ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab anak putus sekolah di Desa Mattaropurae Kecamatan Amali Kabupaten Bone. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan populasi 412 orang, jumlah sampel sebanyak 103 orang yang dipilih berdasarkan tingkat umur. Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode observasi, angket dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan menggunakan rumus persentase. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada umumnya kebanyakan anak perempuan yang putus sekolah dan tingkat pendidikannya hanya sampai tingkat SD. Ada beberapa faktor penyebab anak putus sekolah di Desa Mattaropurae Kecamatan Amali Kabupaten Bone. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulakan faktor penyebab anak putus sekolah di Desa Mattaropurae adalah kurangnya kesadaran orang tua terhadap pentingnya pendidikan, faktor kenakalan remaja, faktor jarak yang jauh dan kurangnya transportasi serta faktor ekonomi lemah. Keywords: Faktor penyebab , anak, putus sekolah.
paling pertama dan utama dalam hal mendidik anak. Suatu keluarga yang baik akan berpengaruh positif bagi perkembangan moral anak, begitu pula sebaliknya. Keluarga yang
kelompok masyarakat terkecil, akan tetapi merupakan lingkungan yang paling berpengaruh dalam hal
moral, maka semua tumpuan dan harapan ikut pula sirna. Anak yang putus sekolah tampak di masa panen banyak karena
GBHN RI tahun 1999 bahwa anak merupakan generasi penerus bangsa dan sumber insan bagi pembangunan nasional, maka harus diperhatikan dan dibina sedini mungkin agar menjadi insan yang berkualitas dan berguna bagi bangsa. Kemajuan suatu negara akan banyak ditentukan oleh
meninggalkan
sekolah,
beralasan hanya membantu orang tua. Dan ketika kembali ke sekolah dia menemukan dirinya sudah
menggairahkan yang mungkin karena tidak punya minat lagi untuk belajar, lalu anak meninggalkan sekolah
merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua/keluarga, masyarakat dan negara. Anak merupakan salah satu investasi masa depan untuk
untuk selamanya. Hakikatnya pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu mengantarkan dan memberdayakan potensi anak didik sesuai bakat, minat dan kemampuan yang dimilikinya. Suatu komitmen dalam diri manusia menjadi penting jika harus memiliki
melanjutkan kelestarian peradaban suatu bangsa. Olehnya itu, orang tua memiliki tugas yang besar dalam memperhatikan hak-hak anaknya,
Homec
Sukriati Firman
realitas. Karena tanpa semua itu, maka antara anak dengan orang tua akan semakin jauh dari kesuksesan dalam menapak kehidupannya di masa yang akan datang. Namun yang menjadi
landasan
untuk
meneliti
tentang
"Faktor Penyebab Anak putus Sekolah di Desa Mattaropurae Kecamatan Amali Kabupaten Bone ". Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah faktor apa yang menyebabkan
permasalahan adalah ketika si anak menempuh kendala yang membuat dia terkungkung dalam suatu dilema manakala dia mampu menyelesaikan studinya atau berhenti di tengah jalan. Hal seperti inilah yang dialami oleh masyarakat Mattaropurae yang ada di Desa Amali
banyaknya anak putus sekolah di Desa Mattaropurae Kecamatan Amali Kabupaten Bone yang dijabarkan menjadi empat point yaitu apakah Faktor ekonomi yang menyebabkan anak putus sekolah di Desa Amali
Kecamatan
Kabupaten Bone, dimana ketika kita melihat dari segi kondisi alamnya itu tidak terlalu memprihatinkkan namun yang terjadi adalah banyaknya anak tidak sampai menyelesaikan studinya atau dengan kata lain putus sekolah. Fenomena belakangi menjadikan inilah yang melatar penulis sebagai
Mattaropurae
