Anda di halaman 1dari 11

LEMBAR KERJA MAHASISWA

TK 1033-2011/2012#2 Nama MK : Sistem Operasi Disampaikan pada minggu ke-7 pertemuan ke-13
Program Studi Teknik Komputer Politeknik Telkom Bandung Jl. Telekomunikasi Terusan Buah Batu, Bandung, 40254

IDENTITAS Kajian Teori Fungsionalitas Sistem Operasi


Topik MANAJEMEN DISK Referensi [1] William Stallings. Hak Cipta 2001. Operating Systems. Prentice Hall. [2] Andrew S. Tanenbaum. Hak Cipta 1992. Modern Operating Systems. Prentice-Hall Inc [3] Silberschatz. Operating System Concept. Hak Cipta 2005. Prentice-Hall inc Kompetensi Utama Mahasiswa mengetahui, memahami, menguasai tentang sistem operasi berdasarkan fungsionalitas dari sistem operasi Lama Pengerjaan 100 menit Jenis Pengerjaan *(bisa dipilih lebih dari 1) Individu Kelompok Mandiri

Terbimbing

PENDAHULUAN (RESUME)
1. 2. 3. 4. Jelaskan bagian-bagian dari struktur storage pada gambar 1 ! Apa perbedaaan CLV dan CAV? Buat tabel perbandingan penjadualan disk! Apa yang dimaksud dengan RAID?

Mahasiswa Wajib mengerjakan Resume yang akan dikumpulkan di setiap pertemuan.

RINGKASAN TEORI
MANAJEMEN DISK

Penjadualan disk merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam mencapai efisiensi perangkat keras. Bagi disk drives, efisiensi dipengaruhi oleh kecepatan waktu akses dan besarnya disk bandwith. Waktu akses memiliki dua komponen utama yaitu waktu pencarian dan waktu rotasi disk (rotational latency) Struktur storage :

LEMBAR KERJA MAHASISWA


TK 1033-2011/2012#2 Nama MK : Sistem Operasi Disampaikan pada minggu ke-7 pertemuan ke-13
Program Studi Teknik Komputer Politeknik Telkom Bandung Jl. Telekomunikasi Terusan Buah Batu, Bandung, 40254

Gambar 1. Struktur storage

Gambar 2 organisasi struktur fisik dan logic disk

Gambar 3. Struktur organisasi harddisk

LEMBAR KERJA MAHASISWA


TK 1033-2011/2012#2 Nama MK : Sistem Operasi Disampaikan pada minggu ke-7 pertemuan ke-13
Program Studi Teknik Komputer Politeknik Telkom Bandung Jl. Telekomunikasi Terusan Buah Batu, Bandung, 40254

Bagaimana sistem operasi melayani disk request ? 1. Sebuah proses membutuhkan data melalui I/O dari/ke disk, 2. Proses akan memanggil system call SO 3. System call SO akan memblok proses yang meminta (running ke block). 4. Disk request akan ditangani oleh device driver yang sesuai dengan piranti I/O yang hendak diakses. 5. Device driver akan memeriksa status disk. 6. Jika disk sibuk, maka akan dimasukkan pada antrian disk. 7. Jika disk ready, maka disk request tersebut akan dilayani dan alamat disk dikirimkan ke disk controller. Operasi write data akan disalinkan oleh DMA controller atau prosessor dari memori utama ke buffer disk controller untuk selanjutnya disalin ke piringan disk operasi read data yang akan dibaca, akan disalin ke buffer disk controller lebih dulu, baru disalin ke memori utama. Macam-macam penjadualan disk : 1. Penjadualan FCFS Penjadualan disk FCFS melayani permintaan sesuai dengan kedatangan antrian proses. Secara umum algoritma FCFS ini sangat adil tetapi memiliki kelemahan dimana total waktu accessnya menjadi lambat (buruk). Sebagai contoh, terdapat antrian 10, 45, 37, 56, 60, 25, 78, 48, 88, 70, 5, 20. Jika head pada awalnya berada pada 50, maka head akan bergerak dulu dari 50 ke 10, kemudian 45, 37, 56, 60, 25, 78, 48, 88, 70, 5 dan terakhir 20, dengan total pergerakan head sebesar 362 silinder.

