Anda di halaman 1dari 28

KONSEP MOTIVASI, PERILAKU SOSIAL DAN CULTURAL

AWARENESS

MAKALAH

Dosen Pengampu: Murdayah, M.Keb

Oleh:

1. Alin Amelia Rusli

2. Della Marshanda

3. Engga Luana

4. Ika Oktaviani

5. Indra Permata Sari Halawa

6. Meri Andani

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

JURUSAN KEBIDANAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis
dapatmenyelesaikan makalah yang berjudul “konsep motivasi, prilaku sosial dan cultural
awareness” ini.

Makalah ini dibuat agar pembaca dapat menambah wawasan tentang konsep motivasi, prilaku
sosial dan cultural awareness. Selain itu, pembaca juga mampu untuk mengetahui bagaimana
konsep motivasi, prilaku sosial dan cultural awareness tersebut.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis
memohon maaf atas kesalahan-kesalahan, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jambi, 29 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................................ 5
BAB II............................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN............................................................................................................................. 6
2.1 Pendekatan dalam Sistem Banjar di Bali............................................................................6
2.2 Pendekatan dalam Sistem Pesantren...................................................................................8
2.3 Motivasi............................................................................................................................ 10
2.4 Pengertian Prilaku Sosial..................................................................................................17
2.5 Pengertian Cultural Awareness........................................................................................ 21
2.6 Tingkat Cultural Awareness............................................................................................. 22
BAB III..........................................................................................................................................25
PENUTUP.....................................................................................................................................25
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................25
3.2 Saran................................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................26
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aktivitas belajar kegiatan yang tidak terlepas dari faktor lain. Belajar tidak akan pernah

dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat baik dari dalam yang lebih utama maupun dari luar
sebagai upaya lain yang tidak kalah pentingnya. Faktor lain yang mempengaruhi aktivitas belajar
seseorang itu dalam pembahasan ini disebut motivasi. Motivasi adalah gejala psikologis dalam
bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan
suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi bisa juga dalam bentuk usaha-usaha yang dapat
menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin
mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.

Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada

seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar.
Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya
diketahui, tetapi juga harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar.

Perilaku sosial seseorang merupakan sifat relatif untuk menanggapi orang lain dengan

cara-cara yang berbeda-beda. Misalnya dalam melakukan Kerja sama, ada orang yang
melakukannya dengan tekun, sabar dan selalu Mementingkan kepentingan bersama diatas
kepentingan pribadinya. Sementara di pihak lain, ada orang yang bermalas-malasan, tidak
sabaran dan Hanya ingin mencari untung sendiri.Sejak dilahirkan manusia membutuhkan
pergaulan dengan orang lain Untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Pada perkembangan
menuju Kedewasaan, interaksi sosial diantara manusia dapat merealisasikan Kehidupannya
secara individual. Hal ini dikarenakan jika tidak ada timbal Balik dari interaksi sosial maka
manusia tidak dapat merealisasikan potensi-Potensinya sebagai sosok individu yang utuh sebagai
hasil interaksi sosial. Potensi-potensi itu pada awalnya dapat diketahui dari perilaku
kesehariannya. Pada saat bersosialisasi maka yang ditunjukkannya adalah perilaku sosial
Menurut Jamaris dalam Susanto (2014:138), perilaku sosial diartikan Sebagai perilaku yang
dilakukan secara sukarela (voluntary), yang dapat Menguntungkan atau dapat menyenangkan
orang lain tanpa antisipasi reward Eksternal. Perilaku sosial ini dilakukan dengan tujuan yang
baik, seperti Menolong, membantu, berbagi, dan menyumbang atau menderma. Sedangkan
Menurut Raven dan Rubin dalam Susanto (2014:138), perilaku sosial sebagai Suatu perilaku
yang secara sukarela dilakukan

dengan tujuan agar dapat Bermanfaat untuk orang lain.

1.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan apa yang di maksud dengan pelayanan kebidanan pendekatan melalui Banjar di
Bali?