Kecamatan
Kabupaten Bone?, apakah Lokasi sekolah yang menyebabkan anak putus sekolah di Desa Mattaropurae Kecamatan Amali Kabupaten Bone?, apakah Kenakalan remaja yang
Kabupaten pemahaman
bagaimana terhadap
pentingnya pendidikan anak? Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahui apakah faktor ekonomi yang menyebabkan anak putus sekolah di Desa Mattaropurae Kecamatan Amali Kabupaten Bone, mengetahui apakah Lokasi sekolah yang sekolah menyebabkan di Desa anak putus
penerapan ilmu pengetahuan, (2) sebagai tolak ukur bagi orang tua dalam membimbing anak-anaknya ke depan, (3) menjadi masyarakat motivasi bagi
pentingnya pendidikan bagi anakanaknya. TINJAUAN PUSTAKA Masalah putus sekolah masih merupakan suatu masalah yang sangat menrisaukan karena jumlahnya sangat tinggi dan sampai saat ini belum teratasi dalam upaya meminimalkan anak yang putus sekolah. Kata Drop Out kini telah diserap ke dalam bahasa Indonesia. Dalam Indonesia Kamus Umum Bahasa WJS. 64) dapat turun,
Mattaropurae
Kecamatan Amali Kabupaten Bone, untuk mengetahui apakah Kenakalan remaja yang menyebabkan anak putus sekolah di Desa Mattaropurae
Kecamatan Amali Kabupaten Bone, mengetahui bagaimana pemahaman orang tua terhadap pentingnya
bahwa
berhenti,
Homec
Sukriati Firman
sedangkan out berarti keluar atau pergi. Menurut Hamalik (2004: 12) putus sekolah atau yang sering
pengertian
putus
sekolah
adalah
seseorang yang telah masuk dalam sebuah lenbaga pendidikan baik itu pada tingkat SD, SMP, maupun SMA untuk belajar dan menerima pelajaran tetapi mereka berhenti atau keluar dari sekolah. Seperti diketahui bahwa pada keluarga umumnya penghasilan miskin di pedesaan berkurang
diistilahkan drop out adalah suatu peristiwa yang terjadi pada seseorang atau anak didik, sehingga tidak sempat mencapai apa yang dicitacitakannya atau gugur/berhenti di tengah jalan. Menurut Daradjat (2003: 77) pengertian putus sekolah dapat pula diartikan sebagai Drop-Out (DO) yang artinya bahwa seorang anak didik yang karena sesuatu hal, biasa disebabkan karena malu, malas, takut, sekedar ikut-ikutan dengan temannya atau karena alasan lain sehingga mereka putus sekolah ditengah jalan atau keluar dan tidak lagi masuk untuk selama-lamanya. Berdasarkan penjelasan di
dimana hai ini hanya cukup untuk keperluan sehari-hari, sekedar cukup untuk hidup dan makan saja. Kalau kemudian keluarga tersebut me-
maksakan diri untuk menyekolahkan anaknya secara penuh, maka dampak yang paling mereka rasakan di
samping pada biaya yang harus mereka tanggung untuk membiayai keperluan sekolah juga kemungkinan mereka akan kehilangan satu sumber penghasilan keluarga yang produktif
yang selama ini disumbangkan oleh pekerjaan anak itu bagi orang tuanya Menurut seorang pakar pendapat psikologi salah yang
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa setiap orang tua yang memiliki ekonomi lemah mengambil pilihan untuk
mengatakan
menjembatani dua kepentingan yang bertolak belakang, keingman untuk menyekolahkan anak dan keharusan anak untuk bekerja demi membantu penghasilan orang tua. Menurut Syah (2007: 33) letak geografi Indonesia yang terdiri atas pegunungan dan kepulauan
akhirnya putus sekolah juga. Hal mi disebabkan karena pekerjaan orang tua yang penghasilannya tidak bisa memenuhi biaya pendidikan anakanaknya. Sebagian masyarakat di pedesaan bekerja sebagai petani yang penghasilannya masih di bawah
standar sehingga dengan terpaksa anak mereka putus sekolah. Di samping itu juga anak-anak disuruh untuk bekerja membantu orang
nasional. Kondisi tersebut membuat masyarakat tertentu di pedalaman sulit berkembang yang karena terbatas akses akibat
