Anda di halaman 1dari 4

Jakarta (SIB)

Ketua DPR Agung Laksono menantang Kepala Badan Intelijen Negara (Ka BIN)
Syamsir Siregar untuk menyebut nama politisi di balik aksi demonstrasi kenaikan harga
BBM. Tujuannya, agar masalah lekas clear dan tidak timbul praduga. “Sekarang
janganlah main tuding kalau tidak ada dasar dan bukti kuat. Kalau buktinya sudah kuat,
langsung saja sebut siapa itu biar kita tidak menduga-duga dan menimbulkan saling
curiga,” ujar Agung kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (15/5).
Menurut Agung, saat ini bukanlah momen yang tepat untuk melemparkan isu yang tidak
produktif. Seharusnya semua pihak dapat menjaga kondusivitas dan keamanan menjelang
Pemilu 2009 mendatang.
“Saya nggak tahu dasarnya apa menuduh. Saya kira nggak relevan lagi sekarang ini,”
jelas dia.
Syamsir mengatakan tudingan itu di kantor Presiden, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta
Pusat, pada 14 Mei 2008. “Ada mantan menteri, ada pejabat,” ujar Syamsir kemarin.
Mbah Tardjo Suruh Syamsir Belajar Lagi Soal Intelijen
Pernyataaan Kepala BIN Syamsir Siregar soal adanya politisi di belakang aksi demo
BBM kembali dikecam. Tindakan Syamsir ini dinilai bukan tindakan seorang intelijen
profesional.
“Itu nggak bener itu, kalau seperti itu kerjanya BIN anyaran, suruh belajar lagi saja,” ujar
Wakil Ketua DPR Soetardjo Soerjogoeritno kepada wartawan di Gedung DPR RI, Jalan
Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Kamis (15/5).
Menurut politisi senior PDIP yang akrab dipanggil Mbah Tardjo ini, Syamsir sebagai
Kepala BIN tidak seharusnya membeberkan informasi karena akan memperkeruh situasi.
Mbah Tardjo berharap kesalahan yang terus berulang itu tidak terjadi lagi.
BIN harus mengkaji lebih dalam kemungkinan-kemungkinan yang terjadi jika harga
BBM naik sehingga pemerintah bisa mengambil langkah antisipasi.
“Harusnya BIN itu diam saja. Kalau sudah ada informasi, tindak lanjuti sendiri,
kordinasikan dengan pihak terkait bukan mengumbar-ngumbar begitu,” kritik penghobi
cerutu yang biasa bicara ceplas-ceplos ini.
Gus Dur: Kepala BIN Dibayar untuk Bela SBY
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Syamsir Siregar menyatakan demontrasi besar-
besaran menantang kenaikan BBM ditunggangi dan mengancam stabilitas keamanan.
Gus Dur menilai, pendapat BIN memang dibayar untuk membela Presiden SBY.
“Pendapat BIN ini bela pemerintah. Mereka kan dibayar pemerintah, mereka membela
presiden. Makanya mereka nggak akan peka terhadap tuntutan rakyat,” kata Ketua
Dewan Syuro DPP PKB KH Abdurrahman Wahid di kantor DPP PKB Jl Kalibata Timur,
Jakarta Selatan, Rabu (14/5).
Hal itu disampaikan Gus Dur ketika ditanya soal pernyataan KaBIN Syamsir Siregar hari
ini.
Sementara itu, anggota Komisi I DPR dari FPKB Effendy Choirie menambahkan,
Syamsir pantas menyatakan hal itu karena selama ini dikenal sebagai tim sukses SBY.
“Kalau Pak As’ad (mantan Wakil Ka BIN) mungkin tidak akan menyatakan seperti itu,
tapi kalau yang ini politis,” jelas Gus Choi.
Sebenarnya, menurut dia, bila dilihat dari perspektif yang akurat dan realistis, yang
menunggangi aksi demonstrasi adalah hati nurani masyarakat. “Saya ketemu Agung
Laksono (Ketua DPR), dia cerita tentang bebannya terhadap rencana kenaikan BBM. Dia
minta izin pada saya mengatakan itu, kan termasuk menolak kenaikan BBM,”
ungkapnya.
“Begitu kok ditunggangi, mahasiswa, fraksi menolak kenaikan harga BBM, karena ini
terasa berat. Rakyat saat ini kan belum lepas dan masih merasakan dampak kenaikann
BBM sebelumnya, kok sekarang mau dinaikkan lagi,” ujar Gus Choi.
Apakah perlu diinterpelasi? Effendy menjawab, sebenarnya kalau mau baik-baik tidak
perlu interpelasi. “Yang peting presiden bilang, saya mau ngomong di DPR, tolong
dijadwal, ketimbang rapat konsultasi dengan pimpinan fraksi yang efeknya kecil. Dia
harus bicara di depan semua anggota, tapi apa berani?” tandasnya.