Gambar 4. Penjadualan FCFS 2. Penjadualan Shortest-Seek-Time-First (SSTF) Merupakan penjadualan disk request yang melayani terlebih dahulu seek distance yang paling dekat dengan posisi head terakhir (terkini), algoritma ini meminimalkan pergerakan head. Sebagai contoh, terdapat antrian 10, 45, 37, 56, 60, 25, 78, 48, 88, 70, 5, 20. Jika head pada awalnya berada pada 50,Pergerakan dari contoh diatas yaitu 50 ke 48, lalu ke 45, 37, 25, 20, 10, 5, 56, 60, 70, 78, 88.

LEMBAR KERJA MAHASISWA


TK 1033-2011/2012#2 Nama MK : Sistem Operasi Disampaikan pada minggu ke-7 pertemuan ke-13
Program Studi Teknik Komputer Politeknik Telkom Bandung Jl. Telekomunikasi Terusan Buah Batu, Bandung, 40254

Penjadualan SSTF merupakan salah satu bentuk dari penjadualan shortest-job-first (SJF), oleh karena itu penjadualan SSTF juga dapat mengakibatkan starvation pada suatu saat tertentu. Hal ini dapat terjadi bila ada permintaan untuk mengakses bagian yang berada di silinder terdalam. Walaupun algoritma SSTF jauh lebih cepat dibandingkan dengan FCFS, namun untuk keadilan layanan SSTF lebih buruk dari penjadualan FCFS.

Gambar 5. Penjadualan SSTF Gambar ini diadaptasi dari [Silberschatz2002, halaman 494] 3. Penjadualan SCAN Pada algoritma ini disk arm bergerak menuju ke silinder paling ujung dari disk, kemudian setelah sampai di silinder paling ujung, disk arm akan berbalik arah geraknya menuju ke silinder paling ujung lainnya. Algoritma SCAN disebut juga Algoritma lift/ elevator karena algoritma ini cara kerjanya sama seperti algoritma yang umum dipakai oleh lift untuk melayani penggunanya. Dalam pergerakannya yang seperti lift itu, disk arm hanya dapat melayani permintaan-permintaan yang berada di depan arah geraknya terlebih dahulu. Bila ada permintaan yang berada di belakang arah geraknya, permintaan tersebut harus menunggu sampai disk arm mencapai salah satu silinder paling ujung dari disk, kemudian berbalik arah geraknya untuk melayani permintaan tersebut.

Gambar 6. Penjadualan SCAN

LEMBAR KERJA MAHASISWA


TK 1033-2011/2012#2 Nama MK : Sistem Operasi Disampaikan pada minggu ke-7 pertemuan ke-13
Program Studi Teknik Komputer Politeknik Telkom Bandung Jl. Telekomunikasi Terusan Buah Batu, Bandung, 40254

4.

Penjadualan C-SCAN Algoritma Circular SCAN (C-SCAN) merupakan hasil modifikasi algoritma SCAN untuk mengurangi kemungkinan starvation yang dapat terjadi pada SCAN, mirip dengan elevator/SCAN. Bedanya head tidak melakukan pembalikan arah. Misal: pada saat head bergerak dari arah luar kedalam, jika head sudah berada didalam, maka arah pergerakan head akan dikembalikan keluar lagi, baru gerak head dilanjutkan lagi. Selama pengembalian posisi, tidak ada operasi baca/tulis.

Gambar 7. Penjadualan C-SCAN 5. Penjadualan LOOK Algoritma ini memperbaiki kelemahan SCAN dan C-SCAN dengan cara melihat apakah di depan arah pergerakannya masih ada permintaan lagi atau tidak. Bila tidak ada lagi permintaan di depannya, disk arm dapat langsung berbalik arah geraknya. Penjadualan LOOK seperti SCAN yang lebih "pintar". Kelemahan algoritma ini sama seperti kelemahan algoritma SCAN bahwa dapat terjadi starvation untuk situasi yang sama pula dengan yang menyebabkan terjadinya starvationpada algoritma SCAN. Oleh karena itulah dibuat lagi suatu algoritma yang lebih baik untuk memperbaiki algoritma ini, yaitu: C-LOOK.

