Anda di halaman 1dari 16

MATERI POKOK FORENSIK Darah, Bahan Genetik, Hasil Ekskresi dan Pencernaan Ruang Lingkup Bahan penyusun tubuh

h dapat dipakai untuk menyidik (melacak) tentang identitas pemilik tubuh, diantaranya yakni darah, bahan genetik (DNA), hasil ekskresi maupun pencernaan. Materi yang perlu dipahami siswa yakni tentang Identifikasi korban atau pelaku berdasarkan Kondisi tubuh korban untuk mengetahui Isolasi bahan genetik DNA, bagian-bagian golongan darah penyebab kematian tubuh yang dapat digunakan sebagai sumber mendapatkan DNA

Hasil ekskresi urin dapat dilihat kandungan

senyawa berbahaya yang dikonsumsi oleh pelaku atau mayat Hasil pencernaan baik di lambung maupun di usus atau feces, pada mayat dapat memberikan petunjuk bahan yang dimakan oleh korban untuk keperluan forensik. Kisi-kisi Soal Dapat mengidentifikasikan korban atau pelaku Dapat menjelaskan kondisi tubuh korban yang Dapat mengetahui cara isolasi bahan genetik berdasarkan golongan darah menyebabkan kematiannya DNA, bagian-bagian tubuh yang dapat digunakan sebagai sumber mendapatkan DNA Dapat mengidentifikasikan kandungan senyawa berbahaya yang dikonsumsi oleh pelaku, mayat dari sampel urinnya

Dapat mengidentifikasi hasil pencernaan baik

di lambung maupun feses pada mayat untuk memberikan petunjuk tentang bahan yang dimakan korban.

Uraian Singkat Materi Forensik merupakan ilmu yang mengembangkan cara penyidikan untuk mencari identitas seseorang baik pelaku atau korban, berdasarkan antara lain kondisi tubuh, sisa bagian tubuh, atau hasil ekskresi maupun pencernaan.
-

Golongan darah untuk forensik Pelacakan identitas korban atau pelaku kejahatan antara lain dapat dikenali dari darah yang tertinggal ditempat kejadian. Darah tersebut dapat diidentifikasi karena ada tidaknya protein aglutinogen A, B atau AB. Namun, golongan darah sering belum mencukupi bukti untuk

menentukan identitas seseorang.untuk itu perlu dilakukan pencarian bukti antara lain dengan menggunakan DNA dari jaringan tubuh yang tertinggal (misalnya : darah, akar rambut). forensik
-

Kondisi Korban akibat

tubuh

korban

untuk

perlakuan

kekerasan

(pemukulan atau jatuh) dapat meninggalkan luka-luka mulai dari lembam, memar, retak atau patah tulang. Adanya mengenai luka pada kepala otaknya, korban,hingga jaringan

umumnya menjadi penyebab kematiannya. Luka lembam atau memar umumnya disebabkan oleh pukulan yang keras atau terjatuh. Warna biru kehitaman pada kulit korban disebabkan karena pecahnya pembuluh darah, terutama arteri. Namun, apabila kondisi mayat tadi meninggalnya cukup lama sering juga muncul lembam seperti bekas pukulan.

forensik
-

Bahan

genetik

DNA

untuk

Bahan genetik DNA dapat digunakan sebagai

sumber untuk mendapatkan informasi tentang identitas seseorang. Sebagai contoh, kasus kecelakaan yang menyebabkan tubuh korban hancur atau terbakar, maka dapat dilacak identitas korban tersebut dengan membandingkan DNA dari korban tersebut dengan DNA dari orang yang diduga memiliki hubungan keluarga dengan si korban.
-

Hampir semua sel penyusun tubuh seseorang

mengandung bahan genetik yang identik, karena tubuh manusia berkembang dari satu sel telur yang dibuahi, selanjutnya membelah menjadi banyak sel dengan bahan genetik yang sama. - Bahan genetik tersebut dapat diambil (diisolasi) dari sisa-sisa jaringan yang masih mengandung sel-sel yang berinti.

Bahan genetik DNA juga bisa dipakai untuk pelaku kejahatan, misalnya

menyidik

pembunuhan atau kekerasan. Apabila si pelaku tindak kekerasan tadi meninggalkan sebagian sel-sel tubuhnya,misalnya sel yang ada pada akar rambut pelaku, maka dapat dilakukan isolasi DNA dan dianalisa untuk penyidikan. Gambar pola sidik jari (dalam lingkaran) dan pola potongan DNA (pita dalam kotak) dari dua orang yang berbeda menunjukkan perbedaan pola baik pada sidik jarinya maupun sidik DNA nya untuk masing-masing orang tersebut. Hasil ekskresi urin untuk forensik - Hasil ekskresi tubuh, antara lain urin, dapat digunakan sebagai bahan penyidikan terhadap kasus keracunan, mengkonsumsi psikotropika maupun penyebab kematian seseorang.
-

Tubuh

berusaha

mengeluarkan

sisa

metabolisme atau senyawa racun yang tidak

diperlukan

terutama

melalui

urin.

