Anda di halaman 1dari 32

PENDIDIKAN

BERBASIS BUDAYA
DAN NILAI-NILAI
SPIRITUALITAS
3 KERANGKA BERPIKIR
1. Model Pelatihan Kepemimpinan Sekolah dan Model Program
LUBER diharapkan dapat membangun kerangka pikir untuk
reformasi sekolah.
2. Tiap-tiap sekolah diajak untuk mempertajam budaya mutu
sekolah berdasarkan keunggulan serta karakteristik unit mereka;
mulai dari nilai-nilai Yayasan, keutamaan Santo-santa Pelindung
Sekolah, Kearifan Lokal, dan Profil Pelajar Pancasila.
3. Selain, itu ujung tombak pembelajaran di kelas adalah Guru.
Guru yang akan membawa perubahan pada siswa.
MENEMUKAN MUARA
IDENTITAS DI ERA CAIR
DUNIA POSMODERN LIQUID MODERNITY
Matinya Narasi Besar. masyarakat yang
Orang perlu mengalami proses
pergeseran dari satu
diperhatikan dalam struktur padat yang
narasi kecil yang berubah menjadi bentuk
mendetil. lain dari soliditas.
STRUKTUR SOSIAL

Pola relasi dalam masyarakat yang


menentukan hubungan kuasa antar
individu-individu di dalamnya yang
ditentukan oleh sistem nilai yang
dianut.
BEBERAPA CONTOH
 Anak-anak muda kelompok Islam yang
lebih merasa bermakna masuk dalam FPI.
 Kelompok muda Kristen yang terlibat
dalam konflik di Ambon.
 Kelompok muda Katolik yang suka
melakukan penginjilan.
ORANG-ORANG INI
MEMBUTUHKAN SISTEM
NILAI
LALU APA YANG BISA
MEMBUAT HATI MEREKA
BERGELORA
Apa yang menarik bagi mereka?
Bagaimana menjaga loyalitas
mereka?
Spriritual • kepekaan atau keterikatan
itas pada nilai-nilai agama
• karakteristik kehidupan
sehari-hari (seperti cara
Budaya hidup) yang dimiliki oleh
orang-orang di suatu tempat
atau waktu
BEBERAPA ISTILAH

1.Konstruksi Sosial
2.Dekonstruksi Sosial
3.Rekonstruksi Sosial
REALITAS YANG SAKRAL
MIRCEA ELIADE
 Agama harus dipahami sebagaimana ia tumbuh dalam
tahapan-tahapan sendiri dan hal ini akan mungkin
dilaksanakan kalau agama dipelajari sebagai sesuatu yang
religious.
 Agama tidak bisa dilepaskan dari spiritualitas
 Mencoba memahami esensi agama hanya melalui beberapa
fenomena, seperti psikologi, sosiologi, ekonomi, bahasa,
seni atau bidang-bidang lain, adalah salah besar, karena suti-
studi ini melupakan satu hal ‘unik’ dan bagian yagn sama
sekali tidak bisa direduksi dalam agama yaitu dimensi
sakralitas agama.
YANG SACRAL DAN YANG
PROFAN
 Yang Profan adalah bidang kehidupan sehari-hari yaitu hal-
hal yang dilakukan secara teratur, acak dan sebenarnya tidak
terlalu penting.
 Yang sacral adalah wilayah yang supernatural, sesuatu yang
ekstra ordinasi, tidak mudah dilupakan dan teramat penting.
 Yang profan itu mudah hilang, yang sacral abadi.
 Yang profane itu dipenuhi chaos, yang sacral asal dari
keteraturan.
AGAMA SEBAGAI SISTEM
BUDAYA
CLIFFORD GEERTZ
“Agama adalah suatu sistem simbol yang
bertujuan untuk menciptakan perasaan dan
motivasi yang kuat, mudah menyebar, dan
tidak mudah hilang dalam diri seseorang
dengan cara membentuk konsepsi tentang
sebuah tatanan umum eksistensi dan
melekatkan konsepsi ini kepada pancaran-
pancaran faktual, dan pada akhirnya perasaan
dan motivasi ini akan terlihat sebagai suatu
realitas yang unik.”
 Realitas atau wujud (being) adalah
eksistensi yang terdapat dalam 'I' dan
bukan dalam 'it'. Oleh sebab itu, pusat
pemikiran dan arti adalah dalam eksistensi
seorang pemikir.
Sartre 
'Jika kita melihat sebuah pisau kertas, kita tahu
bahwa pisau tersebut telah dibuat oleh seseorang
yang mempunyai konsep pisau. Jadi sebelum pisau
itu jadi, pisau tersebut telah dikonsepsikan sebagai
suatu benda yang mempunyai maksud tertentu dan
dibuat dengan suatu proses tertentu pula. Dengan
begitu maka esensi pisau kertas telah ada sebelum
pisu itu ada. Mengenai manusia, keadaannya
berlainan, ia ada dan baru kemudian
eksistensinya tampak.
AGAMA DAN BUDAYA PUNYA
MODAL BESAR UNTUK
MENYENTUH RUANG BATIN
SISWA
2 CONTOH KASUS

