Anda di halaman 1dari 4

Orde Lama Orde Baru Orde Reformasi

No
1945 - 1965 1966 - 1998 1998 - Sekarang
6 Sistem kepartaian Pemilu 1955 menandai “resminya” era sistem Sistem kepartaian yang berkembang di era ini Konfigurasi peroleh suara partai-partai politik
politik demokrasi liberal di Indonesia. Aneka seolah serupa dengan yang terjadi di era pemilu 1999 menunjukkan suatu Pluralisme
partai politik diberi kebebasan untuk Demokrasi Liberal. Namun, di era ini Moderat. Partai-partai 10 besar seperti PDI
memperkuat organisasi, meluaskan basis massa, pemerintah melibatkan diri dalam politik Perjuangan, Golkar, PPP, PKB, PAN, PBB,
dan sejenisnya. Saat itu, sistem kepartaian yangdengan terbentuknya Golkar. Beberapa partai PK, PKP, PNU, dan PDKB memiliki jarak
berlaku di Indonesia adalah Pluralisme seperti PSI dan PKI tidak tampak ikut serta, ideologi yang cukup berdekatan. Misalnya,
Terpolarisasi. Cukup banyak partai politik yang demikian pula Masyumi, yang baru antara Golkar, PDI Perjuangan, PKP, dan
ikut serta di dalam pemilu pertama dalam diperkenankan ikut serta setelah berganti nama PDKB sesungguhnya memiliki kohesi yang
sejarah kemerdekaan Indonesia ini. Namun, menjadi Parmusi (Partai Muslimin Indonesia). saling berbekatan. Kemudian, antara PPP,
partai-partai yang memperoleh suara besar (4 Hasil perolehan suara pun memperlihatkan PKB, PAN, PBB, PK, PNU, yang
partai) memiliki garis ideologi yang cukup Golkar menjadi pemenang (suara 34.348.673 sesungguhnya partai-partai politik berbasiskan
berseberangan antara satu sama lain. atau 62,82%) sehingga memperoleh 236 kursi Islam, kurang lebih dapat dikerucutkan
parlemen. Saingan terdekatnya adalah NU menjadi 2 aliran di dalam “santri” versi
Pemilu 1971 diikuti lebih dari 27 partai (10.213.650 atau 18,68%) dan hanya Geertz yaitu modernis dan tradisional. Koalisi
politik. Komposisi hasil peroleh suara partai- mengantungi 58 kursi di parlemen. di dalam parlemen antara ke-10 partai tersebut
partai politik pada pemilu tahun 1955 masih dapat dilakukan dan tidak sesulit
menunjukkan PNI (Partai Nasional Indonesia) Hasil tersebut menunjukkan mulai berlakunya seperti yang ditampakkan oleh hasil
meraih 22,% suara dan mengantungi 57 kursi di sistem kepartaian Satu Partai Berkuasa. Pemilu1955 di mana 4 partai besar memiliki
parlemen. Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Bagaimana tidak, dengan total 360 kursi yang jarak ideologi yang cukup jauh sehingga
Indonesia) meraih 20,92% suara dan tersedia di dewan perwakilan rakyat, Golkar menyulitkan konsensus di dalam parlemen.
mengantungi 57% suara di parlemen. NU meraih 236 kursi sehingga menguasai 62,82%
(Nahdlatul Ulama) meraih 18,41% suara dan suara di parlemen. Ini lebih dari cukup untuk Di tingkat parlemen pun, pembangunan
45% suara di parlemen. PKI (Partai Komunis meloloskan aneka rancangan undang-undang konsensus antarpartai harus menjadi
Indonesia) meraih 16,36% suara dan meraih 39 yang dikeluarkan oleh partai politik. perhatian. Ini terlihat dari persentase suara
kursi di parlemen. PSII (Partai Sarekat Islam masing-masing partai di parlemen hasil
Indonesia) mengantungi 2,9% suara dan meraih Undang-undang yang berhasil diloloskan, salah pemilu 1999. PDI Perjuangan, selaku
8 kursi di parlemen. Parkindo (Partai Kristen satunya adalah sehubungan dengan pemfusian pemenang pemilu 1999, Cuma menguasai
Indonesia) mengantungi 2,6% suara dan meraih (penggabungan) partai-partai politik ke dalam 33,33% suara di tingkat parlemen. Golkar
8 kursi di parlemen. Partai Katolik mengantungi kedekatan garis ideologi tahun 1973. Ke-9 yang peringkat 2 hanya menguasai 25,97%
2,0% suara dan meraih 6 kursi di parlemen. PSI partai non Golkar dikelompokkan ke dalam 2 suara. PPP, partai berbasis Islam hanya
(Partai Sosialis Indonesia) mengantungi 2,0% partai baru: Partai Persatuan Pembangunanmenguasai 12,77%. PKB, partai berbasis
suara dan meraih 5 kursi di parlemen. (terdiri atas partai-partai berasaskan Islam
kelompok tradisional Islam menguasai
Sementara itu, total partai-partai lainnya yang seperti NU, Parmusi, PSII, dan Perti) serta
11,03%. PAN, partai yang berbasiskan
masing-masing meraih suara <2,0%> 2,9% atau Partai Demokrasi Indonesia (terdiri atas partai-
modernis Islam menguasai 7,58% suara. PBB,
memperoleh >8 kursi parlemen. Partai-partai partai berasaskan nasionalisme dan agama non
partai yang berbasiskas Islam modernis dan
tersebut adalah PNI, Masyumi, NU, dan PKI. Islam seperti PNI, Parkindo, Partai Katolik,
formalisme menguasai 2,81% suara. Partai
Keempat partai ini memiliki akar dalam ketiga IPKI, dan Murba). Sehingga pemilu selanjutnya
Keadilan, partai Islam modernis baru dan
aliran seperti disebutkan Geertz. (1977) praktis hanya diikuti oleh 3 partai yaitu
memiliki tipikal kelompok Ikhwanul
Golkar, PPP, dan PDI.
Muslimin memperoleh suara 1,30%. PKP,
PNI dekat dengan aliran priyayi, suatu aliran partai para fungsionaris militer nasionalis
yang dekat dengan budaya Jawa aristokratik Pemilu 1977 meneruskan sistem kepartaian memperoleh 1,30%. PNU (partai ”pecahan”
(kebangsawanan) dan rata-rata pengikutnya berklasifikasi Satu Partai Berkuasa. dari PKB) serta PDKB (partai berbasis agama
mencari nafkah selaku pegawai negeri ataupun Kristen Protestan) memperoleh suara 0,65%,
pelayan publik. NU dan Masyumi dekat dengan suatu jumlah yang kurang signifikan.
aliran Santri, suatu aliran diidentikan dengan
agama Islam yang tumbuh di pesisir Pulau Jawa
dan menunjukkan kepercayaan dan tata ibadah
Islam yang nyata. Santri ini terbagi menjadi dua
belahan besar yaitu tradisionalisme dan
modernisme.

