Anda di halaman 1dari 33

1.

Dakwah Zaman Abu Bakr ra


2. Dakwah Zaman Umar bin Khottob ra
3. Dakwah Zaman Usman bin Affan ra
4. Dakwan Zaman Ali bin Abi Talib ra
(634M-644M)
Daftar Isi
1. Biografi Umar bin al-Khottob
2. Futuhat Islamiyyah pada zaman Umar bin al-
Khattab.
3. Aktivitas ilmu Pengetahuan, dakwah pada
zaman Umar bin al-Khattab
Umar bin Khattab masuk Islam dalam usia 27
tahun. Cerita tentang keislaman Umar ini
berawalSirah Umar untuk
dari keinginannya Binmembunuh
al-Khottob r.a
Nabi Muhammad SAW yang dianggap sebagai
pemecah belah persatuan dan kesatuan
masyarakat Quraisy. Wajar sekali kalau Nabi
muhammad selalu berdo’a memohon kepada
Allah agar agama Islam diberi kekuatan dengan
masuknya salah seorang dari dua Umar, yaitu
Umar bin Khattab dan Amr bin Hisyam (Abu
Jahal).
Permohonan Nabi Muhammad ini ternyata
dikabulkan oleh Allah SWT dan Umarpun
masuk Islam. Setelah keislamannya, sikap
keras yang selama ini ditujukan kepada
masyarakat Muslim melemah, dan bahkan
sebaliknya, ia menjadi keras terhadap
masyarakat kafir Quraisy. Ia menghadapi
segala gangguan yang telah ditujukan
kepadanya dengan keteguhan hati dan
keberanian tinggi.
Umar bin Khattab (W644) adalah salah
seorang sahabat Nabi Muhammad yang
juga menjadiSirah Umar
khalifah Bin(634-644)
kedua al-Khottob r.a
dari empat Khalifah Ar-Rasyidin. Ia
memiliki nama lengkap Umar bin
Khattab bin Nufail bin abdul Uzza,
dilahirkan di Mekkah, dari Bani Adi,
salah satu rumpun suku Quraisy. Orang
tuanya bernama Khaththab bin Nufail
Al Mahzumi Al Quraisyi dan
Hantamah binti Hasyim. Umar
memiliki julukan yang diberikan oleh
Muhammad yaitu Al-Faruq yang
berarti orang yang bisa memisahkan
antara yang haq dan bathil.
Keluarga Umar tergolong keluarga kelas
menengah, ia bisa membaca dan
menulis yang pada masa itu merupakan
sesuatu yang jarang. Umar juga dikenal
► Ketika ajakan memeluk Islam dideklarasikan oleh Nabi
Muhammad SAW, Umar mengambil posisi untuk membela
agama tradisional kaum Quraish (menyembah berhala). Pada
saat itu Umar adalah salah seorang yang sangat keras dalam
melawan pesan Islam dan sering melakukan penyiksaan
terhadap pemeluknya.
► Dikatakan bahwa pada suatu saat, Umar berketetapan untuk
membunuh Nabi Muhammad SAW. Saat mencarinya, ia
berpapasan dengan seorang muslim (Nu'aim bin Abdullah)
yang kemudian memberi tahu bahwa saudari perempuannya
Fatimah juga telah memeluk Islam. Umar sangat terkejut
atas pemberitahuan itu dan pulang ke rumahnya untuk
mengecek kebenaran kabar tersebut
Benar saja, di rumah adiknya Umar menjumpai bahwa saudarinya
sedang membaca ayat-ayat Al-Qur'an (surat Thoha), ia menjadi
marah akan hal tersebut dan memukul saudarinya. Ketika melihat
saudarinya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan kemudian
meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat. Permintaannya
tersebut sempat di tolak karena ia masih berstatus musyrik, adiknya
menyuruh mandi terklebih dahulu, iapun mematuhinya dan
kemudian ia membaca ayat tersebut. Ia kemudian menjadi sangat
terguncang dan insaf oleh isi Al-Qur'an tersebut dan tidak beberapa
lama kemudian langsung memeluk Islam pada hari itu juga
dihadapana Nabi Muhammad saw. Umar masuk Islam ketika
berumur 27 tahun beliau mengikuti perang Badar dan seluruh
peperangan yang terjadi setelahnya bersama Rasulullah saw.[1]

[1] Al-Zubairy, Nasab Qurays, Tashih Laifi Brunfisal, Dar al-Maarif, hlm 349
• Peran Umar bin Khattab amat besar sekali.
