Anda di halaman 1dari 12

ABSTRAK Perkembangan Cloud Computing di Indonesia (Analisis Konsep, Aplikasi, dan Dampak Pengembangan Cloud Computing)

Perkembangan teknologi internet saat ini telah dan sedang dalam fase perkembangan Web 2.0 dengan main concept-nya yang menekankan pada online sharing dan colaboration dan beberapa prinsip utamanya ialah mobile, easy maintenance, one click, widely spread distributed, scalability, concurency dan transparency. Saat ini, kajian teknologi Web 2.0 yang termutakhir terkonsentrasi pada konsep cloud computing. Cloud computing atau komputasi awan ialah teknologi yang memanfaatkan layanan internet nenggunakan pusat server yang bersifat virtual dengan tujuan maintain data dan aplikasi. Cloud computing merupakan konsep lanjutan teknologi Web 2.0 yang dikembangkan sebagai perwujudan prinsip mobile, scalability, dan easy-maintenance melalui proses virtualisasi. Dari perkembangan teknologi cloud computing ini, hal utama yang perlu menjadi highlights ialah mengenai aplikasi teknologi cloud computing itu sendiri dan pengaruhnya terhadap user. Meluasnya cloud computing pun diiringi sejumlah isu-isu yang memberikan pandangan kritis dan memunculkan pertanyaanpertanyaan, antara lain, Apa itu konsep cloud computing? Bagaimana prinsip kerja teknisnya? Apakah teknologi cloud computing telah diterapkan secara mapan? Apa dampak, dalam artian manfaat dan kerugian, pengaplikasian cloud computing terhadap user? Apa dilema yang timbul dari implementasi teknologi cloud computing ini? Bagaimana perkembangan cloud computing selanjutnya? Dan Bagaimana perkembangannya di Indonesia? Secara umum, aplikasi berbasis teknologi cloud computing telah banyak dikembangkan tetapi penggunaannya secara menyeluruh masih terus dikaji dan dikembangkan. Manfaat yang akan diperoleh user antara lain terletak pada efektivitas biaya dan kemudahan akses data antar-server dan operation system, sedangkan isu-isu yang dinilai berpotensi menjadi dilema antara lain mengenai compliance, legalitas, open source, standar terbuka, dan yang paling penting ialah data security. Oleh karena itu, perkembangan cloud computing selanjutnya akan mengarah kepada upaya minimalisasi dilema yang muncul sekarang ini. Di Indonesia sendiri, komputasi awan ini belum diterapkan secara mapan karena adanya beberapa kendala. Cloud computing ini berjalan secara simultan dengan konsep radical trust. Secara konseptual, framework pengembangan cloud computing ini merupakan penerapan Konsep Mediamorphosis (Fidler, 1997). Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif dengan cara studi literatur, wawancara dengan ahli teknologi internet, dan kemudian dilakukan analisis terhadap perkembangan dan implementasi teknologi cloud computing di Indonesia berdasarkan dilema-dilema yang berpotensi timbul. Analisis yang diterapkan bersifat deskriptif yang menitikberatkan pada analisis perkembangan cloud system ke depannya dan implikasi bagi perkembangan Indonesia. Kesimpulan yang diambil yaitu penerapan teknologi cloud computing di Indonesia belum berjalan mapan karena banyaknya kendala dan dilema-dilema yang muncul dari implementasi cloud coumputing. Ke depannya, teknologi cloud computing akan berkembang sesuai dengan prinsip-prinsip dalam konsep Mediamorphosis, terutama prinsip metamorphosis, needs and opportunities, dan survival. Oleh karena itu, ke depannya teknologi cloud computing akan menjadi inevitable bagi perkembangan teknologi internet di Indoensia. Kata kunci : cloud computing; komputasi awan; aplikasi; virtualisasi; radical trust