2. Jelaskan pelayanan kebidanan Pendekatan melalui pasentren?

3. Jelaskan apa yang di maksud dengan Fungsi, Konsep, Jenis Dan Teori Motivasi?

4. Jelaskan apa yang di maksud dengan Perilaku Sosial?

5. Jelaskan apa yang di maksud dengan cultural awareness?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan pendekatan melalui Banjar di Bali

2. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan pendekatan melalui pasentren

3. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan Motivasi

4. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan perilaku sosial

5. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan cultural awareness


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendekatan dalam Sistem Banjar di Bali

A. Pengertian

Di samping kelompok-kelompok kerabat patrilineal yang mengikat orang Bali

berdasarkan atas prinsip keturunan. Ada pula bentuk kesatuan-kesatuan social yang didasarkan
atas kesatuan wilayah, ialah desa. Kesatuan-kesatuan social serupa itu kesatuan yang diperkuat
oleh kesatuan adat dan upacara-upacara keagamaan yang keramat.

Pada umumnya tampak beberapa perbedaan antara desa adat di pegunungan dan desa

adat di tanah datar. Desa-desa adat di pegununggan biasanya sifatnya lebih kecil dan
keanggotaannya terbatas pada orang asli yang lahir didesa itu juga. Sesudah kawin, orang itu
langsung menjadi warga desa adat (karma desa) dan mendapat tempat duduk yang khas di balai
desa yang disebut bale agung, dan berhak mengikuti rapat-rapat desa yang diadakan secara
teratur pada hari-hari yang tetap. Desa-desa adat di tanah datar. Desa-desa adat di pegunungan
biasanya sifatnya lebih kecil dan keanggotaannya terbatas pada orang asli yang lahir didesa itu
juga. Sesudah kawin, orang itu langsung menjadi warga desa adat (krama desa ) dan mendapat
tempat duduk yang khas di balai desa yang disebut bale agung, dan berhak mengikuti rapat-rapat
desa yang diadakan secara teratur pada hari-hari tatap. Desa-desa adat di tanah datar biasanya
sifatnya besar dan meliputi daerah yang tersebar luas. Demikian sering terdapat differensisasi
kedalam kesatuan-kesatuan adat yang khusus didalamnya, yang disebut banjar. Sifat
keanggotaan banjar tidak tertutup dan terbatas kepada orang-orang asli yang lahir di dalam
banjar itu juga.

Demikian kalau ada orang-orang dari wilayah-wilayah lain atau yang lahir di banajar lain,
yang kebetulan tingal di sekitar wilayah banjar yang bersangkutan, mau menjadi warga, hal itu
bisa saja. Pusat dari banjar adalah bale banjar dimana para warga banjar saling bertemu dan
berapat pada hari-hari yang tetap. Banjar di kepalai oleh seorang kepala yang disebut kelian
banjar (kliang). Ia pilih untuk suatu masa jabatan yang tertentu oleh warga banjar. Tugasnya
tidak hanya menyangkut segala urusan dalam lapangan kehidupan sosial dari banjar sebagai satu
komuniti, tetepi juga lapangan kehidupan keagamaan. Kecuali itu, ia sering kali harus juga
memecahkan hal-hal yang menyangkut hukum adat tanah dan dianggap ahli dalam adat banjar
pada umumnya. Adapun soal-soal yang bersangkutan dengan irigasi dan pertanian. Biasanya
berada diluar wewenangnya. Hal itu adalah wewenang organisasi irigasi subak, yang telah
tersebut diatas. Walaupun demikian, di dalam rangka tugas administratif: dimana ia bertanggung
jawab kepada pemerintah di atasnya, ia bahkan tak dapat melepaskan diri sama sekali dari soal-
soal irigasi dan pertanian di banjarnya. Disamping mengurus persoalan ibadat, baik mengenai
banjar sendiri, maupun wargabanjar, klian banjar juga mengurus hala-hal yang sifatnya
administratif pemerintahan.

B. Cara-cara pendekatan bidan di dalam wilayah banjar Bali

1. Mengerakan dan membina peran serta masyarakat. Dalam bidang kesehatan, dengan
melakukan penyuluhan kesehatan yang sesuai dengan permasalahan kesehatan setempat.

2. Pemerintah menjalankan nya dengan cara menerapkan PosKesDes (Pos Kesehatan


Desa), yang ditujukan kepada seluruh masyarakat, yang terjangkau sampai kedaerah
pedalaman.

3. Penyuluhan kesehatan masyarakat dimaksudkan dapat menghasilkan perubahan perilaku


yang lestari untuk keluarganya, individu keluarga dan masyarakat itu sendiri.

