Anda di halaman 1dari 21

Analisis Masalah 1.a. bagaimana anatomi dan fisiologi (spermatogonia dan oogonia) genetalia maskulina dan feminina?

amel, ria,adri b. apa yang dimaksud dengan fertilisasi dan bagaimana peristiwa terjadinya fertilisasi? reyki, maya,dina Jawab : FERTILITAS Spermatozoa bergerak cepat dari vagina ke dalam rahim, masuk ke dalam tuba. Gerakan ini mungkin dipengaruhi juga oleh peranan kontaksi miometrium dan dinding tuba yang juga terjadi saat sanggama. Ovum yang dikeluarkan oleh ovarium, ditangkap oleh fimbrae dengan umbai pada ujung proksimalnya dan dibawa ke dalam tuba falopii. Ovum yang dikelilingi oleh perivitelina, diselubungi oleh bahan opak setebal 510 m, yang disebut zona pelusida. Sekali ovum sudah dikeluarkan, folikel akan mengempis dan berubah menjadi kuning, membentuk korpus luteum. Sekarang ovum siap dibuahi apabila sperma mencapainya. Dari 60 100 juta sperma yang diejakulasikan ke dalam vagina pada saat ovulasi, beberapa juta berhasil menerobos saluran heliks di dalam mukus serviks dan mencapai rongga uterus beberapa ratus sperma dapat melewati pintu masuk tuba falopii yang sempit dan beberapa diantaranya dapat bertahan hidup sampai mencapai ovum di ujung fimbrae tuba fallopii. Hal ini disebabkan karena selama beberapa jam, protein plasma dan likoprotein yang berada dalam cairan mani diluruhkan. Reaksi ini disebut reaksi kapasitasi. Setelah reaksi kapasitasi, sperma mengalami reaksi akrosom, terjadi setelah sperma dekat dengan oosit. Sel sperma yang telah menjalani kapasitasi akan terpengaruh oleh zat zat dari korona radiata ovum, sehingga isi akrosom dari daerah kepala sperma akan terlepas dan berkontak dengan lapisan korona radiata. Pada saat ini dilepaskan hialuronidase yang dapat melarutkan korona radiata, trypsine like agent dan lysine zone yang dapat melarutkan dan membantu sperma melewati zona pelusida untuk mencapai ovum. Hanya satu sperma yang memiliki kemampuan untuk membuahi, karena sperma tersebut memiliki konsentrasi DNA yang tinggi di nukleusnya, dan kaputnya lebih mudah menembus karena diduga dapat melepaskan hialuronidase. Sekali sebuah spermatozoa menyentuh zona pelusida, terjadi

perlekatan yang kuat dan penembusan yang sangat cepat. Setelah itu terjadi reaksi khusus di zona pelusida (zone reaction) yang bertujuan mencegah terjadinya penembusan lagi oleh sperma lainnya. Dengan demikian, sangat jarang sekali terjadi penembusan zona oleh lebih dari satu sperma.

c. apa makna sudah 7 tahun menikah tapi belum memiliki anak? otchi, abot,nevi Jawab : Menunjukan adanya masalah tentang kesuburan pada pak Dhana dan ibu Neneng.

Seharusnya pasangan suami istri yang subur sudah mempunyai anak < 1 tahun setelah perkawinan tanpa menggunakan konrtrasepsi. Pada kasus ini pasangan pak Dhana dan ibu Neneng belum mempunyai anak selama 7 tahun perkawinan menandakan bahwa pasangan suami istri mengalami infertilitas primer.

d. apa penyebab belum dikaruniai anak selama 7 tahun menikan?tasya, dina,abot Jawab : Penyebab Infertilitas 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi infertilitas, antara lain: 2. Umur. 3. Lama infertilitas. 4. Emosi. 5. Lingkungan. 6. Hubungan seksual. 7. Kondisi sosial dan ekonomi. 8. Kondisi reproduksi wanita, meliputi cervix, uterus, dan sel telur. 9. Kondisi reproduksi pria, yaitu kualitas sperma dan seksualitas. 10. Penyebab lain.

