Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN RIZKI

Selamat Datang di Blog Ku yang sederhana ini

Rabu, 04 Maret 2009


LAPORAN PENDAHULUAN CEDERA KEPALA
A. PENGERTIAN Cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi - decelerasi ) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan. B. PATOFISIOLOGI Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg %, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral. Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik. Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 - 60 ml / menit / 100 gr. jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output. Trauma kepala meyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas atypical-myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem paru. Perubahan otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan disritmia, fibrilasi atrium dan vebtrikel, takikardia. Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi . Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar.

Cedera kepala menurut patofisiologi dibagi menjadi dua : 1. Cedera kepala primer Akibat langsung pada mekanisme dinamik (acelerasi - decelerasi rotasi ) yang menyebabkan gangguan pada jaringan. Pada cedera primer dapat terjadi :

1. Gegar kepala ringan 2. Memar otak 3. Laserasi 2. Cedera kepala sekunder 1. Pada cedera kepala sekunder akan timbul gejala, seperti : 2. Hipotensi sistemik 3. Hipoksia 4. Hiperkapnea 5. Udema otak 6. Komplikasi pernapasan 7. infeksi / komplikasi pada organ tubuh yang lain C. PERDARAHAN YANG SERING DITEMUKAN 1. Epidural Hematoma Terdapat pengumpulan darah di antara tulang tengkorak dan duramater akibat pecahnya pembuluh darah / cabang - cabang arteri meningeal media yang terdapat di duramater, pembuluh darah ini tidak dapat menutup sendiri karena itu sangat berbahaya. Dapat terjadi dalam beberapa jam sampai 1-2 hari. Lokasi yang paling sering yaitu di lobus temporalis dan parietalis. Gejala-gejala yang terjadi : Penurunan tingkat kesadaran, Nyeri kepala, Muntah, Hemiparesis, Dilatasi pupil ipsilateral, Pernapasan dalam cepat kemudian dangkal irreguler, Penurunan nadi, Peningkatan suhu 2. Subdural Hematoma Terkumpulnya darah antara duramater dan jaringan otak, dapat terjadi akut dan kronik. Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah vena / jembatan vena yang biasanya terdapat diantara duramater, perdarahan lambat dan sedikit. Periode akut terjadi dalam 48 jam - 2 hari atau 2 minggu dan kronik dapat terjadi dalam 2 minggu atau beberapa bulan. Tanda-tanda dan gejalanya adalah : nyeri kepala, bingung, mengantuk, menarik diri, berfikir lambat, kejang dan udem pupil Perdarahan intracerebral berupa perdarahan di jaringan otak karena pecahnya pembuluh darah arteri; kapiler; vena. Tanda dan gejalanya : Nyeri kepala, penurunan kesadaran, komplikasi pernapasan, hemiplegia kontra lateral, dilatasi pupil, perubahan tanda-tanda vital 3. Perdarahan Subarachnoid Perdarahan di dalam rongga subarachnoid akibat robeknya pembuluh darah dan permukaan otak, hampir selalu ada pad cedera kepala yang hebat. Tanda dan gejala : Nyeri kepala, penurunan kesadaran, hemiparese, dilatasi pupil ipsilateral dan kaku kuduk ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN Pengumpulan data klien baik subyektif atau obyektif pada gangguan sistem persarafan sehubungan dengan cedera kepala tergantung pada bentuk, lokasi, jenis injuri dan adanya komplikasi pada organ vital lainnya. Data yang perlu didapati adalah sebagai berikut :

1. Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab): nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan, alamat, golongan darah, pengahasilan, hubungan klien dengan penanggung jawab. 2. Riwayat kesehatan : Tingkat kesadaran/GCS (< 15), konvulsi, muntah, dispnea / takipnea, sakit kepala, wajah simetris / tidak, lemah, luka di kepala, paralise, akumulasi sekret pada saluran napas, adanya liquor dari hidung dan telinga dan kejang Riwayat penyakit dahulu haruslah diketahui baik yang berhubungan dengan sistem persarafan maupun penyakit sistem sistemik lainnya. demikian pula riwayat penyakit keluarga terutama yang mempunyai penyakit menular. Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari klien atau keluarga sebagai data subyektif. Datadata ini sangat berarti karena dapat mempengaruhi prognosa klien. 3. Pemeriksaan Fisik Aspek neurologis yang dikaji adalah tingkat kesadaran, biasanya GCS < 15, disorientasi orang, tempat dan waktu. Adanya refleks babinski yang positif, perubahan nilai tanda-tanda vital kaku kuduk, hemiparese. Nervus cranialis dapat terganggu bila cedera kepala meluas sampai batang otak karena udema otak atau perdarahan otak juga mengkaji nervus I, II, III, V, VII, IX, XII. 4. Pemeriksaan Penujang CT-Scan (dengan atau tanpa kontras) : mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak. Catatan : Untuk mengetahui adanya infark / iskemia jangan dilekukan pada 24 - 72 jam setelah injuri. MRI : Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif. Cerebral Angiography: Menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti : perubahan jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma. Serial EEG: Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis X-Ray: Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis(perdarahan/edema), fragmen tulang. BAER: Mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil PET: Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak CSF, Lumbal Punksi :Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid. ABGs: Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenisasi) jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial Kadar Elektrolit : Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan tekanan intrkranial Screen Toxicologi: Untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga menyebabkan penurunan kesadaran. Penatalaksanaan Konservatif: Bedrest total Pemberian obat-obatan

Observasi tanda-tanda vital (GCS dan tingkat kesadaran) Prioritas Perawatan: 1. Maksimalkan perfusi / fungsi otak 2. Mencegah komplikasi 3. Pengaturan fungsi secara optimal / mengembalikan ke fungsi normal 4. Mendukung proses pemulihan koping klien / keluarga 5. Pemberian informasi tentang proses penyakit, prognosis, rencana pengobatan, dan rehabilitasi. Tujuan: 1. Fungsi otak membaik : defisit neurologis berkurang/tetap 2. Komplikasi tidak terjadi 3. Kebutuhan sehari-hari dapat dipenuhi sendiri atau dibantu orang lain 4. Keluarga dapat menerima kenyataan dan berpartisipasi dalam perawatan 5. Proses penyakit, prognosis, program pengobatan dapat dimengerti oleh keluarga sebagai sumber informasi. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa Keperawatan yang biasanya muncul adalah: 1. Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di otak. 2. Tidakefektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan penumpukan sputum. 3. Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak 4. Keterbatasan aktifitas sehubungan dengan penurunan kesadaran (soporos - coma) 5. Resiko tinggi gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer. C. INTERVENSI Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di otak. Tujuan : Mempertahankan pola napas yang efektif melalui ventilator. Kriteria evaluasi : Penggunaan otot bantu napas tidak ada, sianosis tidak ada atau tanda-tanda hipoksia tidak ada dan gas darah dalam batas-batas normal. Rencana tindakan : Hitung pernapasan pasien dalam satu menit. pernapasan yang cepat dari pasien dapat menimbulkan alkalosis respiratori dan pernapasan lambat meningkatkan tekanan Pa Co2 dan menyebabkan asidosis respiratorik. Cek pemasangan tube, untuk memberikan ventilasi yang adekuat dalam pemberian tidal volume. Observasi ratio inspirasi dan ekspirasi pada fase ekspirasi biasanya 2 x lebih panjang dari inspirasi, tapi dapat lebih panjang sebagai kompensasi terperangkapnya udara terhadap gangguan pertukaran gas. Perhatikan kelembaban dan suhu pasien keadaan dehidrasi dapat mengeringkan sekresi / cairan paru sehingga menjadi kental dan meningkatkan resiko infeksi. Cek selang ventilator setiap waktu (15 menit), adanya obstruksi dapat menimbulkan tidak adekuatnya pengaliran volume dan menimbulkan penyebaran udara yang tidak adekuat.