LATAR BELAKANG
Dunia kini sedang menjalani sebuah revolusi komunikasi. Revolusi komunikasi menggambarkan adanya perubahan sistem komunikasi secara signifikan dalam waktu yang relatif singkat yang mencakup perubahan hardware dan software communication tools itu sendiri, aplikasi hardware tersebut dalam kehidupan, impilikasi yang timbul dari penggunaan perangkat tersebut, manipulasinya, dan sistem pertukaran informasi yang dijalankan perangkat komunikasi tersebut (Mirabito & Morgenstern, 2004). Berawal dari ARPANet di tahun 1950, internet saat ini telah menjadi pioneer utama dalam revolusi komunikasi karena internetlah yang memainkan peran utama dalam perkembangan teknologi komunikasi. Pada awalnya, penciptaan internet hanya ditujukan untuk kepentingan pertahanan sebagai sebuah sistem komunikasi terdesentralisasi antara satu komputer dengan komputer lainnya di dalam jaringan dengan prinsip kerja menggabungkan LANs (Local Area Networks)dan WANs (Wide Are Networks) sehingga Internetwork atau disingkat Internet (Grant & Foust, 2008). Seiring berjalannya waktu, seperti yang kita dapat kta lihat sekarang ini, internet pun mengalami perkembangan baik dari segi content maupun segi teknis dan menjelma menjadi teknologi yang memberikan kemudahan bagi user untuk melakukan hal-hal yang sebenernya sulit dilakukan secara konvensional, seperti misalnya social networking, interactive marketing, dan mass communication. Hal ini meyebabkan internet sekarang menjadi sangat user-friendly dan semakin luas digunakan oleh berbagai kalangan masyarakat, tidak terbatas hanya pada kalangan akademis dan ekonomi. Sampai sekarang ini (Mei 2010), perkembangan internet berada di fase Web 2.0 dengan main concept-nya yang menekankan pada online sharing dan colaboration dan beberapa prinsip utamanya ialah mobile, easy maintenance, one click, widely spread distributed, scalability, concurrency, flexibility, dan transparency. Prinsipprinsip Web 2.0 tersebut merupakan framework yang mendasari perkembangan internet sebagai media komunikasi utama. Ketika kebutuhan untuk komunikasi dan interaksi telah terpenuhi dengan mudah, maka manusia semakin mengolah teknologi tersebut untuk pemenuhan kebutuhannya yang lain, dalam hal ini yaitu kebutuhan akan komputasi, yang notabene masih dianggap sebagai sesuatu yang sulit dan hanya bisa dilakukan oleh para ahli atau disebut teknologi yang levelnya expert sphere jika meminjam terminologi Pacey (2000). Oleh karena itulah, arah kajian teknologi Web 2.0 yang termutakhir terkonsentrasi pada perkembangan teknologi yang memungkinkan komputasi menjadi sesuatu yang mudah, fleksibel, dan dapat digunakan setiap saat sesuai kebutuhan kita (on-demand), yang konsepnya disebut sebagai cloud computing. Cloud computing, atau disebut komputasi awan dalam terminologi Indonesia, pada dasarnya merupakan suatu teknologi komputasi dengan memanfaatkan layanan internet. Prinsip flexibilty dan on-demand dimanifestasikan dengan perwujudan komputasi sebagai sebuah layanan (as a service) yang dapat digunakan secara mudah dan fleksibel setiap kali user membutuhkannya. Kemudahan dan fleksibiltas tersebut diperoleh user dengan memanfaatkan akses internet. Term cloud sendiri merupakan metafora internet dalam diagram teknis jaringan komputer (Thia, 2008). Oleh karena itulah, cloud computing menunjukkan adanya sebuah kolaborasi antara teknologi internet sebagai media komunikasi dan informasi dengan teknologi komputasi.

CLOUD COMPUTING : Ide Lama, Teknologi Baru


Berawal dari tahun 2006, Amazon Inc. meluncurkan Elastic Compute Cloud (EC2), yang disebut oleh The Technology Review sebagai momentum setelah pengkajian dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mentransformasi computing technology menjadi teknologi yang tersedia tersedia secara fleksibel seperti layaknya electricity (Talbot, 2010). Pada awalnya, Amazon Inc. menerapkan cloud computing hanya di level internal korporasinya sebagai upaya modernisasi data center-nya pasca dot com burst melalui virtualisasi server data. Artinya, sistem komputasi bekerja dalam sebuah mesin virtual, sehingga data bisa diolah dan dikonfigurasi secara instan, dan karena data tersebut disimpan di pusat data yang bersifat virtual sehingga data tersebut bisa dipanggil dan digunakan sewaktu-waktu secara cepat. (Talbot, 2010). Sebuah riset yang termuat dalam Tempo Interaktif menjelaskan bahwa sebuah korporasi yang awalnya membutuhkan satu untuk server 1 aplikasi, setelah dilakukan virtualisasi internal, hanya membutuhkan 1 server untuk 10 aplikasi (Dimas, 2010). Hal ini membuktikan bahwa layanan cloud computing merupakan layanan yang relatif lebih murah, efisien, dan terjangkau bagi individu, organisasi, korporat, dan pemerintah. Atas dasar alasan efisiensi inilah, tak heran jika akhirnya pada akhirnya Amazon mulai melakukan upaya komersialisasi dengan membuka layanan EC2 kepada khalayak luas. Sejak saat itulah sistem cloud computing ini mulai banyak digunakan. Padahal, jika kita menilik kembali ke tahun 1960, jejak pemikiran mengenai fleksibiltas komputasi telah ada di pemikiran John McCarthy yang menyatakan bahwa, "computation may someday be organized as a public utility" (Armbrust, et al., 2009). Penerapan teknologi komputasi awan ini pun tidak berasal dari pemikiran yang benar-benar orisinil karena komputasi awan ini berbasis prinsip kerja berbagai sistem komputasi pendahulunya, seperti contohnya autonomic computation yang memungkinkan sistem dalam komputer melakukan self-management, komputasi terdistribusi (distributed computing) dan grid computing, yang pada dasarnya mengelola suatu sistem komputasi di mana beban komputasi terdistribusi dalam sutau jaringan komputer. Karakteristik dasar komputasi awan yang menempatkan segala sesuatu sebagai layanan (everything as a service) pun merupakan penggabungan karakteristik berbagai sistem komputasi seperti client-server model dan utility computing (Zhang, Zhang, Chen, & Huo, 2010). Seperti yang diungkapkan Adila Alfa Krishnadi (2010) bahwa pada dasarnya, cloud computing merupakan bentuk online dari grid computing. Hal senada juga diungkapkan oleh Feris Thia (2008), yang memandang komputasi awan sebagai penerapan konsep komputasi terdistribusi yang lebih spesifik diarahkan ke jaringan internet. Dari pandangan di atas, dapat kita lihat bahwa hal baru yang dibawa cloud computing terletak pada penggunaan jaringan internet yang ditekankan secara spesifik sebagai media delivery layanan tersebut. Karena berkembangnya teknologi web services maka konsep komputasi berbasis internet ini perlu memiliki suatu istilah yang fresh dan tidak terjebak menjadi kata yang klise (Thia, 2008). Oleh karena itu, digunakanlah istilah cloud yang merepresentasikan internet.