(1) Umur Kemampuan reproduksi wanita menurun drastis setelah umur 35 tahun. Hal ini dikarenakan cadangan sel telur yang makin sedikit. Fase reproduksi wanita adalah masa sistem reproduksi wanita berjalan optimal sehingga wanita berkemampuan untuk hamil. Fase ini dimulai setelah fase pubertas sampai sebelum fase menopause. Fase pubertas wanita adalah fase di saat wanita mulai dapat bereproduksi, yang ditandai dengan haid untuk pertama kalinya (disebut menarche) dan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder, yaitu membesarnya payudara, tumbuhnya rambut di sekitar alat kelamin, dan timbunan lemak di pinggul. Fase pubertas wanita terjadi pada umur 11-13 tahun. Adapun fase menopause adalah fase di saat haid berhenti. Fase menopause terjadi pada umur 45-55 tahun. Pada fase reproduksi, wanita memiliki 400 sel telur. Semenjak wanita mengalami menarche sampai menopause, wanita mengalami menstruasi secara periodik yaitu pelepasan satu sel telur. Jadi, wanita dapat mengalami menstruasi sampai sekitar 400 kali. Pada umur 35 tahun simpanan sel telur menipis dan mulai terjadi perubahan keseimbangan hormon sehingga kesempatan wanita untuk bisa hamil menurun drastis. Kualitas sel telur yang dihasilkan pun menurun sehingga tingkat keguguran meningkat. Sampai pada akhirnya kira-kira umur 45 tahun sel telur habis sehingga wanita tidak menstruasi lagi alias tidak dapat hamil lagi. Pemeriksaan cadangan sel telur dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah atau USG saat menstruasi hari ke-2 atau ke-3. (2) Lama Infertilitas Berdasarkan laporan klinik fertilitas di Surabaya, lebih dari 50% pasangan dengan masalah infertilitas datang terlambat. Terlambat dalam artian umur makin tua, penyakit pada organ reproduksi yang makin parah, dan makin terbatasnya jenis pengobatan yang sesuai dengan pasangan tersebut. (3) Emosi Stres memicu pengeluaran hormon kortisol yang mempengaruhi pengaturan hormon reproduksi.

(4) Lingkungan Paparan terhadap racun seperti lem, bahan pelarut organik yang mudah menguap, silikon, pestisida, obat-obatan (misalnya: obat pelangsing), dan obat rekreasional (rokok, kafein, dan alkohol) dapat mempengaruhi sistem reproduksi. Kafein terkandung dalam kopi dan teh. (5) Hubungan Seksual Penyebab infertilitas ditinjau dari segi hubungan seksual meliputi: frekuensi, posisi, dan melakukannya pada masa subur. (6) Frekuensi Hubungan intim (disebut koitus) atau onani (disebut masturbasi) yang dilakukan setiap hari akan mengurangi jumlah dan kepadatan sperma. Frekuensi yang dianjurkan adalah 2-3 kali seminggu sehingga memberi waktu testis memproduksi sperma dalam jumlah cukup dan matang. (7) Posisi Infertilitas dipengaruhi oleh hubungan seksual yang berkualitas, yaitu dilakukan dengan frekuensi 2-3 kali seminggu, terjadi penetrasi dan tanpa kontrasepsi. Penetrasi adalah masuknya penis ke vagina sehingga sperma dapat dikeluarkan, yang nantinya akan bertemu sel telur yang menunggu di saluran telur wanita. Penetrasi terjadi bila penis tegang (ereksi). Oleh karena itu gangguan ereksi (disebut impotensi) dapat menyebabkan infertilitas. Penetrasi yang optimal dilakukan dengan cara posisi pria di atas, wanita di bawah. Sebagai tambahan, di bawah pantat wanita diberi bantal agar sperma dapat tertampung. Dianjurkan, setelah wanita menerima sperma, wanita berbaring selama 10 menit sampai 1 jam bertujuan memberi waktu pada sperma bergerak menuju saluran telur untuk bertemu sel telur. (8) Masa Subur Marak di tengah masyarakat bahwa supaya bisa hamil, saat berhubungan seksual wanita harus orgasme. Pernyataan itu keliru, karena kehamilan terjadi bila sel telur dan sperma bertemu. Hal yang juga perlu diingat adalah bahwa sel telur tidak dilepaskan karena orgasme. Satu sel telur dilepaskan oleh indung telur dalam setiap menstruasi, yaitu 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Peristiwa itu disebut ovulasi. Sel telur kemudian menunggu sperma di saluran telur (tuba falopi) selama kurang-lebih 48 jam. Masa tersebut disebut masa subur.

Cara untuk mengetahui masa subur antara lain: 1. Dengan memperhatikan keluarnya lendir mulut rahim yang dapat diraba dengan jari (pastikan jari bersih untuk mencegah terjadinya infeksi). Pada saat subur, keluarlah cairan bening seperti putih telur sehingga kelamin terkesan basah. Banyak wanita menganggap hal itu sebagai keputihan. Di luar saat subur, lendir mulut rahim hanya sedikit dan lebih kental sehingga kelamin terkesan kering. 2. Dengan mengukur suhu tubuh setiap pagi sebelum bangun tidur selama beberapa bulan siklus menstruasi (biasanya sampai tiga bulan). Tanda ovulasi adalah apabila terjadi sedikit kenaikan suhu tubuh pada pertengahan siklus haid. Suhu tubuh itu disebut sebagai suhu basal tubuh, yaitu suhu tubuh dalam kondisi istirahat penuh. Peningkatan suhu tubuh yang jelas, walalupun sedikit (sekitar 0,2-0,5 C), terjadi karena produksi hormon progesteron yang muncul segera setelah ovulasi. Pemeriksaan meliputi pengukuran suhu tubuh setiap pagi pada waktu bangun tidur, dan dicatat pada suatu grafik khusus (bisa didapatkan dari dokter). Cara mengukur sendiri suhu basal tubuh:
o

Guncang termometer (termometer dapat dibeli di apotek) hingga di bawah 36 C, dan siapkan termometer di dekat tempat tidur Anda sebelum tidur.

