Anda di halaman 1dari 17

Materi Diklat 3TAV MATA DIKLAT MELAKUKAN INSTALL HOME THEATER Kode : 064.B.

013 Pengertian : HOME TEATHER, home cinema atau bioskop di rumah memang menjadi pilihan sebagian keluarga.Sesuai namanya alat elektronik yang biasanya berupa seperangkat televisi, DVD atau VCD, berikut sound system dan speaker ini memang mampu menimbulkan suasana menonton di rumah layaknya di bioskop. Kualitas tampilan gambar yang relatif lebih jernih mendatangkan kepuasan tersendiri bagi orang yang menonton televisi. Ditambah efek suara yang dihasilkan memang relatif lebih baik, gema dan gaung begitu jelas. Bahkan untuk suara yang relatif kecilpun seperti suara desahan atau helaan napas tokoh dalam film terdengar dengan jelas. Sekiranya film perang, maka si penonton akan merasakan seakanakan sedang berada di medan peperangan. Suasana romantis juga akan dirasakan sekiranya film bertema romantis yang diputar. Semua ini sangat mungkin terjadi dengan alat yang memang menggunakan teknologi canggih ini. Membangun home theater dapat dikatakan sebagai rentetan perjalanan yang akan menyita banyak waktu dan kdang tergantung mood kita saat akan menyelesaikan setiap tahapan pembuatan. Walau demikian sebenarnya mengasyikkan, menantang, dan dapat kita gunakan mengekspresi kepandaian dan cita rasa seni. Misalkan kita mau membuat Home Theater pada bekas garasi kita, atau membuat ruangan Baru. Lakukanlah aksi sapu jagad hingga ruang itu kosong, coba amati ruang tersebut dan mulailah berimajinasi, ruang home theater impian seperti apa yang dapat dibuat dengan bentuk dan ukuran ruang kita itu. Lihatlah sebelumnya contoh aneka ruang home theater, baik dari buku, internet, majalah, dan juga dari ruang home theater yang pernah anda kunjungi sendiri. Jika Anda mampu membuat sendiri dan punya banyak waktu, cobalah mulai membuat desain. Kemudian tentukan hal-hal lain, seperti penentuan bahan berupa semen atau sheetrock, juga karpet yang tepat untuk home theater. Dalam membangun, ingatlah selalu bahwa apa yang Anda bangun serta bagaimana sentuhannya, tetap harus mengarah kepada satu tujuan, yaitu membuat ruangan itu menjadi ruang yang membuat mimpi Anda terwujud. Selain perangkat home theater yang baik dan didukung treatment akustik yang memadai sesuai budget, perhatikan pula tentang gaya ruanga seperti apa adanya panggung di depan, juga pencahayaan (lighting), ornamen, dinidng, dan perkabelan. Kalaupun lebih suka menyewa seorang desainer interior, perhatikanlah sisi estetika dan fungsi di tiaptiap titik permukaan, mulai dari dinding ke dinding, langit-langit ke lantai, dengan memakai aneka tekstur dan bahan, mulai dari panel akustik, pengkarpetan, hingga ke aneka asesoris untuk penonton berfantasi, seperti bintang -bintang yang berkedip di langit-langkit ruang (ceiling). Biasanya, tahap pertama saat mengkontruksi muncul masalah strukural. Di tahap selanjutnya, cukup menyita perhatian karena beberapa sisi ruang perlu detail. Membuat Home Theater bukanlah pekerjaan

mudah. Tetap saja nantinya Anda perlu orang lain, entah itu teknisi listrik, tukang kayu, desainer ruang dan video. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah : *Panel-panel dinding dan frame Begitu kita mulai memasang treatment dinding, bentuk theater pun sedikit sudah terlihat. Kita tinggal memperhitungkan akan seperti apa theater ini nantinya. Kita tentu akan sangat penasaran untuk dapat melihatnya. *Treatment Akustik Untuk hal ini, Anda dapat menggunakan panel-panel akustik dengan tebal tertentu. Ada ruang home theater dari garasi yang kami ketahui memakai panel setebal 2,5 inci dan terdiri atas sheetrock setebal 0,5 inci yang dikelilingi oleh oleh bahan penyerap suara setebal 1 inci. Ketahuilah, bahwa beberapa panel merupakan kombinasi bahan penyerap dan bahan pemantul. Perhatikan pula elemen pengunci dan pembuka ruangan yaitu pintu. Jika budget mencukupi, tidak ada salahnya membuat pintu akustik tebal dengan engsel khusus seperti yang digunakan dalam studio rekaman profesional. *Perhatikan Perangakat Begitu anda sudah mendesain ruangan dan mengetahui seperti apa gambar dan suara yang Anda inginkan (disesuaikan dengan budget tentunya), sebaiknya Anda sudah peduli tentang perangkat. Ruang tersebut nantinya juga harus dapat tampil harmonis dengan perangkat elektronik agar tampil maksimal. Berkunjunglah ke beberapa galeri home theater untuk dapat mencicipi bagaimana karakter sistem mereka, dan menemukan suara seperti apa yang Anda selera kita. Akan lebih baik apabila sistem itu dapat dicoba dahulu di ruang home theater kita saat ruang ini sudah jadi, karena apa yang Anda dengar di ruang galeri audio, belum tentu sama (atau dibuat sama) dengan ruangan di rumah, mengingat tiaptiap ruang memliki karakter sendiri-sendiri. Perhatikan pula penempatan perangkat seperti proyektor. Saat kita mem-finishing ceiling, nantinya kita perlu membuat tempat untuk pemasangan proyektor. Titik yang dipilih harus aman dengan posisi tembak yang tepat ke layar. Harus bebas getaran dan mempu mengusung bodi proyektor.