4. Penyuluhan kesehatan masyarakat dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan


derajat kesehatan masyarakat.
5. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader termasuk dukun, (peran
bidan sebagai pendidik ). Bersama kelompok dan masyarakat menanggulangi maslah
kesehatan khususnya yang berhubungan dengan kesehatan ibu , anak dan KB.

2.2 Pendekatan dalam Sistem Pesantren

A. Pengertian Pondok pesantren

Pondok pesantren adalah pendidikan Islam yang menggembangkan fungsi pedalaman

agama, kemasyarakatan dan penyiapan sumber daya manusia.

B. Tujuan dan sasaran pondok pesantren.

Bidan harus memiliki keterampilan professional agar dapat memberikan pelayanan

kebidanan yang bermutu untuk memenuhi tuntutan kebutuhan rasional, agar bidan dapat
menjalankan peran fungsinya dengan baik maka perlu adanya pendekatan social budaya yang
dapat menjembati pelayanan pasien. Tercapainya pelayanan kebidanan yang optimal, perlu
adanya tenaga bidan yang professional dan dapat diandalkan dalam memberikan pelayanan
kebidanan berdasarkan kaidah-kaidah profesi, antara lain memiliki pengetahuan yang kuat,
menggunakan pendekatan asuhan kebidanan. Bidan dapat menunjukan otonominya dan
akuntabilitas profesi melalui pendekatan sosial dan budaya yang kuat. Bentuk-bentuk pendekatan
yang dapat digunakan oleh bidan dalam pelayanan kesehatan sebagai berikut :

1. Ekatam sosial

2. Survai mawas diri

3. Musyawarah masyarakat pondok pesantren

4. Pelatihan

5. Pelaksanaan kegiatan
6. Pembinaan Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan islam yang mengembangkan
fungsi pendalaman agama, kemasyarakatan dan penyiapan sumber daya manusia.
Melalui pedidikan agama, pendidikan formal, pendidikan kesenian.

Tujuan umum : tercapainya pengembangan dan pemantapan kemandirian pondok

pesantren dan masyrakat sekitar dalam bidang kesehatan.

Tujuan khusus : tercapainya pengertian positif pondok pesantren dan masyarakat

sekitarnya tentang norma hidup sehat, meningkatkan peran serta pondok pesantren dalam
menyelenggarakan upaya kesehatan, terwujudnya keteladanan hidup sehat di lingkungan pondok
pesantren.

C. Pembahasan pelayanan kebidanan dalam pendekatan melalui pesantren

Kebidanan sendiri merupakan bagian integral dari sistim kesehatan dan berkaitan dengan

segala sesuatu yang menyangkut pendidikan, praktek dan kode etik bidan dimana dalam
memberikan pelayanannya mengyakini bahwa kehamilan dan persalinan adalah suatu proses
fisiologi normal dan bukan merupakan penyakit, walaupun pada beberapa kasus mungkin

berkomplikasi sejak awal karena kondisi tertentu atau komplikasi bisa timbul kemudian.

Fungsi kebidanan adalah untuk memastikan kesejahteraan ibu dan janin/ bayinya,

bermitra dengan perempuan, menghormati martabat dan memberdayakan segala potensi yang
ada padanya, termasuk proses penjaminan kesehatan ibu dan bayinya serta untuk menghindari

kasus gizi buruk bagi bayi.

Kemudian praktek kebidanan adalah asuhan yang diberikan oleh bidan secara mandiri

baik pada perempuan yang menyangkut proses reproduksi, kesejahteraan ibu dan janin / bayinya,
masa antara dalam lingkup praktek kebidanan juga termasuk pendidikan kesehatan dalam hal
proses reproduksi untuk keluarga dan komunitasnya. Praktek kebidanan berdasarkan prinsip
kemitraan dengan perempuan, bersifat holistik dan menyatukannya dengan pemahaman akan
pengaruh sosial, emosional, budaya, spiritual, psikologi dan fisik dari pengalaman reproduksinya.
Praktek kebidanan bertujuan menurunkan / menekan mortalitas dan morbilitas ibu dan bayi yang
berdasarkan ilmu- ilmu kebidanan, kesehatan,medis dan sosial untuk memelihara, meningkatkan
dan melindungi kesehatan ibu dan janin / bayinya.

2.3 Motivasi

1. Pengertian Motivasi

a. Pengertian motivasi menurut beberapa para ahli :

 T. Hani Handoko

“Keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk


melakukan kegiatan tertentu guna mencapai Tujuan”.

