(PAUD)
A. LATAR BELAKANG
Masyarakat dunia saat ini tengah disibukkan oleh berbagai persoalan sosial
dikalangan pelajar dan anak-anak. Kasus-kasus tersebut muncul salah satunya dapat
rasa secaraajeg di seluruh dunia ditengah meningkatnya kecerdasan pikir (IQ) dan
dan tindak kekerasan, hingga depresi, gampang putus asa, keterkucilan, kehamilan
1
pembentukankecerdasan pikir dan menepikan penempaan kecerdasan rasa,
sejati yang berbudi pekerti luhur, seimbang jasmani rohani, pikir dan rasa atau
dapat terlibat dalam tata kemasyarakatan dandengan demikian dapat semakin mudah
mencapai tujuan hidup yaitu bersatu denganTuhan´. Tujuan ini sama dengan konsep
Ki Hajar Dewantara (Sardi, 1985) bahwa, ³Tujuan pendidikan adalah supaya dapat
dengan adat istiadat, dinamis, memperhatikan sejarah bangsa danmembuka diri pada
menjadi manusiayang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.Ini berarti tujuan pendidikan ini kerap
2
dengan muatan karakter, karena merupakan perpaduanantara tampilan fisik dengan
mental yang kelak akan dimiliki oleh keluaran pendidikan.Upaya pencapaian tujuan
aspek kemanusiaan. Insan pendidikan tidak hanya bertugas dandituntut untuk piawai
dalam mengembangkan aspek kognisi dan jasmaninya namun juga pakar dalam mengemban
dapat menjalani kehidupannya dengan baik dan sesuai denganketetapan Tuhan. Baik
childhood care and education, especially for the most vulnerable and
improving all aspects of thequality of education and ensuring excellence of all so that
pendidikan dan memastikan keunggulan dari semua sehingga diakui dan hasil
lifeskills penting). Pada klosul pertama pendidikan untuk semua terutama pendidikan
bagi anak usia dinisudah menggejala baik negara maju maupun berkembang, akan tetapi
pemenuhan aspek kualitas, keterukuran dan pemenuhan lifeskills esensial masih belum
memenuhi standar yangditetapkan. Hal ini bisa dilihat dari jumlah guru yang
3
qualified hanya sekitar 20%, sehingga banyak berimplikasi pada proses pembelajaran,
cara penanganan kelas, proses penilaian danlebih jauh lagi sulit mengukur pada
hampir semua tahapan pendidikan dan sulit pula untuk mengukur kecakapan hidup
esensial yang dikuasai oleh peserta didik pada pendidikan anak usia dini.Sementara itu
dan Lingkaran dengan penekanan pada teori yang dikemukakan Howard Gardner,
Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences. Teori ini menekankan bahwa
setiapanak memiliki potensi dan bakat yang dapat dikembangkan dalam kemampuan-
matematis)
smart")
pintar")
4
8. Naturalist intelligence ("nature smart")According to Dr. Gardner, our schools and
However, Dr. Gardner says that we should also place equal attention onindividuals
who show gifts in the other intelligences: the artists, architects, musicians,naturalists,
designers, dancers, therapists, entrepreneurs, and others who enrich the world
inwhich we live. Unfortunately, many children who have these gifts don’t receive
muchreinforcement for them in school. Many of these kids, in fact, end up being
using music, cooperative learning, art activities, role play, multimedia, fieldtrips, inner
reflection, and much more (Menurut Dr Gardner, sekolah kami dan budaya sebagian besar
menghargai yang sangat mengartikulasikan atau orang logis dari budaya kita. Namun,
yang sama yang menunjukkan hadiah dalam kecerdasan lain: para seniman, arsitek,
musisi, naturalis, desainer, penari, terapis, pengusaha, dan lainnya yang memperkaya
dunia inwhich kita hidup. Sayangnya, banyak anak yang memiliki karunia-karunia ini
5
pada kenyataannya, akhirnya dicap "learningdisabled," "ADD (attention deficit
disorder berprestasi rendah," atau hanya, ketika uniqueways mereka berpikir dan
belajar yang tidak ditangani oleh mathematicalclassroom logis berat linguistik atau-.