Siapkan ambu bag tetap berada di dekat pasien, membantu membarikan ventilasi yang adekuat bila ada gangguan pada ventilator. Tidak efektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan penumpukan sputum. Tujuan : Mempertahankan jalan napas dan mencegah aspirasi Kriteria Evaluasi : Suara napas bersih, tidak terdapat suara sekret pada selang dan bunyi alarm karena peninggian suara mesin, sianosis tidak ada. Rencana tindakan : Kaji dengan ketat (tiap 15 menit) kelancaran jalan napas. Obstruksi dapat disebabkan pengumpulan sputum, perdarahan, bronchospasme atau masalah terhadap tube. Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi dada (tiap 1 jam ). Pergerakan yang simetris dan suara napas yang bersih indikasi pemasangan tube yang tepat dan tidak adanya penumpukan sputum. Lakukan pengisapan lendir dengan waktu kurang dari 15 detik bila sputum banyak. Pengisapan lendir tidak selalu rutin dan waktu harus dibatasi untuk mencegah hipoksia. Lakukan fisioterapi dada setiap 2 jam. Meningkatkan ventilasi untuk semua bagian paru dan memberikan kelancaran aliran serta pelepasan sputum.

Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak Tujuan : Mempertahankan dan memperbaiki tingkat kesadaran fungsi motorik. Kriteria hasil : Tanda-tanda vital stabil, tidak ada peningkatan intrakranial. Rencana tindakan : Monitor dan catat status neurologis dengan menggunakan metode GCS. Refleks membuka mata menentukan pemulihan tingkat kesadaran. Respon motorik menentukan kemampuan berespon terhadap stimulus eksternal dan indikasi keadaan kesadaran yang baik. Reaksi pupil digerakan oleh saraf kranial oculus motorius dan untuk menentukan refleks batang otak. Pergerakan mata membantu menentukan area cedera dan tanda awal peningkatan tekanan intracranial adalah terganggunya abduksi mata. Monitor tanda-tanda vital tiap 30 menit. Peningkatan sistolik dan penurunan diastolik serta penurunan tingkat kesadaran dan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial. Adanya pernapasan yang irreguler indikasi terhadap adanya peningkatan metabolisme sebagai reaksi terhadap infeksi. Untuk mengetahui tanda-tanda keadaan syok akibat perdarahan. Pertahankan posisi kepala yang sejajar dan tidak menekan. Perubahan kepala pada satu sisi dapat menimbulkan penekanan pada vena jugularis dan menghambat aliran darah otak, untuk itu dapat meningkatkan tekanan intrakranial. Hindari batuk yang berlebihan, muntah, mengedan, pertahankan pengukuran urin dan hindari

konstipasi yang berkepanjangan. Dapat mencetuskan respon otomatik penngkatan intrakranial. Observasi kejang dan lindungi pasien dari cedera akibat kejang. Kejang terjadi akibat iritasi otak, hipoksia, dan kejang dapat meningkatkan tekanan intrakrania. Berikan oksigen sesuai dengan kondisi pasien. Dapat menurunkan hipoksia otak. Berikan obat-obatan yang diindikasikan dengan tepat dan benar (kolaborasi). Membantu menurunkan tekanan intrakranial secara biologi / kimia seperti osmotik diuritik untuk menarik air dari sel-sel otak sehingga dapat menurunkan udem otak, steroid (dexametason) untuk menurunkan inflamasi, menurunkan edema jaringan. Obat anti kejang untuk menurunkan kejang, analgetik untuk menurunkan rasa nyeri efek negatif dari peningkatan tekanan intrakranial. Antipiretik untuk menurunkan panas yang dapat meningkatkan pemakaian oksigen otak. Keterbatasan aktifitas sehubungan dengan penurunan kesadaran (soporos - coma ) Tujuan : Kebutuhan dasar pasien dapat terpenuhi secara adekuat. Kriteria hasil : Kebersihan terjaga, kebersihan lingkungan terjaga, nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, oksigen adekuat. Rencana Tindakan : Berikan penjelasan tiap kali melakukan tindakan pada pasien. Penjelasan dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan kerja sama yang dilakukan pada pasien dengan kesadaran penuh atau menurun. Beri bantuan untuk memenuhi kebersihan diri. Kebersihan perorangan, eliminasi, berpakaian, mandi, membersihkan mata dan kuku, mulut, telinga, merupakan kebutuhan dasar akan kenyamanan yang harus dijaga oleh perawat untuk meningkatkan rasa nyaman, mencegah infeksi dan keindahan. Berikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan. Makanan dan minuman merupakan kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi untuk menjaga kelangsungan perolehan energi. Diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien baik jumlah, kalori, dan waktu. Jelaskan pada keluarga tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga lingkungan yang aman dan bersih. Keikutsertaan keluarga diperlukan untuk menjaga hubungan klien - keluarga. Penjelasan perlu agar keluarga dapat memahami peraturan yang ada di ruangan. Berikan bantuan untuk memenuhi kebersihan dan keamanan lingkungan. Lingkungan yang bersih dapat mencegah infeksi dan kecelakaan. Kecemasan keluarga sehubungan keadaan yang kritis pada pasien. Tujuan : Kecemasan keluarga dapat berkurang

Kriteri evaluasi : Ekspresi wajah tidak menunjang adanya kecemasan Keluarga mengerti cara berhubungan dengan pasien Pengetahuan keluarga mengenai keadaan, pengobatan dan tindakan meningkat. Rencana tindakan : Bina hubungan saling percaya. Untuk membina hubungan terpiutik perawat - keluarga. Dengarkan dengan aktif dan empati, keluarga akan merasa diperhatikan. Beri penjelasan tentang semua prosedur dan tindakan yang akan dilakukan pada pasien. Penjelasan akan mengurangi kecemasan akibat ketidak tahuan. Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertemu dengan klien. Mempertahankan hubungan pasien dan keluarga. Berikan dorongan spiritual untuk keluarga. Semangat keagamaan dapat mengurangi rasa cemas dan meningkatkan keimanan dan ketabahan dalam menghadapi krisis. Resiko tinggi gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer. Tujuan : Gangguan integritas kulit tidak terjadi Rencana tindakan : Kaji fungsi motorik dan sensorik pasien dan sirkulasi perifer untuk menetapkan kemungkinan terjadinya lecet pada kulit. Kaji kulit pasien setiap 8 jam : palpasi pada daerah yang tertekan. Berikan posisi dalam sikap anatomi dan gunakan tempat kaki untuk daerah yang menonjol. Ganti posisi pasien setiap 2 jam Pertahankan kebersihan dan kekeringan pasien : keadaan lembab akan memudahkan terjadinya kerusakan kulit. Massage dengan lembut di atas daerah yang menonjol setiap 2 jam sekali. Pertahankan alat-alat tenun tetap bersih dan tegang. Kaji daerah kulit yang lecet untuk adanya eritema, keluar cairan setiap 8 jam. Berikan perawatan kulit pada daerah yang rusak / lecet setiap 4 - 8 jam dengan menggunakan H2O2. DAFTAR KEPUSTAKAAN Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company. Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company. Asikin Z (1991) Simposium Keperawatan Penderita Cedera Kepala. Panatalaksanaan Penderita dengan Alat Bantu Napas, Jakarta. Harsono (1993) Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press

Ditulis oleh ASUHAN KEPERAWATAN RIZKI di 3/04/2009 08:47:00 PM Label: Keperawatan Reaksi:
Wadung Indah Permai Sukses itu : Selamat dunia dan akhirat Lompat ke isi

Beranda aplikasi o aplikasi java o Chating o game hp o IRC ( Internet Relay Chat ) buku tamu Dunia Dalam Berita FILM o Indonesia Merah Putih 2010 Game Online ( PC ) o Left 4 Dead o Point Blank Ilmu blogging Kesehatan Request Wisata Tentang Wadung

Study Kasus Keperawatan Nonton tv online

Laporan Asuhan Keperawatan Cedera Kepala Ringan


Posted on 25 Maret 2010 by Ghandi| Tinggalkan komentar

LAPORAN PENDAHULUAN CEDERA KEPALA RINGAN Konsep Dasar

A.

Pengertian

Cedera kepala yaitu adanya deformitas berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi descelarasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan factor dan penurunan percepatan, serta rotasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan.

B.

Patofisiologi

Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi, energi yang dihasilkan di dalam sel sel syaraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg % karena akan menimbulkan koma, kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan tubuh, sehingga bila kadar oksigen plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala gejala permulaan disfungsi cerebral. Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses metabolisme anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan oksidasi metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metababolik. Dalam keadaan normal Cerebral Blood Flow (CBF) adalah 50 60 ml / menit 100 gr. Jaringan otak yang merupakan 15 % dari cardiac output. Trauma kepala menyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktifitas atypical myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udema paru. Perubahan otonim pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P aritmia, fibrilasi atrium dan ventrikel serta takikardi. Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana penurunan tekanan vaskuler akan menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi. Pengaruh persyarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar.

1.
a.

Klasifikasi cidera kepala


Cidera kepala primer

Akibat langsung pada mekanisme dinamik ( acceselarsi descelerasi rotasi ) yang menyebabkan gangguan pada jaringan. Pada cidera primer dapat terjadi : 1). Geger kepala ringan 2). Memar otak 3). Laserasi. b. Cedera kepala sekunder : timbul gejala seperti :

1). Hipotensi sistemik 2). Hiperkapnea 3). Hipokapnea 4). Udema otak 5). Komplikasi pernapasan 6). Infeksi komplikasi pada organ tubuh yang lain.

2.
a.

Jenis perdarahan yang sering ditemui pada cidera kepala :


Epidural hematoma

Terdapat pengumpulan darah diantara tulang tengkorak dan duramater akibat pecahnya pembuluh darah / cabang cabang arteri meningeal media yang terdapat diantara duramater, pembuluh darah ini tidak dapat menutup sendiri karena sangat berbahaya . Dapat terjadi dalam beberapa jam sampai 1 2 hari. Lokasi yang paling sering yaitu di lobus temporalis dan parietalis. Gejala gejalanya : 1). Penurunan tingkat kesadaran 2). Nyeri kepala 3). Muntah

4). Hemiparese 5). Dilatasi pupil ipsilateral 6). Pernapasan cepat dalam kemudian dangkal ( reguler ) 7). Penurunan nadi 8). Peningkatan suhu b. Subdural hematoma

Terkumpulnya darah antara duramater dan jaringan otak, dapat terjadi akut dan kronik. Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah vena / jembatan vena yang biasanya terdapat diantara duramater, perdarahan lambat dan sedikit. Periode akut dapat terjadi dalam 48 jam 2 hari, 2 minggu atau beberapa bulan. Gejala gejalanya : 1). Nyeri kepala 2). Bingung 3). Mengantuk 4). Menarik diri 5). Berfikir lambat 6). Kejang 7). Udem pupil.
1. Perdarahan intra serebral berupa perdarahan di jaringan otak karena pecahnya pembuluh darah arteri, kapiler dan vena.

Gejala gejalanya : 1). Nyeri kepala 2). Penurunan kesadaran 3). Komplikasi pernapasan 4). Hemiplegi kontra lateral

5). Dilatasi pupil 6). Perubahan tanda tanda vital d. Perdarahan Subarachnoid

Perdarahan di dalam rongga subarachnoid akibat robeknya pembuluh darah dan permukaan otak, hampir selalu ada pada cedera kepala yang hebat. Gejala gejalanya : 1). Nyeri kepala 2). Penurunan kesadaran 3). Hemiparese 4). Dilatasi pupil ipsilateral 5). Kaku kuduk.

3.

Hubungan cedera kepala terhadap munculnya masalah keperawatan

Asuhan Keperawatan

1.

Pengkajian
1. Pengumpulan data klien baik subyektif maupun obyektif pada gangguan sistem persyarafan sehubungan dengan cedera kepala tergantung pada bentuk, lokasi, jenis injuri dan adanya komplikasi pada organ vital lainnya. 2. Identitas klien dan keluarga ( penanngungjawab ) : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan, alamat golongan darah, penghasilan, hubungan klien dengan penanggungjawab. 3. Riwayat kesehatan

Tingkat kesadaran / GCS < 15, convulsi, muntah, takipnea, sakit kepala, wajah simetris atau tidak, lemah, luka di kepala, paralise, akumulasi secret pada saluran pernapasan, adanya liquor dari hidung dan telinga serta kejang. Riwayat penyakit dahulu barulah diketahui dengan baik yang berhubungan dengan sistem persyarafan maupun penyakit sistem sistem lainnya, demikian pula riwayat penyakit keluarga yang mempunyai penyakit menular.
1. Pemeriksaan Fisik 1) Aktifitas / istirahat

: Lemah, lelah, kaku dan hilang keseimbangan

O : Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, guadriparese,goyah dalam berjalan ( ataksia ), cidera pada tulang dan kehilangan tonus otot.
2) Sirkulasi

O : Tekanan darah normal atau berubah, nadi bradikardi, takhikardi dan aritmia.
3) Integritas ego

: Perubahan tingkah laku / kepribadian

O : Mudah tersinggung, bingung, depresi dan impulsive


4) Eliminasi

O : bab / bak inkontinensia / disfungsi.

5)

Makanan / cairan

: Mual, muntah, perubahan selera makan

O : Muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, disfagia).


6) Neuro sensori :

S : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo, tinitus, kehilangan pendengaran, perubahan penglihatan, diplopia, gangguan pengecapan / pembauan. O : Perubahan kesadara, koma. Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, atensi dan kinsentarsi) perubahan pupil (respon terhadap cahaya), kehilangan penginderaan, pengecapan dan pembauan serta pendengaran. Postur (dekortisasi, desebrasi), kejang. Sensitive terhadap sentuhan / gerakan.
7) Nyeri / rasa nyaman

: Sakit kepala dengan intensitas dan lokai yang berbeda.

O : Wajah menyeringa, merintih.


8) Repirasi

O : Perubahan pola napas ( apnea, hiperventilasi ), napas berbunyi, stridor , ronchi dan wheezing.
9) Keamanan

: Trauma / injuri kecelakaan

O : Fraktur dislokasi, gangguan penglihatan, gangguan ROM, tonus otot hilang kekuatan paralysis, demam,perubahan regulasi temperatur tubuh.
10) Intensitas sosial

O : Afasia, distarsia
1. Pemeriksaan penunjang 1) CT- Scan ( dengan tanpa kontras )

Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan, ventrikuler dan perubahan jaringan otak.

2)

MRI

Digunakan sama dengan CT Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.


3) Cerebral Angiography

Menunjukkan anomaly sirkulasi serebral seperti : perubahan jaringan otak sekunder menjadi edema, perdarahan dan trauma.
4) Serial EEG

Dapat melihat perkembangan gelombang patologis.


5) X Ray

Mendeteksi perubahan struktur tulang ( fraktur ) perubahan struktur garis ( perdarahan / edema ), fragmen tulang.
6) BAER

Mengoreksi batas fungsi korteks dan otak kecil.


7) PET

Mendeteksi perubahan aktifitas metabolisme otak.


8) CFS

Lumbal punksi : dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid.


9) ABGs

Mendeteksi keradangan ventilasi atau masalah pernapasan ( oksigenisasi ) jika terjadi peningkatan tekanan intra cranial.
10) Kadar elektrolit

Untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai peningkatan tekanan intrakranial.


11) Screen Toxicologi

Untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga menyebabkan penurunan kesadaran.


1. Penatalaksanaan

Konservatif : Bedres total Pemberian obat obatan Observasi tanda yanda vital ( GCS dan tingkat kesadaran).

Prioritas Masalah : 1). Memaksimalkan perfusi / fungsi otak 2). Mencegah komplikasi 3). Pengaturan fungsi secara optimal / mengembalikan ke fungsi normal. 4). Mendukung proses pemulihan koping klien / keluarga 5). Pemberian informasi tentang proses penyakit, prognosis, rencana, pengobatan dan rehabilitasi. Tujuan : 1). Fungsi otak membaik, defisit neurologis berkurang/ tetap 2). Komplikasi tidak terjadi 3). Kebutuhan sehari hari dapat terpenuhi sendiri atau dibantu oleh orang lain 4). Keluarga dapat menerima kenyataan dan berpartisipasi dalam perawatan 5). Proses penyakit, prognosis, program pengobatan dapat dimengerti oleh keluarga sebagai sumber informasi. Diagnosa Keperawatan
1. 2. 3. 4. 5. Tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan depresi pada pusat napas di otak. Tidak efektifnya kebersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sputum Gangguan perfusi jaringan otak berhubungan dengan udema pada otak. Keterbatasan aktifitas berhubungan dengan penurunan kesadaran (Soporous koma) Resiko gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasai, tidak adekuatnya sirkulasi perifer. 6. Kecemasan keluarga berhubungan dengan keadaan yang kritis pada pasien.

Daftar Putaka

Asikin Z. (1991). Simposium Keperawatan Penderita Cidera kepala Penatalaksanaan Penderita dengan Alat Bantu Napas. (Jakarta). Doenges. M. E. (1989). Nursing Care Plan. Guidelines For Planning Patient Care (2 nd ). Philadelpia, F.A. Davis Company Harsono. (1993) Kapita Selekta Neurologi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Kariasa I Made. (1997). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Cedera Kepala. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Jakarta. Long; BC and Phipps WJ. (1985). Essensial of Medical Surgical Nursing : A Nursing process Approach St. CV. Mosby Company. Tabrani. (1998). Agenda Gawat Darurat. Penerbit Alumni. Bandung. TINJAUAN KASUS Tanggal Pengkajian Tanggal Masuk Rumah Sakit Ruangan / Tempat Diagnosa Masuk : 8 April 2002 : 7 April 2002 : Ruangan Bedah F RS Dr. Soetomo : COS + Fraktur Basis Cranii, Fraktur Maksilla F II F III

I.
Nama Umur Suku / bangsa Agama

Identitas
: Tn Cahyono : 21 tahun : Jawa / Indonesia : Islam : Mahasiswa : Kedaton / Jombang

Pendidikan/pekerjaan Alamat Penannggung jawab : Nama Umur

: Sumiatun : 45 tahun

Suku / bangsa Agama Pendidikan/pekerjaan Hubungan dengan klien Alamat

: Jawa / Indonesia : Islam : SMP / Wiraswasta : Orang tua / ibu kandung : Kedaton / Jombang

II.

Alasan Masuk Rumah Sakit

Alasan di rawat : Tidak sadarkan diri setelah terjatuh dari kendaraan sepeda motor Upaya yang dilakukan : Langsung membawa klien ke IRD RSUD Dr. Soetomo. Klien baru pertama kali di opname di Rumah Sakit

III. Riwayat Kesehatan


1.1. Riwayat Penyakit sebelumnya Klien sebelumnya tidak pernah menderita penyakit yang kronis / penyakit keturunan. Asthma Bronchiale tidak ada, Diabetes Mellitus tidak ada, klien selama ini hanya menderita penyakit panas, batuk dan pilek saja. 3.2 Riwayat penyakit sekarang

Klien tidak sadarkan diri / pingsan setelah jatuh ke selokan karena menghindar dari truk yang berkecepatan tinggi pada tanggal 7 April 2002. Posisi jatuh tidak diketahui , selanjutnya klien pingsan dan temannya yang minta bantuan pada orang yang lewat. Kemudian klien di bawa ke IRD RSUD Dr. Soetomo, GCS pada saat di IRD ExV4M6. 3.3 Riwayat Kesehatan Keluarga

Tidak ada keluarga yang memiliki penyakit genetic maupun penyakit menular yang berbahaya. 3.4. Keadaan kesehatan lingkungan 3.5. Genogram : Tidak dikaji.

Keterangan = Laki laki = Klien = Perempuan = Tinggal dalam satu rumah.

IV. Observa si dan Pemeriksaan Fisik


1.2.Keadaan Umum Kesadaran baik, GCS E3V4M6. Badan klien nampak bersih, gizi cukup, agak gelisah, terpasang infus DS NS 1500 cc / 24 jam dan manitol 4 x 100 cc pada tangan kiri dan terpasang Dower kateter 1.3.Tanda Vital Tekanan darah Nadi Suhu Pernapasan 1.4.Body Sistem
a) Pernapasan

: 90/60 mm Hg : 84 x / menit : 36,8 0C : 20 x / menit

Hidung Trakhea Dada

: Nampak kotor karena adanya sisa darah yang kering : Dalam Batas normal : Bentuk simetris, gerakan simetris, jejas tidak ada

Suara napas cyanosis tidak.

: Vesikuler, tidak ada suara tambahan, batuk tidak ada, sputum tidak ada,

Frekuensi napas : 20 x / menit


b) Kardiovaskuler

Nyeri dada tidak ada, pusing tidak ada, kram kaki tidak ada, sakit kepala sebelah kanan, palpitasi tidak ada, Clubbing finger tidak ada.
c) Persyarafan

Kesadaran Kepala dan wajah Mata kebiruan.

: baik, GCS E3V4M6 : Deformitas wajah baik, edema palpebra S/D : +/+ :Mata agak sulit dibuka karena pada daerah palpebra oedema dan nampak

Mulut : Bengkak pada daerah bibir, gigi depan atas dan bawah keluar sebanyak 4 dan 3, terdapat darah yang mengering pada daerah mulut. Leher Refleks fisiologis Refleks Pathologis Pendengaran Penciuman Pengecapan Penglihatan Perabaan Lainnya
d)

: Dalam batas normal : Normal : Babinski negatif : kanan / kiri normal : Normal : Tidak dikaji : Tidak dikaji : Tidak dikaji : Tidak ada.

Perkemihan / eliminasi urine

Produksi urine Warna urine

: kurang lebih 1300 cc / 24 jam : Kuning agak kemerahan

Gangguan saat kencing : Tidak ada Lainnya


e) Makan dan minum

: Terpasang kateter sejak tanggal 7 April 2002.


:

Mulut : Tampak kotor dengan darah yang mongering, tidak dapat menutup mulut dengan rapat, udem pada daerah bibir. Klien tidak dapat mengunyah dengan sempurna, makanan yang diberikan adalah bubur saring dan susu. Porsi yang diberikan dapat dihabiskan. Tenggorokan Abdomen BAB Obat pencahar Lavamen Lain lain
f) 5

: Tidak ada kelainan : jejas tidak ada, peristaltik baik, simetris : Selama 2 hari ini klien belum BAB : belum digunakan : Belum dilakukan : Tidak ada.

Tulang otot dan integumen 5

Kemampuan pergerakan sendi Parese tidak ada, paralise, tidak, hemiparese tidak ada. Ekstremitas atas Ekstremitas bawah Warna kulit Akral Turgor kulit ADL : Tidak terdapat kelainan : Terdapat luka lecet pada lutut kanan yang mengering. : Sawo matang : Hangat : Baik : Klien saat ini masih berbaring di tempat tidur.

g)

Sistem Endokrin

Terapi hormon :normal

:tidak ada Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik

Perubahan ukuran kepala :tidak mengalami kelainan Rambut dan kulit Exopthalmus Goiter Hipoglikemia : Tidak nampak kering : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada

Toleransi terhadap panas : Ya Toleransi terhadap dingin : Ya Polidipsi Poliuri Polipagi Postural hipotensi Kelemahan
h) Sistem Hemopoitik

: Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada.

Diagnosa penyakit hemopoitik yang lalu : Tidak ada Anemia Kecenderungan perdarahan Transfusi darah Golongan darah
i) Reproduksi

: Tidak ada : Tidak ada : Tidak pernah : O.

Laki laki

: Testis ada, penis normal.

j)

Psikososial

Klien dapat berinteraksi dengan baik kepada petugas kesehatan.


k) Spritual

Sewaktu belum sakit klien menjalankan sholat 5 waktu secara teratur, dan selama sakit klien tidak lagi melaksanakannya.

V.
Hb Leuko Trombo

Pemeriksaan Penunjang
: 13,4 gr % : 20.600 : 181.000

1. Tanggal 8 April 2002

1. BGA :

PH PCO2 PO2 HCO3 BE


1. CT- Scan

: 7,392 : 34,2 : 217,9 : 20,4 : 4,6

( N : 7,35 7,45 ) ( N : 35 45 ) ( N : 80 104 ) ( N : 21 25 ) ( N : 3,3 +1,2 )

ICH Parieto Occipital dextra, Fronto parietal dextra, Fraktur Zygoma Dextra, dinding lateral orbita dextra Analisa : COS + SFBC + FR. Maxilla LF II III + Hematosinus dextra dan sinistra. Rencana Acara : Operasi fraktur maxilla

VI. Therapy
Voltaren 3 x 1 amp

Rantin 3 x 1 amp Cedantron 3 x 1 amp Dilantin 3 x 1 amp Manitol 4 x 100 cc Infus DS NS

VII. Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas.


1. Gangguan perfusi darah otak berhubungan dengan oedema serebri dengandata penunjang :
Sewaktu kecelakaan pasien tidak sadarakan diri GCS ExV4M5

CT Scan : ditemukan Intra cranial Hematoma parieto occipital dextra, fraktur zygoma dextra dinding lateral dextra. Tekanan darah : 90/ 60 mmHg, Nadi : 84 x / menit, Suhu : 36,8 OC Pernapasan 20 x / menit. Pemberian manitol 4 x 100 cc

2. Resiko terjadinya peningkatan TIK berhubungan dengan gangguan oksigenisasi ke otak dengan data penunjang :
GCS ExV4M5

CT Scan : ditemukan Intra cranial Hematoma parieto occipital dextra, fraktur zygoma dextra dinding lateral dextra. Tekanan darah : 90/ 60 mmHg, Nadi : 84 x / menit, Suhu : 36,8 OC Pernapasan 20 x / menit. Pemberian Dilantin 3 x 1 amp

3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter dan infus dengan data penunjang :
Terpasang kateter sejak tanggal 7 April 2002

Terpasang infus sejak tanggal 7 April 2002 Pengeluaran urine sebanyak 1300 cc/ 24 jam melalui selang kateter. Pemberian cedantion 3 x 1 amp Pemberian voltaren 3 x 1 amp

4. Gangguan oral hygiene berhubungan dengan perawatan mulut yang tidak optimal dengan data penunjang :
Klien mengatakan rasa nyeri sewaktu membuka mulut Oedema pada daerah mulut Gigi tanggal sebanyak 7 buah Terdapatnya darah kering sekitar mulut dan hidung

Wadung Indah Permai Sukses itu : Selamat dunia dan akhirat Lompat ke isi

Beranda aplikasi o aplikasi java o Chating o game hp o IRC ( Internet Relay Chat ) buku tamu Dunia Dalam Berita FILM o Indonesia Merah Putih 2010 Game Online ( PC ) o Left 4 Dead o Point Blank Ilmu blogging Kesehatan Request Wisata

Tentang Wadung

Study Kasus Keperawatan Nonton tv online

Laporan Asuhan Keperawatan Cedera Kepala Ringan


Posted on 25 Maret 2010 by Ghandi| Tinggalkan komentar

LAPORAN PENDAHULUAN CEDERA KEPALA RINGAN Konsep Dasar

A.