Dari perkembangan teknologi cloud computing ini, hal utama yang perlu menjadi highlights ialah mengenai penerapan teknologi cloud computing itu sendiri dan pengaruhnya terhadap user. Oleh karena itu, muncul pertanyaan mengenai teknologi cloud computing, seperti : Apa itu konsep cloud computing? Bagaimana prinsip kerja teknisnya? Meluasnya cloud computing pun diiringi sejumlah isu-isu yang memberikan pandangan kritis dan memunculkan pertanyaan-pertanyaan mengenai pengaplikasian teknologi cloud computing dan dampaknya secara spesifik, antara lain, bagaimana konsep cloud computing itu? Apakah teknologi cloud computing telah dapat diterapkan secara mapan? Apa dampak pengaplikasian cloud computing terhadap user? Apa dilema yang timbul dari implementasi teknologi cloud computing? Bagaimana perkembangan cloud computing selanjutnya? Bagaimana implementasinya di Indonesia?

MENEMBUS KE DALAM AWAN : Menelanjangi Cloud Computing


Konsep Cloud Computing : Definisi, Fitur, dan Prinsip Teknis Karena teknologi cloud computing ini sifatnya masih tergolong fresh dan update, maka kajian mengenai komputasi awan ini menarik perhatian banyak cendekiawan dan cenderung menjadi tren dalam dunia riset teknologi internet. Berbagai riset mengenai cloud computing dilakukan dalam perspektif berbagai disiplin ilmu, khususnya perspektif ilmu komputer dan bisnis yang paling notabene paling erat kaitannya, dan melahirkan definisi yang berbeda-beda terhadap term cloud computing atau cloud system atau komputasi awan itu sendiri. Dalam perspektif information technology atau ilmu komputer sendiri, penulis merujuk kepada definisi berikut : Komputasi awan secara sederhana adalah konsep komputasi terdistribusi dimana tugas komputasi bisa diserahkan ke sekumpulan komputer yang terhubung ke jaringan. Semacam aplikasi yang dikembangkan khusus akan mengatur semua node yang terhubung tersebut, antrian tugas akan diprioritaskan untuk diberikan ke komputer yang lebih 'santai' (Thia, 2008). Sedangkan bila dipandang dari perspektif bisnis, cloud computing dapat didefinisikan sebagai : Cloud computing is a flexible, cost-effective and proven delivery platform for providing business or consumer IT services over the Internet (IBM Corporation, 2009)

Dalam perspektif teknologi komunikasi sendiri, cloud computing atau komputasi awan dapat diartikan sebagai suatu teknologi yang memanfaatkan internet sebagai resource untuk komputasi yang dapat di-requset oleh pengguna dan merupakan sebuah layanan dengan pusat server bersifat virtual atau berada dalam cloud (internet) itu sendiri (Krishnadi, 2010). Dari pernyataan ini, dapat disimpulkan bahwa konsep cloud computing sebenarnya mengindikasikan adanya pergeseran paradigma dari dari internet yang awalnya terbatas hanya sebagai media