9 LANGKAH PERENCANAAN HOME THEATER, AKUSTIK, ESTETIKA

Dalam majalah sering kita lihat ilustrasi home theater hasil design dalam dan luar negeri yang membuat kita tergiur. Saya yakin bahwa beberapa pembaca ingin juga merancang dan mengalami sendiri untuk merancang ruangan home theater /audio di rumah. Tapi untuk merancang sendiri home theater tidak semudah menjiplak gambar yang ada dan memasangkan diruangan, diperlukan pula perhitungan dan ketelitian yang cermat untuk mewujudkan rencana dengan kesempurnaan akustik dan estetika. Pada tulisan ini saya ingin memperkenalkan Vokuz Cineplan yaitu panduan perhitungan dan perencanaan ruangan home theater. Vokuz Cineplan terdiri dari 9 langkah yaitu: 1. Mengatur posisi Dalam langkah ini yang perlu di atur adalah posisi duduk yang optimal, letak speaker dan peralatan. Setelah itu pengaturan delay dan besaran volume untuk tiap channel. Check List point 1:
y y

Bentuk ruangan persegi panjang, trapezium, sebagian terbuka, sebagian tertutup? Apakah speaker, kabel speaker dan power amp yang digunakan satu jenis atau berlainan jenis?

y y

Apakah jarak center speaker, front speaker dan surround speaker sama atau lain? Apakah SPL yang keluar dari tiap speaker di terima sama besar di posisi duduk?

2. Menentukan titik pantul Suara yang sampai ke telinga kita selain datang dari speaker datang pula dari pantulan dinding, lantai dan langit langit. Untuk menentukan titik pantul anda dapat memakai sebuah cermin dan

bantuan teman. Tandai titik pada dinding, lantai dan langit langit diposisi anda duduk jika anda dapat melihat speaker. Pada titik inilah anda membutuhkan material peredaman. Check List point 2:
y y y y y

Berapa kali pantulan yang anda dengar di ruangan? Berapa lama delay(ms) pantulan pertama, kedua dan berapa besar? Apakah volume ruangan anda kurang dari 20m3 atau lebih? Apakah material pada titik pantul? Dinding? Karpet? Keramik? Gipsum? Berapa banyak titik pantul?

3. Menghitung karakter gema ruangan Anda dapat mengetes gema pada ruang dengan tepukan tangan. (berepa besar pantulan dan berapa kali)
y y y y

Pertama: Hitung volume ruangan anda Kedua: Buat tabel luas permukaan dinding/lantai/langit-langit Ketiga: Buat tabel luas permukan x koefisien pantulan tiap bahan Keempat: Buat grafik karakter gema ruangan

Check List point 3:


y

Dari tabel perhitungan pada frekuensi berapa pantulan dominan dan pada frekuensi berapa pantulan zero?

Berapa besar nilai perlambatan pantulan untuk tiap frekuensi suara (microsecond)?

4. Perencanaan Akustik Payahnya tiap permukaan material memiliki karakter pantulan/serap yang berbeda. Pada umumnya nada rendah cenderung dipantulkan oleh semua jenis bahan dan kalau kita memakai peredam pada keseluruhan dinding, lantai dan langit langit yang terjadi adalah peredaman energi untuk nada tinggi dan nada rendah kurang teredam. Karenanya diperlukan perencanaan

akustik yang tepat sehingga frekuensi yang berlebihan di serap (absorb) dan frekuensi yang kurang di sebar(diffuser)

Check List point 4:


y

Pada titik mana yang harus di berikan akustik serap dan pada titik mana yang harus diberikan akustik sebar?

y y

Buatlah pola pola asimetris yang meminimalkan efek ping pong pada ruangan. Bahan apa yang harus dipakai dan sistem pemasangannya?

5. Perencanaan design Dalam melakukan perencanaan akustik janganlah lupa tentang perencanaan tema ruangan, warna, efek lampu, sofa. Untuk warna dinding sebaiknya pakai warna yang agak gelap untuk menghindari distorsi pada projector.

Check List point5:


y y y y

Apakah design yang diterapkan cocok dengan kepribadian anda? Apakah design yang diterapkan cocok dengan karakter rumah anda? Apakah anda memakai TV layar lebar, Plasma TV, proyektor? Apakah ruangan berfungsi hanya untuk home theater saja? Audio saja? Atau multi fungsi termasuk ruang keluarga, main game dsb?

