dilakukan para pahlawan, yang membuat umur sejarah mereka selalu lebih panjang dari masa hidup mereka di dunia.” SUMBER INSPIRASI
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling
bermanfaat bagi manusia yang lain” (HR. ) INTI GAGASAN Kehadiran sosial kita tidak boleh berhenti pada tahap partisipasi. Harus ada langkah yang lebih jauh dari sekedar itu. Harus ada karya besar yang kita kontribusikan kepada masyarakat, yang berguna bagi kehidupan mereka; sesuatu yang akan dicatat sebagai jejak sejarah kita, dan sebagai amal unggulan yang membuat kita cukup layak mendapatkan ridha Allah SWT dan sebuah tempat terhormat dalam surga-Nya.
Kontribusi itu dapat kita berikan pada wilayah pemikiran, atau
wilayah profesionalisme, atau wilayah kepemimpinan, atau wilayah finansial, atau wilayah lainnya. Namun, kontribusi apa pun yang hendak kita berikan, sebaiknya memenuhi dua syarat; memenuhi kebutuhan masyarakat kita dan dibangun dari kompetensi inti kita. Masyarakat adalah pengguna karya-karya kita, maka yang terbaik yang kita berikan kepada mereka adalah apa yang paling mereka butuhkan, dan yang tidak dapat dipenuhi oleh orang lain. Akan tetapi, kita tidak dapat berkarya secara maksimal di luar dari kompetensi inti kita. Karena itu, kita harus mencari titik temu diantara keduanya. Distribusi Rahmat dan Peran Sejarah Pemaknaan yang mendalam terhadap peran Nabi Muhammad sebagai rahmat bagi umat manusia seharusnya melahirkan sebuah kesadaran yang mendalam tentang tugas dan peran sejarah kita; pembawa rahmat bagi kemanusiaan yang abadi. Tidak ada makna bagi kehadiran sosial kita, kecuali apabila kita memberikan rahmat bagi masyarakat kita, sehingga kehadiran kita menjadi berkah bagi kehidupan mereka. PENAFSIRAN DISTRIBUSI RAHMAT Dalam perspektif itu, kita harus selalu “memposisikan” diri sebagai pemberi dan pembawa rahmat serta berkah kehidupan, dan apa yang kita ambil dari masyarakat hanyalah efek balik, dari apa yang kita telah berikan kepada mereka. Dalam perspektif itu, kita memandang bahwa “nilai diri” kita sesungguhnya terletak pada sebanyak apa kontiribusi kita di masyarakat. Dalam perspektif itu, kita memandang bahwa “nilai waktu” kita sesungguhnya terletak pada saat-saat dimana kita berkarya dan memberikan kontribusi kepada masyarakat. Dalam perspektif itu, kita memandang masyarakat sebagai muara tempat kita mengorientasikan seluruh karya-karya kita, sehingga “nilai karya” kita terletak pada sejauh apa ia memberikan manfaat bagi masyarakat. Dalam perspektif itu, kita memandang masyarakat sebagai saksi- saksi sejarah. Dimana “nilai hidup” kita di hadapan Allah SWT ditentukan pada apa yang dipersaksikan para saksi sejarah di hadapan Tuhan, atas rahmat yang telah kita berikan kepada mereka. Dalam perspektif itu, kita memandang bahwa kontribusi kita kepada masyarakat kita adalah apa yang kemudian kita rencanakan sebagai “amal unggulan” kita, sesuatu yang dapat menjadi sebab kita memperoleh ridha Allah SWT, dan alasan yang cukup untuk mengantar kita mendapatkan tempat terhormat dalam surga-Nya. Dalam perspektif itu, kita memandang bahwa amal unggulan yang kita rencanakan itu sesungguhnya merupakan “peran sejarah” yang ingin kita emban; yang menjadi cita-cita hidup kita; dan yang menjadi pusat yang mengendalikan dan mengarahkan segenap potensi yang kita miliki. JENIS-JENIS KONTRIBUSI Kontribusi pemikiran- Kontribusi pemikiran baru yang profesionalisme, dimana mencerahkan, atau keahlian yang kita miliki temuan-temuan ilmiah dapat memenuhi baru yang dibutuhkan