 H. Hadari Nawawi

“Suatu keadaan yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan


sesuatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar”.

 Anwar Prabu Mangkunegara

“kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara


prilaku yang berubungan dengan lingkungan kerja”.

 Henry Simamora

“Sebuah fungsi dari pengharapan individu bahwa upaya tertentu akan


menghasilkan tingkat kinerja yang pada gilirannya akan membuahkan imbalan
atau hasil yang dikehendki”.

 Chung dan Megginson yang dikutip oleh Faustino Cardoso Gomes


“Tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang yang mengejar suatu tujuan dan
berkaitan dengan kepuasan kerja dan perfoman pekerjaan”.

Dari pengertian-pengertian motivasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi

merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau menggerakan
seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang dilakukannya sehingga ia dapat mencapai
tujuannya (Cristian pradana. 2017).

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Motivasi sebagai proses batin atau proses psikologis dalam diri seseorang,

sangatdipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain :

a. Faktor Eksterna.

1) Lingkungan social

2) Pemimpin dan kepemimpinannya

3) Tuntutan perkembangan organisasi atau tugas.

4) Dorongan atau bimbingan atasan

b. Faktor Interna

1) pembawaann individu.

2) Tingkat pendidikan.

3) Pengalaman masa lampau.

4) Keinginan atau harapan masa depan. (Robbins P, Stephen. 2007)

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi Menurut para ahli:

1) Muhidin Syaha
Faktor internal adalah faktor ynag ada dalam diri manusia itu sendiri yang berupasikap,
kepribadian, pendidikan, pengalaman dan cita-cita.

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri manusia itu sendiriyang terdiri
dari :

i. Lingkungan sosial, yang meliputi lingkungan masyarakat, tetangga,


teman,orangtua/keluarga dan teman sekolah.

ii. Lingkungan non sosial meliputi keadaan gedung sekolah, letak sekolah, jarak
tempat tinggal dengan sekolah, alat-alat belajar, kondisi ekonomi orangtua dan
lain-lain.

2) Sumanto

Menggolongkan faktor yang mempengaruhi belajar anak menjadi tiga macam,yaitu:

i. Faktor-faktor stimulasi belajar

Yang dimaksud faktor stimulasi belajar adalah segala hal di luar individu ituuntuk
mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimulasi dalam penelitianini
mencakup materiil serta suasana lingkungan yang ada di sekitar siswa.

ii. Faktor metode belajar

Metode yang dipakai guru sangat mempengaruhi belajar siswa. Metode yang
menarik dapat menimbulkan rangsangan dari siswa untuk meniru
danmengaplikasikannya dalam cara belajarnya.

iii. Faktor-faktor individual

Faktor ini menyangkut hal-hal berikut: kematangan, faktor usia, jenis kelamin,
pengalaman, kapasitas mental, kondisi kesehatan fisik dan psikis, rohani serta
motivasi.
3. Fungsi Motivasi

Adapun fungsi motivasi ada tiga, yaitu:

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor


yangmelepaskan energi.

2) Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

3) Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang


harusdijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu dengan menyisihkan
perbuatan- perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

4. Konsep Motivasi

Konsep motivasi yang dijelaskan oleh Soekanto,Soerjono. 2005 adalah sebagai berikut:

1) Model Tradisional Untuk memotivasi pegawai agar gairah kerja meningkat perlu
diterapkan sistem insentif dalam bentuk uang atau barang kepada pegawai yang
berprestasi.

2) Model Hubungan Manusia Untuk memotivasi pegawai agar gairah kerjanya


meningkat adalah dengan mengakui kebutuhan sosial mereka dan membuat mereka
merasa berguna dan penting.

3) Model Sumber Daya Manusia Pegawai dimotivasi oleh banyak faktor, bukan hanya
uang atau barang tetapi jugakebutuhan akan pencapaian dan pekerjaan yang berarti

5. Jenis-jenis Motivasi

1) Motivasi Biogenetis

Motivasi biogenetis yaitu motivasi yang berasal dari diri manusia yang dilakukan untuk
kelangsungan hidupnya. Contoh makan, minum, bernafas, dan lain-lain.
2) Motivasi Sosiogenetis

Motivasi ini dipelajari orang dan berasal dari lingkungan di mana orang tersebut berada.
Contoh ingin tahu, konferensi, cinta, harga diri, motivasi akan nilai dan makna kehidupan,
dan motivasi pemenuhan diri.