Gambar 8. Penjadualan LOOK

LEMBAR KERJA MAHASISWA


TK 1033-2011/2012#2 Nama MK : Sistem Operasi Disampaikan pada minggu ke-7 pertemuan ke-13
Program Studi Teknik Komputer Politeknik Telkom Bandung Jl. Telekomunikasi Terusan Buah Batu, Bandung, 40254

6.

Penjadualan C-LOOK Algoritma ini berhasil memperbaiki kelemahan-kelemahan algoritma SCAN, C-SCAN, dan LOOK. Algoritma C-LOOK memperbaiki kelemahan LOOK sama seperti algoritma C-SCAN memperbaiki kelemahan SCAN, yaitu pada cara pergerakan disk arm setelah mencapai silinder yang paling ujung. Dengan cara pergerakan disk arm yang mengadaptasi keunggulan dari C-SCAN dan LOOK, algoritma ini dapat mengurangi terjadinya starvation, dengan tetap menjaga efektifitas pergerakan disk arm.

Gambar 9. Penjadualan C-LOOK ORGANISASI DISK 1. Pemformatan fisik (Low-level Formatting) membagi disk kedalam sektor-sektor, sehingga disk controller dapat membaca/menulis operasi ini umumnya dilakukan dari pabrik pembuat disk 2. Pemartisian membagi disk menjadi satu atau lebih partisi dimana dapat dipandang secara logika sebagai disk yang terpisah. suatu partisi belum dapat ditulis sebelum di format secara logika. 3. Pengformatan secara logika membangun struktur pengelolaan berkas sebelum data atau berkas dapat disimpan ke suatu partisi disk. menentukan unit alokasi berkas atau blok terkecil untuk alokasi berkas. Pada SO Windows cluster 4. Alokasi blok Booting membangun struktur untuk melakukan operasi booting yang biasanya terletak diawal disk dikenal dengan bootstrap (program kecil untuk inisialisasi booting SO). biasa tersimpan di ROM BIOS pada motherboard 5. Manajemen Bad Sector. mengelola, mencatat dan mengalihkan bad block, yaitu satu atau lebih sektor yang rusak pada disk ke tempat lain agar tidak ditulisi data.

LEMBAR KERJA MAHASISWA


TK 1033-2011/2012#2 Nama MK : Sistem Operasi Disampaikan pada minggu ke-7 pertemuan ke-13
Program Studi Teknik Komputer Politeknik Telkom Bandung Jl. Telekomunikasi Terusan Buah Batu, Bandung, 40254

RAID Penyimpanan data pada disk dapat beresiko hilang ataupun rusak. Dalam manajemen disk, untuk meningkatkan kehandalan dan kinerja pada disk maka dibuatlah konsep RAID. Menurut Stallings [Stallings2001] Tiga karakteristik umum dari RAID ini, yaitu : 1. 2. 3. RAID adalah sebuah sebuah set dari beberapa physical drive yang dipandang oleh sistem operasi sebagai sebuah logical drive. Data didistribusikan ke dalam array dari beberapa physical drive. Kapasitas disk yang berlebih digunakan untuk menyimpan informasi paritas , yang menjamin data dapat diperbaiki jika terjadi kegagalan pada salah satu disk.

RAID dapat dibangun dengan 7 level berbeda : 1. RAID LEVEL 0 Menggunakan kumpulan disk dengan striping pada level blok tanpa menggunakan redudansi.

Gambar 10. RAID level 0 2. RAID LEVEL 1 RAID level 1 ini merupakan disk mirroring, menduplikat setiap disk. Cara ini dapat meningkatkan kinerja disk, tetapi jumlah disk yang dibutuhkan menjadi dua kali lipat, sehingga biayanya menjadi sangat mahal.