Dengan masuknya Umar ke dalam agama Islam
berarti Islam menjadi suatu agama yang kuat dan
masyarakat Islam akan mendapatkan perlindungan
dari berbagai ancaman masyarakat Quraisy. Sejak
saat itulah umat Islam tidak segan-segan lagi
menyatakan keislamannya dihadapan masyarakat
umum, sehingga Ibnu Mas’ud mengatakan,
Islamnya Umar adalah pembukaan, hijrahnya
adalah suatu kemenangan, dan kepemimpinannya
merupakan suatu rahmat.
 Umar bin Khattab adalah salah seorang yang memiliki
watak keras, dan tegar di dalam menghadapi berbagai
cobaan yang mengahadangnya, baik sebelum ia memeluk
Islam, ataupun setelah keislamannya. Ini amat terlihat
dalam berbagai tindakan yang selalu dilakukannya
dengan penuh ketelitian, ketegasan, dan penuh dengan
tanggung jawab pada masa kepemimpinannya sebagai
seorang khalifah, pengganti Abu Bakar Siddik.
 Beliau adalah salah seorang yang turut andil dalam
proses penyebaran ajaran Islam. Ia selalu ikut dalam
setiap peperangan, seperti perang Badar, perang Uhud,
perang Khandak, perang Tabuk, perang Hunain, dan
sebagainya.
 Umar adalah salah seorang yang ikut pada peristiwa
hijrah ke Yathrib (Madinah) pada tahun 622 Masehi. Ia
ikut terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta
penyerangan ke Syria. Ia adalah salah seorang sahabat
dekat Nabi Muhammad SAW. Pada tahun 625, putrinya
(Hafsah) menikah dengan Nabi Muhammad.
 Dihadapan Nabi Muhammad ia terkenal orang yang paling
tegas, kritis, dan berani mengatakan sesuatu kepada Nabi
yang tidak dilakukan oleh para sahabat Nabi yang lain.
Misalnya ketika Abdullah bin Ubay bin Salul, tokoh
munafik meninggal, anak Abdullah memohon kepada Nabi
untuk menshalatkan jenazahnya. Permohonan ini
diterima Nabi. Tetapi Umar menentang keinginan itu.
Dan ternyata pendapat Umar ini dibenarkan oleh Allah,
sehingga turunlah Surat 9 ayat 84. Yang menjelaskan
kepada Nabi, agar menjauhi orang itu dan
meninggalkannya.
 Dengan demikian kita melihat bahwa kehidupan Umar bin
Khattab pada masa Nabi merupakan perpaduan antara
sikapnya yang keras selalu diimbangi dengan sikap kasih
sayang.
 Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Dari Rasulullah saw., beliau bersabda: Ketika sedang tidur,
aku bermimpi melihat sebuah gelas besar berisi susu
dihidangkan kepadaku. Lalu aku meminumnya hingga aku
dapat menyaksikannya mengalir ke dalam kuku-kukuku
kemudian sisa minumanku aku berikan kepada Umar bin
Khathab. Para sahabat bertanya: Bagaimana engkau
menakwilkan mimpi itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab:
Itu adalah ilmu. (Shahih Muslim No.4404)
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Dari Rasulullah saw. beliau bersabda: Ketika tidur, tiba-tiba aku
bermimpi melihat diriku berada di dalam surga dan menyaksikan
seorang wanita sedang berwudu di samping sebuah istana. Aku lalu
bertanya: Milik siapakah istana ini? Mereka menjawab: Milik Umar bin
Khathab. Tiba-tiba saja aku teringat akan kecemburuan Umar. Maka
aku pun pergi meninggalkan tempat itu. Lebih lanjut Abu Hurairah ra.
mengatakan: Mendengar itu seketika Umar menangis sedang kami
semua berada di majlis tersebut bersama Rasulullah saw. kemudian
Umar berkata: Demi Allah, wahai Rasulullah, apakah kepada engkau
aku cemburu?. (Shahih Muslim No.4409)
 Hadis riwayat Ibnu Umar ra., ia berkata:
Ketika Abdullah bin Ubay bin Salul meninggal dunia, anaknya
Abdullah bin Abdullah datang menemui Rasulullah saw. meminta
agar Rasulullah saw. berkenan memberikan pakaiannya untuk
digunakan mengkafani jenazah ayahnya. Beliau memenuhi
permintaannya tersebut. Abdullah juga meminta agar beliau
berkenan menyalatkan jenazah ayahnya. Rasulullah saw. pun
berdiri hendak menyalatkan jenazah atasnya lalu Umar ikut berdiri
dan menarik pakaian Rasulullah saw. seraya berkata:
 Wahai Rasulullah, apakah engkau akan menyalatkan jenazah
ayahnya padahal Allah telah melarangmu untuk menyalatkannya?
