Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Sistem Tubuh yang Berperan dalam Eliminasi Urine eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih
dan uretra. Saluran perkemihan dilapisi membran mukosa, dimulai dari meatus uretra hingga ginjal.
Meskipun mikroorganisme secara normal tidak ada yang bisa melewati uretra bagian bawah, namun membran
mukosa ini pada keadaan patologis yang terus menerus akan menjadikannya sebagai media yang baik untuk
pertumbuhan beberapa patogen.
Eliminasi urine tergantung kepada fungsi ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Ginjal menyaring
produk limbah dari darah untuk membentuk urine. Ureter mentransfer urine dari ginjal ke kandung kemih.
Kandung kemih menyimpan urine sampai timbul keinginan untuk berkemih. Urine keluar dari tubuh melalui
uretra. Semua organ sistem perkemihan harus utuh dan berfungsi supaya urine berhasil dikeluarkan dengan
baik (Potter, Patricia A, 2006 : 1678).
1.2 Rumusan Masalah
1.Bagaimanakah cara pemasangan dower kateter pada pria
2.Bagaimanakah cara pemasangan dower kateter pada wanita
1.3 Tujuan.
1. Menjelaskan dan menguraikan prosedur pemasangan dower kateter.
2. Menambah pengetahuan tentang eliminasi urine.
3. Memahami cara pemasangan dower kateter yang benar pada pasien.

BAB II
PEMBAHASAN
1

2.1 Pengertian.
Pemasangan dower kateter adalah tindakan invasive dengan memasukkan selang kateter ke dalam
kandung kemih seseorang karena ketidakmampuan pengeluaran urin secara spontan.
2.2 Tujuan Pemasangan Dower Kateter.
1. Mengosongkan kandung kemih.
2. Dapat mengukur pengeluaran urin secara akurat.
2.3 Indikasi dan Kontra Indikasi.
Indikasi :
1. Untuk mengambil sample urine guna pemeriksaan kultur mikrobiologi dengan menghindari
kontaminasi.
2. Pengukuran residual urine dengan cara, melakukan regular kateterisasi pada klien segera setelah
mengakhiri miksinya dan kemudian diukur jumlah urine yang keluar.
Kontra Indikasi :
Kontraindikasi yang terjadi, adanya trauma uretra. Cedera uretra dapat terjadi pada pasien
dengan cedera multisistem dan factures panggul, serta dampak mengangkang. Jika hal ini diduga, kita
harus melakukan dan dubur kelamin ujian pertama. Jika satu menemukan darah di meatus dari uretra,
hematoma skrotum, patah tulang panggul, atau prostat naik tinggi, maka kecurigaan tinggi uretra air
mata hadir. Satu kemudian harus melakukan urethrography retrograde (suntik 20 cc kontras ke dalam
urethra). Kateter tidak dapat digunakan pada pasien yang terinfeksi saluran kemih, dan eksimosis
daerah uretra.Hematoria (keluarnya darah dari uretra).

2.4 PersiapanPasien.
Terutama untuk tindakan kateterisasi urine klien harus diberi penjelasan secara prosedur dan
tujuan pemasangan kateter urine. Posisi yang biasa dilakukan adalah dorsal recumbent,berbaring di
tempat tidur / diatas meja perawatan khususnya bagi wanita kurang memberikan fasa nyaman karena
panggul tidak ditopang sehingga untuk melihat meatus urethra menjadi sangat sulit. Posisi sims / lateral
dapat dipergunakan sebagai posisi berbaring / miring sama baiknya tergantung posisi mana yang dapat
memberikan perasaan nyaman bagi klien dan perawat saat melakukan tindakan kateterisasi urine.
2.5 Persiapan Alat.
Bak instrumen berisi :
2

foley kateter sesuai ukuran 1 buah.


Urine bag steril 1 buah.
Pinset anatomi 2 buah.
Duk steril.
Kassa steril yang diberi jelly.
o Sarung tangan steril.
o Kapas sublimat dalam kom tertutup.
o Kateter steril (sesuai ukuran dan jenis ) 2 buah
o Perlak dan pengalasnya 1 buah.
o Sampiran.
o Cairan aquades atau Nacl.
o Plester.
o Gunting verband.
o Bengkok 2 buah.
o Korentang pada tempatnya.

2.6 Prosedur Pelaksanaan.


a.

Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan, kemudian alat-alat didekatkan
ke pasien.

b. Pasang sampiran.
c. Cuci tangan.
d. Pasang pengalas/perlak dibawah bokong klien.
e. Pakaian bagian bawah klien dikeataskan/dilepas, dengan posisi klien lithotomi (kaki ditekuk dan Kaki
sedikit dibuka). Bengkok diletakkan didekat bokong klien.
f. Buka bak instrumen, pakai sarung tangan steril, pasang duk steril, lalu bersihkan alat

genitalia dengan

kapas sublimat dengan menggunakan pinset.


g. Bersihkan genitalia dengan cara : dengan tangan nondominan perawat membuka vulva kemudian tangan
kanan memegang pinset dan mengambil satu buah kapas sublimat. Selanjutnya bersihkan labia mayora

dari atas kebawah dimulai dari sebelah kiri lalu kanan, kapas dibuang dalam nierbekken, kemudian
bersihkan labia minora, klitoris, dan anus. Letakkan pinset pada nierbekken.
h. Ambil kateter kemudian olesi dengan jelly. Masukkan kateter kedalam uretra kira-kira 10 cm secara
perlahan-lahan dengan menggunakan pinset sampai urine keluar. Masukkan Cairan Nacl/aquades 20-30 cc
atau sesuai ukuran yang tertulis. Tarik sedikit kateter. Apabila pada saat ditarik kateter terasa tertahan
berarti kateter sudah masuk pada kandung kemih.
i. Lepaskan duk, sambungkan kateter dengan urine bag. Lalu ikat disisi tempat tidur.
j. Fiksasi kateter pada bagian sisi dalam paha klien.
k. Pasien dirapikan kembali.
l. Alat dirapikan kembali.
m. Mencuci tangan.
n. Melaksanakan dokumentasi :
1

Catattindakan yang dilakukan dan hasilsertaresponklienpadalembarcatatanklien.

Catat

tanggal

dan

jam

melakukantindakan

dan

nama

perawat

yang

melakukan

dan

tandatangan/parafpadalembarcatatanklien.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Pemasangan Dower Kateter membutuhkan ketelitian dan tingkat kehati-hatian yang tinggi untuk menjaga
perasaan nyaman pada klien.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk merawat Dower Kateter :
1. Pastikan klien banyak minum, sehingga urin cukup tidak terjadi kotoran yang bisa mengendap dalam
kateter.
2. Mengosongkan urine bag secara teratur.
3. Tidak mengangkat urine bag lebih tinggi dari tubuh penderita agar urin tidak mengalir kembali ke bulibuli.
4. Membersihkan darah, nanah, sekret periuretra dan mengolesi kateter dengan antiseptik secara berkala.
5. Ganti kateter paling tidak 2 minggu sekali

Komplikasi pemasangan kateter dapat terjadi apabila pemasangan dilakukan tidak hati-hati bisa
menyebabkan luka dan perdarahan uretra yang berakhir dengan striktur uretra seumur hidup.

1. Balon yang dikembangkan sebelum memasuki buli-buli juga dapat menimbulkan luka pada uretra.
Karenanya, balon dikembangkan bila yakin balon akan mengembnag dalam buli-buli dengan mendorong
2.
3.
4.
5.

kateter sampai ke pangkalnya.


Infeksi uretra dan buli-buli.
Nekrosis uretra bila ukuran kateter terlalu besar atau fiksasi yang keliru.
Merupakan inti pembentukan batu buli-buli.
Pada penderita tidak sadar, kateter dengan balon terkembang bisa dicabut yang berkibat perdarahan dan

melukai uretra.
6. Kateter tidak bisa dicabut karena saluran pengembang balon tersumbat.
3.2 Saran : Pemasangan dower kateter harus dilakukan dengan penuh ketelitian karena kesalahan dalam
pemasangan dpat menimbulkan trauma/rasa sakit terhadap pasien dan dapat menimbulkan efek ketdak percayaan
dari pasien.

Anda mungkin juga menyukai