Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang: Jumlah lanjut usia (usila) di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun tentunya akan menimbulkan persoalan-persoalan baru, tidak saja di bidang sosial-ekonomi, tetapi juga di bidang kesehatan, baik tingkat negara, masyarakat, maupun individu. Perubahan-perubahan yang terjadi dapat mengakibatkan kemunduran fungsi sehingga kemampuan fisik menurun (disability) atau kekacauan koordinasi (disorder) sehingga dapat menimbulkan hambatan atau rintangan (handicap), bahkan sampai dapat mengarah pada suatu penyakit (disease). Perubahan-perubahan itu akan berjalan terus, dan akan semakin cepat (progressive), setelah umur melampaui dekade ke-enam 1,2,3. Dari sekian banyak Geriatric Giant (problem yang banyak diderita usila) pada pria adalah inkontinentia urine (ketidakmampuan mengendalikan diri dalam kencing) yang pada lanjut usia salah satu penyebabnya adalah Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) 1,3,4,5. Operasi prostat pada usila dianggap operasi besar dan perlu mendapatkan perhatian. Besarnya biaya operasi, takut operasi, adanya multipatologi pada pasien usila, dan anggapan sudah terlalu tua menyebabkan sejumlah pasien tidak dilakukan operasi sebagai terapi, dan mengambil langkah pemasangan kateter yang terus menerus. Pemasangan kateter meskipun dinilai murah dan dapat menyelesaikan masalah retensi urin dan atau inkontinensia urin, sesungguhnya dapat memunculkan masalah baru seperti hematuria, rasa malu, sedih, rendah diri bahkan sampai depresi karena kemanapun memakai kateter, pergaulan jadi terhambat apalagi jika kateternya bocor sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap (pesing), membuat sulit dan bingung waktu beribadah, juga infeksi saluran kemih yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal.

1.2 Rumusan masalah Apakah kateter itu? Apa saja alat yang digunakan memasang kateter? Bagaimana prosedur pemasangan kateter?

1.3 Tujuan Penulisan Mengerti pengertian kateter Mengetahui alat apa saja yang digunakan untuk memasang kateter. Mengetahui tentang bagaimana prosedur memasang kateter

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kateterisasi Kateterisasi urine adalah tindakan memasukan selang kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urine. Kateterisasi dapat menyebabkan hal - hal yang mengganggu kesehatan sehingga hanya dilakukan bila benar - benar diperlukan serta harus dilakukan dengan hati hati ( Brockop dan Marrie, 1999 ). Menurut ( Brockop dan Marrie, 1999 ) pemasangan kateter urine dapat dilakukan untuk diagnosis maupun sebagai terapi.

2.2 Indikasi pemasangan kateter urine untuk diagnosis adalah : 1. Untuk mengambil sample urine guna pemeriksaan kultur mikrobiologi dengan menghindari kontaminasi. 2. Pengukuran residual urine dengan cara, melakukan regular kateterisasi pada klien segera setelah mengakhiri miksinya dan kemudian diukur jumlah urine yang keluar. 3. Untuk pemeriksaan cystografi, kontras dimasukan dalam kandung kemih melalui kateter. 4. Untuk pemeriksaan urodinamik yaitu cystometri dan uretral profil pressure.

2.3 Indikasi Pemasangan Kateter urine sebagai Terapi adalah : 1. Dipakai dalam beberapa operasi traktus urinarius bagian bawah seperti secsio alta, repair reflek vesico urethal, prostatatoktomi sebagai drainage kandung kemih. 2. Mengatasi obstruksi infra vesikal seperti pada BPH, adanya bekuan darah dalam buli-buli, striktur pasca bedah dan proses inflamasi pada urethra. 3. Penanganan incontinensia urine dengan intermitten self catheterization. 4. Pada tindakan kateterisasi bersih mandiri berkala ( KBMB ).

5. Memasukan obat-obat intravesika antara lain sitostatika / antipiretika untuk buli - buli. 6. Sebagai splint setelah operasi rekontruksi urethra untuk tujuan stabilisasi urethra, 2.4 Jenis Pemasangan Katater Menurut ( Brockop dan Marrie, 1999 ) Jenis jenis pemasangan kateter urine terdiri dari : 1. Indewelling catheteter yang biasa disebut juga dengan retensi kateter / folley cateter indewelling catheter dibuat sedemikian rupa sehingga tidak mudah lepas dari kandung kemih. 2. Intermitten catheter yang digunakan untuk jangka waktu yang pendek ( 510 menit ) dan klien dapat diajarkan untuk memasang dan melepas sendiri.