Rasulullah saw. bersabda: Sebenarnya Allah telah memberikan
pilihan kepadaku lalu beliau membaca ayat: Kamu memohonkan
ampunan bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampunan bagi
mereka adalah sama saja. Kendatipun kamu mohonkan ampunan
bagi mereka berulang sampai tujuh puluh kali. Aku akan
menambahnya lebih dari tujuh puluh kali.
 Umar berkata: Abdullah bin Ubay bin Salul itu orang munafik.
Rasulullah saw. tetap menyalatkan jenazah bukan orang Islam
tersebut. Saat itulah Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung
menurunkan firman-Nya: Dan janganlah kamu sekali-kali
menyalatkan jenazah seorang yang mati di antara mereka, dan
janganlah kamu berdiri di atas kuburnya. (Shahih Muslim No.4413)
 Ada beberapa faktor yang mendorong
Abu Bakar untuk menunjuk atau
mencalonkan Umar menjadi khalifah
kedua. Faktor utama adalah
kehawatirannya akan berulang kembali
peristiwa yang sangat menegangkan di
Tsaqifah Bani Saidah yang nyaris
menyeret umat Islam ke jurang
perpecahan, bila ia tidak menunjuk
seseorang yang akan menggantikannya
pada saat itu antara kaum anshar dan
kaum muhajirin sebagai golongan-
golongan yang berhak menjadi
khalifah.
 Ketika Abu Bakar wafat pada hari Senin Jumadil Akhir tahun 13H,
setelah maghrib dan dikuburkan pada malam itu juga Umar bin al-Khattob
menggantikan seluruh tugas-tugasnya dengan sebaik-baiknya sebagai
Amirul Mukminin.[1]
 Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat
pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian besar Persia dari
tangan dinasti Sassanid penguasa Persia (yang mengakhiri masa
kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika
Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium) di Syam.
 Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol
dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administratif
untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan
diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun
638, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram
di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses
kodifikasi hukum Islam.
[1] Tabaqot Ibn Saad, 3/281
  Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat
kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa
penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat
peristiwa hijrah.
 Hal pertama yang dilakukannya setelah menjabat khalifah
adalah mencopot Khalid bin Walid dari jabatan komandan
pasukan dan menggantinya dengan Abu Ubaidah. Tatkala
Khalid bin Walid menanyakan perlakuan Umar terhadap
dirinya, Umar ra. Menjawab, “Demi Allah Wahai Khalid,
sesungguhnya engkau sangat kumuliakan dan sangat
kucintai.”
 Kemudian Umar ra. Menulis surat ke berbagai negeri dan
wilayah menyatakan kepada mereka, “Sesungguhnya aku
tidak memecat Khalid karena kebencian dan tidak pula
karena pengkhianatan. Tetapi aku memecatnya karena
mengasihani jiwa-jiwa manusia dari kecepatan serangan-
serangannya dan kedahsyatan benturan-benturannya.”
Peperangan pada zaman Umar bin al-Khottob
Bagian Pertama:
Tahap kedua dari penaklukan Iraq dan wilayah-wilayah Timur
1. Pertempuran Jisr (Jembatan) Abu Ubaid (13H)
2. Pertempuran Buwaib (tahun 13H)
Bagian Kedua :
1. Pertempuran Qadisiyah
2. Penaklukan Madain (Ibukota Persia)
3. Pertempuran Jalula
4. Penaklukan Ramharmuz
5. Penaklukan Tastar
6. Penaklukan Jundi Sapur
Bagian ketiga :
1. Perang Nahawand (21H/643)
2. Penaklukan Khurasan (22H)
Bagian Keempat
1. Penaklukan seluruh Syam
2. Penaklukan Mesir
3. Penaklukan Libya
Peta Kerajaan Persia
Aktivitas militer : Penyempurnaan penaklukan
 Dalam masa kepemimpinan Umar bin Khattab
selama 10 tahun itu beliau telah melakukan
penaklukan-penaklukan penting yang mengungguli
para penakluk dunia semisal Julius Kaesar. Tak
lama sesudah `Umar memegang tampuk kekuasaan
sebagai khalifah, pasukan Islam menduduki Suriah
dan Palestina, yang kala itu menjadi bagian
Kekaisaran Byzantium.