komunikasi dan sarana memperoleh informasi menjadi lebih multifungsi, yaitu media komputasi. Oleh karena itu, dalam pandangan teknologi komunikasi, terdapat dua poin utama yang menjadi highlights yaitu, (1) komputasi sebagai layanan (as-a-service) dan (2) komputasi berbasis internet. Untuk memahami bagaimana konsep sebenarnya dari cloud computing itu sendiri, penulis akan menjelaskan melalui contoh-contoh aplikasi cloud computing yang sebenarnya telah sering kita gunakan. Yang pertama yaitu facebook. Sekarang ini, hampir setiap orang, terutama di Indonesia pasti memiliki account facebook. Di dalam account facebook kita pasti terdapat data-data personal kita, juga file-file lainnya, seperti foto, notes, video, dan lain-lain. Dengan menggunakan facebook, kita dapat dengan mudah berbagi foto-foto kita dengan orang-orang yang terdaftar dalam friendlist kita melalui fitur tag foto. Begitu juga dengan notes dan video. Kita dapat langsung menge-tag foto tersebut melalui facebook, dan dalam 2-3 detik, foto tersebut telah tersimpan dalam account facebook teman kita. Bandingkan dengan friendster yang dulu juga sempat menjadi hits di Indonesia pada tahun 2000-2005-an. Dalam friendster pun, kita juga bisa mnyimpan file-file personal seperti foto kita, sama seperti facebook. Namun, perbedaannya, jika kita ingin berbagi foto atau file-file dalam account friendster kita, kita tidak dapat melakukannya secara langsung seperti di facebook dengan cara menge-tag foto tersebut kepada teman kita, tetapi kita harus mendownload foto tersebut, dan meng-upload nya kembali di account friendster teman kita. Sebenarnya, tanpa disadari dengan menyimpan foto-foto kita dalam facebook dan menggunakan fitur tag foto tersebut kita telah mengaplikasikan teknologi cloud system atau cloud computing yaitu berupa online storage. Salah satu prinsip teknis cloud computing ialah fleksibilitas dalam akses data, artinya kita dapat mengakses data dari mana saja melalui suatu perangkat fixed seperti personal computer atau laptop maupun mobile device dengan menggunakan cloud (internet) sebagai sarana penyimpanan data secara online (online storage). Tidak hanya berupa online storge, cloud computing juga memiliki kapabilitas untuk menyediakan berbagai macam aplikasi yang langsung dapat digunakan tanpa proses download dan instalasi dalam komputer seperti yang biasa kita lakukan dalam aplikasi konvensional (Krishnadi, 2010).

Contoh paling sederhana dari konsep cloud computing ialah Yahoo! email atau Gmail atau layanan webmail yang lainnya. Untuk menggunakan layanan webmail ini, seorang user tidak perlu melakukan instalasi software tertentu dalam komputernya. Yang perlu dilakukan hanyalah terkoneksi dengan internet, dan membuka aplikasi email tersebut melalui web browser dan dengan mudahnya dapat mengirim email. Dalam aplikasi ini, server dan manajemen software semuanya terdapat dalam cloud (internet) sehingga user dapat menggunakan aplikasi software tersebut tanpa harus membeli lisensi dan melakukan instalasi. Analogi yang dikembangkan untuk menggambarkan cloud computing ini ialah, 'If you only need milk , would you buy a cow ?' (Cleveland, Lewis, & Khannan, 2009). Artinya, jika semua yang dibutuhkan konseumen ialah mendapatkan keuntungan dari penggunaan layanan software atau hardware komputer (direpresentasikan oleh milk), mengapa user harus membeli software

atau hardware (direpresentasikan oleh cow) tersebut? Oleh karena itulah, sebagai user, kita tidak perlu memikirkan penyesuaian dengan spesifikasi hardware perangkat yang kta miliki, karena aplikasi dalam cloud ini bersifat fleksibel dan tidak membutuhkan spesifikasi tertentu. Secara fisik, yang dibutuhkan oleh user untuk menggunakan teknologi cloud computing ini hanyalah peringkat untuk output dan proses terminasi seperti layar monitor, perangkat input seperti keyboard, dan akses internet (Krishnadi, 2010). Karakteristik Cloud Computing Menurut T. Sridhar (2009), dalam sebuah jurnal yang di-publish Cisco System, karakteristik cloud

computing, antara lain (1) elasticity and scalability, artinya cloud computing memungkinkan user memperluas dan mengurangi penggunaan resource sesuai layanan yang dibutuhkan. Contohnya, jika kita menggunakan perangkat komputer untuk membuka beberapa aplikasi, misalnya, perangkat office, perangkat grafis, dan perangkat entertainment, secara sekaligus, maka kita membutuhkan rseorce dalam jumlah yang cukup besar. Dalam cloud computing, user dapat me-release resource tersebut karena beban komputasi telah diserahkan kepada server di dalam cloud; (2) Pay-per-use mengacu pada cost system yang diterapkan dalam cloud computing ini, yaitu pembayaran berdasarkan intensitas penggunaan, bahkan beberapa aplikasi dalam cloud banyak yang tersedia secara cuma-cuma, misalnya Google Docs; (3) On demand berarti bahwa layanan-layanan dalam cloud tidak bersifat permanen dalam infrastruktur perangkat teknologi kita karena penggunaannya berdasarkan kebutuhan dan permintaan kita sebagai user; (4) Resiliency mengacu pada kemampuan cloud system untuk mengisolasi kegagalan atau error yang terjadi dalam server dan storage resources artinya data dapat dimigrasikan ke physical resource yang lain di dalam cloud tanpa sepengetahuan dan di luar kesadaran user, sehingga di mata user, recovery data dapat dilakukan dengan cepat dan tanpa kekurangan; (5) Multitenancy berarti satu provider cloud services dapat menyediakan layanan bagi beberap user dengan menggunakan infrastruktus yang sama sedangkan server maupun media storage datanya dapat berwujud fisik maupun virtual tergantung dari kebutuhan user secara spesifik. (6) Workload movement, yaitu karakteristik yang berkaitan dengan resiliency dan pertimbangan biaya. Dalam hal ini, cloud system memungkinkan terjadinya perpindahan workloads melintasi server, baik di server di dalam maupun di luar data center, meskipun berada di wilayah geografis yang berbeda. Hal ini mengacu pada konsep virtualisasi yang juga sangat erat kaitannya dengan cloud computing ini. Virtualisasi terjadi ketika suatu aplikasi software bekerja secara terpisah dengan infrastrukturnya. Pengaplikasian Cloud Computing : 3 Model Layanan Cloud Computing Seperti telah disinggung di atas, konsep cloud computing ini mengandung dua poin penting, salah satunya ialah pengaplikasian komputasi sebagai sebuah layanan. Dalam layanan komputasi ini tentunya ada yang bertindak sebagai penyedia layanan, substansi layanan itu sendiri, dan pihak yang menggunakan layanan tersebut. Penyedia layanan komputasi ini diistilahkan sebagai provider atau vendor. Contoh provider ini antara lain, Amazon, Google,

