Anda di halaman 1dari 14

KALIMAT PEMBUKA

“Sesungguhnya aku mempunyai jiwa


perindu; tidak pernah jiwaku meraih sebuah
kedudukan, melainkan ia pasti merindukan
lagi kedudukan di atasnya. Sekarang, ia
telah sampai pada kedudukan yang tertinggi
di dunia (khalifah), dan tidak ada lagi yang
melebihi kedudukan ini, tetapi kini, jiwaku
mulai merindukan surga.
” Umar Bin Abdul Aziz, Khalifah
Rasyidin Kelima.
SUMBER INSPIRASI
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan,
“Tuhan kami adalah Allah”, kemudian mereka
tetap teguh (istiqamah), niscaya malaikat akan
turun kepada mereka dan berkata, ‘Janganlah
kamu takut, dan jangan pula kamu bersedih,
bahkan bergembiralah dengan surga yang telah
dijanjikan untukmu.”
(QS: 41:30)
INTI GAGASAN
 Sebagai manusia beriman, kita meyakini sebuah
prinsip, bahwa bagian yang paling menentukan dari
seseorang adalah akhir hidupnya. Maka, persoalan
paling berat yang kita hadapi sesungguhnya
bukanlah mendaki puncak gunung, tetapi bagaimana
bertahan di puncak gunung itu hingga akhir hayat.

 Mengukir sebuah prestasi besar dalam hidup dan


mempertahankannya hingga akhir hayat, adalah dua
misi dan tugas hidup yang berbeda; berbeda pada
kapasistas energi jiwa yang diperlukannya, berbeda
pada proses-proses psikologisnya, berbeda pada
syarat suksesnya, dan berbeda pula pada ukuran
kesuksesannya.
INTI GAGASAN
 Untuk dapat bertahan di puncak, kita harus menghindari jebakan-
jebakan kesuksesan, seperti rasa puas yang berlebihan atau
perasaan menjadi besar dengan kesuksesan yang telah kita raih.

 Kita harus mempertahankan obsesi pada kesempurnaan pribadi,


melakukan perbaikan berkesinambungan, melakukan
pertumbuhan tanpa batas akhir, dan mempertahankan semangat
kerja dengan menghadirkan kerinduan abadi kepada surga dan
kecemasan abadi dari neraka, serta menyempurnakan semua
usaha-usaha manusiawi kita dengan berdoa kepada Allah untuk
mendapatkan husnul khatimah.

 Semua itu agar kita menjemput takdir sejarah kita yang terhormat
di bawah naungan ridha Allat SWT, dan agar kita kelak
menceritakan episode panjang kepahlawanan ini kepada saudara-
saudara kita di surga.
KONSEP KHUSNUL KHATIMAH
 Hidup kita sesungguhnya merupakan satu kesatuan waktu
yang utuh dan tidak terpisah. Sejak kita memasuki usia
baligh, yaitu usia pembebanan dan pertanggungjawaban,
sejak itu pula catatan kualitas hidup kita mulai dibuka.
Ukuran yang menentukan nilai hidup kita adalah muatan
amal yang terkandung di sepanjang waktu yang kita lalui
dalam hidup.
 Itu sebabnya kita harus menciptakan perimbangan yang
maksimum antara usia dan amal; dimana kita meyakini
rasio produktivitas hidup yang mengatakan bahwa setiap
satu unit waktu seharusnya berisi satu unit atau beberapa
unit amal atau pahala.
 Jadi, akhir hidup seseorang, atau cara seseorang
mengakhiri dan menutup cerita kehidupannya,
sesungguhnya merupakan ukuran yang menentukan
nilai hidupnya. Sebab, itulah potongan hidup yang
menyimpulkan kualitas total dari kehidupan kita, dan
karenanya ia dapat dijadikan sebagai ukuran paling
absah untuk menilai kualitas hidup seseorang.

 Itulah konsep husnul khatimah. Dan dari konsep itulah


kita menemukan mata air baru yang dapat mengantar
kita pada mata air kecemerlangan. Mata air
kecemerlangan itu mengatakan bahwa untuk dapat
bertahan sampai akhir, atau untuk dapat menciptakan
ending cerita kehidupan yang baik, di depan kita
hanya terbentang satu jalan: Konsistensi.
 Apabila kaidah ini dijabarkan lebih jauh, maka kita dapat
mengatakan bahwa adalah penting untuk mendaki sampai
ke puncak gunung, tetapi jauh lebih penting untuk
berusaha bertahan di puncak gunung itu. Bahwasanya
penting untuk berkarya, tetapi jauh lebih lebih penting
untuk tetap berkarya; bahwasanya penting untuk
memberi kontribusi, tetapi jauh lebih penting untuk tetap
memberi kontribusi.

 Nilai yang kita peroleh dari jabaran kaidah ini adalah


kesinambungan. Nilai inilah yang menjelaskan mengapa
ada bintang yang bersinar di langit zaman, namun hanya
sebentar, kemudian redup dan tak pernah bersinar lagi.
Nilai inilah yang menjelaskan mengapa ada orang yang
melegenda dalam ingatan zaman, dan mengapa pula ada
yang muncul ke panggung sejarah untuk kemudian turun
dan tak pernah naik lagi. Nilai inilah yang menjelaskan
rahasia dibalik sabda Rasulullah saw, “ Amal yang paling
dicintai Allah adalah amal yang berkesinambungan,
walaupun hanya sedikit.”
Sarat-sarat Konsistensi
Mewaspadai Jebakan Kesuksesan
Obesi Kesempurnaan
Perbaikan Berkesinambungan
Pertumbuhan
Berkesinambungan
Harapan dan Kecemasan
Doa dan Takdir
Jebakan Kesuksesan

 Rasa puas yang berlebihan


 Merasa sudah menjadi besar secara tidak
objektif
 Keangkuhan akibat sukses
 Menganggap kehebatan diri sebagai
faktor tunggal kesuksesan
Obsesi Kesempurnaan

 Mereka mengendalikan luapan


kegembiraan
 Mereka tetap mengingat keseluruhan
sukses yang mereka rencanakan.
 Mereka berorientasi pada kesempurnaan
 Orientasi mereka bukan sekedar masuk
surga, tetapi masuk di tempat yang
tertinggi dalam surga
Perbaikan Berkesinambungan
 Harus ada objektivitas pada karya sendiri
 Kesempurnaan itu relatif
 Mendekati kesempurnaan secara terus
menerus
 Bertaubat pada sisinya yang positif
Pertumbuhan Berkesinambungan
 Kita harus percaya pada potensi yang
masih tersisa dan terpendam dalam diri
kita
 Kita harus percaya pada proses
pematangan
 Kita harus percaya pada kemampuan kita
untuk terus bertumbuh
Tegar dalam menjalani kehidupan

Komitmen mengaplikasikan nilai-nilai kebenaran


Tidak pernah memiliki rasa takut

Tidak pernah memiliki rasa cemas

Khusnul khatimah

Surga Allah menanti

Anda mungkin juga menyukai