pendidikan
wilayah yang jauh dari sekolah serta terbatasnya alat transportasi. Kondisi geografi seperti ini menjadi
Homec
Sukriati Firman
memenuhi
keinginannya
dalam
anak di Desa tersebut sebagai bekal untuk masa depan mereka. Menurut Darmaningtyas
melanjutkan pendidikan. Desa Mattaropurae meupakan salah satu daerah pegunungan dimana Desa ini susah untuk dijangkau ini dikarenakan letaknya yang terpencil, jalanan yang masih jelek sehingga masih kurang transportasi umum yang mau masuk di Desa tersebut. Ini sangat memprihatinkan untuk
(2001: 5) salah satu faktor penyebab anak putus sekolah adalah faktor geografi atau jarak sekolah yang jauh dari rumah sehhigga orang tua lebih memilih anaknya berhenti sekolah atau putus sekolah karena
kekhawatiran orang tua terhadap keamanan anaknya terutama pada anak perempuan. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jarak yang jauh dan terbatasnya alat transportasi orang tua menjadi terhadap. kekhawatiran keamanan
masyarakat di sana terutama bagi anak-anak sekolah. Banyak anak yang putus sekolah hanya karena jarak sekolah yang jauh dan tidak mudah dijangkau dengan jalan kaki. Hal ini yang menjadi penyebab sebagian orang tua terpaksa anaknya tidak karena
menyekolahkan
anaknya sehingga dengan terpaksa anak harus berhenti sekolah atau putus sekolah. Menurut Ali (2000: 93) kenakalan remaja adalah kelaianan tingkah
khawatir dengan keamanan mereka. Dengan demikian sangat diharapkan kepad pemerintah setempat supaya lebih mem-perhatikan sarana dan prasarana pendidikan untuk anak-
anti sosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat.
Mattaropurae sangat kecewa dengan hal tersebut karena ini sangat Desa
mengganggu tersebut.
ketentraman
Sedangkan Santrock mengemukakan bahwa kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku
Menurut Santrock (2009: 43) jenis-jenis kenakalan remaja baik remaja laki-laki maupun remaja
remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal. Berbicara masalah kenakalan remaja, Desa Mattaropurae termasuk salah satu Desa yang sangat
perempuan, yaitu:
1. Penyalahgunaan Narkotika
Fungsi utama narkotika dalam segi medis adalah untuk mengurangi rasa sakit dan penenang yang hanya digunakan di rumah sakit untuk orang yang menderita sakit berat misalnya kanker dengan rekomendasi dokter atau diberikan kepada orang-orang yang akan menjalani operasi. Di samping itu, narkotika efek yang juga disebut
memprihatikan karena sebagian anakanak di sana masih banyak yang melakukan hal-hal yang tidak terpuji seperti minum-minuman keras, judi, berkelahi, kebut-kebutan, dan seks bebas. Ini sangat disayangkan namun dari semua ini sebagian dari mereka hanya bercermin dengan apa yang dilakukan oleh orng tua mereka. Walaupun demikian sebagian orang tua bahkan masyarakat di Desa
menimbulkan
Homec
Sukriati Firman
sendiri, keluarga, masyarakat bahkan untuk kemajuan bangsa. Menurut Darajat (2000: 13) pendidikan adalah suatu proses untuk mengembangkan semua aspek
penyalahgunaan narkotika.
kepribadian manusia yang mencakup pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan. Pendidikan bagi
kehidupan keluarga pada hakikatnya adalah pengabdian pada keluarga dan masyarakat. Pengabdian dalam
memperlemah
persoalan hidup bagi keluarga yang lebih baik. Anak merupakan salah satu investasi masa depan untuk
satuan dan kesatuan para remaja dan merusak nilai-nilai sosial. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
melanjutkan kelestarian peradaban suatu bangsa. Olehnya itu, orang tua memiliki tugas yang besar dalam memperhatikan hak-hak anaknya.