IBM, Yahoo!, Cisco, dan lain-lain. Sedangkan pengguna layanan disebut user. Pengguna layanan komputasi ini mencakup berbagai kalangan, mulai dari inidividu, organisasi, dan yang terutama yaitu kalangan korporat. Oleh karena itu, berdasarkan sifat pengguna layanan, layanan cloud computing dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Public Cloud yang menjual layanan cloud computing secara bebas kepada siapapun di internet dan Private Cloud yang berwujud data center yang mensuplai layanan-layanan cloud computing kepada orang-orang dalam jumlah terbatas (UswachTech Administrator, 2010). Yang paling penting dalam pengaplikasian cloud computing ini ialah substansi layanan cloud computing itu sendiri. Dalam pengaplikasiannya, dikenal tiga model layanan cloud computing, yaitu Software as a Service (SaaS), Platform as a Service (PaaS), dan Infrastructure as a Service (IaaS) (Armbrust, et al., 2009), (IBM Corporation, 2009), (Robbins, 2009), (Cleveland, Lewis, & Khannan, 2009), (Shridhar, 2009), (UswachTech Administrator, 2010). Software-as-a-service Pada pokoknya, software as a service berarti aplikasi tersedia bagi user dalam bentuk layanan berbasis subscribtion sesuai kebutuhan user (on-demand). Jadi, dengan pengaplikasian model ini, user tidak perlu lagi membeli lisensi dan melakukan instalasi untuk sebuah aplikasi, tetapi cukup membayar biaya sesuai pemakainnya saja. Secara teknis, model aplikasi ini memanfaatkan web-based interface yang diakses melalui web browser dan berbasis teknologi Web 2.0 (Robbins, 2009). Contoh SaaS ini ialah Goggle Docs dari Google yang merupakan aplikasi perangkat office serupa Microsoft Word (Krishnadi, 2010). Dengan menggunakan GoggleDocs, kita dapat mengolah dokumen tanpa harus menginstal software office seperti Microsoft Word. SaaS ini merupakan model aplikasi cloud computing yang sasarannya difokuskan pada user individual. Platform-as-a-service Jika SaaS merupakan model layanan yang fokusnya pada apllication using, maka fokus Platform as a service (PaaS) mengacu pada application development. Sasaran model ini ialah para programmer dan application developer karena dalam model ini, provider menyediakan layanan yang berupa serangkaian perangkat lunak dan alat-alat pengembangan produk yang tersedia pada infrastruktur provider sehingga developer dapat menciptakan aplikasi pada platform provider melalui internet (UswachTech Administrator, 2010). Contoh PaaS ini antara lain, Google App Engine, Windows Live, dan Force.com (Cleveland, Lewis, & Khannan, 2009). Infrastructure-as-a-Service Model aplikasi yang paling luas cakupannya yaitu Infrastructure as a Service (IaaS) yang meliputi penyediaan layanan infrastruktur secara terintegrasi. Pada prinsip teknisnya, provider menyediakan virtual server dengan IP adress yang unik bagi user. User dapat menggunakan application program interface (API) milik si provider untuk memulai, menghentikan, mengakses dan mengkonfigurasi virtual server dan media storage-nya. Media storage di sini dapat bersifat fisik berupa hardware maupun virtual (di dalam cloud) (Shridhar, 2009). Sasaran model layanan ini ialah di tingkatan korporasi karena adanya efisiensi biaya dalam penggunaan infrastruktur berbasis virtual server ini. Contoh IaaS antara lain, Google, IBM, dan Amazon EC2.