kebutuhan komunitas masyarakat, atau ilmu dimana kita berada, baik yang kita ajarkan kepada komunitas bisnis mereka, atau karya-karya maupun komunitas seni dan sastra yang sosial. menghaluskan dan menggetarkan jiwa serta memperdalam pemaknaan mereka terhadap kehidupan. KEPEMIMPINAN DAN FINANSIAL Kontribusi Kontribusi finansial, kepemimpinan, dimana dimana kita dengan visi yang kuat meredistribusikan dan jelas kita kembali kekayaan yang memberikan arah bagi kita peroleh dari hasil perjalanan komunitas kerja untuk komunitas kita, dan dengan kita untuk tujuan-tujuan kemampuan leadership yang luhur. kita mensinergikan segenap potensi yang mereka miliki untuk merealisasikan visi tersebut dalam kenyataan. MEMBANGUN TRADISI KEUNGGULAN Karya-karya besar hanya lahir dari orang-orang ulung. Jika kita ingin memberikan kontribusi besar kepada lingkungan sosial kita, maka kita harus membangun tradisi keulungan dalam diri kita. Hal tersebut menyangkut beberapa hal. Kesadaran Sejarah Dan Obsesi Kepahlawanan Pertama, Kesadaran sejarah. Kedua, Obsesi kepahlawanan. Orang-orang ulung biasanya Orang-orang ulung biasanya digerakkan oleh obsesi mempunyai penghayatan dan kepahlawanan. Mereka kesadaran sejarah yang mendapatkan energi jiwa yang mendalam. Biasanya mereka dahsyat dari obsesi kepahlawanan memahami dengan baik sejarah tersebut; sesuatu yang memberi komunitasnya, kondisi mereka kejujuran, keberanian, tekad baja, keteguhan hati, kekiniannya, dan prosepek masa disiplin, dan semangat kerja yang depannya. Mereka juga tak pernah padam. Mereka yakin mempunyai kesadaran yang bahwa para pahlawan yang pernah mendalam tentang peran-peran mengisi panggung sejarah kesejarahan yang dapat mereka mempunyai kesamaan dengan emban bagi kesinambungan dirinya, dan bahwa apa yang sejarah komunitasnya. dinanti anak manusia sepanjang sejarahnya sesungguhnya hanyalah sentuhan tangan-tangan ajaib para pahlawan. Orientasi Pada Karya Dan Sifat-sifat keulungan Ketiga, Orientasi pada karya. Keempat, Sifat-sifat keulungan.
Orang-orang ulung biasanya Orang-orang ulung biasanya tidak
tidak suka menipu diri sendiri menggantungkan kebesaran dengan omongan-omongan mereka pada kecerdasan mereka besar. Fokus mereka selalu semata. Mereka biasanya percaya tertuju semata-mata kepada bahwa sifat-sifat jiwa tertentu karya-karya besar yang mereka jauh lebih besar pengaruhnya rencanakan. Mereka dalam menciptakan sukses berkeyakinan nilai mereka daripada faktor kecerdasan. Sifat- sesungguhnya terletak pada sifat jiwa yang berpengaruh karya yang mereka besar dalam kesuksesan dan persembahkan, bukan pada keulungan mereka adalah omongan besar mereka. kesabaran, ketekunan, keuletan, dan ketangguhan. Kerja Keras Dan Sinergi Kecerdasan Kelima, Kerja keras. Keenam, Sinergi kecerdasan.
Orang-orang ulung biasanya Orang-orang ulung biasanya
percaya bahwa pada akhirnya menggunakan seluruh melahirkan karya-karya besar instrumen kecerdasannya bukanlah pekerjaan mudah. untuk melahirkan karya- Hanya orang-orang yang kerja karyanya. Mereka tidak hanya keras terus menerus, orang- orang yang dapat mengalahkan mengandalkan kecerdasan kelelahan, yang dapat otak saja, tetapi juga menghasilkan karya-karya besar. menggunakan seluruh aspek Orang-orang ulung, biasanya, kecerdasannya, mulai dari adalah para pekerja keras. kecerdasan otak, kecerdasan emosi hingga kecerdasdan spiritualnya secara sinergi untuk melahirkan karya-karya mereka. Penutup Berdoalah kepada Allah agar Ia memberikan anda kekuatan mewujudkan amal unggulan tersebut.