3) Motivasi Teogenesis

Motivasi teogenesis adalah berasal dari hubungan antara manusia dan Tuhannya.

Contoh : beribadah, berdo’a, shalat, dan sebagainya.

6. Teori Motivasi

1) Teori Motivasi ABRAHAM MASLOW (Teori Kebutuhan)

Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusi


memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk
piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu
dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis
dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanyaakan penting setelah
kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi
sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang
penting;

a. Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)

b. Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)

c. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain,diterima,
memiliki)

d. Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan


mendapatkandukungan serta pengakuan)
e. Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami,
danmenjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan;
kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya).

2) Teori Motivasi HERZBERG (Teori dua faktor)

Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk
berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu
disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik).

a. Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk


didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan,
dansebagainya (faktor ekstrinsik)

b. Faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang


termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat
kehidupan,dsb (faktor intrinsik).

3) Teori Motivasi DOUGLAS McGREGOR

Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X (negative) dan teori y(positif),
Menurut teori x empat pengandaian yag dipegang manajera.

a. Karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja.

b. Karyawan tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau diancam dengan
Hukuman untuk mencapai tujuan.

c. Karyawan akan menghindari tanggung jawab.

d. Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas semua factor yang


dikaitkandengan kerja. Kontras dengan pandangan negative ini mengenai kodrat
manusia ada empat teori Y :

i. Karyawan dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti istirahat dan


bermain.
ii. Orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka
komit pada sasaran.

iii. Rata rata orang akan menerima tanggung jawab.

iv. Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif.

4) Teori Motivasi VROOM (Teori Harapan )

Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa
seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya,
sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi
rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:

a. Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas.

b. Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil
dalammelakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome
tertentu).

c. Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, ataunegatif.
Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapan.Motivasi
rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan.

5) Teori Motivasi ACHIEVEMENT Mc CLELLAND (Teori Kebutuhan Berprestasi)

Teori yang dikemukakan oleh Mc Clelland (1961), menyatakan bahwa ada tiga hal
penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:

a. Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)

b. Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama


dengansoscialneed-nya Maslow)

c. Need for Power (dorongan untuk mengatur).

6) Teori Motivasi CLAYTON ALDERFER (Teori “ERG)


Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan padakebutuhan
manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan
(growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow. Disini Alfeder mengemukakan
bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi maka manusia
akan kembali pada gerakk yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu
dan dari situasi ke situasi.

2.4 Pengertian Prilaku Sosial

A. Dari sudut biologis,

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat

diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilakuadalah suatu kegiatan atau aktivitas
organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Olehsebab itu, dari sudut pandang biologis
semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu
berperilaku, karena mereka mempunyaiaktifitas masing- Masing. Perilaku kesehatan adalah
suatu respon seseorang atauorganisme terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit
atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman serta
lingkungan.( Koentjaraningrat 2006).

Menurut teori tentang prilaku:

1) Secara operasional, perilaku dapat diartikan sebagai suatu respons organisme


atauseseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut (Soekidjo,1993)

2) Ensiklopedi Amerika Perilaku diartikan sebagai sebagai suatu aksi-reaksi


organismeterhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang
diperlukanuntuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti
rangsangantertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu
(Notoatmodjo,1997).
3) Robert Kwick (1974), perilaku adalah tindakan suatu organisme yang dapat
diamatidan bahkan dapat dipelajari.

4) Umum, perilaku manusia pada hakikatnya adalah proses interaksi individu dengan
lingkungannya sebagai manifestasi hayati dari bahwa dia adalah makhluk
hidup(Kusmiyati & Desminiarni, 1990)

5) Drs. Leonard F. Polhaupessy, Psi. Dalam sebuah buku yang berjudul


“PerilakuManusia”, menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat
diamati dari luar,Seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau
mobil. Untukaktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki yang satu
harus diletakkan pada kaki yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk perilaku. Cerita ini
dari satu segi. Jika seseoang duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia
dikatakan sedang berperilaku. Ia sedang membaca. Sekalipun pengamatan dari luar
sangat minimal, sebenarnya perilaku ada dibalik tirai tubuh, di dalam tubuh
manusia. Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraia yang
dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baikyang
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar
(Notoatmodjo,2005).