Gambar 11. RAID level 1 3. RAID LEVEL 2 RAID level 2 ini merupakan pengorganisasian dengan error-correcting-code (ECC), menggunakan paritas bit=0 jika jumlah bit genap atau paritas=1 jika ganjil. Jadi, jika salah satu bit pada data berubah, paritas berubah dan tidak sesuai dengan paritas bit yang tersimpan. Dengan demikian, apabila terjadi kegagalan pada salah satu disk, data dapat dibentuk kembali dengan membaca errorcorrection bit pada disk lain.

LEMBAR KERJA MAHASISWA


TK 1033-2011/2012#2 Nama MK : Sistem Operasi Disampaikan pada minggu ke-7 pertemuan ke-13
Program Studi Teknik Komputer Politeknik Telkom Bandung Jl. Telekomunikasi Terusan Buah Batu, Bandung, 40254

4.

Gambar 12. RAID level 2 RAID LEVEL 3 RAID level 3 merupakan pengorganisasian dengan paritas bit interleaved. Pengorganisasian ini hampir sama dengan RAID level 2, perbedaannya adalah RAID level 3 ini hanya memerlukan sebuah disk redundan, berapapun jumlah kumpulan disk-nya. Jadi tidak menggunakan ECC, melainkan hanya menggunakan sebuah bit paritas untuk sekumpulan bit yang mempunyai posisi yang sama pada setiap disk yang berisi data. Selain itu juga menggunakan data striping dan mengakses disk-disk secara paralel.

Gambar 13. RAID Level 3 5. RAID LEVEL 4 RAID level 4 merupakan pengorganisasian dengan paritas blok interleaved, yaitu menggunakan striping data pada level blok, menyimpan sebuah paritas blok pada sebuah disk yang terpisah untuk setiap blok data pada disk-disk lain yang bersesuaian. Jika sebuah disk gagal, blok paritas tersebut dapat digunakan untuk membentuk kembali blok-blok data pada disk yang gagal tadi. Kecepatan transfer untuk membaca data tinggi, karena setiap disk-disk data dapat diakses secara paralel. Demikian juga dengan penulisan, karena disk data dan paritas dapat ditulis secara paralel.

Gambar 14. RAID Level 4 6. RAID LEVEL 5 RAID level 5 merupakan pengorganisasian dengan paritas blok interleaved tersebar. Data dan paritas disebar pada semua disk termasuk sebuah disk tambahan. Pada setiap blok, salah satu dari disk menyimpan paritas dan disk yang lainnya menyimpan data. Sebagai contoh, jika terdapat kumpulan dari 5 disk, paritas blok ke n akan disimpan pada disk (n mod 5) + 1; blok ke n dari empat disk yang lain menyimpan data yang sebenarnya dari blok tersebut. Sebuah paritas blok tidak menyimpan

LEMBAR KERJA MAHASISWA


TK 1033-2011/2012#2 Nama MK : Sistem Operasi Disampaikan pada minggu ke-7 pertemuan ke-13
Program Studi Teknik Komputer Politeknik Telkom Bandung Jl. Telekomunikasi Terusan Buah Batu, Bandung, 40254

paritas untuk blok data pada disk yang sama, karena kegagalan sebuah disk akan menyebabkan data hilang bersama dengan paritasnya dan data tersebut tidak dapat diperbaiki. Penyebaran paritas pada setiap disk ini menghindari penggunaan berlebihan dari sebuah paritas disk seperti pada RAID level 4.

Gambar 15. RAID Level 5

7.

RAID LEVEL 6 RAID level 6 disebut juga redundansi P+Q, seperti RAID level 5, tetapi menyimpan informasi redundan tambahan untuk mengantisipasi kegagalan dari beberapa disk sekaligus. RAID level 6 melakukan dua perhitungan paritas yang berbeda, kemudian disimpan di dalam blok-blok yang terpisah pada diskdisk yang berbeda. Jadi, jika disk data yang digunakan sebanyak n buah disk, maka jumlah disk yang dibutuhkan untuk RAID level 6 ini adalah n+2 disk. Keuntungan dari RAID level 6 ini adalah kehandalan data yang sangat tinggi, karena untuk menyebabkan data hilang, kegagalan harus terjadi pada tiga buah disk dalam interval rata-rata untuk perbaikan data( Mean Time To Repair atau MTTR). Kerugiannya yaitu penalti waktu pada saat penulisan data, karena setiap penulisan yang dilakukan akan mempengaruhi dua buah paritas blok.