6. Perhitungan akhir karakter gema ruangan Setelah melakukan perencanaan diatas lakukan kalkulasi final karakter gema ruang setelah pemakaian akustik.
y y

Pertama: Hitung volume ruangan anda Kedua: Buat tabel luas permukaan dinding/lantai/langit-langit

y y

Ketiga: Buat tabel luas permukan x koefisien pantulan tiap bahan Keempat: Buat grafik karakter gema ruangan

Check List point 6:


y

Apakah dengan perencanaan akustik karakter pantulan ruangan mendekati flat? Artinya tiap frekuensi sama besar dengan nilai perlambatan yang mendekati sama?

7. Perencanaan Kerja dan pengerjaan Setelah itu masuk dalam perencanaan kerja. Jadwal kerja, tanggung jawab kerja, kontrol dsb.

Check List point 7:


y y y y y

Berapa budget yang dibutuhkan? Apakah sesuai dengan rencana? Berapa lama waktu yang dibutuhkan? Siapa yang mengerjakan? Bagaimana kontrol point untuk tiap tahap kerja? Bagaimana perencanaan perkabelan di ruangan tersebut?

. Pemasangan Setelah selesai pengerjaan akustik sekarang tiba saatnya anda memasang peralatan.

Check List point 8:


y y y

Apakah peralatan sudah dipasang dengan benar? Apakah posisi sudah rapih? Apakah kabel telah dicolok dengan benar?

9. Uji Coba dan Fine Tuning

Setelah alat dipasangkan dengan benar. Tiba saat nya uji coba peralatan.

Check List point 9:


y y y y

SPL dari tiap speaker yang seragam diposisi duduk. Delay time dari tiap speaker Pengaturan perletakan speaker sehingga dicapai posisi suara out of the box Melakukan beberapa trik fine tuning yang dapat dipelajari dari teman teman sehobi.

Dikarenakan ruang tulis yang terbatas dan kombinasi ruangan/perangkat yang sangat beragam tidak mungkin rasanya untuk menuliskan semuannya. Untuk yang berminat mendapat info yang lebih lengkap kami bersedia membantu anda, silakan datang ke VOKUZ untuk mendapat info yang lebih lengkap.
MEMBUAT RUANGAN STUDIO / HOME THEATER Minggu, 12 Oktober 2008 11:59 admin

Banyak orang mendambakan memiliki ruang khusus yang ia bisa gunakan untuk menikmati film kesayangannya dengan kualitas tata suara seperti menonton bioskop. Atau bahkan memiliki ruangan khusus yang bisa dipergunakan memainkan alat musik tanpa mengganggu tetangganya. Semua itu memungkinkan dengan membuat satu ruang khusus kedap suara yang berkualitas yang sering disebut home theater atau studio musik. Hal yang paling utama disiapkan adalah keberadan ruang yang dapat diubah menjadi home teater atau studio musik ini. Santi arsitek PT Yusan Nindya Karsa mengatakan, ukuran ruangan utuk home theater disarankan minimal 3x2.5 m2, sedangkan untuk studio musik minimal 4 x 4m2. Menurutnya ukuran ruang tersebut dipertimbangkan untuk penempatan peralatan dan juga keamanan jarak pandang. Selain luasnya ruangan permasalahan lain yang sering muncul adalah gagguan yang ditimbulkan oleh suara dari studio musik atau home theater itu. Apalagi, jika tempat tinggalnya berada di komplek perumahan atau daerah yang rumahnya berdekatan dengan tetangga. Sudah pasti suara keras yang tidak disukai oleh tetangga akan menuai protes. Maka langkah antisipasi yang perlu dilakukan adalah dengan melengkapi ruang home theater atau studio musik tersebut dengan