B. Bentuk-Bentuk Perilaku

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan
menjadidua (Notoatmodjo, 2005):

1) Perilaku tertutup (convert behavior)

Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung
atau tertutup ( convert ). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2) Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata
atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau
praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

C. Jenis-Jenis perilaku

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah
semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang
tidak dapat diamati oleh pihak luar ( Notoatmodjo,2005).

Adapun jenis-jenis perilaku antara lain, yaitu :

1) Perilaku Refleksif

Perilaku refleksif adalah perilaku yang terjadi atas reaksi secara spontan
terhadapstimulus yang mengenai organisme tersebut. Misalnya kedip mata bila
kena sinar;gerak lutut bila kena sentuhan palu; menarik tangan apabila menyentuh
api dan lainsebagainya. Perilaku refleksif terjadi dengan sendirinya, secara
otomatis. Stimulusyang diterima organisme tidak sampai ke pusat susunan syaraf
atau otak sebagai pusatkesadaran yang mengendalikan perilaku manusia. Dalam
perilaku yang refleksif,respons langsung timbul begitu menerima stimulus.
Dengan kata lain, begitu stimulusditerima oleh reseptor, begitu langsung respons
timbul melalui afektor, tanpa melalui pusat kesadaran atau otak.Perilaku ini pada
dasarnya tidak dapat dikendalikan. Hal inikarena perilaku refleksif merupakan
perilaku yang alami, bukan perilaku yang alami,bukan perilaku yang di bentuk
oleh pribadi yang bersangkutan.

2) Non-Refleksif Perilaku

Non-refleksif adalah perilaku yang dikendalikan atau diatur oleh pusat


kesadaran/otak. Dalam kaitan ini, stimulus setelah diterima oleh reseptor langsung
diteruskan ke otak sebagai pusat syaraf, pusat kesadaran, dan kemudian
terjadirespons melalui afektor. Proses yang terjadi didalam otak atau pusat
kesadaran inilahyang disebut proses psikologis. Perilaku atau aktivitas atas dasar
proses psikologisinilah yang disebut aktivitas psikologis atau perilaku psikologis
(Branca, 1964). Pada perilaku manusia, perilaku psikologis inilah yang dominan,
merupakan perilaku yangdominan dalam pribadi manusia. Perilaku ini dapat
dibentuk, dapat dikendalikan.Karena itu dapat berubah dari waktu ke waktu,
sebagai hasil proses belajar.

D. Proses Perubahan Prilaku

Pembentukan perilaku merupakan bagian yang sangat penting dari usaha mengubah

perilaku seseorang. Berikut beberapa langkah yang perlu diambil untuk merubah perilaku:

1) Menyadari

Menyadari merupakan proses dimana seseorang membuat identifikasi tentangapa/ bagian


mana yang diinginkan untuk diubah dan mengapa perubahan tersebutdiinginkan. Dalam
hal ini perlu diingat bahwa kesadaran tersebut harus menyatakankeinginan bukan
ketakutan.

2) Mengganti

Setelah seseorang menyadari untuk merubah perilakunya, maka proses selanjutnya yang
perlu dilakukan adalah mengganti. Mengganti merupakan proses melawan bentuk
keyakinan, pemikiran, dan perasan yang diyakini salah.

3) Mengintrospeksi

Mengintropsi merupakan proses dimana seseorang membuat penilaian mengenai apa


yang sudah diraih dan apalagi yang perlu untuk dilakukan. Di samping itu instropeksi
juga berguna untuk mendeteksi kadar self-excusing yang bisa jadimasih tetap ada dalam
diri seseorang hanya karena lupa membuat elaborasi, analogi,atau interpretasi dalam
memahami dan melaksanakan.
2.5 Pengertian Cultural Awareness