kenakalan remaja sangat berdampak negatif untuk masa depan anak itu
Ketika anak sudah mengalami krisis moral, maka semua tumpuan dan harapan ikut pula sirna. Untuk membina anak remaja di pedesaan diperlukan adanya orang tua dan pemimpin-pemimpin (tokoh) masyarakat yang dapat memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada anak remaja, hal ini diharapkan sebagai penggerak dan mendorong meningkatkan kemampuan dan peran serta dalam menangani anak. Untuk mencegah banyaknya anak putus sekolah di Desa Mattaropurae
Pendidikan
lewat
pe-
kebutuhan rakyatnya. Dengan begitu pendidikan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat khususnya yang berbada di Desa Mattaropurae Kecamatan Amali Kabupaten Bone sebagai alat untuk sebagai mengekspresikan sarana untuk diri, dan
mencegah
Kecamatan Amali Kabupaten Bone setidaknya sekolah dapat mencegah atau senantiasa berintegrasi dengan lingkungan sosial masyarakat.
pentingnya
pendidikan
Bahkan mungkin lebih dari itu yaitu agar sekolah dapat menjadi motor penggerak masyarakat untuk menuju dan merealisasikan masyarakat yang diidam-idamkan.
tidaklah mesti terjadi. Masyarakat berfungsi sebagai penerus budaya dan generasi ke generasi selanjutnya secara dinamis
Homec
Sukriati Firman
sesuai dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan masyarakat melalui pendidikan dan interaksi sosial, berarti
dilakukan adalah pendekatan sosialgeografi karena kondisi lingkungan alam fisik sering mempengaruhi
dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai sosialisasi. Menururt Syah (2007: 21) ada beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi banyaknya anak putus sekolah, yaitu aspek psikologi kita perlu memperhatikan mereka secara analisis sosial-ekonomi yaitu dalam kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai orang yang rendah diri bukan karena cacat jasmani,
pendekatan yang dapat dilakukan adalah pendekatan sosial-religus yaitu perkembangan kepribadian seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan sosial tempat ia berada. Misalnya seseorang yang berasal dari
lingkungan sosial keluarga yang baikbaik kemudian pindah dan bertempat tinggal dalam lingkungan penjudi atau maksiat, dapat merubah
melainkan karena kondisi ekonomi yang rendah, sehhigga menjadi orang yang pendiam atau berjiwa tertutup dan enggan bergaul, sebaliknya
kepribadiannya menjadi orang yang sadis, pembohong, penipu bahkan jadi preman, apalagi dasar keimanannya labil. Usaha di atas ketika kita mampu mengaktualisasikan dengan
seseorang menjadi tinggi diri karena kondisi keluarga kaya dan serba kecukupan, sebagian kebutuhan hidup dan studinya serba terpenuhi.
baik akan dapat mengidentifikasikan apa sebenarnya yang menyebabkan sehingga banyak anak di Desa Amali
memperhatikan
pergaulan
anak
dimana terjadi banyak kenakalan remaja. METODE PENELITIAN Penelitian penelitian survey ini atau adalah penelitian
Mattropurae
Kecamatan
Kabupaten Bone yang mengalami putus sekolah dan ini merupakan tanggung jawab kita semua. Olehnya itu sedini mungkin ada usaha-usaha yang harus
lapangan yang turun langsung ke lokasi penelitian untuk memperoleh data yang kongkret yang ada
dijalankan sebagai usaha preventif dan kuratif guna memperkecil yang negatif
hubungannya dengan masalah faktor penyebab Penelitian anak ini putus dianalisis sekolah. secara
pengaruh-pengaruh
terhadap anak agar tidak mengalami putus sekolah. Misalnya, menguatkan sikap mental anak supaya mampu menyelesaikan persoalan yang
deskriptif. Variabel penelitian ini adalah variabel tunggal yang akan mengkaji tentang faktor penyebab anak putus sekolah. Untuk
dihadapinya, memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan dan keterampilan,
menghindari interpretasi yang keliru terhadap variabel penelitian ini, maka berikut ini dirumuskan defenisi