perangkat kedap suara. Kedap suara berperan tidak hanya berguna untuk menghilangkan keluhan tetangga, ruang kedap suara yang baik juga akan membuat pengguna bisa lebih puas menikmati tayangan film atau bermain musik dan sekaligus perangkat audio video akan terdengar lebih meyakinkan dan berkualitas. Menurut Santi pemasangan sistem kedap suara pada sebuah ruangan harus memenuhi dua tujuan yaitu dapat menjaga suara agar tetap berada di dalam ruangan dan juga mencegah suara dari luar home theater terdengar dari dalam. Santi berpendapat, seseorang dapat merancang dan merencanakan ruang hiburan atau bahkan sebagai lahan bisnis alias sewa ini sendiri. Namun demikian ada baiknya perencana atau pemilik memahami beberapa prinsip dasar akustik dan penyerapan suara. Pengetahuan tentang rating Sound Transmission Class (STC) pada perangkat home theater untuk menentukan teknik dan bahan apa yang cocok sangat penting. Secara singkat, STC adalah nilai rata-rata desibel (dB) yang hilang ketika melalui hambatan atau media, pada rentang frekuensi 125 Hz hingga 4000 Hz. Contoh perhitungan secara sederhana, misalnya saja perangkat home theater di rumah dapat memproduksi suara hingga 100 - 110 dB. Maka jika sebuah ruangan yang akan dijadikan ruang home theater memiliki STC sekitar 40 dB, untuk mendapatkan keseimbangan yang ideal antara ruang tersebut dengan ruangan lain di sebelahnya, dinding yang memisahkan di antaranya harus memiliki rating STC sekitar 60. Santi menjelaskan, pada umumnya dinding ruang interior yang tersusun dari konstruksi bata dengan lapisan semen halus setebal 1/2 inci di kedua sisinya, memiliki rating STC antara 30 hingga 34. Jika dinding pemisah ini tidak dibuat kedap suara, tingkat dB di sebelah ruang home theater akan meningkat hingga sekitar 70 dB (100 - 30 = 70), ujarnya. Memang di dalam ruang dengan tingkat volume 100 dB, akan terlalu bising untuk dapat berbicara. Demikian juga di ruang sebelahnya, pada 70 dB, kebisingannya membuat susah untuk bercakap-cakap. Santi menjelaskan pula untuk standar bangunan apartemen, duplex atau kondominium yang baru, saat ini diharuskan memiliki setidaknya rating STC 50 di antara bangunannya. Memang standari ini cukup efektif untuk memblok suara percakapan normal, akan tetapi tidak cukup memadai untuk meredam suara home theater atau studio musik dengan perangkat stereo yang terkadang bisa mencapai 100 dB atau lebih. Santi mengatakan ruangan sebaiknya ditambah dengan peredam ber rating STC 70. Namun demikian, sampai saat ini ada kesalahpahaman yang masih sering ditemui pada sebuah ruangan

kedap suara yaitu dengan dipasangnya kertas karton (tempat menaruh telur) di dinding sebagai bahan peredam suara. Padahal berdasarkan hasil pengujian menunjukkan hal ini tidak berpengaruh banyak terhadap peredaman suara. Guna mendapatkan hasil yang terbaik, bahan yang memang sesuai seperti foam akustik dengan permukaan rata atau studio foam dan peredam akustik berbahan vinyl. Namun demikian menurut Santi ada beberapa kombinasi yang bisa membantu mengurangi kebocoran suara meskipun belum pernah di uji. Kombinasi tersebut adalah dengan menambah satu lapisan plaster semen setebal 1/2 inci akan mengurangi rembesan suara sekitar 2 dB. Menaruh lapisan insulasi di dinding akan mengurangi rembesan suara 3 - 4 dB Menambah satu lapisan foam barrier akan mengurangi rembesan suara kurang dari 3 dB Jika dilihat dari sisi ekonomi, studio foam adalah bahan paling murah untuk membuat ruangan kedap suara. Namun apabila ingin hasil yang lebih baik, bisa menggunakan peredam akustik berbahan vinyl yang dikombinasikan dengan studio foam, atau foam akustik rata yang tersedia dalam warna hitam, putih atau gading, sehingga terlihat lebih estetis. Setelah perangkat peredan suara terpasang agar lebih estetis dapat ditambahkan background atau latar dengan warna-warna cerah dilanjutan dengan perangkat home teater atau seperangkat alat musik untuk studio.m wWarna-cerah adalah simbol kebahagiaan dan keceriaan yang sering dipilih pada ruangan ini sehingga kesan pengap dan sempit hilang, ujar Santi.

Akustik Ruang terdefinisi sebagai bentuk dan bahan dalam suatu ruangan yang terkait dengan perubahan bunyi atau suara yang terjadi.

Akustik sendiri berarti gejala perubahan suara karena sifat pantul benda atau objek pasif dari alam. Akustik ruang sangat berpengaruh dalam reproduksi suara, misalnya dalam gedung rapat akan sangat mempengaruhi artikulasi dan kejelasan pembicara.

Akustik ruang banyak dikaitkan dengan dua hal mendasar, yaitu : * Perubahan suara karena pemantulan dan * Gangguan suara ketembusan suara dari ruang lain. Dibutuhkan seorang ahli yang berlandaskan teori perhitungan dan pengalaman lapangan untuk

mewujudkan sebuah ruang yang ideal, seperti home theatre, ruangan karaoke, raung rekaman , ruang pertemuan dan sejenisnya termasuk ruang tempat ibadah. Pengukuran jangkah frekuensi dan besarnya, dapat dilakukan dengan bantuan sebuah RTA (Real Time Analyzer) untuk mengetahui dan menentukan frekuensi pantulan atau ketembusan, sehingga dapat ditentukan jenis material penyerap suara yang digunakan. Akustik ruang Banyak material penyerap yang sangat efektif untuk digunakan, misalnya TraFlex. Mempunyai banyak variant produk yang memungkinkan untuk membuat hasil yang optimal. Tipe TraFlex 10.15, dengan spesifikasi alfa=0,7 pada 300Hz-16KHz, sangat efektif jika digunakan untuk memperjelas suara