3. Suprapubik catheter kadang - kadang digunakan untuk pemakaian secara permanent. Cara memasukan kateter dengan jenis ini dengan membuat sayatan kecil diatas suprapubik.

2.5 Prosedur Pemasangan Menurut ( Brunner dan Suddart, 1986 ), Prosedur pemasamgan kateter urine melalui beberapa tahap : 1. Persiapan alat a. Sterill

Kateter yang akan dipasang sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan satu Pinset anatomis 1 buah. Sarung tangan 1 pasang. Spuit 10-20 cc 1 buah. Kain kassa 2 lembar. Kapas sublimate dalam tempatnya. Air / aquabidest NaCl 0,9 % secukupnya. Xylocain jelly 2 % atau sejenisnya Slang dan kantong untuk menampung urine.

( 1 ) buah disiapkan dalam bak steril.


b. Tidak Steril

Bengkok 1 buah. Alas bokong 1 buah Lampu sorot bila perlu Sampiran tangan 1 pasang Selimut mandi / kain penutup Botol kecil steril untuk bahan pemeriksaan steril.

2. Persiapan klien Terutama untuk tindakan kateterisasi urine klien harus diberi penjelasan secara adekuat tentang prosedur dan tujuan pemasangan kateter urine. Posisi yang biasa dilakukan adalah dorsal recumbent,berbaring di tempat tidur /

diatas meja perawatan khususnya bagi wanita kurang memberikan fasa nyaman karena panggul tidak ditopang sehingga untuk melihat meatus urethra menjadi sangat sulit. Posisi sims / lateral dapat dipergunakan sebagai posisi berbaring / miring sama baiknya tergantung posisi mana yang dapat memberikan praaan nyaman bagi klien dan perawat saat melakukan tindakan kateterisasi urine. 3. Persiapan perawat a. Mencuci tangan meliputi :

Melepaskan semua benda yang ada di tangan Menggunakan sabun Lama mencuci tangan 30 menit Membilas dengan air bersih Mengeringkan dengan handuk / lap kering Dilakukan selama dan sesudah melakukan tindakan kateterisasi urine

b. Memakai sarung tangan c. Menjelaskan prosedur tindakan kepada klien. 4. Pelaksanaan a. Pasang sampiran dan pintu ditutup b. Perlak dan alasnya dipsang dibawah gluteus c. Letakan 2 bengkok diantara kedua tungkai klien d. Cuci tangan e. Pada klien pria :

Klien berbaring, perawat berada di sebelah klien, meatus uretra dan

glandula penis disinfeksi dengan cairan antiseptic, pasang doek bolong dan perawat memakai handscone steril, selang kateter diberi jelly secukupnya pada pemukaan yang akan dimasukan pada uretra, penis ditegakkan lurus keatas

dan tanpa ukuran kateter urine dimasukan perlahan kedalam buli-buli, anjurkan klien untuk menarik nafas panjang. f. Pada klien wanita

Labia mayora dibuka dengan ibu jari dan telunjuk tangan perawat yang

dibungkus dengan kapas savlon, bersihkan vulva sekurang - kurangnya tiga kali, perawat memakai sarung tangan dengan menggunakan kassa steril dan bethadin 10% disinfeksi labia mayora dan lipat paha, pasang doek bolong steril, kateter urine dimasukan perlahan - lahan yang sebelumnya telah diberi jelly dan klien dianjurkan menarik nafas dalam. g. Urine yang keluar ditampung dalam urine bag. h. Isi balon kateter urine dengan aquabidest / nacl 0,9% = 10 cc sesuai dengan petunjuk yang tertera pada pembungkus kateter urine. i. Fiksasi kateter urine di daerah pangkal paha j. Letakan urine bag lebih rendah daripada kandung kemih atau gantung urine bag di bed. k. Disinfeksi sambungan urine bag dengan kateter urine. l. Rapihkan klien,bersihkan alat, m. Perawat cuci tangan n. Memberikan penjelasan kembali tentang prosedur tindakan pada klien. 5. Perawatan kateter urine selama terpasang kateter Perawatan kateter urine sangat pentung dilakukan pada klien dengan tujuan untuk mengurangi dampak negatif dari pemasangan kateterisasi urine seperti infeksi dan radang pada saluran kemih, dampak lain yang mengganggu pemenuhan kebutuhan dasar manusia perawatan yang dilakukan meliputi : menjaga kebersihan kateter dan alat vital kelamin, menjaga kantong penampumg urine dengan tidak meletakan lebih tinggi dari buli-buli dan tidak agar tidak terjadi aliran balik urine ke buli-buli dan tidak sering menimbulkan saluran penampung karena mempermudah masuknya kuman serta mengganti