 Dalam pertempuran Yarmuk (636), pasukan Islam
berhasil memukul habis kekuatan Byzantium di
lembah Jordania. Damaskus jatuh pada tahun itu
juga. Menjelang tahun 641, pasukan Islam telah
menguasai seluruh Palestina dan Suriah, dan terus
menerjang maju ke daerah yang kini bernama Turki.
Tahun 639, pasukan Islam menyerbu Mesir yang
juga saat itu di bawah kekuasaan Byzantium. Dalam
tempo tiga tahun, penaklukan Mesir diselesaikan
dengan sempurna.
 Penyerangan Islam terhadap Irak yang saat itu berada di bawah
kekuasaan Kekaisaran Persia telah mulai sejak Abu Bakar disempurnakan
oleh Umar bin Khattab sehingga seluruh wilayah Persia menjadi wilayah
baru Islam. Kunci kemenangan Islam terletak pada pertempuran Qadisiya
tahun 637. Menjelang tahun 641, seseluruh Irak sudah berada di bawah
pengawasan Islam. Dan bukan cuma itu: pasukan Islam bahkan menyerbu
langsung Persia dan dalam pertempuran Nahawand (642) mereka secara
menentukan mengalahkan sisa terakhir kekuatan Persia.[1]
[1] Al-Balazuri, Futuh al-Buldan, hlm 374.
Perang al-Qodisiyyah

Pertempuran Al-Qadisiyyah (Bahasa Arab:‫قادسي‬ ّ ‫ل‬99‫ركة ا‬9‫ )مع‬adalah


pertempuran yang menentukan antara pasukan muslim dengan
pasukan Persia pada saat periode pertama ekspansi muslim yang
berakhir dengan penaklukan Islam atas seluruh Persia dan berhasil
merubah keyakinan mereka menjadi Islam sampai dengan saat ini.
Pertempuran ini terjadi kurang lebih pada tahun 636 M.
Jalannya pertempuran
Khalifah Umar bin Khattab mengirimkan pasukan muslim dalam jumlah
besar ke Iraq(pada saat itu masih bagian dari Persia) di bawah pimpinan
sahabat Sa'ad bin Abi Waqqash.
Mendengar pergerakan pasukan Islam ini , Kaisar Persia yang terakhir
dan masih muda, Yazdgird III (632 M. - 651 M.) memerintahkan kepada
panglima perangnya Rustam Farrokhzad untuk menghadangnya.
Akhirnya kedua pasukan ini bertemu di sebelah barat sungai Eufrat di
desa yang bernama Al-Qadisiyyah (barat daya Hillah dan Kufah).
Pasukan muslim mengirim delegasi ke kamp pasukan Persia dengan
mengajak mereka memeluk Islam atau tetap dalam keyakinan mereka
tetapi dengan membayar pajak atau jizyah. Setelah tidak dicapai
kesepakatan diatas, pecahlah pertempuran. Sa'ad sendiri tidak bisa
memimpin langsung pasukannya dikarenakan sakit bisul yang parah.
Tetapi dia tetap memonitor jalannya pertempuran bersama deputinya
Khalid bin Urtufah.
Pasukan muslim yang berhasil memenggal
kepalanya adalah Hilal bin Ullafah. Setelah itu dia
berteriak kepada pasukan Persia dengan
mengangkat kepala Rustam : "Demi penjaga Ka'bah!
Aku Hilal bin Ullafah telah membunuh Rustam!".
Melihat kepala panglima perangnya ditangan
pasukan muslim, pasukan Persia menjadi hancur
semangatnya dan kalang kabut melarikan diri dari
pertempuran. Sebagian besar pasukan Persia ini
berhasil dibunuh dan hanya sebagian kecil saja
yang mau memeluk agama Islam. Dari Pertempuran
ini, pasukan muslim memperoleh ghanimah atau
rampasan perang yang sangat banyak, termasuk
perhiasan kekaisaran persia.
Setelah pertempuran ini, pasukan muslim terus
mendesak masuk dengan cepat sampai dengan
ibukota Persia, Ctesiphon atau Mada'in. setelah itu
mereka melanjutkan ke arah timur dan mematahkan
dua kali serangan balasan dari pasukan Persia yang
pada akhirnya berhasil menghancurkan kekaisaran
Persia dan menjadikannya daerah muslim sampai
dengan saat ini.
Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan
atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran
Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu,
jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan
pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang
terkenal, Rustam Farrukhzad.
 Pada tahun 16 H Al-Ahwaz dan Mada`in ditaklukkan. Umar meminta
pendapat para shahabat termasuk Ali ra mengenai rencana memerangi
Persia dan Romawi, lalu Ali ra mengemukakan pendapatnya,
“Sesungguhnya masalah ini peluang menang-kalahnya tidak banyak
dan juga tidak sedikit. Ia adalah agama Allah yang dimenangkan-Nya
dan tentara-Nya yang dipersiapkan-Nya dan disebarkan-Nya hingga
ke tempat yang telah dicapainya…Posisi penguasa bagaikan posisi
benang dalam matarantai biji tasbih, jika benang itu putus maka biji-
biji tasbih itu akan berantakan dan hilang…Jadilah poros dan putarlah
roda dengan bangsa Arab…”
Pada tahun ini terjadi pula perang Jalaula`.
Yazdasir putra Kisra berhasil dikalahkan. Takrit
berhasil ditaklukkan. Umar berangkat berperang
menaklukkan Baitul Maqdis dan berkhuthbah di Al-
Jabiah. Qanasrin, Haleb, Anthokiah, dan Manbaj juga
berhail ditaklukkan. Pada bulan Rabi`ul Awal tahun
ini Umar menulis kalender Hijriah dengan meminta
pertimbangan Ali ra.
Tahun 21 H Iskandariah dan Nahawand ditaklukkan.
Tahun 22 H Adzerbaijan, Daibur, Hamdan, Tripoli
Barat dan Rayyi ditaklukkan. Tahun 23 H sisa-sisa
negeri Persia ditaklukkan, diantaranya Kroman,
Sajistan, dan Ashbahan. Pada akhir tahun 23 H ini
Umar menunaikan ibadah Hajji.
Perkembangan wilayah Islam
Peperangan di wilayah Syam
 Awal penaklukan Syam ini dimulai dengan kalahnya Romawi
dalam perang Yarmuk. Kemudian Abu Ubaidah bin Jarrah
membawa tentaranya ke arah Damaskus dan berkeinginan besar
untuk segera mengepungnya. Tiba-tiba terdengar bahwa bala
bantuan musuh datang dari Homs dan sampai juga kepadanya
berita konsentrsi tentara Romawi yang besar di Fihl[1] daerah
Palestina. Umar menasehatkan kepadanya agar langsung
mengepung Damaskus. Akhirnya mereka mengepung Damaskus
dari segala penjuru selama 70 malam ada yang mengatakan
pengepungan selama 4 bulan bahkan ada yang berpendapat 6
bulan.[2] Sementara penduduk Damaskus mempertahankan kota
mati-matian sambil menunggu bantuan dari Romawi Timur,
namun bantuan itu tidak bisa datang karena semua jalan menuju
kota sudah diputus oleh kaum muslimin. Dengan perjuangan yang
gigih akhirnya benteng pertahanan kota berhasil didobrak oleh
Khalid dan pasukannya, akhirnya mereka menyerah diri dan
Damaskus berhasil ditaklukkan.
 [1] Fihl nama sebuah tempat di Syam dekat BAisan dan sekarang ini dia mashur sejak penaklukan Syam yang
disebut dengan yaum Radaghah dan Yaum Baisan. (Yakut al-Hamawi, 4/237)
Jatuhnya Palestina/Jerussalen 637 M
 Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem,
pasukan Islam akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci
untuk memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk shalat di
dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar memilih untuk shalat
ditempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun kemudian,
Masjid Umar didirikan ditempat ia shalat.