Objektif Perancangan Akustik dan Peranan Impulse Response Contributed by I Gde Nyoman Merthayasa Friday, 16 February 2007 Last Updated Wednesday, 18 July 2007

Perkembangan bisnis sistem tata suara dan juga peranan ilmu akustik untuk menunjang perkembangan rancangan arsitektur dan interior bagi ruangan yang dimanfaat untuk menunjang performansi sistem tata suara, pada saat ini menunjukkan peningkatan yang cukup menggembirakan. Hal ini ditunjukkan dengan bertambah banyaknya kebutuhan akan ruangan home theatre' baik itu di ibukota maupun di kota-kota besar lainnya. Perkembangan perangkat sistem tata suara yang menunjang home theatre' inipun, menjadi pemicu bagi peningkatan minat dan kebutuhan para pengemar audio khususnya dan masyarakat pada umumnya. Perkembangan budaya karaoke' pun menambah gairah perkembangan kebutuhan akan ruangan yang memiliki kondisi akustik yang memadai untuk kebutuhan tersebut. Apapun bentuk dan jenis ruangan atau venue' yang membutuhkan perancangan akustik yang tepat, semestinya memiliki objektif untuk menghasilkan medan suara yang sesuai dengan tujuan dan maksud pemanfaatan ruangan atau venue' tersebut. Sebelum membicarakan objektif tersebut, perlu kita pahami bersama mekanisme dari terjadinya suara dan juga medan suara di dalam ruangan. Secara sederhana digambarkan bahwa akustik atau terjadinya suara itu menyangkut 3 komponen utama yaitu: sumber suara

ruangan/medium penerima. Jika salah satu dari ketiga komponen utama tersebut tidak ada, maka suara pun tidak ada. Ketiga komponen utama akustik ini memiliki karakteristik yang dapat dinilai dan diukur baik itu secara objektif maupun secara subjektif. Penilaian objektif tentunya berdasarkan kepada besaran2 yang bersifat objektif yaitu besaran-besaran fisika, misalnya besaran sound pressure level' dari sumber suara, besaran waktu dengung ruangan atau juga directivity' dari mikrophone (dalam hal ini mikrophone bertindak sebagai penerima suara). Sementara itu penilaian subjektif pada umumnya berdasarkan kepada subjective preference' dari orang yang menilainya, meskipun penilaian yang dilakukan tersebut sering juga didasarkan kepada besaranbesaran fisika, misalnya seseorang lebih menyukai speaker A' dibandingkan dengan speaker B' akibat adanya perbedaan karakteristik frekwensi atau juga perbedaan karakteristik dinamiknya.

Objektif perancangan akustik Tujuan atau objektif dari perancangan akustik suatu venue', baik itu indoor' maupun outdoor', semestinya menyertakan dan memperhitungkan juga ketiga karakteristik objektif komponen utama akustik tersebut. Pada umumnya, apapun perancangan akustik yang dilakukan, apakah itu perancangan tata suara lengkap, tanpa memberikan acoustics treatment' pada venue' di luar ruangan, maupun perancangan akustik ruangan, misalnya perancangan akustik ruang home theatre' atau studio rekaman, maka tujuan atau objektifnya adalah menghasilkan medan suara yang optimal dan tepat yang dapat didengarkan oleh pendengarnya. Medan suara yang didengarkan oleh pendengar ini tentunya memiliki karakteristik yang ditentukan oleh besaran-besaran yang bersifat objektif yaitu karakteristik fisika dari medan suara. Karakteristik medan suara yang diterima pendengar dapat dibagi menjadi komponen yang bersifat temporal, yaitu besaran yang dapat dinyatakan sebagai fungsi waktu. Disamping itu ada juga komponen yang bersifat spatial, yaitu besaran yang dapat dinyatakan dengan dimensi ruang. Jika penerimanya adalah manusia atau orang, bukan mikrophone untuk perekaman misalnya, maka karakteristik medan suara yang diterima itu dapat dinyatakan dengan 4 parameter utama yaitu : Tingkat pendengaran (listening level), biasanya besaran ini dinyatakan dengan besaran dBA. Waktu tunda pantulan awal (initial delay time), yaitu waktu tunda yang terjadi antara suara langsung