Saat terbangun di pagi hari, letakkan termometer di mulut anda (termometer oral) selama 10 menit. Penting untuk Anda ingat adalah jangan banyak bergerak. Tetaplah berbaring dan istirahat dengan mata tertutup. Jangan bangun selama 10 menit hingga selesai pengukuran.

Setelah 10 menit, bacalah dan catat suhu tubuh Anda pada grafik saat tanggal pemeriksaan itu.

3. Dengan memeriksa lendir rahim di bawah mikroskop. Pada saat subur akan tampak bentukan seperti daun pakis yang sempurna. 4. Dengan pemeriksaan USG melalui vagina. Dengan pemeriksaan USG melalui vagina dapat dilihat dengan jelas sel telur yang sudah dilepaskan dari indung telur. (9) Kondisi Sosial dan Ekonomi Kondisi Sosial dan ekonomi yang semakin buruk akan memperbesar kemungkinan terjadinya infertilitas.

Masalah infertilitas/ketidaksuburan bukan hanya dialami oleh wanita, namun kemungkinan besar juga dialami oleh pria. Masalah ketidaksuburan pada pria penyebabnya bisa bermacammacam. Berikut 12 penyebab infertilitas (ketidaksuburan) pria:

1. Masalah hormonal Gangguan hormonal biasanya merupakan faktor utama penyebab infertilitas/ketidaksuburan. Produksi sperma laki-laki diatur oleh hormone seksual pria. Apabila terjadi gangguan atau masalah hormonal maka hormone gonadotrofin akan turun dan produksi sperma pun juga akan menurun. Sperma yang sedikit jumlahnya biasanya juga disebabkan karena kekurangan hormone testosterone. 2. Penyakit menular seksual Penyakit menular seksual (PMS) akan mempengaruhi kemampuan pria dalam menghasilkan sperma yang sehat. Infeksi kelamin seperti gonore dan chlamidia menurunkan motilitas (kemampuan gerak) sperma dan juga memengaruhi organ-organ reproduksi pria. Selain itu, PMS juga dapat menyebabkan tersumbatnya saluran sel sperma dan peradangan pada prostat dan saluran kencing pria. 3. Varikokel Varikokel merupakan kondisi terjadinya pembengkakan/pelebaran

pembuluh darah sekitar buah zakar pria, yang disebabkan karena suhu testis yang tidak normal. Suhu testis yang meningkat tersebut akan menurunkan jumlah produksi dan kualitas sel sperma pria. 4. Kriptorkismus Kriptorkismus adalah kondisi ketika seorang pria memiliki testis yang tidak turun. Normalnya, testis bergerak turun ke dalam skrotum/buah zakar. Sementara pada kasus testis yang tidak turun tidak bisa menghasilkan sperma karena masih di dalam tubuh yang suhu/temperaturnya jauh lebih tinggi daripada di dalam skrotum. 1. Gangguan ereksi Gangguan ereksi merupakan disfungsi seksual yang disebabkan karena berbagai faktor fisik dan psikis. Gangguan ini dapat mengganggu kesuburan dan menyebabkan infertilitas tentunnya karena ketidakmampuan dalam bereksi dan berejakulasi. Tentunya akan sangat sulit mengharapkan terjadinya kehamilan dalam kondisi seperti ini. 2. Penyumbatan pembuluh sperma Sperma diproduksi di dalam testis. Selama ejakulasi, sperma bergerak melalui sejumlah saluran kecil yang disebut epididimis, dan kemudian bergerak melewati saluran yang lebih besar, disebut vas deferens.

Penyumbatan pembuluh/saluran sperma setelah seorang pria menjalani vasektomi atau operasi misalnya dapat menimbulkan masalah ketidaksuburan pada pria. 3. Orgasme kering Orgasme kering adalah kasus tertentu dimana seorang pria mengalami orgasme tanpa ejakulasi. Hal ini biasa disebut ejakulasi yang surut karena cairan semen/air mani justru memasuki kandung kemih. Penyebabnya bisa karena beberapa obat-obatan tertentu, operasi, kondisi tertentu seperti diabetes, dan multiple sclerosis (peradangan jaringan saraf yang menimbulkan gangguan pada otak dan sumsum tulang belakang). 4. Antibodi Kadang-kadang, infertilitas atau ketidaksuburan pada pria diakibatkan adanya antibodi yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh untuk menonaktifkan aktivitas sperma. Hal ini sering terjadi setelah vasektomi. Bila sperma kehilangan aktivitasnya, bagaimana bisa untuk membuahi sel telur? 5. Operasi Pasca opersi jaringan prostate sering timbul sejumlah masalah seperti masalah disfungsi ereksi, ketidaksuburan, dan inkontinensia (tidak bisa menahan kencing). 6. Zat kimia berbahaya dan beracun Zat-zat kimia berbahaya yang bisa menyebabkan ketidaksuburan atau infertilitas misalnya timbal dan pestisida, benzene, zat yang terkandung dalam repelan obat anti nyamuk, dan lain-lain yang tidak hanya mengganggu produksi sperma, tetapi juga dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang cukup serius. 7. Mandi air panas Suhu yang terlalu panas tidak baik untuk testis. Karena dapat merusak sperma dan menyebabkan kemandulan laki-laki. Mandi air panas atau memakai pakaian terlalu ketat akan meningkatkan suhu di skrotum, yang dapat menurunkan jumlah sperma. Bila jumlah sperma menurun maka kemungkinan untuk membuahi sel telur juga akan semakin kecil. 8. Alkohol dan Merokok Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan seperti merokok atau obat-obatan dan penggunaan tembakau memberikan pengaruh negatif terkait kesuburan pria. Penggunaan ganja, tembakau dan heroin menyebabkan jumlah sperma berkurang dan meningkatkan risiko memiliki sperma yang abnormal.