melainkan pendidikan mental dan pribadi melalui pengajaran agama, budi pekerti serta memperbaiki sekitar atau
operasional variabel sebagai berikut: Anak putus sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak yang
keadaan
lingkungan
Homec
Sukriati Firman
tidak sampai melanjutkan studinya atau berhenti di tengah jalan. Sehubungan dengan penelitian ini, yang menjadi populasi adalah anak remaja laki-laki dan perempuan dengan umur 12-18 tahun di Desa Mattaropurae Kecamatan Amali
Hasil
analisis
berdasarkan
jawaban dari angket yang diberikan kepada responden anak putus sekolah maka diperoleh gambaran bahwa di Desa Mattaropurae pada umumnya kebanyakan anak perempuan yang putus sekolah, apabila ditinjau dari latar belakang pendidikan responden tingkat SD sebanyak 49 responden, tingkat SMP sebanyak 37 responden dan tingkat SMA sebanyak 17
Kabupaten Bone sebanyak 604 orang. Untuk memudahkan penelitian, maka peneliti mengambil sampel dengan menggunakan teknik Quota Sampling yaitu memilih subjek yang mudah ditemui. berupa Analisis hasil data angket analisis penelitian dengan deskriptif
responden. Pada tingkat SMP dan SMA sebagian responden berhenti di tengah jalan atau putus sekolah sebelum selesai. Setelah dilihat latar belakang pendidikan anak yang putus sekolah dapat disimpulkan bahwa pada umumnya tingkat pendidikan anak yang putus sekolah di Desa Matttaropurae adalah hanya sampai tingkat SD. Berdasarkan hasil angket yang telah dijawab oleh responden dalam
menggunakan
dengan rumus persentase dengan rumus sebagai berikut: P= Keterangan: P = persentase F= frekuensi N= sampel HASIL PENELITIAN
hal ini adalah anak yang putus sekolah dapat dinyatakan bahwa
bagi mereka dengan pendidikan yang tinggi belum tentu mereka mendapat pekerjaan yang layak namun
faktor penyebab anak putus sekolah di Desa Mattaropurae Kecamatan Amali Kabupaten Bone adalah karena
sebaliknya tanpa pendidikan yang tinggi mereka tetap bisa bekerja dan berpenghasilan yang banyak. Selain itu faktor penyebab anak putus sekolah adalah jarak sekolah yang jauh dari rumah
kenakalan remaja seperti minumminuman keras, judi, perilaku seks di luar nikah dan berkelahi. Sesuai dengan pendapat Santrock (2009: 43) yang mengemukakan jenis-jenis
minimal 300 meter dan maksimal 2 km, kurangnya transportasi sehingga sebagian orang tua khawatir akan keamanan anaknya. Penjelasan ini sesuai pendapat Darmaningtyas
Faktor lain yang menyebabkan anak putus sekolah yaitu faktor kurangnya kesadaran orang tua terhadap
(2001: 5) yang mengemukakan bahwa faktor geografi atau jarak sekolah yang jauh sehingga orang tua lebih memilih anaknya berhenti sekolah atau putus sekolah. Faktor ekonorni lemah juga termasuk salah satu penyebab anak putus sekolah di Desa Mattaropurae karena pekerjaan dan penghasilan
pendidikan anak-anaknya yang lebih mementingkan usaha dibandingkan pendidikan ini disebabkan karena orang tua mereka berpikir bahwa pendidikan itu hanya untuk buangbuang uang begitu pula dengan anak itu sendiri yang menganggap bahwa pendidikan itu tidak penting karena
Homec
Sukriati Firman
orang
tua
yang
cukup
banyaknya jumlah bersaudara dan banyaknya jumlah anggota keluarga lain yang tinggal dalam satu rumah sehingga dengan terpaksa kepala keluarga dalam hal ini adalah seorang ayah harus sebisa penghasilan mungkin demi
sehingga anak-anak mereka harus bekerja untuk membantu menambah orang tuanya
penghasilan
keluarga mereka. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Willis (2009: 55) yang mengemukakan sebagian bahwa ada
menambah
terpenuhinya kebutuhan sehari-hari untuk anggota keluarganya dengan kata lain anak-anak mereka harus putus beban sekolah orang unutk tuanya, mengurangi selain itu
mendapat pendidikan dasar namun putus sekolah juga, hal ini disebabkan karena pekerjaan orang tua yang penghasilannya tidak bisa memenuhi biaya pendidikan anak-anaknya