Kesadaran budaya (Cultural awareness) adalah kemampuan seseorang untuk melihat

keluar dirinya sendiri dan menyadari akan nilai-nilai budaya, kebiasaan buda yayang masuk.
Selanjutnya, seseorang dapat menilai apakah hal tersebut normal dan dapat diterima pada
budayanya atau mungkin tidak lazim atau tidak dapat diterima di budayalain. Oleh karena itu
perlu untuk memahami budaya yang berbeda dari dirinya dan menyadari kepercayaannya dan
adat istiadatnya dan mampu untuk menghormatinya.(Ircham, Machfoedz. 2008). Wunderle
(2006) menyebutkan bahwa kesadaran budaya (cultural awareness)sebagai suatu kemampuan
mengakui dan memahami pengaruh budaya terhadap nilai-nilai dan perilaku manusia. Implikasi
dari kesadaran budaya terhadap pemahaman kebutuhan untuk mempertimbangkan budaya,
faktor-faktor penting dalam menghadapisituasi tertentu. Pada tingkat yang dasar, kesadaran
budaya merupakan informasi,memberikan makna tentang kemanusian untuk mengetahui tentang
budaya.Prinsip daritugas untuk mendapatkan pemahaman tentang kesadaran budaya adalah
mengumpulkan informasi tentang budaya dan mentranformasikannya melalui penambahan
dalam memberikan makna secara progresif sebagai suatu pemahaman terhadap budaya.Pantry
(dalam Sturges, 2005) mengidentifikasikan 4 kompetensi yang dapatterhindari dari prejudis,
miskonsepsi dan ketidakmampuan dalam menghadapi kondisi masyarakat majemuk yaitu:
Kemampuan berkomunikasi(mendengarkan, menyimpulkan, berinteraksi), Kemampuan proses
(negosiasi, lobi,mediasi, fasilitas) kemampuan menjaga imformasi (penelitian, menulis,
multimedia).

Kemampuan memiliki kesadaran dalam informasi, cara mengakses informasi, dan

menggunakan informasi. Keempat kompetensi tersebut memberikan peran pentingdalam


menghadapi masyarakat yang multikultural dalam kesadaran budaya.Fowers & Davidov
(Thompkins et al, 2006) mengemukakan bahwa proses untukmenjadi sadar terhadap nilai yang
dimiliki, bias dan keterbatasan meliputi eksplorasi diri pada budaya hingga seseorang belajar
bahwa perspektifnya terbatas, memihak, dan relatif pada latar belakang diri sendiri.
Terbentuknya kesadaran budaya pada individu merupakan suatu hal yang terjadi begitu saja.
Akan tetapi melalui berbagai hal dan melibatkan beragam faktor diantaranya adalah persepsi dan
emosi maka kesadaran (awareness) akan terbentuk. Berdasarkan hal di atas, pentingnya nilai-
nilai yang menjadi faktor penting dalam kehidupan manusia akan turut mempengaruhi kesadaran
budaya (terhadap nilai-nilaiyang dianut) seseorang dan memaknainya. Penting bagi kita untuk
memiliki kesadaran budaya (cultural awareness) agar dapat memiliki kemampuan untuk
memahami budaya dan faktor-faktor penting yang dapat mengembangkan nilai-nilai budaya
sehingga dapat terbentuk karakter bangsa.

2.6 Tingkat Cultural Awareness

Wunderle (2006) mengemukakan lima tingkat kesadaran budaya yaitu:

1. Data dan information

Data merupakan tingkat terendah dari tingkatan informasi secara kognitif. Data
terdiri dari signal-signal atau tanda-tanda yang tidak melalui proses komukasi
antara setiap kode-kode yang terdapat dalam sistim, atau rasa yang berasal dari
lingkungan yang mendeteksi tentang manusia. Dalam tingkat ini penting untuk
memiliki data dan informasi tentang beragam perbedaan yang ada. Dengan
adanya data dan informasi maka hal tersebut dapat membantu kelancaran proses
komunikasi.

2. Culture cons ideration

Setelah memiliki data dan informasi yang jelas tentang suatu budaya maka kita
akan dapat memperoleh pemahaman terhadap budaya dan faktor apa saja yang
menjadi nilai-nilai dari budaya tertentu. Hal ini akan memberikan pertimbangann
tentang konsep-konsep yang dimiliki oleh suatu budaya secara umum dan dapat
memaknaiarti dari culture code yang ada. Pertimbangan budaya ini akan
membantu kita untuk memperkuat proses komunikasi dan interaksi yang akan
terjadi.