e. bagaimana hubungan usia dengan pasutri dengan kesuburan?adri, dina,maya Jawab : Usia adalah salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi kesuburan. Puncak kesuburan untuk adalah 24-25 dan untuk adalah 21-24 tahun. Sebelum usia tersebut kesuburan belum benar matang dan setelahnya berangsur menurun.

2.a. apa fungsi tuba falopii?dina,abot,ria b. apa manfaat dari analisis sperma?abot, nevi,amel Jawab : Untuk mengetahui kualitas sperma

3a.bagaimana pemeriksaan analisis sperma? nevi,maya,reyki Jawab : PEMERIKSAAN ANALISA SPERMA

1. Penerangan dan cara penampungan sperma manusia Sebelum melakukan analisis sperma perlu terlebih dahulu untuk memberikan penerangan sejelas-jelasnya kepada pria yang akan diperiksa tersebut mengenai maksud dan tujuan analisis sperma dan juga untuk menjelaskan cara pengeluaran dan penampungan sperma tersebut. Penerangan mengenai cara pengeluaran, penampungan dan pengiriman sperma ke laboraturium.

Sebelum pemeriksaan dilakukan sebaiknya pasien dianjurkan untuk memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Melakukan abstinensia selam 3 5 hari, paling lama selama 7 hari. b. Pengeluaran ejakulat sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan harus dikeluarkan di laboratorium. Bila tidak mungkin, harus tiba di laboraturium paling lambat 2 jam dari saat dikeluarkan.

c. Ejakulat ditampung dalam wadah / botol gelas bemulut besar yang bersih dan steril (jangan sampai tumpah), Kemudian botol ditutup rapat-rapat dan diberi nama yang bersangkutan. d. Pasien mencatat waktu pengeluaran mani, setelah itu langsung di serahkan pada petugas laboraturium untuk pemeriksaan dan harus diperiksa sekurang-kurangnya 2 kali dengan jarak antara waktu 1-2 minggu. Analisis sperma sekali saja tidak cukup karena sering didapati variasi antara produksi sperma dalam satu individu. e. Sperma dikeluarkan dengan cara : rangsangan tangan (onani/masturbasi), bila tidak mungkin dapat dengan cara rangsangan senggama terputus (koitus interuptus) dan jangan ada yang tumpah. f. Untuk menampung sperma tidak boleh menggunakan botol plastik atau kondom.

1.1 Beberapa cara memperoleh sperma a. Masturbasi / Onani Cara ini merupakan methode yang paling dianjurkan untuk memperoleh sperma, biasanya dengan tangan (baik tangan sendiri maupun tangan istrinya) atau dengan suatu alat tertentu. Kebaikan cara ini menghindari kemungkinan tumpah ketika menampung sperma, menghindari dari pencemaran sperma dengan zat-zat yang lain.

b. Coitus Interuptus ( CI ) Adalah melakukan persetubuhan secara terputus, hal ini kurang baik dianjurkan sebab : Memungkinkan sperma dapat tercampur dengan cairan vagina, sehingga banyak mengandung epitel, leukosit, eritosit, bakteri, parasit, jamur dll. Dalam jumlah penampungannya kurang, karena sperma sebagian dapat mesuk ke vagina. Disamping itu terjadi kesalahan pada pemeriksaan PH dan konsentrasi.

c. Coitus Condomatosus Pengeluaran sperma dangan cara ini dilarang dan sangat tidak diperkenankan. Karena sebagian besar karet kondom mengandung bahan spermiacidal, yaitu bahan yang dapat mematikan sperma

d. Reflux poscital Adalah suatu cara Coitus dimana setelah sperma keluar dan masuk kevagina, sperma tersebut dibilas demga pz atau cairan lainnya. Hal ini akan timbul kekeliruan dalam volume konsentrasi dan viskositas.

e. Massage prostat Adalah suatu cara pengeluaran dengan cara memijat kelenjar prostat lewat rectum, disini jelas akan timbul kekeliruan dalam penafsiran pH, konsentrasi dan sebagainya yang keluar adalah cairan prostat. Jadi cara memperoleh sperma yang paling baik adalah dengan onani meskipun faktor psikis ada pengaruhnya. Hal ini dapat terjadi pada orang desa, orang tertentu yang tidak bisa melakukan onani atau orang yang tidak mengerti tentang onani. Biasanya orang kota lebih gampang dari pada orang desa, orang muda lebih mudah dari pada orang tua, orang yang tidak di sunat lebih gampang daripada orang yang di sunat, juga pengaruh religius. Cara memperoleh sperma sebagai pilihan kedua adalah dengan cara Coitus Interuptus bila alasan religius cara pertama tidak memungkinkan.