dan suara pantulan. Waktu dengung subsequent (subsequent reverberation time), yaitu waktu dengung yang berhubungan satu-satu dengan posisi sumber suara dan penerima dan Korelasi silang sinyal antar kedua telinga (inter-aural cross correlation, IACC), yaitu besaran yang menyatakan adanya perbedaan sinyal suara yang diterima di telinga kiri dan kanan pendengar. Tiga parameter utama dari 1 sampai 3 di atas adalah parameter yang bersifat temporal dan besaran ini dapat diukur dengan menggunakan satu channel pengukuran saja, misalnya menggunakan sound level meter atau frequency analyser 1 channel. Disamping itu, ketiga parameter tersebut memiliki karakteristik yang juga sangat tergantung kepada frekwensi. Sementara parameter utama yang keempat adalah besaran yang bersifat spatial dan hanya dapat diukur dengan menggunakan instrumen dual channel dengan memanfaatkan dummy head. Hal ini disebabkan karena manusia memiliki dua buah telinga yang posisinya sedemikian rupa sehingga dapat mendeteksi adanya ruang dan juga dapat melokalisasikan posisi dari sumber suara. Adanya ke-empat parameter utama akustik ini, bukan hanya berlaku bagi medan suara di dalam ruangan (indoor) tetapi juga berlaku untuk sistem tata suara di luar ruangan (outdoor). Dari penjelasan di atas, maka objektif perancangan akustik, baik indoor maupun outdoor, termasuk juga perancangan sistem tata suara dari studio rekaman sampai kepada gedung konser, sudah semestinya dapat memanfaatkan keempat parameter utama ini. Kebutuhan atau tujuan yang dikehendaki oleh klien' atau owner' dari ruangan atau venue' mesti diterjemahkan ke dalam besaran objektif dari keempat parameter tersebut. Sebagai contoh, jika klien menginginkan agar ruangan dapat digunakan sebagai auditorium tanpa menggunakan musik misalnya, maka perancangan akustik mesti menerjemahkan kebutuhan medan suara bagi pembicaraan/pidato ini ke dalam besaranbesaran keempat parameter tersebut. Perancang mesti menentukan suatu posisi yang disebut dengan design point' dimana di posisi ini nilai besaran keempat parameter tersebut mesti dirancang berada pada nilai yang optimum', bagi tujuan pemanfaatan ruangan atau venue' tersebut. Jika ruangan atau venue' tersebut cukup luas, maka dapat dibuatkan rancangan mapping' dari besaran keempat parameter tersebut, terutama sekali di daerah dimana penonton atau audience berada. Setelah propose' nilai keempat parameter tersebut disetujui, dimengerti dan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh klien' atau owner', termasuk juga perlu dikonsultasikan dan didiskusikan tentang appearance' dari design interior' atau venue set up' nya, maka besaran keempat parameter ini dapat diterjemahkan kembali ke dalam besaran2 fisika yang sesuai dan berhubungan dengan arsitektur dan

juga design interior. Besaranbesaran itu, misalnya volume ruangan, luas ruangan, ketinggian langit-langit, karakteristik akustik permukaan dinding langit-langit dan juga semua bidang permukaan di dalam ruangan atau di daerah venue' tersebut. Besaranbesaran inilah yang mesti di'implementasi'kan oleh pelaksana/kontraktor dan juga sound engineer' di lapangan. Setelah pelaksanaan implementasi' rancangan hampir selesai, maka perlu dilakukan pengukuran untuk mengetahui sejauh mana kondisi objektif di lapangan sudah mendekati atau sesuai dengan besaranbesaran yang di'propose'. Apabila masih terjadi penyimpangan antara kondisi riil dengan kondisi propose', maka dengan tepat dan cermat pelaksana dilapangan dapat melakukan perbaikan-perbaikan, bahkan dapat memberikan usulan perubahan rancangan kepada perancangnya. Perubahan atau modifikasi' rancangan inipun perlu juga untuk dikonsultasikan dan didiskusikan terlebih dahulu dengan klien' ataupun owner'. Sebelum seluruh hasil pekerjaan akhir dari treatment acoustics' diserahterimakan kepada klien' atau owner', kembali perlu dilakukan pengukuran parameter-parameter tersebut, dimana hal ini akan menunjukkan sejauh mana kesesuaian antara karakteristik objektif dari hasil rancangan dengan karakteristik hasil implementasi rancangan. Dengan demikian maka akan dapat dihindari judgement' yang sangat bersifat subjective' dan juga menunjukkan quality product' dari seluruh proses perancangan akustik tersebut.

Impulse Response Salah satu tool' yang cukup baik dan memadai untuk melakukan verifikasi' besaran2 keempat parameter akustik seperti yang dijelaskan di atas adalah impulse response. Untuk kondisi akustik di dalam ruangan, fenomenanya dapat dijelaskan dengan menggunakan Gambar 2 berikut ini. Di dalam setiap ruangan, maka sinyal suara yang dihasilkan oleh sumber suara akan diterima oleh pendengar atau penerima suara, setelah sinyal suara tersebut menjalar di dalam ruangan. Sinyal suara ini akan mengalami semua proses penjalaran gelombang mekanis di dalam ruangan seperti pantulan, penyerapan dan transmisi oleh permukaan ruangan disamping juga pembelokan gelombang suara oleh permukaan tertentu. Pada posisi penerima, sinyal suara dari sumber suara tersebut diterima dalam bentuk suara langsung dinyatakan dengan L pada Gambar 2, suara pantulan yang dinyatakan dengan P dan juga suara dengung yang dinyatakan dengan D. Akibat sifat penjalaran suara yang berupa penjalaran gelombang mekanis dengan kecepatan penjalaran yang jauh-jauh lebih lambat dibandingkan dengan