Apabila

seseorang mengkonsumsi bahan psikotropika, misalnya narkotika atau pil ekstasi, maka dalam urinnya akan mengandung senyawa hasil perombakan bahan tersebut. Kejadian ini banyak dilakukan untuk mengetes seseorang apakah dia mengkonsumsi obat-obatan terlarang. - Kandungan bahan berbahaya dalam urin yang menyebabkan kematian seseorang juga dapat digunakan untuk keperluan forensik - Urin pada wanita hamil juga mengandung hormon yang khas yakni hCG (human chorionic gonadotropin). Adanya hormon tersebut dapat digunakan sebagai penyidikan kasus yang diduga karena ada hubungannya dengan kehamilan. - Tubuh Hasil pencernaan untuk forensik dapat memberikan makanan yang reaksi akibat mengkonsumsi mengandung

racun. Sebagai contoh, zat arsenik, potasium,

dapat mematikan apabila ada dalam lambung korban.


-

Lama bahan tadi berada dalam tubuh dapat

dilihat dari isi lambung korban atau dari fesesnya. Apabila zat berbahaya tadi dijumpai dalam lambung dengan jumlah cukup banyak berarti korban sengaja diracun untuk segera mati. Apabila bahan tadi ditemui dalam feses dan dalam lambung hanya dalam jumlah sangat kecil, kemungkinan korban diracuni secara pelan-pelan melalui zat yang dicampurkan dalam makanan atau minumannya dalam jumlah sedikit tapi sering dikonsumsi. Tugas Kerjakan tugas dan jawablah pertanyaan berikut ini. Apabila kesulitan bisa mencari jawaban pada bukubuku biologi atau bertanya pada guru!

1. Apabila dalam ceceran darah yang ditemukan ditempat adalah .... 2. Kemungkinan apa yang bisa dialami si korban apabila pada leher korban ditemukan luka lembam (biru)? 3. Bagaimana polisi dapat menyidik si pelaku yang tubuhnya sudah hancur akibat bom yang dibawanya meletus? 4. Mengapa polisi meminta untuk memeriksa urin tersangka yang memiliki narkotika disaku bajunya? 5. Bagaimana cara penyidik (polisi) mengungkapkan bahwa korban pembunuhan diduga mati karena racun dalam makanannya? kejadian tidak terdapat protein aglutinogen, maka golongan darah si korban tadi

FORENSIK : SIDIK JARI, ANATOMI DAN HISTOLOGI

Suatu organisme hidup adalah sebuah unit yang kompleks dari zat-zat fisika-kimiawi yang mampu melakukan regulasi sendiri,metabolisme, dan reproduksi. Selain itu organisme hidup menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungannya, tumbuh dan bergerak, serta beradaptasi. Bagaimanakah dengan organisme tak hidup?. Apakah mereka akan melakukan aktivitas seperti halnya organisme hidup?. Tentu saja tidak. Apa dan bagaimanakah yang terjadi saat organisme hidup mengalami kematian?. Banyak teori yang disampaikan untuk menjelaskan mekanismenya. Pada dasarnya kerusakan sel-sel yang mengarah ke kematian sel, selanjutnya kematian jaringan, organ, sampai ke kematian individu pada organisme multiseluler sangatlah kompleks. Ilmu yang mempelajari kelainan sel/jaringan/organ yang disebabkan luka atau penyakit adalah patologi. Terdapat 4 proses sehingga terbentuk keadaan yang patologik, yaitu : penyebabnya, mekanismenya (patogenesis), perubahan-perubahan morfologik yang muncul, dan

perubahan fungsional yang disebabkan perubahan morfologik (perubahan secara klinik). Pada sel yang normal, secara genetik telah diatur baik struktur maupun fungsinya untuk pengaturan metabolisme, diferensiasi, merespon stimuli yang datang, dan fungsi lainnya. Sebagai contoh adalah selsel otot gerak. Perbesaran sel-sel otot akan tetap dalam keseimbangan untuk mampu melaksanakan aktivitas yang berlebih. Respon adaptif ini yang mengalami penurunan baik dalam ukuran maupun fungsinya. Apabila respon adaptif yang sedikit / ringan tidak dapat dilakukan, atau pada kasus tertentu adaptasi ini tidak berjalan, maka dikenal sebagai kerusakan sel/sel yang luka. Apabila kerusakan terjadi terus menerus, dan sel tidak mampu lagi mengatasinya maka terjadilah kematian sel (irreversible injury/cell death) dan keadaan ini tak dapat diperbaiki kembali. Berikut adalah gambar kerusakan sel yang mengarah ke kematian sel, gambar 1. Gambar 2 menjelaskan tentang hubungan antara sel normal, sel yang beradaptasi, dan sel yang mengalami