Bagian yang mewakili tradionalisme


direpresentasikan Nahdlatul Ulama, yang secara
kemasyarakatan didirikan tahun1926 guna
merespon gelombang reformasi Islam dari
Timur Tengah. NU banyak diikuti oleh
penduduk Indonesia di Jawa Timur dan
sebagian Jawa Tengah. Sementara itu, Masyumi
mewakili gerakan modernisme Islam, yang
sebagian beranggotakan kaum cendekiawan,
pedagang, dan basis dukungan utama dari luar
pulau Jawa. NU dan Masyumi meskipun
dikategorikan sebagai santri tetapi memiliki
implementasi basis sosial kemasyarakatan yang
berbeda.

PKI kerap diidentikan oleh kalangan abangan,


meskipun PNI juga memiliki banyak pengikut
dari kalangan ini. Basis pendukungnya ada di
antara kaum pekerja di wilayah perkotaan dan
pedesaan (petani, nelayan). PKI menduduki
posisi keempat peroleh suara di Pemilu
tahun1955.

Telah disebutkan bahwa sistem kepartaian


Indonesia di era ini bercorak Pluralisme
Terpolarisasi. Masing-masing partai memiliki
ideoogi yang satu sama lain punya perbedaan
tajam yang tercermin dalam perolehan suara 4
besar pemilu 1955. Kondisi ini memiliki
kelemahannya sendiri yaitu sulitnya mencapai
konsensus antar partai dalam melakukan
kesepakatan di tingkat parlemen. Bukti sulitnya
konsensus ini adalah perdebatan yang berlarut-
larut di Dewan Konstituante untuk merumuskan
UUD baru bagi Indonesia. Selain itu, di tingkat
massa kerap terjadi persinggungan antar
simpatisan partai. Situasi ini berujung pada
lahirnya Demokrasi Terpimpin, suatu era sistem
politik Otoritarian Kontemporer yang diawali
tahun1959.

Selain Geertz, analisis sistem kepartaian juga


bisa dilakukan dengan menggunakan tipologi
yang diberikan Herbert. Feith membagi
kepartaian yang ada di Indonesia berdasarkan
garis ideologi yang hasilnya adalah terdapat 5
aliran ideologi yang berpengaruh di Indonesia
pada era 1945 hingga 1965. Ideologi-ideologi
tersebut adalah : Komunisme, Nasionalisme
Radikal, Tradisionalisme Jawa, Islam, dan
Sosialisme Demokrasi. Masalah kategorisasi
ideologi berdasarkan pendapat Herbert Feith ini
akan lebih dikembangkan dalam tema Budaya
Politik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai