Anda di halaman 1dari 9

B A B

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program Keluarga Berencana Nasional telah diawali dan dicanangkan
oleh pemerintah pada tahun 1974. Tujuan dari pada pemerintah tersebut untuk
mengurangi jumlah penduduk dan juga untuk mengurangi tingkat kematian pada
ibu hamil dan bayi yang dilahirkan.
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan
preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui
demikian.
5 Untuk optimalisasi manfaat kesehatan KB, pelayanan tersebut harus
disediakan bagi wanita dengan cara menggabungkan dan memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan reproduksi utama dan yang lain. Juga responsif terhadap
berbagai tahap kehidupan reproduksi wanita. Peningkatan dan perluasan
pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang
dialami oleh wanita (Herti, 2008 : 16). Sembilan puluh sembilan persen (99%)
kesakitan pada wanita yang mengalami kehamilan terjadi di negara berkembang
dan hampir 500 juta jiwa yang meninggal setiap tahunnya akibat komplikasi
kehamilan (Koblinsky 1997:151153).Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang
sulit. Tidak
1
hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena
metode-metode tersebut mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan
kebijakan nasional KB, kesehatan individual, dan seksualitas wanita atau biaya
untuk memperoleh kontrasepsi. Dalam memilih suatu metode, wanita harus
menimbang berbagai faktor, termasuk status kesehatan mereka, efek samping
potensial suatu metode, konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan,
besarnya keluarga yang diinginkan, kerjasama pasangan, dan norma budaya
mengenai kemampuan mempunyai anak (Maryani, 2008 : 1).
Keluarga Berencana adalah merupakan suatu perencanaan kehamilan
yang diinginkan untuk menjadikan norma keluarga kecil, bahagia dan sejahtera
dan pada hakikatnya keluarga berencana adalah upaya untuk menjarangkan
kelahiran dan menghentikan kehamilan, bila ibu sudah melahirkan anak yang
banyak. Secara tidak langsung Keluarga Berencana dapat menyehatkan fisik dan
kondisi, sehat ekonomi keluarga dan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak
(DEPKES R 1996:88-89).
Menurut data dari kantor BKKBN Sulawesi Tengah tahun 2005 bulan
April, jumlah peserta akseptor KB di Sulawesi Tengah adalah 278.288 jiwa
(62,6%) dari 435.000 jiwa pasangan usia subur (PUS).
Pada saat sekarang ini telah banyak beredar berbagai macam alat
kontrasepsi, khususnya alat kontrasepsi metode efektif yaitu: pil, suntik, UD
implant. Alat kontrasepsi hendaknya memenuhi syarat yaitu aman pemakaiannya
dan dapat dipercaya, efek samping yang merugikan tidak ada, lama kerjanya
2
dapat diatur menurut keinginan, tidak mengganggu hubungan seksual, harganya
murah dan dapat diterima oleh pasangan suami istri (Mochtar, 1998:255256).
Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun demikian,
meskipun telah mempertimbangkan untung rugi semua kontrasepsi yang tersedia,
tetap saja terdapat kesulitan untuk mengontrol fertilitas secara aman, efektif,
dengan metode yang dapat diterima, baik secara perseorangan maupun budaya
pada berbagai tingkat reproduksi. Tidaklah mengejutkan apabila banyak wanita
merasa bahwa penggunaan kontrasepsi terkadang problematis dan mungkin
terpaksa memilih metode yang tidak cocok dengan konsekuensi yang merugikan
atau tidak menggunakan metode KB sama sekali.
Pemakaian alat kontrasepsi di Palu yang paling tinggi adalah pil (42,6%),
suntik (36,8%) dan UD (10,6%) dari metode efektif yang ada. Sedangkan di desa xxx,
kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah suntik (76%), pil
(20%) dan UD (4%). Menurut data dari Pustu Desa xxx, sejak Januari April
2011 jumlah akseptor 120 orang. Dengan demikian dapat dilihat bahwa cukup
banyak ibu memilih menggunakan kontrasepsi suntik dibandingkan alat
kontrasepsi lainnya.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul "Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan
alat kontrasepsi suntikan di desa xxx tahun 2011.
3
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada hubungan antara umur ibu dengan
penggunaan alat kontrasepsi suntikan di desa
xxx ?
2. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu
dengan penggunaan alat kontrasepsi suntikan di
desa xxx ?
3. Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan
ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi suntikan di
desa xxx ?
4. Apakah ada hubungan antara tingkat pendapatan
ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi suntikan di
desa Sibowi
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan berhubungan penggunaan
alat koontrasepsi suntikan di desa xxx tahun 2011.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya hubungan umur ibu dengan penggunaan
alat kontrasepsi suntikan di desa xxx.
b. Diketahuinya hubungan tingkat pendidikan ibu
4
dengan penggunaan alat kontrasepsi suntikan di desa
xxx.
c. Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan ibu
dengan penggunaan alat kontrasepsi suntikan di desa
xxx.
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk Desa xxx/BKKBN/Dinas Kesehatan
Memberikan gambaran tentang hal-hal yang behubungan dengan penggunaan
alat kontrasepsi terutama alat kontrasepsi suntikan.
2. Untuk peneliti lainnya yaitu sebagai bahan informasi untuk penelitian
selanjutnya.
3. Untuk penulis yaitu merupakan pengalaman yang nyata serta dialami oleh
penulis dalam melakukan penelitian sederhana.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di desa xxx pada bulan xxx 2011.
B A B
TNJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Alat Kontrasepsi
1. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata "kontra yakni mencegah dan
"konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur dan sel sperma. Jadi
kontrasepsi adalah mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan
antara sel telur dan sperma (Mochtar, 1992: 3).
2. Pengertian Alat Kontrasepsi Efektif
Metode kontrasepsi efektif adalah metode yang dalam
penggunaannya keefektifan relatif lebih tinggi dan angka kegagalan lebih
rendah.
3. Cara Kerja Kontrasepsi Metode Efektif
Pada umumnya cara kerja kontrasepsi metode efektif yaitu:
a. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sel sperma
b. Mengusahakan tidak terjadi ovulasi
6
c. Melumpuhkan sperma (Siwosudarmono, 2001: 23)
4. Pembagian Cara Kontrasepsi
a. Metode sederhana
b. Metode efektif
c. Metode mantap
5. Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi
a. Suntik
b. Pil
c. UD
d. mplant
B. Tinjauan Tentang Alat Kontrasepsi Suntikan
Kontrasepsi suntikan hanya berisi hormon progesteron.
1. Keuntungan
a. Praktis, efektif dan amam.
b. Tidak mempengaruhi AS.
2. Kontra indikasi
a. Tersangka/diduga hamil
b. Perdarahan akibat kelainan ginekologi
c. Tumor
d. Penyakit jantung, hati, darah tinggi, kencing manis dan
penyakit paru-paru berat.
3. Efek samping
7
a. Gangguan haid
b. Keputihan
c. Jerawat
d. Perubahan libido
e. Pusing/sakit kepala.
4. Cara pemakaian KB suntik
Kontrasepsi suntikan menguntungkan karena sangat efektif, dapat
diberikan pada ibu menyusui dan tidak mengurangi produksi AS. Kontrasepsi
suntikan diberikan setiap 12 minggu sekali. Kontrasepsi suntikan dapat
diberikan pada:
a. Paska persalinan sampai 40 hari sebelum berkumpul dengan suami.
b. Paska keguguran sampai 7 hari.
c. nterval dengan anak hidup minimal satu, sebelum hari kelima haid.
Kontrasepsi ini disuntikkan intra muskular diotot bokong atau paha.
Kontrasepsi suntikan tidak diberikan pada ibu hamil, perdarahan pervagina,
tumor ganas, penyakit berat dan abortus.
Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 4 minggu setelah
melahirkan (dimulai hari ke 3 5 setelah melahirkan). Suntikan kedua
diberikan 12 minggu kemudian untuk Depo provera. Sedangkan noristerat
(suntikan kedua) diberikan setelah 8 minggu. Suntikan selanjutnya tetap
setiap12 minggu untuk depo provera sampai 8 kali suntikan (sekitar 2 tahun)
kemudian suntikan dilanjutkan 8 minggu sekali sampai 4 kali suntikan.
8
Selanjutnya suntikan diberikan setiap 12 minggu sampai sekitar 2 tahun (9
kali suntikan) setelah 2 tahun bila perlu dipertimbangkan ganti cara
kontrasepsi lain.
5. Jenis-jenis suntikan
Kontrasepsi yang beredar di indonesia ada 2 yaitu:
a. DMPA (Depo Medroxy Progesteron Acetat) yang lasim disebut
Depo provera.
b. Net Oen (Noretisteron Oenanthate) yang lasim disebut
noristerat.
C. Tinjauan Tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntikan
1. Umur
Menurut Elisabeth, B.H, (1995) dalam Nursalam, 2001:134 yaitu umur adalah
usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.
Pendapat lain mengemukakan bahwa semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja dari segi kepercayaan masyarakat. Seseorang yang lebih dewasa akan
lebih percaya diri dari orang yang belum cukup kedewasaannya (Huclock,
1998).
Menurut Long (1996), dalam Nursalam, 2001:134 yaitu semakin tua
umur seseorang semakin konstruktif dalam menggunakan koping terhadap
masalah yang dihadapi. Semakin muda umur seseorang dalam menghadapi
9
masalah maka akan sangat mempengaruhi konsep dirinya. Umur dipandang
sebagai suatu keadaan yang menjadi dasar kematangan dan perkembangan
seseorang.
Kematangan individu dapat dilihat langsung secara objektif dengan
periode umur, sehingga berbagai proses pengalaman, pengetahuan,
keterampilan, kemandirian terkait sejalan dengan bertambahnya umur
individu (Muchsin, 1996). Setionegoro (1979) mengatakan bahwa umur <20 tahun adalah umur
belum dewasa, 2129 tahun dewasa muda, sedangkan umur 30 >40 tahun adalah dewasa
penuh. Pada umumnya umur akan
mempengaruhi seseorang dalam menentukan pemilihan alat kontrasepsi
karena biasanya ibu dengan usia muda (baru pertama kali menggunakan alat
kontrasepsi) akan cenderung memilih alat kontrasepsi yang kebanyakan orang
pakai.
2. Pendidikan
a. Pendidikan adalah suatu proses ilmiah yang terjadi pada manusia.
Menurut Dictionary of Education, pendidikan dapat diartikan suatu proses
dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk tingkah
laku lainnya dalam masyarakat dan kebudayaan. Pada umumnya semakin
tinggi pendidikan seseorang, semakin baik pula tingkat pengetahuannya
(Notoatmodjo, 1993:127).
b. Poerbakawatja dan Harahap (Syah, 2001:11) memandang bahwa
pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan
10
pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan
mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya.
Orang dewasa itu adalah orang tua si anak. Atau orang yang atas dasar
tugas dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik, misalnya
guru sekolah, pendeta atau kiyai dalam lingkungan keagamaan, kepalakepala
asrama dan sebagainnya. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia
merupakan suatu kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat.
Tanpa pendidikan mustahil suatu bangsa dapat hidup berkembang sejalan
dengan aspirasi atau cita-cita untuk maju, sejahtera bahagia menurut
pandangan hidupnya. Pendidikan selalu terkait dengan kebudayaan
karena hakikat dari proses pendidikan adalah proses perubahan manusia
dan tingkah lakunya, cara dan kemampuan berpikir, sikap dan
kemampuan kerja.
c. Harold G. Shane ada empat potensi dari signifikansi pendidikan terhadap
masa depan (Soedijarto, 2000:90):
1) Pendidikan adalah suatu cara yang mapan untuk
memperkenalkan peserta didik pada keputusan sosial
yang timbul
2) Pendidikan dapat dipakai untuk menanggulangi
masalah sosial itu
3) Pendidikan telah memperlihatkan kemampuan yang
meningkat untuk menerima dan mengimplementasikan
11
alternatif-alternatif baru
4) Pendidikan merupakan cara terbaik yang dapat
ditempuh masyarakat membimbing perkembang
manusia sehingga pengamanan dari dalam berkembang
pada setiap anak dan karena itu terdorong untuk
memberikan konstribusi pada kehidupan hari esok.
d. Pendidikan dapat diperoleh melalui pendidikan formal dan pendidikan
nonformal. Pendidikan formal mepunyai sumbangan yang sangat
berharga bagi perubahan dalam masyarakat, dapat memajukan
masyarakat dan pembangunan. Sedangkan pendidikan nonformal dapat
diperoleh anggota keluarga dan masyarakat sepanjang hayat baik di
lingkungan keluarga maupun dilingkungan masyarakat sekitar. Kaitan
proses pendidikan dengan pembangunan khususnya pembangunan
manusia, dijelaskan bahwa pendidikan dapat diperoleh melalui jenjang
pendidikan yaitu pendidikan pra-sekolah, pendidikan dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi. lebih lanjut, jenjang (tingkat) pendidikan
terdiri atas pendidikan pra-sekolah, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi (Soedijarto, 2000:91-93).
e. Tingkat pendidikan adalah lamanya pendidikan seseorang yang
didasarkan atas kemampuan dan kesempatan seseorang mengikuti satuan
pendidikan yang menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar. Satuan
pendidikan merupakan bagian dari pendidikan yang berjenjang dan
12
berkesinambungan. Jenjang pendidikan adalah tingkatan pendidikan
persekolahan yang berkesinambungan antara satu jenjang dengan jenjang
yang lainnya. Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah
terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi (Suryadi, 1999 : 153). untuk itu secara rinci dapat diuraikan sebagai
berikut :
1) Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan
sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan
keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dimasyarakat serta
mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk
mengikuti pendidikan menengah.
2) Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan
meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan
hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam
sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam
dunia kerja atau pendidikan tinggi.
3) Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah
yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi
13
anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau
menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan /atau kesenian.
Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah
menerima informasi sehingga diharapkan makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki. Dapat diartikan bahwa pendidikan sangat
mempengaruhi perilaku seseorang. Jadi dapat dikatakan bahwa
pendidikan itu membuat manusia dapat mengisi kehidupannya untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk
mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan,
sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup..
3. Tinjauan tentang Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan melakukan penginderaan
terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia,
yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,
2003:127).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (over behaviour).
a. Proses Adopsi Perilaku (Notoatmodjo, 2003:128)
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Roger (1974)
14
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku di dalam diri
orang tersebut terjadi proses berurutan yakni:
1) Awareness (kesadaran)
yakni orang tersebut
menyadari dalam arti
mengetahui stimulus
(objek) terlebih dahulu.
2) nterest, yakni orang
mulai tertarik pada
stimulus.
3) Evaluation (menimbangnimbang
baik dan
tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya).
Hal ini berarti sikap
responden sudah lebih
baik lagi.
4) Trial, orang telah mulai
mencoba perilaku baru.
5) Adoption, subjek telah
berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan,
15
kesadaran dan sikapnya
terhadap stimulus.
Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers
menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap
diatas.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui
proses seperti diri didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang
positif (long latish). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama
(Notoatmodjo, 2003:128).
b. Tingkat Pengetahuan (Notoatmodjo, 2003:128-130).
Pengetahuan yang dicakup dalam kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
1) Tahu (know)
Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (application)
16
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi tersebut.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian berdasarkan
suatu kriteria yang telah ada .
Seorang yang memiliki pengetahuan baik akan cenderung memilih
alat kontrasepsi yang sesuai dan cocok digunakannya. Karena
dengan pengetahuan yang baik seseorang akan lebih mudah
menerima informasi terutama tentang alat kontrasepsi. Sejalan
pendapat dari Nursalam dan Siti Priyani (2002) yang mengatakan
bahwa pada umumnya pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh
pendidikan yang pernah diterima, semakin tinggi tingkat pendidikan
17
seseorang maka semakin baik pula tingkat pengetahuannya.
4. Tingkat pendapatan
Dalam mengukur kondisi ekonomi sesorang, ada dua konsep pokok
yang paling sering digunakan yaitu pendapatan dan kekayaan. Pendapatan
menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah
tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Pendapatan terdiri
dari upah atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti
sewa, bunga dan dividen serta pembayaran transfer atau penerimaan dari
pemerintah seperti tunjangan sosial (Samuelson dan William, 1999: 24).
Distribusi pendapatan adalah pengukuran untuk mengukur
kemiskinan relatif. Distribusi pendapatan biasanya diperoleh dengan
menggabungkan seluruh individu dengan menggunakan skala pendapatan
perorang kemudian dibagi dengan jumlah penduduk kedalam kelompokkelompok
berbeda yang berdasarkan pengukuran atau jumlah pendapatan
yang mereka terima (Remi dan Tjiptoherijanto, 2002: 40).
Keynes menjelaskan bahwa konsumsi saat ini sangat dipengaruhi oleh
pendapatan disposabel saat ini. Menurutnya ada batas konsumsi minimal yang
tidak tergantung tingkat pendapatan. Artinya tingkat konsumsi tersebut harus
dipenuhi walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol. tulah yang disebut
dengan konsumsi otonomus. Jika pendapatan disposabel meningkat, maka
konsumsi juga akan meningkat. Hanya saja peningkatan konsumsi tersebut
18
tidak sebesar peningkatan pendapatan disposabel (Raharja dan Manurung,
2004: 37).
Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat
konsumsi. Biasanya makin tinggi tingkat pendapatan, tingkat konsumsi makin
tinggi. Karena ketika pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk
membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi makin besar. Atau mungkin
juga pola hidup menjadi makin konsumtif, setidak-tidaknya semakin
menuntut kualitas yang baik. Saat ini standar UMR adalah Rp 670. 000.
Karena penghasilan yang cukup akan memotivasi seseorang memilih
alat kontrasepsi yang lebih baik pula. Sejalan dengan pendapat dari Birdsall
dan Chester, 1987 yang mengatakan bahwa Pengguna kontrasepsi
memerlukan sejumlah biaya untuk memperoleh dan menggunakan kontrasepsi
selain biaya untuk alat kontrasepsi. Penggunaan alat kontrasepsi yang efektif
mengurangi ketidak pastian tentang kapan melahirkan anak, dan memberi
kesempatan untuk memanfaatkan waktu dan tenaga pada peran ekonomi
dalam keluarga.

Anda mungkin juga menyukai