sekolah dijalankan. Hal ini menunjukkan bahwa guru akan dilatih untuk hadir
kooperatif, kegiatan seni, bermain peran, multimedia, fieldtrips, refleksi batin, dan
dinidilakukan secara parsial dan hasil yang belum bisa diukur dengan model dan
metode pembelajaran menggunakan cara yang sama sekali asing, lebih banyak
lingkungan sekitar. Dengan penataan yang lebih bersifat imitasi dan metode
Guru hanya akan melakukan salahsatu dari delapan kemampuan intelegensi yang
paling dikuasainya dan mengabaikankecakapan lainnya pada diri peserta didik yang
instan seperti yang diharapkan oleh orangtua serta faktor seting kelas yang lebih
6
mementingkan penilaian kelompok, rendahnyakompetensi pendidik dan tenaga
sejumlah karakter yang harus dikembangkan pada anak usia diniseperti dikemukakan
Leah Davies. Most educators agree that assisting students in buildingmoral character
respectfulness ( toward self,others, authority, property and the environment) / Sebagian besar
pendidik setuju bahwa membantu siswa dalam karakter buildingmoral adalah tujuan
yang berharga. Beberapa menekankan kebajikan di sekolah hari ini meliputi: kasih
rasa hormat (terhadap diri sendiri, orang lain, milik otoritas, dan lingkungan).
our society. Parents are partly to blame if they ignore their children’s rude
attitudes and blame educators for their child`s problems. Disrespectful conduct
portrayed in themedia is also at fault. (Banyak orang dewasa setuju bahwa kurangnya tata
krama pada anak-anak merupakan masalah yang berkembang dalam masyarakat kita.
7
Orang tua patut disalahkan jika mereka mengabaikan anak mereka orang tua
be considerateof the rights and feelings of others help create a cooperative learning
environment.When people treat others with respect, they feel better about themselves
memperlakukan orang lain dengan hormat, mereka merasa lebih baik tentang diri
mereka sendiri dan developself percaya diri. Ketika pendidik kesopanan model, anak-
anak bisa belajar menjadi orang lain considerateof).Berbeda dengan tuntutan karakter
aspek sosial psikologis anak, terutama pendidik yang mengahdapi dilema konsep dan
8
2. Pendidikan tidak berkesinambungan, dimana hasil pendidikan yang diperoleh
padatingkat pendidikan anak usia dini yang lebih berorientasi pada pembelajaran
Development;
3. Sejumlah tontonan melalui media TV dan VCD yang tidak mendidik yang
secara arif.4.
Rasio guru dan murid yang semakin tinggi pendidikan semakin sedikit
curahan perhatian yang bisa diberikan pada peserta didik banyak murid yang
9
1. Konsep Pendidikan Karakter
Megawangi (2004) mengatakan bahwa kata karakter berasal dari kata Yunani,
Charassein yang berarti mengukir sehingga terbentuk sebuah pola. Sementara itu
apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus, maka orang tersebut
Seseorang bisadikatakan sebagai orang yang memiliki karakter baik atau buruk sesuai
jangka panjang yang harus dimulai sejak dinidan dilakukan secara bertahap dan
jadi, namun membutuhkan tahapan-tahapan stimulasi yang perlu dilalui dan proses
10
ini senantiasa saling terkaitsecara hierarkis. Manusia belajar menghayati dan
pandangan Plato dan Plotinus sebagaimana yang dipaparkan dalam Kamus Filsafat
(1995) dijelaskan bahwa jiwa manusia selalu berupayakeras untuk memiliki dan
Keindahan merupakan hal yang paling dasar bagimanusia, sehingga pada tingkatan
Para pakar mengungkapkan budi pekerti luhur tidak akan tumbuh dalam jiwa
yangkasar. Budi pekerti luhur hanya akan tumbuh dalam jiwa yang lembut dan halus.