DILEMA DUA SISI CLOUD COMPUTING


Seperti layaknya teknologi lain yang memiliki dua sisi mata uang, sisi positif maupun negatif, penggunaan cloud computing pun berdampak secara paradoks yang terwujud dalam keuntungan yang kita dapat sekaligus resiko yang harus kita tanggung. Dua hal yang paradoks tersebut menjadi sebuah isu tersendiri yang berkembang seiring perkembangan teknologi cloud computing itu sendiri. Paradoks dua hal tersebut pun menjadi suatu hal yang sifatnya dilematis. Keuntungan : Sisi Potensial Cloud Computing Dalam uraian sebelumnya sebenarnya telah disinggung sedikit mengenai keuntungan yang didapat dalam penggunaan cloud computing. Namun, secara spesifik dan teperinci, merujuk kepada (Thia, 2008) keuntungan cloud computing antara lain: (1) Benefit bagi para pelaku bisnis ialah minimalisasi biaya investasi infratruktur publik sehingga bisnis bisa lebih terfokus pada aspek fungsionalistasnya, (2) Bagi application developer, layanan PaaS memungkinkan pengembangan dan implementasi aplikasi dengan cepat sehingga meningkatkan produktivitas, (3) Bagi para praktisi yang bergerak di industri IT, hal ini berarti terbukanya pasar baru bagi industri jasa pengembangan teknologi informasi, (4) Bagi pebisnis di bidang infrastruktur, hal ini merupakan peluang yang besar karena dengan meningkatnya penggunaan layanan SaaS ini akan meningkatkan penggunaaan bandwidth internet, (5) Integrasi aplikasi dengan berbagai device. Resiko : Sisi Kelam Cloud Computing Merujuk kepada (Robbins, 2009), resiko yang mesti dihadapi user dalam penggunaan cloud computing ini antara lain: (1) service level, artinya kemungkinan service performance yang kurang konsisten dari provider. Inkonsistensi cloud provider ini meliputi, data protection dan data recovery, (2) privacy, yang berarti adanya resiko data user akan diakses oleh orang lain karena histing dilakukan secara bersama-sama, (3) compliance, yang mengacu pada resiko adanya penyimpangan level compliance dari provider terhadap regulasi yang diterapkan oleh user, (4) data ownership mengacu pada resiko kehilangan kepemilikan data begitu data disimpan dalam cloud, (5) data mobility, yang mengacu pada kemungkinan share data antar cloud service dan cara mendapatkan data kembali jika suatu saat user melakukan proses terminasi terhadap layanan cloud computing.

THE MEDIAMORPHOSIS IN RADICAL TRUST


Sebelum memasuki stage analisis mengenai perkembangan cloud computing di Indonesia dan analisis forecasting terhadap cloud computing, maka penulis akan menjelaskan konsep Mediamorphosis (Fidler, 1997) dan radical trust sebagai conceptual framework. Enam prinsip mediamorphosis (Fidler, 1997), yaitu: (1) coevolution and coexistence, yang berarti semua bentuk media komunikasi hadir dan berevolusi secara bersamaan dengan pengembangan dan sistem adaptasi yang kompleks, (2) metamorphosis, artinya media baru tidak hadir secara spontan dan independen melainkan bertahap, (3) propagation, artinya tumbuhnya media baru menyebarkan karakter yang dominan dari bentuk

sebelumnya melalui bahasa, (4) survival, artinya segala bentuk media komunikasi dipaksa untuk beradaptasi dan berkembang pilihan lain adalah mati, (5) opportunity and need, artinya media baru tidak diadopsi berdasarkan perhitungan teknologi semata tetapi disebabkan motivasi sosial, ekonomi, politik, dan (6) delayed adoption, artinya teknologi media baru perlu waktu yang lebih lama dari yang diharapkan untuk menjadi sukses atau komersil. Sedangkan radical trust mengacu pada kepercayaan dalam skala tinggi dari suatu struktur organisasi, baik pemerintah, organisasi bisnis, maupun organisasi sosial terhadap kolaborasi dan penggunaan suatu kolaborasi online. Adanya radical trust ini menyebabkan suatu organisasi terstruktur menafaatkan suatu perangkat teknologi internet.

CLOUD COMPUTING DI INDONESIA


Secara umum, di Indonesia, teknologi cloud computing selama ini baru sebatas tren teknologi saja. Sedangkan untuk menerapkannya, masih ditemui sejumlah kendala, terutama kendala teknis mengenai infrastruktur teknologi cloud computing tersebut, yaitu masih terbatasnya akses internet di Indonesia, baik broadband maupun dial-up (Thia, 2008). Terbatasnya akses internet di Indonesia membuat teknologi ini tidak banyak digunakan secara luas. Kalaupun digunakan, penggunaannya masih sebatas pada aplikasi-aplikasi yang tersedia di internet (SaaS) dan belum menyentuh model PaaS dan IaaS. Selain itu, terbatasnya penerapan cloud computing di level organisasi dan kalangan bisnis di Indonesia diakibatkan oleh kendala teknis, khususnya pada masalah virtualisasi dan adanya keraguan akan jaminan security dalam penerapan teknologi ini (Dimas, 2010). Sedangkan Vinton Cerf (2010), seorang wakil presiden korporasi Google, menjelaskan bahwa kendala saat ini ialah setiap cloud service terisolasi dalam sistem provider-nya sendiri dan komunikasinya terbatas hanya pada user. Hal terbukti pada user di Indonesia, yang mengalami kebingungan dalam hal virtualisasi. Banyak korporasi yang merasa bingung untuk melakukan virtualisasi apakah virtualisasi dimulai dari storage-nya, server atau jaringannya terlebih dahulu. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan cloud computing di Indonesia secara lebih spesifik, penulis mengadakan wawancara dengan Aldila Alfa Krishnadi, seorang staf pengajar Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesiais mengidentifikasi adanya sejumlah kendala mengapa teknologi cloud computing belum begitu berkembang di Indonesia menurut Krishnadi (2010), antara lain : (1) kendala teknis berupa kurangnya infrastruktur dalam teknologi internet sehingga akses internet di Indonesia menjadi sangat terbatas dan internet masih sebagai barang mahal di Indonesia dan menghambat pengembangan teknologi ini, (2) kendala kultur, artinya kultur dari masyarakat Indonesia sendiri yang masih rely on pada mobile communication atau handphone yang masih mendominasi. Akan tetapi, Krishnadi berpandangan bahwa untuk masyarakat Indonesia sendiri,