1.2 Tempat Penampung Sperma Sebenarnya semua alat boleh dipakai asalkan tempat tersebut tidak mengandung spermatotoxic. Sperma sangat tidak dianjurkan ditampung pada tempat-tempat yang terbuat dari : 1. Logam, sebab logam bisa mengganggu muatan listrik dan sperma, sehingga pergerakannya tergaggu. 2. Plastik sebab plastik umumnya mengandung gugus fenol (C6H5OH) sehingga sperma akan rusak. Pada umumnya tempat yang digunakan menampung sperma terbuat dari gelas yang bersih, tidak mengandung spermatotoxic. Tetapi sperma dilarang ditempat yang terbuat dari : Tempat penampung sperma dianjurkan ditampung pada tempat yang terbuat dari bahan yang tidak bereaksi apa-apa. Tempat penampung sperma harus bermulut lebar supaya muat pada penis. Tempat diberi penutup agar tidak terkontaminasi Ukuran tempat penampung sperma 50 ml 100 ml.

2. Pelaksanaan Analisa Sperma Spermiogram memuat data-data tentang : 1. Volume sperma. 2. Bau. 3. pH 4. Warna. 5. Liquefaction. 6. Viskositas. 7. Aglutinasi. 8. Jumlah sperma / lapangan pandang. 9. Pergerakan spermatozoa. 10. Leucocyte. 11. Fruktosa.

2.1. Analisa sperma Secara Makroskopis Sperma yang baru keluar selalu menunjukan adanya gumpalan atau koagolum diantara lendir putih yang cair. Pada sperma yang normal gumpalan ini akan segera mencair pada suhu kamar dalam waktu 15 20 menit. Peristiwa ini dikatakan sperma mengalami pencairan (Liquefaction). Liquefaction terjadi karena daya kerja dari enzim enzim yang diproduksi oleh kelenjar prostat, enzim ini disebut enzim seminim. Pemeriksaan makroskopis antara lain meliputi : a. Pengukuran Volume Dilakukan setelah sperma mencair, cara kerja : Sperma ditampung seluruhnya dalam botol penampung yang bermulut lebar untuk sekali ejakulasi Volume diukur dengan gelas ukur yang mempunyai skala volume 0,1 ml. Kemudian baca hasil. Volume normal sperma belum jelas sampai sekarang, disebabkan lain bangsa lain volume. Bagi orang indonesia volume yang normal 2 3 ml. Volume yang lebih dari 8 ml disebut Hyperspermia, Sedangkan yang kurang dari 1 ml disebut Hypospermia.

Hypospermia disebabkan oleh : Ejakulasi yang berturut-turut Vesica seminalis kecil ( buntu cabstuksi ) Penampung sperma tidak sempurna

Hyperspermia disebabkan oleh : Kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis terlalu giat. Minum obat hormon laki laki. Kesan volume ini menggambarkan kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis.

b. PH Sperma yang normal tidak banyak berbeda dengan pH darah, untuk mengukur pH cukup dengan menggunakan kertas pH kecuali dalam satu penelitian dapat digunakan pH meter. Cara kerjanya : Celupkan kertas pH dalam sperma yang homogen yang terdapat dalam botol penampung, baca hasil. Sperma yang normal pH menunjukan sifat yang agak basa yaitu 7,2 7,8. Pengukuran sperma harus segera dilakukan segera setelah sperma mencair karena akan mempengaruhi pH sperma. Juga bisa karena sperma terlalu lama disimpan dan tidak segera diperiksa sehingga tidak dihasilkan amoniak ( terinfeksi oleh kuman gram (-), mungkin juga karena kelenjar prostat kecil, buntu, dan sebagainya. pH yang rendah terjadi karena keradangan yang kronis dari kelenjar prostat, Epididimis, vesika seminalis atau kelenjar vesika seminalis kecil, buntu dan rusak.

c. Bau Sperma Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik, untuk mengenal bau sperma, seseorang harus telah mempunyai pengalaman untuk membaui sperma. Sekali seorang telah mempunai engalaman, maka ia tidak akan lupa akan bau sperma yang khas tersebut. Baunya Sperma yang khas tersebut disebabkan oleh oksidasi spermin (suatu poliamin alifatik) yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat. Cara pemeriksaannya : Sperma yang baru keluar pada botol penampung dicium baunya Dalam laporan bau dilaporkan : khas / tidak khas

Dalam keadaan infeksi sperma berbau busuk / amis. Sacara biokimia sperma mempunyai bau seperti klor / kaporit.

d. Warna sperma Memeriksa warna sperma sekaligus memeriksa kekeruhan, sperma yang normal biasanya berwarna putih keruh seperti air kanji kadang-kadang agak keabu-abuan. Adanya lekosit yang

disebabkan oleh infeksi traktus genitalia dapat menyebabkan warna sperma menjadi putih kekuningan. Adanya perdarahan menyebabkan sperma berwarna kemerahan. Cara kerja : Sperma yang ada dalam tabung reaksi diamati dengan menggunakan latar belakang warna putih menggunakan penerangan yang cukup.

e. Liquefection Liquefaction dicheck 20 menit setelah ejakulasi (setelah dikeluarkan). Dapat dilihat dengan jalan melihat coagulumnya. Bila setelah 20 menit belum homogen berarti kelenjar prostat ada gangguan (semininnya jelek).