Pengamat: Banyak Agen Asing di Kabinet SBY, BIN Kurang Mampu Kontraintelijen
Mantan Direktur Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin) Dr AC Manullang tak heran
dengan pernyataan Kepala Badan Intelijen Negara Syamsir Siregar yang mengatakan
demo BBM ditunggangi. Manullang bahkan menilai Kabinet SBY sudah disusupi
intelijen asing.
“Sebelum Syamsir mengatakan itu, dari pengamatan intelijen saya jauh hari, saya
mengatakan banyak agen-agen asing di kabinet SBY,” ujar Manullang pada detikcom,
Rabu (14/5).
Dan bukan tidak mungkin, ujar dia, banyak pejabat lainnya terkena pengaruh atau bahkan
diinfiltrasi oleh intelijen asing. “Kesalahan kita mengapa intelijen tidak dapat
melaksanakan atau menunaikan tugasnya untuk membuat kontra intelijen. BIN kurang
mampu membuat kontraintelijen,” kata dia.
Kontra intelijen ini, imbuh dia, harus disertai dengan klandestin operasi intelijen, yaitu
penyamaran, untuk meneliti siapa pembantu presiden yang bekerja untuk kepentingan
intelijen asing. Hasilnya dilaporkan Kepala BIN kepada Presiden termasuk untuk
mencegah demonstrasi.
“Laporan itu sebenarnya Pak Syamsir berkewajiban langsung kepada Presiden. Demo
sekarang ini harus dicegah dan ditangkal, bukan ditembak. Tapi sebelum terjadi sudah
diestimasi dan dilaporkan ke Presiden. Presiden instruksikan aparatnya untuk
menangkal,” kata dia.
Apa yang sebenarnya dikatakan Syamsir, imbuh dia, sebenarnya terkait Pilpres 2009.
Banyak pihak yang berlomba-lomba untuk merebut kesempatan jadi RI-1. “Ini (kenaikan
harga BBM) bisa menurunkan popularitas dari SBY,” ujar Manullang.
Pernyataan KaBIN Buat Rakyat Nyaman & Waspada
Pernyataan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Syamsir Siregar yang mengatakan
demo BBM ditunggangi dinilai tepat. Pernyataan Syamsir itu bisa membuat masyarakat
nyaman dan waspada.
“Dari segi pengamatan intelijen, apa yang dikatakan Syamsir itu actually bagus, tepat
dalam rangka upaya memberi kenyamanan bagi masyarakat,” ujar mantan Direktur
Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin) Dr AC Manullang kepada detikcom, Rabu
(14/5.
Indikasi yang dikatakan Syamsir bahwa ada mantan pejabat dan menteri yang
menunggangi demo BBM, imbuh Manullang, sangat tinggi karena sudah merupakan
produk dari intelijen. Pernyataan Syamsir juga mengajak masyarakat agar tidak mudah
termakan isu penolakan kenaikan harga BBM.
“Tetapi dia sebagai intelijen tidak boleh mengemukakan apapun fakta intelijen yang
diperolehnya. Dia hanya melaporkan, tetapi pernyataan itu adalah refleksi dari informasi
intelijen bagi kenyamanan masyarakat. Ini karena sekarang harga BBM ini sudah sampai
ke pada masyarakat luas, termasuk ditunggangi intelijen asing,” kata dia.
Pernyataan KaBIN Didukung Data Kuat, Bukan Kira-kira
Kepala Badan Intelijen Negara (KaBIN) Syamsir Siregar mengatakan demo penolakan
BBM ditunggangi. Pernyataan Syamsir tersebut dinilai bukan hanya perkiraan belaka,
tapi didukung data kuat.
“Kalau pernyataan Kepala BIN mesti sudah didukung data. Karena tim lapangannya
banyak, pasti ada data,” ujar pengamat intelijen Wawan Purwanto.
Gejala penunggangan dalam demonstrasi penolakan kenaikan harga BBM tersebut, lanjut
Wawan, sudah tampak. “Apalagi kalau pernyataan resmi seorang kepala BIN, bukan kira-
kira. Pasti ada suatu konklusi yang jelas dengan operasi lapangan,” tutur Wawan.
Secara politis, imbuh dia, momentum kenaikan BBM ini memang ditunggu untuk
memukul pemerintah. Apalagi, BBM menguasai hajat hidup orang banyak yang sebagian
besar rakyat kecil. Ujung-ujungnya masalah perut. “Kalau sudah menyangkut rakyat
kecil, masalah perut, itu ladang paling empuk untuk dipukul. Perut nggak bisa nunggu.
Ini sudah diincar kalangan tertentu untuk merebut simpati,” ujar dia.
Demo BBM Ditunggangi siasat politik adu domba bertebaran
Devide et impera. Siasat politik adu domba zaman Belanda itu tampaknya tak pernah
usang dipraktekkan. Termasuk menjelang kenaikan harga BBM kali ini.
Menurut pengamat intelijen Wawan Purwanto dalam perbincangannya dengan detikcom,
Rabu (14/5), momentum kenaikan BBM ini memang ditunggu pihak-pihak tertentu untuk
menggebuk kinerja pemerintah.