Jiwa yangkeras dan kasar dapat menumbuhkan perilaku agresif, destruktif, dan merusak diri
dankepekaan rasa, telah dilakukan oleh Achenbach bersama Hoell pada tahun 1989
terhadap anak±anak usia 7-16 tahun di Amerika dan beberapa negara lain.³ Hasil
11
Tanda-tanda penurunan itu antara lain kian tingginya kasus penyalahgunaannarkotika
hingga depresi, gampang putus asa, keterkucilan, kehamilan tak diinginkan,dan putus
penempaan kecerdasan rasa, kecerdasan budi, bahkankecerdasan batin. Dari sini lahir
musik. Dengan musik yang baik anak-anak akandilatih untuk peka terhadap harmoni,
proporsi dan estetik, hal ini pula yang akan membantuanak-anak untuk peka terhadap
12
c.Pembelajaran melalui pembiasaan
d.Pembinaan pengetahuan
a budi Pekerti/karakter
13
Pada tahap awal kehidupan seorang anak, para pendidik perlu mempersiapkan
pondasi bagi pertumbuhan mentalitas budi pekerti luhur. Pondasi ini diperlukan
sebagai modal awalsehingga anak dapat mengenal dengan mudah perilaku baik-
akan menggunakan Sense dan feeling-nya. Untuk melatih perasaan anak maka sejak
dini mereka dibiasakan anak untuk mengenal dan peka terhadap hal-hal yang sifatnya
harmoni dan proporsional. Kepekaanterhadap ukuran dan proporsi itulah yang akan
membekali anak dalam menilai baik dan buruk. Berdasrkan hasil riset yang telah
dilakukan oleh Rachmawati (2004) musik merupakansalah satu cara yang paling tepat
Selain mudah dilakukan, setiap anak sangat menyukai musik. Melaluimusik anak
akan mengenal harmoni, proporsi, dan simetri. Anak juga dapat mengenal berbagai
serta pengabdian. Semua ini merupakan kekayaan musik yang sangat diperlukan
untuk membinadasar mentalitas budi pekerti anak. Dengan jiwa yang halus, maka
seorang individu memiliki peluang untuk dapat membina hubungan dengan Tuhan (beragama)
dengan lebih baik,memiliki cinta kasih yang besar, dapat mengembangkan sikap yang
serta memiliki mentalyang sehat. Musik memiliki muatan yang cukup kental dalam membangun
yang dibutuhkan gunaterbangunnya budi pekerti luhur.Pada tahap kedua, anak membutuhkan
teladan dari lingkungannya. Pondasi yang baik dan kepekaan yang tinggi akan nilai-
14
nilai dasar kebaikan belumlah cukup. Tahap awal hanyamempersiapkan ³wadah´ atau
pun mental anak yang sifatnya masih potensial. Anak memerlukan figur dan contoh
sulit bagi anak untuk melatih dan membiasakan perilaku-perilaku berbudi pekerti luhur.