Bila sperma yang baru diterima langsung encer mungkin : Tak mempunyai coagulum oleh karena saluran pada kelenjar vesica seminalis buntu atau memang tak mempunyai vesika seminalis.

f. Viskositas (Kekentalan) Kekentalan atau viskositas sperma dapat diukur setelah likuifaksi sperma sempurna. Pemeriksaan viskositas ini dapat dilakukan dengan dua cara : Cara subyektif Dengan menyentuh permukaan sperma dengan pipet atau batang pengaduk, kemudian ditarik maka akan terbentuk benang yang panjangnya 3 5 cm. Makin panjang benang yang terjadi makin tinggi viskositasnya. Cara Pipet Elliason Syaratnya sperma harus homogen dan pipet yang digunakan harus kering. Mengukur vikositas dengan menggunakan pipet elliason. Prosedurnya cairan sperma dipipet sampai angka 0,1, kemudian atas pipet ditutup dengan jari. Setalah itu arahkan pipet tegak lurus dan stopwath dijalankan, jika terjadi tetesan pertama stopwath dimatikan dan hitung waktunya dengan detik. Vikositas sperma normal < 2 detik. Semakin kental sperma tersebut semakin besar vikositasnya. Hal ini mungkin disebabkan karena : Spermatozoa terlalu banyak Cairannya sedikit Gangguan liquedaction

Perubahan komposisi plasma sperma Pengaruh obat-obatan tertentu.

g. Fruktosa Kualitatif Fruktosa sperma diproduksi oleh vesica seminalis. Bila tidak didapati fruktosa dalam sperma, hal ini dapat disebabkan karena Azospermia yang disebabkan oleh agenesis vas deferens Bila kedua duktus ejakulatorius tersumbat Kelainan pada kelenjar vesika seminalis

Cara pemeriksaan fruktosa : 0.05 ml sperma + 2 ml larutan resolsinol ( 0.5 % dalam alkohol 96% ) campur sampai rata. Panaskan dalam air mendidih 5 menit. Bila sperma mengandung fruktosa maka campuran diatas menjadi merah coklat atau merah jingga. Bila tidak ada fruktosa maka tidak menjadi perubahan warna. Pemeriksaan fruktosa kualitatif ini harus merupakan pemeriksaan rutin pada sperma azoospermia

2.2 Analisa Sperma Secara Mikroskopik Sebelum pemeriksaan mikroskopik, sperma tersebut harus diaduk dengan baik, untuk pemeriksaan mikroskopik maka 1 tetes sperma, diameter sekitar 2 3 mm, diletakan diatas gelas objek yang bersih dan kemudian ditutup dengan gelas penutup, Setelah itu siap di periksa dibawah pembesaran 100 X atau 400-600 X. 1. Jumlah Sperma Perlapang Pandang / Perkiraan densitas sperma Sebelum menentukan atau menghitung konsentrasi sperma perlu dilakukan perkiraan kasar jumlah sperma agar dapat menentukan prosedur pengenceran yang akan digunakan dan untuk mempersiapkan sediaan apus untuk analisis morfologi. Cara Pemeriksaanya : Diaduk sperma hingga homogen Diambil 1 3 tetes cairan sperma ditaruh diatas obyek glass lalu ditutup dengan cover glass(ukuran standar) Kemudian dilihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 40 X

Dihitung berapa banyak spermatozoa pada beberapa lapang pandang Misalnya dihitung berturut-turut : lapang pandang I = 10 Spermatozoa II = 5 Spermatozoa III = 7 Spermatozoa IV = 8 Spermatozoa

Disini dalam laporan dituliskan terdapat 5 10 spermatozoa perlapang pandang. Perkiraan konsentrasi spermatozoa dikalikan dengan 106 berarti perkiraan konsentrasi spermatozoa adalah 5 10 juta/ml Kalau spermatozoanya banyak dihitung perkwadran (1/4 lapang pandang)