kateter dalam jangka waktu 7-12 hari. Semakin jarang kateter diganti, resiko infeksi makin tinggi, penggantian kateter urine tergantung dari bahan kateter urine tersebut sebagai contoh kateter urine dengan bahan latteks silicon paling lama dipakai 10 hari,sedang bahan silicon dapat dipakai selama 12 hari. Pada tahap pengangkatan kateterisasi urine perlu diperhatikan agar balon kateter urine telah kempis. Selain itu menganjurkan klien menarik nafas untuk mengurangi ketegangan otot sekitar saluran kemih sehingga kateterisasi urine dapat diangkat tanpa menyebabkan trauma berlebihan.

2.6 Ukuran Kateter Saat ini ukuran kateter yang biasanya dipergunakan adalah ukurandengan kalibrasi French ( FR ) atau disebut juga Charriere ( CH ).Ukuran tersebut didasarkan atas ukuran diameter lingkaran katetertersebut misalkan 18 FR atau CH 18 mempunyai diameter 6 mmdengan patokan setiap ukuran 1 FR = CH 1 berdiameter 0,33 mm.Diameter yang diukur adalah diameter pemukaan luar kateter. Besarkecilnya diameter kateter yang digunakan ditentukan oleh tujuanpemasangan kateter urine tersebut untuk klien dewasa,ukuran kateterurine yang biasa digunakan adalah 16-19 FR. Kateter yang mempunyai ukuran yang sama belum tentu mempunyai diameter lumen yang sama karena perbedaan bahan dan jumlah lumen pada katetertersebut.Ukuran kateter yang tersedia antara 12-40 Fr.

BAB III SIMPULAN


3.1 Simpulan Meskipun beberapa upaya atau benar-benar bunuh diri hadir sebagai peristiwa yang mengejutkan untuk anak dan remaja, peringatan jelas diberikan pada banyak kasus. Setiap ancaman bunuh diri atau upaya bunuh diri adalah sebuah permohonan untuk minta tolong dan harus dilakukan dengan serius. Jika ancaman atau upaya tersebut diabaikan, sebuah nyawa kemungkinan hilang. Jika seseorang mengancam atau telah siap berupaya untuk bunuh diri, polisi harus dihubungi dengan segera sehingga pelayanan darurat bisa tiba segera mungkin. Sampai pertolongan tiba, orang tersebut harus diajak bicara untuk menjadi tenang, dengan cara mendukung. Seorang dokter biasanya mengopname seseorang yang telah mengancam atau berupaya bunuh diri. Bahkan jika orang tersebut tidak setuju untuk diopname, kebanyakan negara mengizinkan seorang dokter untuk mengopname seseorang yang menolak keinginannya jika dokter meyakini nahwa orang tersebut beresiko tinggi melukai dirinya sendiri.

10

Daftar putaka Perry, Anne, Griffin, Potter A. Patricia. Pocket Guide to Basic Skills andProcedures. Alih bahasa: Monica Ester, Jakarta: EGC; 2000 Bhakti, Cipto. Pemasangan dan Perawatan Cateter. Solo, 2010. Sukentro, Tony dr. SpB. Pemasangan Kateter Kandung Kemih.

2010.http://bedahumum.com/bu/index.php? option=com_content&view=article&id=28:pemasangan-kateter-kandungkemih&catid=3:artikel&Itemid=5Afdal, dr. SpU. Kateterisasi Uretra. 2007.http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/01/kateterisasi-uretrapdp1.pdf

11

Anda mungkin juga menyukai