Pada tahap awal kehidupan seorang anak, para pendidik perlu mempersiapkan
pondasi bagi pertumbuhan mentalitas budi pekerti luhur. Pondasi ini diperlukan
sebagai modal awalsehingga anak dapat mengenal dengan mudah perilaku baik-
akan menggunakan Sense dan feeling-nya. Untuk melatih perasaan anak maka sejak
dini mereka dibiasakan anak untuk mengenal dan peka terhadap hal-hal yang sifatnya
harmoni dan proporsional. Kepekaanterhadap ukuran dan proporsi itulah yang akan
membekali anak dalam menilai baik dan buruk. Berdasrkan hasil riset yang telah
dilakukan oleh Rachmawati (2004) musik merupakansalah satu cara yang paling tepat
Selain mudah dilakukan, setiap anak sangat menyukai musik. Melaluimusik anak
akan mengenal harmoni, proporsi, dan simetri. Anak juga dapat mengenal berbagai
serta pengabdian. Semua ini merupakan kekayaan musik yang sangat diperlukan
untuk membinadasar mentalitas budi pekerti anak. Dengan jiwa yang halus, maka
15
seorang individu memiliki peluang untuk dapat membina hubungan dengan Tuhan (beragama)
dengan lebih baik,memiliki cinta kasih yang besar, dapat mengembangkan sikap yang
serta memiliki mentalyang sehat. Musik memiliki muatan yang cukup kental dalam membangun
yang dibutuhkan gunaterbangunnya budi pekerti luhur.Pada tahap kedua, anak membutuhkan
teladan dari lingkungannya. Pondasi yang baik dan kepekaan yang tinggi akan nilai-
nilai dasar kebaikan belumlah cukup. Tahap awal hanyamempersiapkan ³wadah´ atau
pun mental anak yang sifatnya masih potensial. Anak memerlukan figur dan contoh
sulit bagi anak untuk melatih dan membiasakan perilaku-perilaku berbudi pekerti luhur.
Tahap selanjutnya ketika anak memasuki usia remaja yaitu belajar melalui
memahami baik-buruk. Anak remaja akan mengerti hukum sebab-akibat dari suatu
tata nilai perilaku, atau pun memahamihukum kebaikan yang lebih tinggi ; agama dan
Tuhan. Pada tahap ini pendekatan secaraakademis baru akan berguna. Mata pelajaran
agama dan budi pekerti baru dapat dicernaseorang individu.Pada saat tahapan ini
dilakukan secara simultan dan terintegrasi, maka perilaku budi pekerti luhur baru
dapat terwujud dalam kepribadian seorang individu. Perilaku berbudi initidak hanya
16
sekedar ´kulit luar´ namun diharapkan mengakar hingga ke jiwa dan menjadisikap
supaya sungguh terjadi, yaitu unsur pengertian, perasaan dan tindakan moral , adapun
Pengertian moral
adalah kesadaran moral, pengertian akan nilai, kesadaran akan dirisendiri atau pun
rasionalitas moral (alasan atau mengapa harus melakukan sesuatu). Segi pengertian
ini dapat dikembangkan di kelas atau pun melalui masukan dari orang lain. Inilahyang
Perasaan moral , meliputi suara hati (kesadaran akan yang baik dan tidak baik),
hargadiri seseorang, sikap empati terhadap orang lain, perasaan mencintai kebaikan,
kontrol diridan rendah hati. Perasaan moral ini sangat mempengaruhi seseorang untuk
17
5 . Nilai- Nilai Karakter Luhur
18
B. Studi Terdahulu
New Zeland, pada 1000anak-anak yang diteliti selama 23 tahun dari tahun 1972.
Kemudia proses penelitian dilakukankembali pada sample yang sama ketika mereka
menunjukkan bahwa anak-anak yang pada usia 3tahun telah didiagnosa sebagai
Uncontrollable Toddlers dengan kata lain anak yang sulitdiatur, pemarah dan
pembangkang, ternyata pada usia 18 tahun menjadi remaja yang bermasalah, agresif
dan mempunyai masalah dalam pergaulan. Pada usia 21 tahun merekasulit membina
hubungan sosial dengan orang lain dan ada yang terlibat dalam tindakankriminal.
Begitu pula sebaliknya, anak-anak usia 3 tahun yang sehat jiwanya ( well
adjusted toddlers) setelah dewasa menjadi orang-orang yang berhasil dan sehat jiwanya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta: Jalasutra
Sedyawati, Edi dkk. (1997). Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur. Jakarta:
BalaiPustaka.Sindhunata. (2000).
Yogyakarta : Kanisius.
Tim Penulis Rosda. (1995). Kamus Filsafat. Bandung : PT Remaja Rosda Karya
20