kecenderungannya ialah technological deterministic (Pacey, 2000), karena kultur masyarakat Indoensia cenderung lebih mudah dibentuk oleh tren teknologi. Artinya, jika secara teknis infrastruktur teknologi tersebut telah berkembang, maka masyarakat akan menggunakan teknologi ini secara luas karena adanya desakan kebutuhan berupa tren dari masyarakat luas untuk mengaplikasikan teknologi ini.

Jika dipandang dalam persepektif konseptual, maka terhambatnya pengembangan cloud computing di Indonesia ini mengindikasikan kurangnya radial trust dari berbagai struktur organisasi tersebut. Sedangkan dari perspektif Mediamorphosis, maka perkembangan cloud computing di Indonesia ini merupakan menggambarkan enam prinsip mediamorphosis di atas, dan pada intinya seperti yang disebutkan dalam prinsip keenam, pengembangan teknologi ini sebagai suatu media membutuhkan waktu yang lebih lama dari yang diperkirakan.

THE CLOUDY FUTURE : Masa Depan Cloud Computing


Berdasarkan konsep, aplikasi, dampak yang ditimbulkan, dan kendala-kendala dalam penegmbangan cloud computing, maka penulis menganalisis berbagai kemungkinan mengenai perkembangan cloud computing ke depannya. Secara umum, dengan melihat berbagai manfaat dan resiko yang diperoleh user dalam menggunakan cloud computing, penulis berpandangan bahwa cloud computing akan semakin luas digunakan. Berdasarkan prinsip mediamorphosis sendiri, pengembangan cloud computing ini terutama akan mengarah pada prinsip survival dan opportunity and need, yang artinya teknologi ini akan berkembang dan berusaha survive dengan cara mengadaptasi kebutuhan sosial, politik, dan ekonomi dari user itu sendiri. Oleh karena itu, pengambangan cloud computing akan mengarah pada berkembangnya suatu teknologi pengiring cloud computing ini yaitu suatu bentuk teknologi yang dapat menjamin security data. Selain itu, perkembangan cloud computing ini selanjutnya akan memasuki tahap integrasi antar berbagai provider dengan mengedepankan prinsip interoperabilitas. Adanya perkembangan secara teknis tersebut menyebabkan bertambahnya tingkat radical trust dari pengguna sehingga pada akhirnya model komputasi ini akan mendominasi penggunaan di level korporasi. Secara spesifik untuk Indonesia, jika didasarkan pada prinsip survival dan opportunity and need dalam Mediamorphosis, maka penulis berpandangan bahwa para pengembang teknologi cloud computing akan berusaha mengembangkan teknologi ini dengan menyesuaikan kebutuhan para user di Indonesia. Oleh karena itu, secara strategik, pengembangan cloud computing di Indonesia akan mengarah pada kompatibilitas teknologi ini untuk digunakan dalam mobile communication, yang notabene merupakan media komunikasi yang paling dominan di Indonesia. Selain itu, perkembangan cloud computing di Indonesia akan menerapkan prinsip metamorphosis atau berubah secara bertahap. Artinya, di Indonesia untuk menerapkan teknologi cloud computing dalam model PaaS dan IaaS, maka perkembangannya akan dilakukan secara bertahap dan melalui proses adaptasi dan kolaborasi dengan software konvensional yang sebelumnya telah akrab digunakan user. Perkembangan ke arah ini sudah mulai dilakukan oleh Micrsoft yang menyisipkan fitur berbasis teknologi cloud computing dalam perangkat Microsoft Office 2010 (Krishnadi, 2010).

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, penulis berkesimpulan bahwa penerapan teknologi cloud computing di Indonesia belum berjalan mapan karena banyaknya kendala dan dilema-dilema yang muncul dari implementasi

cloud computing. Ke depannya, teknologi cloud computing akan mengalami perkembangan sesuai prinsip survival dan needs and oportunities, yang berupa intergrasi anatar sistem operasi yang berbeda dan penciptaan teknologi yang menjamin keamanan data, serta pengapliaksian teknolgo cloud computing dalam perangkat mobile communication. Perkembangan ini bersifat bertahap atau sesuai dengan prinsip metamorphosis, agar user dapat beradptasi. Ke depannya, cloud computing akan semakin luas digunakan karena faktor tingginya radical trust terhadap teknologi dan faktor karakteristik teknologi cloud computing yang relatif murah dan memberikan banyak kemudahan.