Gambar 16. RAID LEVEL 6

Selain ke 7 level RAID di atas, dikembangkan pula RAID evel 0+1 dan 1+0 ,RAID level 0+1 dan 1+0 ini merupakan kombinasi dari RAID level 0 dan 1. RAID level 0 memiliki kinerja yang baik, sedangkan RAID level 1 memiliki kehandalan. Namun, dalam kenyataannya kedua hal ini sama pentingnya. Dalam RAID 0+1, sekumpulan disk di-strip, kemudian strip tersebut di-mirror ke disk-disk yang lain, menghasilkan strip- strip data yang sama. Kombinasi lainnya yaitu RAID 1+0, di mana disk-disk di-mirror secara berpasangan, dan kemudian hasil pasangan mirrornya di-strip. RAID 1+0 ini mempunyai keuntungan lebih dibandingkan dengan RAID 0+1. Sebagai contoh, jika sebuah disk gagal pada RAID 0+1, seluruh strip-nya tidak dapat diakses, hanya sebagian strip saja yang dapat diakses, sedangkan pada RAID 1+0, disk yang gagal tersebut tidak dapat diakses, tetapi pasangan mirror-nya masih dapat diakses, yaitu disk-disk selain dari disk yang gagal

LEMBAR KERJA MAHASISWA


TK 1033-2011/2012#2 Nama MK : Sistem Operasi Disampaikan pada minggu ke-7 pertemuan ke-13
Program Studi Teknik Komputer Politeknik Telkom Bandung Jl. Telekomunikasi Terusan Buah Batu, Bandung, 40254

Gambar 17. RAID 0 + 1 dan 1+ 0

4
4.1

STUDI KASUS
BAGIAN A (INDIVIDU)

Studi kasus pada pengenalan sistem operasi dilakukan secara individu dan berkelompok.

Kerjakan soal-soal dibawah ini : 1. Jika diketahui antrian request file seperti : 98, 183, 37, 122, 14, 124, 65, 67 head start = 53 Lakukan penjadualan : a. FCFS b. SSTF c. SCAN d. C-SCAN e. LOOK f. C-LOOK Buat tabelnya dan bandingkan total perubahan, dan average seek length masing-masing algoritma!

2.

4.2

BAGIAN B (KELOMPOK)

Studi kasus untuk kelompok : Buat tabel perbandingan RAID berdasarkan kategorinya ! Buat Juga MindMapping dari pertemuan ini.

LEMBAR KERJA MAHASISWA


TK 1033-2011/2012#2 Nama MK : Sistem Operasi Disampaikan pada minggu ke-7 pertemuan ke-13
Program Studi Teknik Komputer Politeknik Telkom Bandung Jl. Telekomunikasi Terusan Buah Batu, Bandung, 40254

PEMBAHASAN Bagian ini berisi pembahasan oleh team dosen terkait studi kasus yang disajikan. Melalui kegiatan pembahasan, diharapkan didapatkan kesamaan pandangan dalam penyelesaian studi kasus. Beberapa hal yang diharapkan menjadi bagian dari pembahasan adalah:
Penggunaan notasi dan aturan-aturan terkait notasi yang digunakan. Metode penyampaian materi Metode penyelesaian masalah Scope pembahasan kasus, untuk mengantisipasi pembahasan di kelas yang tidak sesuai dengan topik FAQ

Pada bagian ini juga harus dituliskan daftar dosen yang mengikuti pembahasan. Pembahasan dan kesepakatan team dosen dalam menyelesaikan permasalahan yang disampaikan pada workbook boleh dipisahkan dari workbook dan menjadi pegangan dosen pengajar sebagai solusi atas permasalahan yang disampaikan.

Anda mungkin juga menyukai