 Ketika kaum Muslimin mengadakan pengepungan terhadap kota Baitul
Maqdis selama 4 bulan, penduduk kota itu rela untuk mengadakan
perdamaian dengan kaum Muslimin dan mereka bersedia mengadakan
perdamaian dengan kaum Muslimin dan mereka bersedia menyerahkan kota
suci itu dengan syarat kaum Muslimin harus mendatangkan Khalifah Umar
bin Al-Khatab untuk menerima kota suci itu. Penguasa Nasrani kota itu
adalah bernama pnedeta Sophronius. Beliau mau menyerahkan kota suci itu
dengan syarat Umar sendiri yang harus hadir untuk menerima
penyerahannya. Untuk memenuhi kehendak rakyat Baitul Maqdis itu
panglima yang ketika itu Abu Ubaidah Ibnul Jarrah menulis surat kepada
Umar dan meminta kehadirannya untuk menerima penyerahan kota itu
 Permintaan itu diterima oleh Umar dengan senang hati. Kemudian beliau
dengan ditemani seorang budaknya datang dengan mengendarai seekor unta
bergantian dengan budaknya. Kehadiran Umar secara sederhana itu membuat
takjub hati rakyat Baitul Maqdis. Umar memasuki kota itu dengan penuh
tawadhu kepada Allah yang telah membukakan kota suci itu kepada kaum
Muslimin dengan secara damai. Beliau masuk kota suci itu dengan
didampingi oleh pendeta Sophronius.
 Berdasarkan perjanjian Aelia itulah Khalifah Umar r.a.
menjamin keamanan nyawa dan harta benda segenap penduduk
Yerusalem, juga keselamatan gereja, dan tempat-tempat suci
lainnya. Penduduk Yerusalem juga diwajibkan membayar jizyah
bagi yang non-Muslim. Barang siapa yang tidak setuju,
dipersilakan meninggalkan kota dengan membawa harta-benda
mereka dengan damai. Dalam perjanjian itu ada butir yang
merupakan pesanan khusus dari pemimpin Kristen yang berisi
dilarangnya kaum Yahudi berada di Yerusalem. Ketentuan
khusus ini berangsur-angsur dihapuskan begitu Yerusalem
berubah dari kota Kristen jadi kota Muslim.

Perjanjian Aelia secara garis besar berbunyi: "Inilah perdamaian
yang diberikan oleh hamba Allah 'Umar, Amirul Mukminin,
kepada rakyat Aelia: dia menjamin keamanan diri, harta benda,
gereja-gereja, salib-salib mereka, yang sakit maupun yang
sehat, dan semua aliran agama mereka. Tidak boleh
mengganggu gereja mereka baik membongkarnya, mengurangi,
maupun menghilangkannya sama sekali, demikian pula tidak
boleh memaksa mereka meninggalkan agama mereka, dan tidak
boleh mengganggu mereka. Dan tidak boleh bagi penduduk
Aelia untuk memberi tempat tinggal kepada orang Yahudi."
1. Banyaknya Sahabat yang syahid dalam perang melawan
murtaddin di Yamamah
2. Atas usulan dan desakan Umar bin al-Khottob agar
mengumpulkan al-Qur’an dam satu mushaf, ditakutkan
banyaknya sahabat penghafal al-Qur’an yang syahid.
3. Abu Bakar memrintahkan Zaid bin Tsabit sebagi ketua tim
pengumpulan al-Qur’an
Ibroh dan pengajaran
 1. Pemecatan Khalid bukan disebabkan kebencian atau
pengkhianatan, melainkan berdasarkan ijtihad. Ketika Khalid
wafat, Sayyidina Umar mengucapkan ‘Innaalillaahi wa inna
ilayhi raji’un’ dengan sangat sedih, ini membuktikan bahwa
Umar tidak membenci Khalid.
 2. Adanya kerjasama yang bersih dan istimewa antara Umar
dan Ali ra. Sayyidina Ali merupakan penasihat utama Khalifah
Umar. Sayyidina Umar berkata, “Seandainya tidak ada Ali,
maka celakalah Umar.”
 3. Sebagaimana Abu Bakar adalah orang yang tepat di masa
dan tugas yang tepat, maka begitu pula halnya dengan Umar.
Ketika muslim telah kuat keyakinannya dan tunduk patuh
kepada hukum Islam berkat kerja Abu Bakar, Umar diangkat
menjadi khalifah, di saat mana Islam perlu disebarkan ke luar,
ke seluruh bangsa di dunia. Sekali lagi ini menunjukkan bahwa
Allah adalah Al-Hakim.
 4. Penaklukan Islam terbesar terjadi dibawah kepemimpinan
kholifah ini, sehingga seluruh Persia, Syam dan Mesir berhasil
dibebaskan, umst Islam menyebar di empat penjuru mata
angin.
 5. Pengangkatan Sayydinia Utsman sebagai khalifah adalah
berdasarkan hasil syura. Dan kaum muslimin pada saat itu
yang masih satu jama’ah membai’at Sayyidina Utsman tanpa
berkeberatan, termasuk Sayyidina Ali ra.

Anda mungkin juga menyukai