Pengertian

Cedera kepala yaitu adanya deformitas berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi descelarasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan factor dan penurunan percepatan, serta rotasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan.

B.

Patofisiologi

Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi, energi yang dihasilkan di dalam sel sel syaraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg % karena akan menimbulkan koma, kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan tubuh, sehingga bila kadar oksigen plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala gejala permulaan disfungsi cerebral. Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses metabolisme anaerob

yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan oksidasi metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metababolik. Dalam keadaan normal Cerebral Blood Flow (CBF) adalah 50 60 ml / menit 100 gr. Jaringan otak yang merupakan 15 % dari cardiac output. Trauma kepala menyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktifitas atypical myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udema paru. Perubahan otonim pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P aritmia, fibrilasi atrium dan ventrikel serta takikardi. Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana penurunan tekanan vaskuler akan menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi. Pengaruh persyarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar.

1.
a.

Klasifikasi cidera kepala


Cidera kepala primer

Akibat langsung pada mekanisme dinamik ( acceselarsi descelerasi rotasi ) yang menyebabkan gangguan pada jaringan. Pada cidera primer dapat terjadi : 1). Geger kepala ringan 2). Memar otak 3). Laserasi. b. Cedera kepala sekunder : timbul gejala seperti :

1). Hipotensi sistemik 2). Hiperkapnea 3). Hipokapnea 4). Udema otak 5). Komplikasi pernapasan 6). Infeksi komplikasi pada organ tubuh yang lain.

2.
a.

Jenis perdarahan yang sering ditemui pada cidera kepala :


Epidural hematoma

Terdapat pengumpulan darah diantara tulang tengkorak dan duramater akibat pecahnya pembuluh darah / cabang cabang arteri meningeal media yang terdapat diantara duramater, pembuluh darah ini tidak dapat menutup sendiri karena sangat berbahaya . Dapat terjadi dalam beberapa jam sampai 1 2 hari. Lokasi yang paling sering yaitu di lobus temporalis dan parietalis. Gejala gejalanya : 1). Penurunan tingkat kesadaran 2). Nyeri kepala 3). Muntah 4). Hemiparese 5). Dilatasi pupil ipsilateral 6). Pernapasan cepat dalam kemudian dangkal ( reguler ) 7). Penurunan nadi 8). Peningkatan suhu b. Subdural hematoma

Terkumpulnya darah antara duramater dan jaringan otak, dapat terjadi akut dan kronik. Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah vena / jembatan vena yang biasanya terdapat diantara duramater, perdarahan lambat dan sedikit. Periode akut dapat terjadi dalam 48 jam 2 hari, 2 minggu atau beberapa bulan. Gejala gejalanya : 1). Nyeri kepala 2). Bingung 3). Mengantuk 4). Menarik diri 5). Berfikir lambat

6). Kejang 7). Udem pupil.


1. Perdarahan intra serebral berupa perdarahan di jaringan otak karena pecahnya pembuluh darah arteri, kapiler dan vena.

Gejala gejalanya : 1). Nyeri kepala 2). Penurunan kesadaran 3). Komplikasi pernapasan 4). Hemiplegi kontra lateral 5). Dilatasi pupil 6). Perubahan tanda tanda vital d. Perdarahan Subarachnoid

Perdarahan di dalam rongga subarachnoid akibat robeknya pembuluh darah dan permukaan otak, hampir selalu ada pada cedera kepala yang hebat. Gejala gejalanya : 1). Nyeri kepala 2). Penurunan kesadaran 3). Hemiparese 4). Dilatasi pupil ipsilateral 5). Kaku kuduk.

3.

Hubungan cedera kepala terhadap munculnya masalah keperawatan

Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
1. Pengum pulan data klien baik subyektif maupun obyektif pada gangguan sistem persyarafan sehubungan dengan cedera kepala tergantung pada bentuk, lokasi, jenis injuri dan adanya komplikasi pada organ vital lainnya. 2. Identita s klien dan keluarga ( penanngungjawab ) : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan, alamat golongan darah, penghasilan, hubungan klien dengan penanggungjawab. 3. Riwayat kesehatan

Tingkat kesadaran / GCS < 15, convulsi, muntah, takipnea, sakit kepala, wajah simetris atau tidak, lemah, luka di kepala, paralise, akumulasi secret pada saluran pernapasan, adanya liquor dari hidung dan telinga serta kejang. Riwayat penyakit dahulu barulah diketahui dengan baik yang berhubungan dengan sistem persyarafan maupun penyakit sistem sistem lainnya, demikian pula riwayat penyakit keluarga yang mempunyai penyakit menular.
1. Pemeriksaan Fisik 1) Aktifitas / istirahat

: Lemah, lelah, kaku dan hilang keseimbangan

O : Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, guadriparese,goyah dalam berjalan ( ataksia ), cidera pada tulang dan kehilangan tonus otot.

2)

Sirkulasi

O : Tekanan darah normal atau berubah, nadi bradikardi, takhikardi dan aritmia.
3) Integritas ego

: Perubahan tingkah laku / kepribadian

O : Mudah tersinggung, bingung, depresi dan impulsive


4) Eliminasi

O : bab / bak inkontinensia / disfungsi.


5) Makanan / cairan

: Mual, muntah, perubahan selera makan

O : Muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, disfagia).


6) Neuro sensori :

S : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo, tinitus, kehilangan pendengaran, perubahan penglihatan, diplopia, gangguan pengecapan / pembauan. O : Perubahan kesadara, koma. Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, atensi dan kinsentarsi) perubahan pupil (respon terhadap cahaya), kehilangan penginderaan, pengecapan dan pembauan serta pendengaran. Postur (dekortisasi, desebrasi), kejang. Sensitive terhadap sentuhan / gerakan.
7) Nyeri / rasa nyaman

: Sakit kepala dengan intensitas dan lokai yang berbeda.

O : Wajah menyeringa, merintih.


8) Repirasi

O : Perubahan pola napas ( apnea, hiperventilasi ), napas berbunyi, stridor , ronchi dan wheezing.
9) Keamanan

: Trauma / injuri kecelakaan

O : Fraktur dislokasi, gangguan penglihatan, gangguan ROM, tonus otot hilang kekuatan paralysis, demam,perubahan regulasi temperatur tubuh.
10) Intensitas sosial

O : Afasia, distarsia
1. Pemeriksaan penunjang 1) CT- Scan ( dengan tanpa kontras )

Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan, ventrikuler dan perubahan jaringan otak.
2) MRI

Digunakan sama dengan CT Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.