Misalnya Lapang pandang = 50 spermatozoa, jadi perlapang pandang 200 spermatozoa. Perkiraan konsentrasi spermatozoa dikalikan dengan 106 berarti perkiraan konsentrasi spermatozoa adalah 200 juta/ml Kalau dilihat perlapang pandang didapatkan nol spermatozoa maka tidak usah dilakukan pemeriksaan konsentrasi, jadi disini menghemat tenaga dan reagensia, bila didapatkan nol spermatozoa disebut Azoospermia. Azoospermia dapat disebabkan oleh karena : - Testisnya kecil atau rusak - Salurannya testis buntu (obstruksi) - Vasectomy bila diperlukan untuk check up Apabila Azoospermia, ini menggambarkan operasi vasectomy tersebut berhasil dan ini sangat menggembirakan pasien - Over dosis Androgen dan corticosteroid 2. Pergerakan Sperma Pada pemeriksaan perlapang pandang sekaligus kita memeriksa pergerakan spermatozoa dalam memeriksa pergerakan spermatozoa sebaiknya diperiksa setelah 20 menit karena dalam waktu 20 menit sperma tidak kental sehingga spermatozoa mudah bergerak akan tetapi jangan lebih dari 60 menit setelah ejakulasi sebab dengan bertambahnya waktu maka : - spermatozoa akan memburuk pergerakannya. - pH dan bau mungkin akan berubah. spermatozoa yang bergerak baik adalah gerak kedepan dan arahnya lurus, gerak yang kurang baik adalah gerak zig-zag, berputar-putar dan lain-lain - Jangan sekali-kali menyebut spermatozoa itu mati yang betul adalah spermatozoa tidak bergerak

- Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada suhu kamar (20OC - 25 OC).

Perhitungan : Dihitung dulu spermatozoa yang tidak bergerak kemudian dihitung yang bergerak kurang baik, lalu yang bargerak baik misal : - yang tidak bergerak = 25% - yang bergerak kurang baik = 50% - yang bergerak baik = 100% - 25% - 50% = 25% Prosentase pergerakan cukup ditulis dengan angka bulat (umumnya kelipatan 5 misalnya : 10%,15%, 20%) Kalau sperma yang tidak bergerak > 50% maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut guna mengetahui viabilitas sperma (banyaknya sperma yang hidup) sebab sprermatozoa yang tidak bergerakpun kemungkinan masih hidup.

Sebab menurunnya motilitas spermatozoa Dilakukan pemeriksaan yang terlalu lama sejak sperma dikeluarkan. Cara penyimpanan sampel yang kurang baik.

3. Perhitungan Jumlah Sperma Perhitungan konsentrasi spermatozoa dapat ditentukan dengan mengunakan metode hemositometer atau electronic coulter counter. Metode hemositometer lebih sering digunakan untuk sperma yang mempunyai perkiraan spermatozoa yang sangat rendah (misalnya 10 juta/ml) atau pemeriksaan sperma yang memerlukan penentuan jumlah dengan segera. Metode hemositometer ini dipergunakan di sebagian besar negara.

Sperma yang telah diaduk dengan baik diencerkan 1 :10, 1:20,1:50,atau 1:100 tergantung pada perkiraan jumlah spermatozoa yang telah dilakukan sebelumnya. Sebagai pengencer berisi 50 gr NaHCO3, 10 ml 35% formalin, 5 ml cairan gentian violet pekat dan aquadestilita sampai 1000 ml. Pewarnaan tidak diperlukan bila dipergunakan mikroskop fase kontras. Perlu digunakan 2 pengenceran untuk setiap sperma. Meskipun sering digunakan pipet leukusit tidak cukup tepat untuk digunakan sebagai alat pengenceran dan karena itu disarankan sebagai alat pengenceran dipergunakan pipet mikro modern (10, 50, 100 atau 200ul). Sperma yang diencerkan harus diaduk lebih dahulu dan segera dipindahkan ke hemositometer (kamar hitung Neubauer) yang telah ditutup dengan gelas penutup.

hemositometer ini diletakan kamar lembab selama 15 menit sampai 20 menit agar semua sel mengendap kemudian dihitung dibawah mikroskop cahaya atau mikroskop fase kontras dan pembesaran 100 atau 100X spermatozoa (sel benih yang matang yang mempunyai ekor yang dihitung). Perbedaan antara jumlah sperma dari kedua pengenceran tadi tidak boleh lebih dari 10 % pada sperma yang mempunyai densitas rendah atau 20% pada sperma yang mempunyai densitas tinggi (> 60 juta/ml). Perlu dipahami bahwa yang disebut konsentrasi sperma adalah jumlah spermatozoa/ml sperma. Sedangkan jumlah spermatozoa total ialah jumlah spermatozoa dalam ejakulat. Prosedur perhitungan spermatozoa dengan menggunakan hemositometer (kamar hitung Neubauer) adalah sebagai berikut : Hitung jumlah sperma dengan objek 40 x pada daerah leukosit, cukup satu bidang saja (tidak perlu 4 bidang) Kamar hitung Neubeur untuk menghitung spermatozoa Perhitungan : Luas = 1 mm2 Tinggi = 0,1 mm Vol = 0,1 mm3 Jumlah sperma dalam 1 mm3 = 1/0,1 X pengenceran X N = 10 X N X pengenceran = 10 N X Pengenceran /mm3 Jumlah spermatozoa / cc = 10 N X Pengenceran x 1000

N = Jumlah sperma yang dihitung dalam kotak W 4. Morfologi Pemeriksaan morfologi berdasarkan kepala dari spematozoa dapat dilakukan dengan cara : Membuat preparat hapusan diatas obyek glass keringkan selama 5 menit, lalu di fixasi dengan larutan metilalkohol selama 5 menit, kemudian selanjutnya dilakukan pewarnaan dengan larutan giemsa, wright, atau zat warna yang lain menurut kesukaan sendiri. Bentuk Normal : Bentuk oval Bentuk spermatozoa abnormal : Bentuk Piri ( Seperti buah pir ) Brntuk terato ( tidak beraturan dan berukuran besar )