kecepatan cahaya, maka pada penerimaan ketiga jenis suara tadi akan diterima dengan susunan waktu yang berbedabeda. Jika sinyal dari sumber suara berupa sinyal impulse yaitu sinyal dengan daya yang cukup besar -idealnya secara matematis dayanya tidak berhingga-- dan memiliki waktu kejadian yang sangat pendek -idealnya waktu kejadiannya mendekati nol detik-- maka pada penerima akan diterima urutan sinyal impulse yang berjumlah tidak berhingga. Sekuensial sinyal inilah yang disebut dengan response impulse'. Pada masa lalu, sebagai sinyal pemicu impulse digunakan letusan balon atau ledakan pistol kosong, tetapi pada saat ini dengan perkembangan teknologi digital signal processing', maka digunakanlah suatu sinyal digital yang disebut dengan sinyal maximum length sequence, MLS'. Dengan memanfaatkan teknologi digital signal processing' tersebut, sinyal impulse yang diterima di kedua telinga pendengar dapat diukur dan hasil proses ini disebut dengan binaural impulse response'. Dari binaural impulse response' inilah, parameter IACC dapat ditentukan. Tentang fenomena alami dan arti dari IACC ini dan juga hubungannya dengan masalah spatialisasi' atau kesan ruang' pada medan suara, akan penulis jelaskan dikesempatan lain. Sebelumnya perlu juga untuk dinyatakan bahwa implementasi' konsep IACC ini juga ikut menentukan pengembangan konsep home theatre' yang saat ini sudah ada.

Implementasi konsep impulse response' dalam perancangan akustik Dengan memahami, konsep-konsep dasar akustik maka perancangan kondisi akustik untuk setiap ruangan ataupun venue' dapat dilakukan. Disini akan diberikan bagaimana perancangan akustik dan acoustic treatment' dari Gereja Sidang Jemaat Allah Bethlehem Bogor yang berlokasi di Jalan Suryakencana, Bogor. Dengan memanfaatkan perangkat lunak komputer EASE -- bisa juga dengan memanfaatkan perangkat lunak akustik lainnya seperti CATT Acoustics ataupun ODEON-- sinyal impulse dari mimbar maupun dari audience dapat digambarkan seperi ditunjukkan pada Gambar 3 dan Gambar 4. Dengan bantuan perangkat lunak akustik tersebut, posisi sumber suara perlu ditetapkan dan demikian juga semua karakteristik akustik dari sumber suara tersebut mesti diperhitungkan, misalnya directivity' dari speaker, frequency response' nya, karakteristik daya dan sebagainya. Disamping itu, karakteristik akustik ruangan seperti posisi dan karakteristik permukaan-permukaan yang berfungsi untuk menyerap suara, karakteristik spesifik dan posisi Schroeder Diffusor', reflektor suara dan juga karakteristik akustik audience' juga mesti diperhitungkan. Selanjutnya, pada semua posisi audience' dapat diperoleh besaran parameter akustiknya dari hasil perhitungan analisis impulse response'nya. Segala hal yang berhubungan dengan masalah cacat akustik' baik itu cacat akustik temporal maupun spektral dapat

diidentifikasi dan ditanggulangi sejak awal pada tahap perencanaan ini. Perlu juga ditegaskan disini, Schroeder Diffusor' yang dipasang di GSJA ini, dirancang sepenuhnya oleh perencana, mengingat karakteristik akustik Schroeder Diffusor' tersebut bersifat unik untuk keperluan yang bersifat customize'. Ini berarti, suatu jenis Schroeder Diffusor' tertentu hanya berfungsi dengan tepat jika dipasang pada posisi dan ruang yang tertentu pula, sesuai dengan hasil perancangan akustik yang berdasar kepada konsep impulse response' tersebut. Setelah pelaksanaan acoustics treatment' dikerjakan oleh kontraktor, pengukuran karakteristik akustik ruangan dilakukan dengan mengukur impluse response'nya pada posisi-posisi audience dan juga posisi yang dianggap penting lainnya. Acoustics mapping' yang diperoleh dari pengukuran ini kemudian digunakan untuk mem'verifikasi' data Acoustics mapping' yang di'propose' pada tahap perancangan dengan batuan perangkat lunak EASE tersebut. Semua hasil proses perancangan dan juga pengukuran ini kemudian dituangkan kedalam dokumen laporan, yang merupakan dokumen penting bagi klien' atau owner' untuk keperluan acoustics performance maintenance' dimasa mendatang. {mos_smf_discuss}