Bibliography
Armbrust, M., Fox, A., Griffith, R., D. Joseph, A., Katz, R., Konwinski, A., et al. (2009, Februari 10). Above the Clouds: A Berkeley View of Cloud Computing. Retrieved Mei 16, 2010, from UC Berkeley Reliable Adaptive Distributed Systems Laboratory: http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.150.628&rep=rep1&type=pdf Buecker, A., Lodewijkx, K., Moss, H., & Skapinetz, K. (2009, November 2). Cloud Security Guidance : IBM Recommendations for the Implementation of Cloud. Dipetik Mei 13, 2010, dari IBM Redbooks: http://www.redbooks.ibm.com/redpapers/pdfs/redp4614.pdf Cerf, V. (2010, Februari). Notebooks : Expert Opinion. The Technology Review Vol. 113 (1) , p. 14. Cleveland, D., Lewis, A., & Khannan, S. (2009, Juni 6). Cloud of Confusion Amongst IT Professionals. Retrieved Mei 14, 2010, from Version One: http://www.versionone.co.uk/news/cloud-of-confusionamongst-it-professionals.php Dimas. (2010, February 9). Cisco, NetApp, dan VMware Berkolaborasi Menuju Komputasi Awan. Retrieved Mei 16, 2010, from Tempointeraktif.com: http://www.tempointeraktif.com/hg/it/2010/02/09/brk,20100209-224458,id.html Dimas. (2010, Februari 15). Mengadopsi Teknologi Baru dengan Bujet Ketat. Retrieved Mei 17, 2010, from Tempointeraktif.com: http://www.tempointeraktif.com/hg/it/2010/02/12/brk,20100212225382,id.html Fidler, R. F. (1997). Mediamorphosis : Understanding New Media. Pine Foge Press. Grant, A. E., & Foust, J. (2008). The Internet and the World Wide Web. In A. Grant, & J. Foust, Communication Technology Update and Fundamental. Eleventh Edition (pp. 268-279). Boston: Focal Press.

IBM Corporation. (2009, November). IBM View of Cloud Computing. Dipetik Mei 13, 2010, dari IBM Point of View : Security and Cloud Computing: ftp://public.dhe.ibm.com/common/ssi/sa/wh/n/tiw14045usen/TIW14045USEN_HR.PDF Krishnadi, A. A. (2010, Mei 17). Kupas Tuntas Komputasi Awan. (A. D. Nastiti, Interviewer) Layman. (2010). The Special Characteristics of Cloud Computing. Retrieved Mei 16, 2010, from Computing Edge: http://computinged.com/cloud-computing/the-special-characteristics-of-cloudcomputing/ Layman. (2010). Understanding Cloud Computing and Cloud Hosting in Layman Terms. Retrieved Mei 17, 2010, from Computing Edge: http://computinged.com/cloud-computing/understanding-cloudcomputing-and-cloud-hosting-in-layman-terms/ Layman. (2010). Understanding the Concept of Cloud Computing and its Advantages. Retrieved Mei 16, 2010, from Computing Edge: http://computinged.com/cloud-computing/understanding-the-concept-ofcloud-computing-and-its-advantages/ Mirabito, M. M., & Morgenstern, L. B. (2004). New Communication Technology: Applications, Policy, and Impact, Fifth Edition,. UK: Focal Press. Pacey, A. (2000). The Culture of Technology. Cambridge, MA: The MIT Press. Robbins, D. (2009, Mei 19). Cloud Computing Technology. Retrieved Mei 10, 2010, from Cloud Computing Technology : An Approach: http://www.pcworld.com/article/164933/cloud_computing.html?tk=rss_news Shridhar, T. (2009, September). Cloud Computing - A Primer. Retrieved Mei 16, 2010, from The Internet Protocol Journal, Volume 12, No.3 - Cisco System: http://www.cisco.com/web/about/ac123/ac147/archived_issues/ipj_12-3/123_cloud1.html Talbot, D. (2010, Februari). Security in the Ether. The Technology Review Vol. 113 (1) , pp. 36-42. Thia, F. (2008, Mei 01). Komputasi Awan. Retrieved Mei 13, 2010, from Kenapa Komputasi Awan?: http://blog.komputasiawan.com/2008/05/kenapa-komputasi-awan.html UswachTech Administrator. (2010, Februari 15). Mengenal Teknologi Cloud Computing. Retrieved Mei 16, 2010, from UswachTech IT SolutionsUswachTech IT Solutions: http://uswahtech.uswah.net/berita196-mengenal-teknologi-cloud-computing.html Zhang, S., Zhang, S., Chen, X., & Huo, X. (2010). Cloud Computing Research and Development Trend. Second International Conference on Future Network 2010 (pp. 93-97). Sanya, Hainan: IEEE.

Anda mungkin juga menyukai