintisan SKM/SSN secara umum adalah sebagai berikut:

Penetapan/
Persiapan Program Penyiapan Petugas/
Pemilihan SMA
Fasilitator SKM/SSN
Rintisan SKM/SSN

Asistensi dan Inventarisasi


Penilaian Program
Bimbingan Teknis Kondisi &
Kerja SKM/SSN
Penyusunan Prog.
Kerja Sekolah

Bantuan
Pendampingan Supervisi dan Penetapan SMA
Rintisan SKM/SSN Evaluasi Model SKM/SSN

2. Jadwal Kegiatan Tahunan

No. Kegiatan Waktu Keterangan


1. Persiapan dan Akhir tahun Dilakukan oleh Dit. Pembinaan
penyempurnaan naskah, sebelumnya-Januari SMA:
sosialisasi program  Persiapan berupa
rintisan SKM/SSN program dan perangkat
kegiatan
 Sosialisasi melalui
rakor dan surat
pemberitahuan
2. Pemilihan dan penetapan November/Desember Acuan umum:
SMA rintisan SKM/SSN tahun sebelumnya  Dit. Pembinaan SMA
dilakukan oleh Dinas menetapkan kuota jumlah
Pendidikan Provinsi rintisan SKM/SSN per
Provinsi
 Dinas Pendidikan
Provinsi berdasarkan kuota
Dit. Pembinaan SMA
menetapkan kuota per
Kabupaten/Kota
 Dinas Pendidikan
Provinsi melakukan verifikasi
untuk menetapkan nama
sekolah bekerjasama dengan
Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota
 Kriteria penetapan
rintisan SKM/SSN ditetapkan

©2008, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Manajemen Dikdasmen 16-19


Program Implementasi Rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN)

oleh Dinas Pendidikan


Provinsi
 Semua sekolah terpilih
diasumsikan berada pada
kategori standar

No. Kegiatan Waktu Keterangan


3. Pengumpulan data SMA Diterima Dit. Dikirim ke Direktur Pembinaan
rintisan SKM/SSN terpilih Pembinaan SMA SMA melalui fax: 021-7669205,
dari Dinas Pendidikan selambat-lambatnya 021-7696033, email :
Provinsi Akhir Januari elia_ditpsma@yahoo.com
4. Penyiapan Petugas/ Februari Dilaksanakan oleh Dit.
Fasilitator Rintisan SKM/ Pembinaan SMA, Dinas Dik Prov
SSN /Kab/Kota
5. Inventarisasi kondisi Februari s.d. Maret  Perangkat disiapkan
oleh Dit. Pembinaan SMA
dan disosialisasikan kepada
Dinas Dik Prov/Kab/Kota
melalui TOT
 Inventarisasi kondisi
dilaksanakan oleh Dinas Dik
Prov/Kab/Kota
6. Penyusunan dan Maret s.d. Mei  Program kerja dikirim ke
penilaian program kerja Dinas Pendidikan Provinsi
sekolah melalui Kab./Kota untuk
dilakukan penilaian
 Dinas Pend Prov melakukan
penilaian program kerja
sekolah sesuai sistem yang
diberikan pada TOT petugas
verifikasi
 Hasil penilaian
diperbaiki sekolah dan
menjadi acuan sekolah
dalam melaksanakan
program; acuan dinas dalam
melakukan pembinaan
7. Pembinaan (Asistensi, Juli tahun berjalan s.d Dilakukan Dit. PSMA bersama-
bimbingan teknis dan Juni tahun berikutnya sama Dinas Dik Prov/Kab/Kota
supervisi)
8. Evaluasi keterlaksanaan Akhir tahun anggaran Dilakukan Dit. PSMA bersama-
program sama Dinas Dik Prov/Kab/Kota
9. Pemilihan dan penetapan Akhir Juni tahun Dilakukan Dit. PSMA bersama-
SMA ”Model” SKM/SSN berikutnya sama Dinas Dik Prov/Kab/Kota

©2008, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Manajemen Dikdasmen 17-19


Program Implementasi Rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN)

Lampiran 1. Tahapan pelaksanaan rintisan SKM/SSN di SMA

TAHAPAN PELAKSANAAN RINTISAN SKM/SSN DI SMA

JUMLAH SMA TAHUN 2007 TAHUN 2008


NO. NAMA PROV./KAB./KOTA
NEGERI SWASTA JUMLAH ∑ SEKOLAH ∑ KAB/KOTA TAMBAHAN ∑ SEKOLAH ∑ KAB/KOTA
I BANTEN (7) 82 182 264 3 3 75 78 4
II JAWA BARAT (26) 350 704 1054 45 23 274 297 3
III JAWA TENGAH (35) 337 587 924 60 35 207 242 0
IV D.I. YOGYAKARTA (5) 71 154 225 30 5 46 51 0
V DKI JAKARTA (6) 114 427 541 35 5 132 137 1
VI JAWA TIMUR (38) 368 805 1173 64 37 270 307 2
VII NANGGROE ACEH D. (23) 227 138 365 10 10 64 74 13
VIII SUMATERA UTARA (28) 254 542 796 25 22 189 211 6
IX SUMATERA BARAT (19) 147 81 228 24 19 42 61 0
X SUMATERA SELATAN (15) 157 273 430 8 7 97 104 8
XI JAMBI (10) 95 75 170 7 7 35 42 3
XII RIAU (11) 116 111 227 7 7 53 60 4
XIII KEPULAUAN RIAU (6) 33 19 52 3 2 9 11 4
XIV BANGKA BELITUNG (7) 25 42 67 3 3 14 17 4
XV BENGKULU (9) 54 34 88 4 3 22 25 6
XVI LAMPUNG (11) 125 221 346 8 8 75 83 3
XVII KALIMANTAN BARAT (14) 95 153 248 8 6 58 64 8
XVIII KALIMANTAN TENGAH (14) 63 56 119 4 4 35 39 10
XIX KALIMANTAN TIMUR (14) 68 129 197 8 7 47 54 7
XX KALIMANTAN SELATAN (13) 69 61 130 8 8 29 37 5
XXI SULAWESI UTARA (13) 65 114 179 9 5 42 47 8
XXII GORONTALO (6) 24 8 32 3 2 7 9 4
XXIII SULAWESI TENGAH (10) 73 40 113 4 4 28 32 6
XXIV SULAWESI TENGGARA (12) 75 55 130 6 6 31 37 5
XXV SULAWESI SELATAN (23) 179 203 382 25 23 74 97 0

JUMLAH SMA TAHUN 2007 TAHUN 2008


NO. NAMA PROV./KAB./KOTA
©2008, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Manajemen Dikdasmen 18-19
Program Implementasi Rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN)

XXVI SULAWESI BARAT (5) 21 6 27 1 1 8 9 4


XXVII BALI (9) 68 118 186 10 9 37 46 0
XXVIII NUSA TENGGARA BARAT (9) 100 95 195 4 4 42 46 5
XXIX NUSA TENGGARA TIMUR (20) 89 131 220 4 2 53 55 18
XXX MALUKU (9) 49 42 91 4 3 30 33 6
XXXI MALUKU UTARA (8) 36 39 75 2 1 19 20 7
XXXII IRIAN JAYA BARAT (9) 14 23 37 0 0 11 11 9
XXXIII PAPUA (21) 40 63 103 5 5 24 29 16

Total 3683 5731 9414 441 286 2179 2465 179

©2008, Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Manajemen Dikdasmen 19-19

Anda mungkin juga menyukai