kerusakan namun masih dapat kembali normal, dan sel mati. Penyebab kerusakan atau kematian sel bermacam. Pertama adalah hipoksia disebabkan kekurangan / tidak ada suplai darah (ischemia), misalnya pada arterisklerosis; termasuk juga menurunnya kapasitas oksigen terlarut dalam darah yang terjadi pada penderita anemia atau karena keracunan karbonmonoksida. Ke dua adalah karena benturan fisik, termasuk benturan mekanik (disebabkan oleh benda-benda), keadaan suhu yang ekstrim (misalnya terlalu dingin, atau terlalu panas/terbakar), perubahan tekanan atmosferik yang mendadak, radiasi, serta shok karena benda-benda elektronik. Ke tiga, kerusakan sel yang mengarah ke kematian sel dapat diakibatkan oleh bahan-bahan kimia dan obatobatan. Banyak sekali bahan kimia dan obat-obatan yang berbahaya bagi tubuh, mulai dari menyebabkan iritasi (alergi ringan), sampai menyebabkan kematian individu.

Larutan gula atau garam pada konsentrasi hipertonik sangat memungkinkan menyebabkan kerusakan sel secara langsung. Bahkan oksigen dalam jumlah yang berlebihan dapat menyebabkan keracunan. Berbagai bahan kimia yang dikenal beracun adalah : arsenic, sianida, garam merkuri mampu menyebabkan kerusakan sel bahkan menyebabkan kematian individu dalam waktu singkat, yaitu dalam hitungan menit atau jam saja. Bahan lain yang sering kita jumpai misalnya, air dan lingkungan yang terpolusi, insektisida, herbisida, berbagai industri yang membuang limbah 3B (bahan berbahaya, karbon monoksida, asbestos), alcohol, dan obat-obatan narkotika, dan bahkan obat-obatan yang berfungsi meningkatkan berbagai fungsi serta untuk pengobatan penyakit. Ke empat, kerusakan sel disebabkan oleh kuman atau agen penyakit. Kuman atau agen penyakit ini sangat bervariasi ukurannya, dari submikroskopik (virus) sampai ke parasit yang besar ukurannya, seperti cacing pita. Diantaranya terdapat, rickettsiae, bakteri, fungi, dan

parasit

lainnya.

Karena

bermacamnya

penyebab

kerusakan maka akibatnya juga beragam tergantung pada penyebabnya. Ke lima, disebabkan oleh reaksi-reaksi imunologik. Keadaan ini dapat menyebabkan individu tetap survive/bertahan hidup, atau mati. Meskipun sistim imun tubuh juga berfungsi untuk melawan kuman penyakit, keadaan ini juga menyebabkan perubahan sampai ke kerusakan sel-selnya. Reaksi anapilatik terhadap protein asing atau dapat menyebabkan kejadian autoimun. Ke enam, adalah kelainan genetic. Keadaan kerusakan atau perubahan secara genetic dapat menyebabkan malformasi secara congenital, sebagai contoh sindroma down. Kekeliruan metabolisme saat kehamilan dapat meningkatkan resiko ketidaknormalan reaksi enzimatik yang ada. Penyebab perubahan yang mengarah ke kerusakan sel yang ke tujuh adalah ketidakseimbangan pola makan (nutritional imbalance). Kekurangan kalori protein yang terus menerus dapat menyebabkan kematian individu.

Selain itu kelebihan lemak (kegemukan) dapat berakibat meningkatnya untuk memperoleh atherosklerosis. Selanjutnya, gambaran secara anatomi dan histologi mulai dari sel sampai individu juga beragam, sangat kompleks. Pada kesempatan ini hanya diberikan beberapa gambaran saja. Selain itu, perlu dipahami bahwa untuk mendiskripsikan temuan hewan/manusia yang mati dimulai dari aspek morfologiknya, kemudian anatomi, dan bila perlu cara histologik. Kesemua data yang diperoleh dipadukan dengan lingkungan saat jasad ditemukan. Hal tersebut sangat membantu untuk identifikasi jasad secara lengkap. Analisis sidik jari sering dilakukan, meskipun jasad telah diketahui identitasnya. Hal ini sebagai record data. Secara genetik, kita adalah individu yang diploid (separo dari bapak dan separo lainnya dari ibu), apabila kita cermati sidik jari (garis-garis .....) yang menyusunnya sangat beragam, dan setiap individu adalah berbeda. Sehingga keadaan ini sangat membantu dalam identifikasi temuan jasad. Selain itu struktur gigi,

bahkan sampai tingkat analisis DNA saat ini menjadi penting untuk menelusuri jejak jasad.

Anda mungkin juga menyukai