Bentuk lepto ( ceking ) Bentuk Mikro ( Kepala seperti jarum pentul ) Bentuk Strongyle ( seperti larva stongyloides ) Bentuk Lose Hezel ( Tanpa kepala ) Bentuk Immature ( spermatozoa belum dewasa, terdapat cytoplasmic )

Cytoplasmic droplet Arti klinik 1. Banyak kepala normal / oval berarti fungsi testis baik 2. Banyak bentuk bukan oval fungsi testis jelek 3. Banyak sel imatur, epidemis banyak gangguan. Misalnya : radang varicocle atau abstinensia seksualitasnya kurang lama.

5. Lekosit Leukosit di laporkan per lapang pandang seperti halnya dalam sedimen urin, misalnya 3 8 perlapang pandang. Jumlah lekosit yang besar erat hubunganya dengan infeksi organ organ spermiogenesis.

2.3. Analisa Sperma Secara Kimia Pemeriksaan kimia terbatas pada perhitungan kadar fruktosa, nilai normal fruktosa adalah : Fruktosa tersebut berasal dari vesiculze Seminalis Cara pemeriksaan Fruktosa :

Regensia : 1. Larurtan Ba(OH)2 0,3N 2. Larutan Zn SO4 0,175M 3. Larutan Resorcinol 0,1% dalam 100ml alkhohol 95%. 4. Standar fruktosa stock 50 mg fruktosa larut dalam 100 ml asam benzoat 0,2 % Standar fruktosa 1 ml standar fruktosa stock diencerkan dengan H2O 100ml. Konsentrasi 200 mg fruktosa / dalam mani.

Prosedur Kerja 1. Lakukan diproteinsasi mani yang akan diperiksa dengan terlebih dahulu mengencerkan 0.1 ml mani dengan 2.9 ml air. Kemudian tambah 0.5 ml larutan Ba(OH)2 campur tambahan 0.5 ml Zn SO4. kemudian dicentrifuqe. 2. Sediakan 3 tabung , satu tabung Tt (test) S (standar) dan B (banko) Tabung T diisi 2 ml cairan pada langkah 1 Tabung S diisi 2 ml sebagai fruktosa Tabung B diisi 2 ml aquadest 3. Ketiga tabung ditambah masing - masing 2 ml recorcinol dan 6 ml HCl 4. Campur isi tabung, panasi dalam weter bath 900 C selama 10 menit 5. Baca aboubusi T terhadap S pada 490 mm dengan spektrofotometer 6. Hitung kadar fruktosa dengan rumus AT / AS x 200 = mg/dl Kadar Fruktosa sperma normal : 120 450 mg/dl

b.apa itu spermiogram?maya,ria.otchi c. bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan analisis sperma? ria,amel,tasya d. apa makna telah diberi obat selama satu bulan tetapi tidak ada perbaikan? amel,reyki,adri e. obat-obatan apa saja yang membantu kesuburan? reyki,otchi,dina Jawab : Kemungkinan terapi yang dilakukan: Medikamentosa 1.Klomifen sitrat 2.Tamoxifen 3.Kombinasi HMG dan hCG 4.Kombinasi FSH (Metrodin) dan hCG 5.Vitamin E 6. Androgen (mesterolon dan fluoksimestron)

4a. bagaimana cara pemeriksaan orchidometer? otchi,tasya,abot Jawab :

b. apa interpretasi dari pemeriksaan orchidometer? tasa, adri,nevi c. bagaimana hubungan keluhan pak dana pada umur 19 tahun dengan keluhan sekrang? adri,dina,maya d. faktor apa saja yang memperngaruhi konsistensi testis? dina,abot,ria e. apa kemungkinan penyebab pernah terjadi pembengkakan testis kanan pak dana ? abot,nevi,amel

5a. bagaimana aspek psikososial dengan keluhan yang dialami?nevi,maya,reyki b. apa yang dimaksud dengan hubungan kurang harmonis pasutri? maya,ria,otchi

6a. bagaimana prosedur inseminasi? ria,amel,tasya b. apa makna tuba falopiinya unpatent bilateral? amel,reyki,adri c.apa itu ART? reyki,otchi,dina

d.apa saja macam-macam ART? otchi,tasya,abot e. bagaimana pemeriksaan HSG? tasya, adri,maya

7.cara mendiagnosis? adri,dina,ria 8.DD? dina,abot,amel 9.pemeriksaan penunjang? abot,nevi,adri 10.WD ? nevi,maya,tasya 11.epidemiologi dan etiologi? maya,ria,otchi 12.penatalaksanaan? ria,amel,reyki 13. komplikasi? amel,reyki, amel 14. prognosis? reyki,otchi,ria 15.KDU? otchi,tasya,maya 16.pandangan islam? tasya,adri,nevi 17.konsultasi PIA?(adri, dina, abot

Anda mungkin juga menyukai