“Bukan mustahil harga minyak mencapai US$ 200 per barrel. Siapa pun yang memegang
kendali pemerintah ya mabok. SBY-JK pasti akan tergencet dari sisi itu,” kata Wawan.
Selain itu, menjelang Pemilu 2009, ada pihak-pihak yang ingin menarik simpati
masyarakat, seolah-olah berpihak pada masyarakat. “Mereka rame-rame mencari simpati.
Ini momentumnya,” ujar dia.
Ketika ditanya kemungkinan yang menunggangi demo BBM itu termasuk pihak asing
yang mempunyai kepentingan di Indonesia, Wawan mengatakan kemungkinan itu bisa
terjadi. Namun, kepentingan asing yang bermain jelas tidak mungkin bergerak sendiri.
Beberapa pihak di dalam negeri, imbuh dia, banyak yang bisa dibayar karena motivasi
politik maupun ekonomi. “Bermainnya tidak langsung tapi melalui jaringan.
Menghancurkan suatu negara bukan dari asing tapi lewat tangan-tangan orang dalam
yang kebetulan mau dibenturkan,” jelasnya.
Untuk itu Wawan menganjurkan masyarakat hendaknya lebih rasional, bukan emosional,
dan tidak mengedepankan pemikiran sesaat. Kalau tidak, maka masyarakat mudah diadu
domba. “Sehingga devide et impera akan menjadi perulangan. Kita tak pernah belajar
dari sejarah, akibatnya seperti ini,” pungkas dia.
Tunggang Menunggang Demo, Jangan Lihat Siapa Tapi Apa Isinya
Demonstrasi yang ditunggangi pihak tertentu tidak selalu salah. Yang lebih penting
adalah bukan siapa yang menunggangi aksi, namun substansi dari aksi tersebut.
Begitulah pandangan pengamat politik LIPI Syamsuddin Haris menanggapi pernyataan
Kepala BIN Syamsir Siregar. Rabu kemarin Syamsir mengatakan, mantan menteri dan
pejabat telah menunggangi demonstrasi kenaikan BBM.
“Siapa pun yang mendalangi itu, itu tergantung apa substansinya. Kita lihat substansinya
apa, itu yang penting,” kata Syamsuddin kepada detikcom.
Hal itu disampaikannya di sela-sela diskusi publik wacana amandemen UUD 1945 yang
digelar Komisi Hukum Nasional RI di Hotel Millennium, Jalan Fachrudin, Tanah Abang,
Jakarta, Kamis (15/5).
Dia menjelaskan, meskipun suatu aksi ditunggangi, namun bila substansinya untuk
kepentingan rakyat maka bukan masalah.
“Isinya apa demonya? Ketika soal kenaikan BBM ya jangan lihat siapa yang mendalangi.
Kan isinya yang penting,” tutup Syamsuddin.
Pengamat: Militer Bisa Redam Cawe-cawe Intel Asing
Mantan Direktur Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin) Dr AC Manullang menilai
demo BBM ditunggangi sejumlah pihak termasuk intelijen asing. Kekuatan militer dinilai
masih efektif menangkal kepentingan intel asing.
“Banyak isu sekarang memojokkan militer. Padahal, militerlah satu-satunya organisasi
solid yang mampu menghadapi isu dari luar negeri. Kalau isu dari dalam itu polisi.
Hendaknya kita jangan apriori pada militer kita,” kata AC Manullang pada detikcom,
Rabu (14/5).
Pembatasan peranan militer selama ini, imbuh dia, melalui isu Hak Asasi Manusia
(HAM). “Kalau dihubungkan HAM sekarang ini, itu hanya untuk menyalahi jangan
sampai menjadi preseden kekuatan militer sekarang ini. Karena militerlah yang
sebenarnya mampu menyerap dan menangkal kekuatan kapitalisme asing,” kata dia.
Sebelumnya Manullang mendukung pernyataan Kepala BIN Syamsir Siregar bahwa
demo penolakan harga BBM ini ditunggangi. Manullang bahkan mengatakan banyak
agen-agen asing di kabinet SBY. Beberapa pejabat kemungkinan dipengaruhi atau
diinfiltrasi intelijen asing.
Namun Manullang menilai BIN belum mampu melakukan kontraintelijen terhadap gerak-
gerik intelijen asing ini. Demo penolakan kenaikan harga BBM ini, menurut Manullang,
terkait dengan Pemilu 2009 yang akan datang, yang mana banyak pihak berebut posisi
nomor 1. Kenaikan harga BBM dinilai bisa menurunkan popularitas SBY.
Kinerja intelijen yang efektif bisa menjaga keamanan. “Karena tidak ada intelijan tidak
akan tercapai apa pun. Semua harus dimulai dengan keamanan dan kesejahteraan,” kata
Manullang. (detikcom/g)

Anda mungkin juga menyukai