3. Cultural knowledge
Informasi dan pertimbangan yang telah dimiliki memangtidak mudah untuk dapat
diterapkan dalam pemahaman suatu budaya. Namun, pentingnya pengetahuan
budaya merupakan faktor penting bagi seseorang untuk menghadapi situasi yang
akan dihadapinya. Pengetahuan budaya tersebut tidak hanya pengetahuan tentang
budaya orang lain namun juga penting untuk mengetahui budayanya sendiri. Oleh
karena itu, pengetahuan terhadap budaya dapat dilakukan melalui pelatihan-
pelatihan khusus. Tujuannya adalah untuk membuka pemahaman terhadap sejarah
suatu budaya.Ini termasuk pada isu-isu utama budaya seperti kelompok,
pemimpin ,dinamika, keutaman budaya dan keterampilan bahasa agar dapat
memahami budaya tertertu.

4. Cultural Understanding

Memiliki pengetahuan tentang budaya yang dianutnya dan juga budaya orang
lainmelalui berbagai aktivitas dan pelatihan penting agar dapat memahami
dinamika yang terjadi dalam suatu budaya tertentu. Oleh karena itu, penting untuk
terus menggali pemahaman budaya melalui pelatihan lanjutan . Adapun tujuannya
adalah untuk lebih mengarah pada kesadaran mendalam pada kekhususan budaya
yang memberikan pemahaman hingga pada proses berfikir, faktor-faktor yang
memotivasi,dan isu lain yang secara langsung mendukung proses pengambilan
suatu keputusan.

5. Cultural Competence

Tingkat tertinggi dari kesadaran budaya adalah kompetensi budaya. Kompetensi


budaya berfungsi untuk dapat menentukan dan mengambil suatu keputusan dan
kecerdasan budaya. Kompetensi budaya merupakan pemahaman terhadap
kelenturan budaya (culture adhesive). Dan hal ini penting karena dengan
kecerdasan budaya yang memfokuskan pemahaman pada perencanaan dan
pengambilan keputusan pada suatu situasi tertentu. Implikasi dari kompetensi
budaya adalah pemahaman secara intensif terhadap kelompok tertentu. Seperti
yang dijelaskan di awal, sesungguhnya kebudayaan itu sendiri mempunyai tiga
bentuk dasar, yaitu yang berwujud ide, kelakuan, dan wujud fisik. Ketiga wujud
kebudayaan tersebut ada dalam masyarakat. Hal ini yang harusnya kita lestarikan
dan kita perhatikan karena kebudayaan merupakan identitas jati diri kita. Maka
dari itu, kesadaran budaya perlu untuk kita tumbuh dan kembangkan sejak dini.
Untuk menumbuhkan jiwa yang sadar akan budaya tersebut.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Motivasi merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau
menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang
dilakukannyasehingga ia dapat mencapai tujuannya.

2. Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat
diamati secara langsung maupun tidak langsung.

3. Kesadaran budaya (Cultural awareness) adalah kemampuan seseorang untuk melihatke


luar dirinya sendiri dan menyadari akan nilai-nilai budaya, kebiasaan budaya yang
masuk.

3.2 Saran

1. Bagi dosen pembimbing diharapkan agar dapat memberi masukan berupa kritik dan
saran yang bersifat membangun tentang makalah Konsep Motivasi, Perilaku Sosial dan
Cultural Awareness.

2. Bagi mahasiswa diharapkan agar lebih mengembangkan wawasan dan ilmu


pengetahuan tentang Konsep Motivasi, Perilaku Sosial dan Cultural Awareness.

3. Bagi pembaca diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam membuat sebuah makalah
dengan tema atau judul yang sama dengan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Robbins P, Stephen. 2007.Perilaku Organisasi. Edisi kesembilan:Prentice Hall

Notoadmodjo.2005.

Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta:JakartaKoentjaraningrat.

2006.Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta: Rineka Cipta Soekanto,Soerjono. 2005. Sosiologi

Suatu Pengantar.

Jakarta: Raja Grafindo

.Ircham,Machfoedz. 2008.Pendidikan Kesehatan dan Promosi Kesehatan.

Yogyakarta:Fitramaya.Sobur, Alex. 2009. Psikologi Umum.

Pustaka Setia: Bandung.Dellawati. 2016. Cultural Awareness. Diakses pada: 2019, 15

Oktober. Pukul: 21.00. Dari:https://sosiologibudaya.wordpress.com/2013/02/28/cultural

awareness/

Cristianpradana. 2017. Konsep Motivasi. Diakses pada: 2019, 15 Oktober. Pukul: 21.30.

Dari:http://cristianpradana.blogspot.com/2012/11/konsep-motivasi.html

Anda mungkin juga menyukai