1. Abing Santoso.
2. Komunitas Srikandi
Lintas Iman.
"Ada cinta yang harus saya hormati selain
keluarga, yaitu seni dan budaya indonesia.
Semoga mendapat perhatian dan dukungan
lebih dan banyak ruang untuk kelestariannya,"
Komunitas Srikandi Lintas Iman
(SRILI) Yogyakarta berusaha menyemai nilai-
nilai toleransi dan mengawal keberagaman
melalui peran aktif perempuan sebagai agen
perdamaian.
EDWARD SAID

Oriental
Vs
Occident
 Mengkritik pandangan, konsep dan konstruksi Barat tentang Timur. Pemikiran
ini menimbulkan pengaruh yang besar bagi analisis kolonialisme dan
pemikiran colonial.
 Konstruk barat (colonial) terhadap budaya dan identitas orang dan budaya
Timur tidak terlepas dari kepentingan, ideology dan etnosentrisme Barat.
 Focus pada masalah ketikadilan dalam bidang social budaya dan ilmu
pengetahuan yang diakibatkan oleh hegemoni, kolonialisme serta narsisme
dan kekerasan epistemology Barat yang sudah berkembang sejak awal abad
modern.
 Kajian poskolonial “menawarkan” sebuah pemahaman kritis dan berupaya
mengungkap berbagai dimensi ideologis, hegemonis dan imprealis yang
terdapat dalam ilmu social-budaya.
 Wacana poskolonial disebut juga wacana yang berada “di luar Orientalisme”
karena berupaya untuk mengubah “konstruksi” realitas kontemporer model
berpikir Barat modern.
POSISI EDWARD SAID
 Mendekonstruksi pandangan oposisi biner di atas.
 Pandangan kaum kolonialis Barat (khususnya kaum oriental) yang
merendahkan pandangan Timur (masyarakat jajahannya) sebagai
konstruksi social-budaya yang tidak terlepas dari kepentingan dan
kekuasaan mereka. Sehingga, pandangan dan teori-teori yang
dihasilkannya tidaklah netral dan obyektif sebagaimana mereka duga.
 membongkar narsisme dan kekerasan epistemology Barat terhadap
Timur dengan menunjukkan bias, kepentingan, kuasa yang
terkandung dalam berbagai teori yang dikemukakan kaum kolonialis
dan orientalis
3 SUDUT MELIHAT KATA
“ORIENTALISME”
a) mode atau paradigma berpikir yang berdasarkan epistimologi
dan ontology yang secara tegas membedakan antara Timur
dengan Barat;
b) gelar akademis untuk menggambarkan serangkaian lembaga,
disiplin dan kegiatan yang umumnya terdapat pada universitas
Barat yang peduli pada kajian masyarakat dan kebudayaan
Timur;
c) lembaga resmi yang pada hakekatnya peduli pada Timur.
PEMBONGKARAN IDE

Kita Bisa
Kita Berkontribusi Lebih
kepada yang lain
Sepadan (Dalam poin
tertentu).
MENJADIKAN
PERUBAHAN
ISU BERSAMA
STRUKTUR DAN AGENSI
2 CARA MENDAPATKAN
PENGARUH
1. Mendapatkan pengaruh melalui 4 macam
kapital  Ekonomi, simbolis, budaya, sosial 
Digunakan sebagai kekuatan untuk
mendominasi.
2. Mendapatkan pengaruh dengan membangun
struktur di dalam struktur  Proses senyap
yang lebih mungkin bertahan lama.
Strategic Action Field

1. Social Framing 2. Agenda Setting


Menunjukkan “Kita ada Agenda yang ditawarkan
dalam masalah dan kita  amat baik kalau
melangkah kemana?” mereka menganggapnya
sebagai agenda pribadi.
4. Robust Action 3. Brokering
SKILLED
Secara cerdik membangun SOCIAL New Identity: Sembari
narasi yang memungkinkan ACTOR menerima identitas lama,
orang tanpa merasa dipaksa memeluk identitas baru
menerima identitas baru. (biasa berupa jargon-
GOALNYA ADALAH ORANG
MELAKUKAN DAN
MENGUPAYAKAN
PERUBAHAN TANPA MERASA
DIPAKSA
(VOLUNTARY PARTICIPATION)
MARI MENJAWAB
1. Apa permasalahan yang sedang terjadi yang “Mendesak
untuk diubah”?
2. Apa bentuk kegiatan-kegiatan yang dibuat sebagai
jawaban atas pertanyaan yang ada?
3. Apa identitas baru yang hendak ditawarkan?
4. Bagaimana caranya supaya orang tidak merasa dipaksa
untuk berubah?

Anda mungkin juga menyukai