3) Cerebral Angiography

Menunjukkan anomaly sirkulasi serebral seperti : perubahan jaringan otak sekunder menjadi edema, perdarahan dan trauma.
4) Serial EEG

Dapat melihat perkembangan gelombang patologis.


5) X Ray

Mendeteksi perubahan struktur tulang ( fraktur ) perubahan struktur garis ( perdarahan / edema ), fragmen tulang.
6) BAER

Mengoreksi batas fungsi korteks dan otak kecil.


7) PET

Mendeteksi perubahan aktifitas metabolisme otak.


8) CFS

Lumbal punksi : dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid.

9)

ABGs

Mendeteksi keradangan ventilasi atau masalah pernapasan ( oksigenisasi ) jika terjadi peningkatan tekanan intra cranial.
10) Kadar elektrolit

Untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai peningkatan tekanan intrakranial.


11) Screen Toxicologi

Untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga menyebabkan penurunan kesadaran.


1. Penatalaksanaan

Konservatif : Bedres total Pemberian obat obatan Observasi tanda yanda vital ( GCS dan tingkat kesadaran).

Prioritas Masalah : 1). Memaksimalkan perfusi / fungsi otak 2). Mencegah komplikasi 3). Pengaturan fungsi secara optimal / mengembalikan ke fungsi normal. 4). Mendukung proses pemulihan koping klien / keluarga 5). Pemberian informasi tentang proses penyakit, prognosis, rencana, pengobatan dan rehabilitasi. Tujuan : 1). Fungsi otak membaik, defisit neurologis berkurang/ tetap 2). Komplikasi tidak terjadi 3). Kebutuhan sehari hari dapat terpenuhi sendiri atau dibantu oleh orang lain 4). Keluarga dapat menerima kenyataan dan berpartisipasi dalam perawatan

5). Proses penyakit, prognosis, program pengobatan dapat dimengerti oleh keluarga sebagai sumber informasi. Diagnosa Keperawatan
1. 2. 3. 4. 5. Tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan depresi pada pusat napas di otak. Tidak efektifnya kebersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sputum Gangguan perfusi jaringan otak berhubungan dengan udema pada otak. Keterbatasan aktifitas berhubungan dengan penurunan kesadaran (Soporous koma) Resiko gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasai, tidak adekuatnya sirkulasi perifer. 6. Kecemasan keluarga berhubungan dengan keadaan yang kritis pada pasien.

Daftar Putaka Asikin Z. (1991). Simposium Keperawatan Penderita Cidera kepala Penatalaksanaan Penderita dengan Alat Bantu Napas. (Jakarta). Doenges. M. E. (1989). Nursing Care Plan. Guidelines For Planning Patient Care (2 nd ). Philadelpia, F.A. Davis Company Harsono. (1993) Kapita Selekta Neurologi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Kariasa I Made. (1997). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Cedera Kepala. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Jakarta. Long; BC and Phipps WJ. (1985). Essensial of Medical Surgical Nursing : A Nursing process Approach St. CV. Mosby Company. Tabrani. (1998). Agenda Gawat Darurat. Penerbit Alumni. Bandung. TINJAUAN KASUS Tanggal Pengkajian Tanggal Masuk Rumah Sakit Ruangan / Tempat Diagnosa Masuk : 8 April 2002 : 7 April 2002 : Ruangan Bedah F RS Dr. Soetomo : COS + Fraktur Basis Cranii, Fraktur Maksilla F II F III

I.
Nama

Identitas
: Tn Cahyono

Umur Suku / bangsa Agama Pendidikan/pekerjaan Alamat Penannggung jawab : Nama Umur Suku / bangsa Agama Pendidikan/pekerjaan Hubungan dengan klien Alamat

: 21 tahun : Jawa / Indonesia : Islam : Mahasiswa : Kedaton / Jombang

: Sumiatun : 45 tahun : Jawa / Indonesia : Islam : SMP / Wiraswasta : Orang tua / ibu kandung : Kedaton / Jombang

II.

Alasan Masuk Rumah Sakit

Alasan di rawat : Tidak sadarkan diri setelah terjatuh dari kendaraan sepeda motor Upaya yang dilakukan : Langsung membawa klien ke IRD RSUD Dr. Soetomo. Klien baru pertama kali di opname di Rumah Sakit

III. Riwayat Kesehatan


1.1. Riwayat Penyakit sebelumnya Klien sebelumnya tidak pernah menderita penyakit yang kronis / penyakit keturunan. Asthma Bronchiale tidak ada, Diabetes Mellitus tidak ada, klien selama ini hanya menderita penyakit panas, batuk dan pilek saja.

3.2

Riwayat penyakit sekarang

Klien tidak sadarkan diri / pingsan setelah jatuh ke selokan karena menghindar dari truk yang berkecepatan tinggi pada tanggal 7 April 2002. Posisi jatuh tidak diketahui , selanjutnya klien pingsan dan temannya yang minta bantuan pada orang yang lewat. Kemudian klien di bawa ke IRD RSUD Dr. Soetomo, GCS pada saat di IRD ExV4M6. 3.3 Riwayat Kesehatan Keluarga

Tidak ada keluarga yang memiliki penyakit genetic maupun penyakit menular yang berbahaya. 3.4. Keadaan kesehatan lingkungan 3.5. Genogram Keterangan = Laki laki = Klien = Perempuan = Tinggal dalam satu rumah. : Tidak dikaji.

IV. Observa si dan Pemeriksaan Fisik


1.2.Keadaan Umum Kesadaran baik, GCS E3V4M6. Badan klien nampak bersih, gizi cukup, agak gelisah, terpasang infus DS NS 1500 cc / 24 jam dan manitol 4 x 100 cc pada tangan kiri dan terpasang Dower kateter 1.3.Tanda Vital Tekanan darah : 90/60 mm Hg

Nadi Suhu Pernapasan 1.4.Body Sistem


a)

: 84 x / menit : 36,8 0C : 20 x / menit

Pernapasan

Hidung Trakhea Dada Suara napas cyanosis tidak.

: Nampak kotor karena adanya sisa darah yang kering : Dalam Batas normal : Bentuk simetris, gerakan simetris, jejas tidak ada : Vesikuler, tidak ada suara tambahan, batuk tidak ada, sputum tidak ada,

Frekuensi napas : 20 x / menit


b) Kardiovaskuler

Nyeri dada tidak ada, pusing tidak ada, kram kaki tidak ada, sakit kepala sebelah kanan, palpitasi tidak ada, Clubbing finger tidak ada.
c) Persyarafan

Kesadaran Kepala dan wajah Mata kebiruan.

: baik, GCS E3V4M6 : Deformitas wajah baik, edema palpebra S/D : +/+ :Mata agak sulit dibuka karena pada daerah palpebra oedema dan nampak

Mulut : Bengkak pada daerah bibir, gigi depan atas dan bawah keluar sebanyak 4 dan 3, terdapat darah yang mengering pada daerah mulut. Leher Refleks fisiologis Refleks Pathologis Pendengaran : Dalam batas normal : Normal : Babinski negatif : kanan / kiri normal

Penciuman Pengecapan Penglihatan Perabaan Lainnya


d)

: Normal : Tidak dikaji : Tidak dikaji : Tidak dikaji : Tidak ada.