Home Theater system dapat menciptakan suasana cinema sehingga imajinasi seorang sutradara dapat tervisualisasi dengan sempurna. Dengan memadukan kualitas suara, tingkat kejernihan suara, frekuensi, grafis, desgin interior, dan lighting anda dapat merasakan atmosfir yang nyata dari setiap adegan yang ditampilkan. Mendesign Home Theater membutuhkan ketelitian dalam pemilihan insulation / peredam suara, interior, grafis, sound, lighting dll. untuk itu kami telah melakukan test pengukuran terhadap setiap material yang di gunakan, dengan data base yang kami miliki anda dapat merasakan kualitas dari home theater yang akan anda nikmati. Berikut merupakan hal-hal yang harus anda perhatikan dalam mendesign suatu Home Theater, A. Tatanan Ruang Akustik Akustik adalah ilmu interdisipliner yang berhubungan dengan studi dari semua gelombang mekanik dalam gas, cairan, dan padatan termasuk getaran, suara, ultrasonic dan infra. Penerapan akustik di gunakan sebagai pengontrol kebisingan audio dan juga menurunkan noise yang ditimbulkan akibat gesekan mesin seperti kipas projector, AC, pemantulan suara didalam ruangan ,dll. penerepan ilmu akustik pada home theater adalah mengetahui kondisi ruangan dan memperbaiki kerusakan tatanan suara yang di timbulakan oleh ruangan itu sendiri maupun benda-benda yang ada didalam ruangan. B. Sound Insulation / Peredam Suara Insulation merupakan proses isolasi suara, dengan tujuan mencoba untuk mencegah suara masuk atau keluar dari ruang tertutup dengan membuat beberapa penghalang antara interior dan daerah eksterior. Karena suara mampu melakukan perambatan dari material ke material yang lain, proses perhitungan yang tepat dan pilihan bahan yang digunakan untuk mengelola isolais akan sangat menentukan biaya dan hasil dari kualitas ruangan anda.

Pemasangan isolasi ruangan pada dinding interior adalah salah satu contoh. Dengan aplikasi ini, dapat membantu untuk menyerap bergema, gaung, atau jenis transmisi suara.

C. Pemilihan Perangakat Pendukung sebelum anda membeli peralatan seperti projector, screen, dll kami saran kan anda mengerti terlebih dahulu karena dapat menghemat bugget anda. a. Screen Ukuran Screen yang akan dipakai dan tipe permukaan layar Cara menentukan ukuran layar/screen yang baik ialah dengan melihat jarak kursi paling belakang ke layar (dalam meter) dibagi 8. Contohnya: Jika jarak kursi paling belakang ke layar adalah 8 meter, maka ukuran lebar (width) layar yang diperlukan ialah: 8/8 = 1 meter. b. Projector & ANSI Lumens Kondisi pencahayaan ruangan akan mempengaruhi pemilihan jenis Projector Jika ruangan ingin diterangi sinar matahari, digunakan proyektor dengan kekuatan 1900 ANSI Lumens per 1 meter lebar layar. Contoh: Lebar layar yang diperlukan ialah 3 meter, jadi proyektor yang sebaiknya digunakan ialah proyektor dengan kekuatan 1900 x 3 meter = 5700 6000 ANSI Lumens. Jika ruangan diterangi cahaya remang-remang dan diperlukan layar dengan lebar 3 meter, makan proyektor yang sebaiknya digunakan ialah proyektor dengan kekuatan 1500 x 3 meter = 4500 5000 ANSI Lumens. c. Jarak yang tepat dari proyektor ke layar Setiap proyektor memiliki apa yang disebut throw width atau throw ratio yang menentukan jarak minimal proyektor dari layar. Apabila lebar layar yang Anda pakai berukuran 3 meter dan proyektor yang Anda pesan memiliki throw ratio 1,7 maka letakkan proyektor sejauh 1,7 x 3 meter = 5 meter dari layar. Apabila keadaan ruangan tidak mencukupi untuk meletakkan proyektor sesuai throw rationya, ukurlah dahulu jarak yang ada, kemudian dibagi dengan lebar layar yang digunakan lalu pilihlah proyektor yang memiliki throw ratio paling mendekati hasil pembagian. Tandanya apabila penempatan proyektor sudah sesuai ialah gambar dari proyektor dapat memenuhi seluruh layar.

d. Interior Design Pencahayaan Home theater merupakan topik penting untuk dipertimbangkan saat gedung teater baru Anda. Meskipun Anda terutama akan menonton film Anda dengan lampu keluar, Anda masih ingin memiliki cakupan pencahayaan yang baik untuk mengatur hanya suasana hati yang tepat.

e. Furniture Salah satu contoh penempatan paling penting adalah tentang tempat duduk di teater rumah Anda. Apa jenis kursi yang Anda rencanakan untuk menginstal Sebuah sofa? Sebuah kursi bersandaran tinggi? Di mana Anda ingin kursi untuk pergi? Apakah Anda berencana untuk memiliki decked tempat duduk. Ini adalah keputusan penting karena akan mempengaruhi semua daerah lain desain home theater Anda. Jumlah kursi anda berencana untuk menginstal akan menentukan berapa banyak ruang yang tersedia lantai yang Anda miliki.Lokasi kursi akan menentukan hanya di mana semua peralatan rumah teater Anda harus pergi serta sightlines ke layar.

Anda mungkin juga menyukai