sehingga dengan terpaksa anak-anak disuruh untuk bekerja membantu orang tuanya demi tambahan
diharuskan bekerja membantu orang tuanya untuk menambah penghasilan dan mengembangkan usaha yang dimiliki oleh orang tua mereka. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap rumusan
penghasilan dan demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain faktor penyebab anak putus sekolah yang dikemukakan di atas masih ada faktor lain yang
masalah yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab anak putus sekolah di Desa Amali karena
kurangnya transportasi, kekhawatiran orang tua terhadap keamanan anaknya dan masalah ekonomi lemah. Di samping itu ada faktor lain yang menjadi penyebab anak putus sekolah seperti karena banyaknya jumlah saudara mereka dan banyaknya
kurangnya terhadap
jumlah anggota keluarga lain yang tinggal dalam satu rumah selain itu mereka juga rata-rata anak pertama sehingga mereka diharuskan bekerja membantu menambah orang tuanya demi dan
dibandingkan pendidikan. Di samping itu orang tua mereka juga yang menganggap pendidikan itu bukanlah sesuatu yang penting hal ini
penghasilan
disebabkan karena pendidikan orang tua yang kurang bahkan ada yang sama sekali tidak pernah sekolah. Adapun faktor lain yang
SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang variable yang dikaji, maka penulis
menyebabkan anak putus sekolah yaitu karena keinginan anak itu sendiri yang menganggap bahwa pendidikan itu tidak penting, jarak sekolah yang jauh dari rumah,
menyarankan sebagai berikut kepada anak putus sekolah harus berusaha agar pendidikannya dapat dilanjutkan
Homec
Sukriati Firman
sampai ke jenjang paling tinggi dan berusaha untuk tidak terpengaruh dengan lingkungan pergaulannya. Kepada orang tua/masyarakat agar dapat berperan penting sebagai pemberi motivasi kepada anak-
Ali. Muhammad. 2006. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Get. II. Jakarta: Sinar Grafika Offset. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), Edisi Revisi IV. Get. XI. Jakarta: Rineka Cipta. Asrori, Muhammad. 2005. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Get. II. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Daradjat, Zakiah. 2000. Ilmu Pendidikan Islam . Get IV. Jakarta: Bumi Aksara. Daradjat, Zakiah. 2003. Ilmu Jiwa Agama. Get. XVI. Jakarta: Bulan Bintang. Darmaningtyas. 2001. Pendidikan Setelah Krisis. Get. I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hamalik, Oemar. 2004. Psikologi Belajar dan Mengajar. Get. IV. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Samani, Muchlas. 2006. Pendidikan Bermakna. Surabaya: SIC Santrock. 2000. Sudjana, Nana. 2001. Psikologi Anak Remaja. Jakarta: Cipta Adi Pustaka Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Get. I. Bandung: Sinar Baru.
anaknya akan pentingnya pendidikan sebagai bekal untuk masa depan bagi diri sendiri dan keluarga pada
khususnya serta bagi masyarakat dan bangsa pada umumnya. Kepada pemerintah setempat, untuk kemudian lebih memseperti
perhatikan
masyarakatnya
memberikan pengarahan-pengarahan dalarn rangka bagaimana mendidik anak yang baik dan memperhatikan aktifitas dan lingkungan pergaulan anaknya. Di sampmg itu hal penting lainnya adalah melengkapi sarana dan prasarana memadai. DAFTAR PUSTAKA sekolah yang lebih
Syah, Muhibbin. 2007. Psikologi Belajar. Get. VI. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Tilaar, H.A.R. 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional, Dalam Perspektif. Cet III. Jakarta: Indonesia Tera. Undang-Undang SISDIKNAS. 2005. Sistem Pendidikan Nasional, (Undang-Undang RI No. 20 Thn. 2003), Cet. II. Jakarta: Sinar Grafika. Willis, Sofyan. 2009. Konseling Keluarga. Bandung: ALFABETA WJS. Poerwadarminta. 2001. Kamus Lengkap InggrisIndonesia Indonesia-Inggris. Cet. II. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.