Perkemihan / eliminasi urine

Produksi urine Warna urine

: kurang lebih 1300 cc / 24 jam : Kuning agak kemerahan

Gangguan saat kencing : Tidak ada Lainnya


e) Makan dan minum

: Terpasang kateter sejak tanggal 7 April 2002.


:

Mulut : Tampak kotor dengan darah yang mongering, tidak dapat menutup mulut dengan rapat, udem pada daerah bibir. Klien tidak dapat mengunyah dengan sempurna, makanan yang diberikan adalah bubur saring dan susu. Porsi yang diberikan dapat dihabiskan. Tenggorokan Abdomen BAB Obat pencahar Lavamen Lain lain
f) 5

: Tidak ada kelainan : jejas tidak ada, peristaltik baik, simetris : Selama 2 hari ini klien belum BAB : belum digunakan : Belum dilakukan : Tidak ada.

Tulang otot dan integumen 5

Kemampuan pergerakan sendi

Parese tidak ada, paralise, tidak, hemiparese tidak ada. Ekstremitas atas Ekstremitas bawah Warna kulit Akral Turgor kulit ADL
g) Sistem Endokrin

: Tidak terdapat kelainan : Terdapat luka lecet pada lutut kanan yang mengering. : Sawo matang : Hangat : Baik : Klien saat ini masih berbaring di tempat tidur.

Terapi hormon :normal

:tidak ada Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik

Perubahan ukuran kepala :tidak mengalami kelainan Rambut dan kulit Exopthalmus Goiter Hipoglikemia : Tidak nampak kering : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada

Toleransi terhadap panas : Ya Toleransi terhadap dingin : Ya Polidipsi Poliuri Polipagi Postural hipotensi Kelemahan
h) Sistem Hemopoitik

: Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada.

Diagnosa penyakit hemopoitik yang lalu : Tidak ada

Anemia Kecenderungan perdarahan Transfusi darah Golongan darah


i) Reproduksi

: Tidak ada : Tidak ada : Tidak pernah : O.

Laki laki
j) Psikososial

: Testis ada, penis normal.

Klien dapat berinteraksi dengan baik kepada petugas kesehatan.


k) Spritual

Sewaktu belum sakit klien menjalankan sholat 5 waktu secara teratur, dan selama sakit klien tidak lagi melaksanakannya.

V.
Hb Leuko Trombo

Pemeriksaan Penunjang
: 13,4 gr % : 20.600 : 181.000

1. Tanggal 8 April 2002

1. BGA :

PH PCO2 PO2 HCO3 BE


1. CT- Scan

: 7,392 : 34,2 : 217,9 : 20,4 : 4,6

( N : 7,35 7,45 ) ( N : 35 45 ) ( N : 80 104 ) ( N : 21 25 ) ( N : 3,3 +1,2 )

ICH Parieto Occipital dextra, Fronto parietal dextra, Fraktur Zygoma Dextra, dinding lateral orbita dextra Analisa : COS + SFBC + FR. Maxilla LF II III + Hematosinus dextra dan sinistra. Rencana Acara : Operasi fraktur maxilla

VI. Therapy
Voltaren 3 x 1 amp Rantin 3 x 1 amp Cedantron 3 x 1 amp Dilantin 3 x 1 amp Manitol 4 x 100 cc Infus DS NS

VII. Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas.


1. Gangguan perfusi darah otak berhubungan dengan oedema serebri dengandata penunjang :
Sewaktu kecelakaan pasien tidak sadarakan diri GCS ExV4M5

CT Scan : ditemukan Intra cranial Hematoma parieto occipital dextra, fraktur zygoma dextra dinding lateral dextra. Tekanan darah : 90/ 60 mmHg, Nadi : 84 x / menit, Suhu : 36,8 OC Pernapasan 20 x / menit. Pemberian manitol 4 x 100 cc

2. Resiko terjadinya peningkatan TIK berhubungan dengan gangguan oksigenisasi ke otak dengan data penunjang :
GCS ExV4M5

CT Scan : ditemukan Intra cranial Hematoma parieto occipital dextra, fraktur zygoma dextra dinding lateral dextra. Tekanan darah : 90/ 60 mmHg, Nadi : 84 x / menit, Suhu : 36,8 OC Pernapasan 20 x / menit. Pemberian Dilantin 3 x 1 amp

3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter dan infus dengan data penunjang :
Terpasang kateter sejak tanggal 7 April 2002 Terpasang infus sejak tanggal 7 April 2002 Pengeluaran urine sebanyak 1300 cc/ 24 jam melalui selang kateter. Pemberian cedantion 3 x 1 amp Pemberian voltaren 3 x 1 amp

4. Gangguan oral hygiene berhubungan dengan perawatan mulut yang tidak optimal dengan data penunjang :
Klien mengatakan rasa nyeri sewaktu membuka mulut Oedema pada daerah mulut Gigi tanggal sebanyak 7 buah Terdapatnya darah kering sekitar mulut dan hidung

9 Votes

This entry was posted in Asuhan Keperawatan and tagged Asuhan Keperawatan, KMB, Wadung, Wadung Indah Permai. Bookmark the permalink. Study Kasus Keperawatan

Nonton tv online Suka Be the first to like this post.

Tinggalkan Balasan
Your email address will not be published. Required fields are marked * Nama * Email * Situs web

Komentar You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title="">
<acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <pre> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>
Komentar tulisan
298 0

1295687181

Beritahu saya mengenai komentar-komentar selanjutnya melalui surel. Beritahu saya tulisan-tulisan baru melalui surel.

Cari itu!
Pencarian untuk:
Cari

Entri Terkini

o o o o o o o o o o o o o o o o

Cinta Sejati Kisah Anak Kuliahan Gendowor.com Mengubah Tampilannya. Keren The New Social Network From Indonesia ( Generation Indonesia Social Network ) Gendowor rute ke bali Update status seperti dari blackberry telpon umum kantor pos daftar asuhan keperawatan 5 mei 2010 Asuhan Keperawatan blog sahabat Jangan Terlalu Sering Menahan BAB Asuhan Keperawatan cintul blog Ilunk.com Situs Download Lagu Mp3 Gratis Watch Hellcats Online watch the vampire diaries online

Tautan

<!-- var EXlogin='wadunkz' // Login var EXvsrv='s10' // VServer EXs=screen;EXw=EXs.width;navigator.appName!="Netscape"? EXb=EXs.colorDepth:EXb=EXs.pixelDepth;EXsrc="src"; navigator.javaEnabled()==1?EXjv="y":EXjv="n"; EXd=document;EXw?"":EXw="na";EXb?"":EXb="na"; EXref?EXref=EXref:EXref=EXd.referrer; EXd.write("");//-->

Theme: Coraline by Automattic Blog pada WordPress.com.

Anda mungkin juga menyukai