Anda di halaman 1dari 17

Lab/SMF Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman / RSKD Atma Husada Mahakam

Refleksi Kasus

SKIZOFRENIA PARANOID

` Oleh Setya Girindra Wardana NIM 1310015003

Pembimbing dr. Denny Jeffry Rotinsulu, Sp. KJ

LAB / SMF KESEHATAN JIWA Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman RSKD Atma Husada Mahakam 2012

LEMBAR PENGESAHAN

SKIZOFRENIA PARANOID

Oleh: Setya Girindra Wardana NIM: 1310015003 Dipresentasikan pada tanggal 26 Agustus 2013

Mengetahui,

Pembimbing dr. Denny Jeffry Rotinsulu, Sp. KJ

REFLEKSI KASUS Dipresentasikan pada kegiatan Kepaniteraan Klinik, Lab. Kedokteran Jiwa. Pemeriksaan dilakukan pada hari Senin, 19 September 2013 Pukul 16.30 WITA, di IGD RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda, sumber Autoanamnesis dan Heteroanamnesis. Identitas Pasien Nama Jenis Kelamin Usia Status Perkawinan Agama Suku Pendidikan Pekerjaan Alamat Identitas Keluarga Nama Jenis Kelamin Usia Status dengan pasien Alamat Status Psikiatri Keluhan Utama Riwayat penyakit sekarang Autoanamnesis Pasien mengeluhkan curiga ada laki-laki yang mendakati istrinya, mata batin bicara bahwa istrinya selingkuh. Mendengar bisikan yang mengatakan sekarang dan terkadang melihat bayangan. : Pasien mengamuk dan curigaan : Ny. K : Perempuan : 52 tahun : Istri : jl. Sepinggan Asri IIX No.07, Balikpapan : PNS : Jl. Sepinggan Asri IIX No. 07, Balikpapan : Tn. AS : Laki-laki : 53 tahun : Menikah : Islam : Jawa : SMA(lulus)

Heteroanamnesis

Menurut pengakuan istri pasien, pasien mulai marah-marah dan mengamuk sejak 4 bulan lalu semenjak pulang dari jakarta. Pasien pergi ke Jakarta karena ada acara reunian dan ketika disana selama satu minggu pasien tidak minum obat. Setelah pasien datang pasien mulai munum obat lagi. Disana pasien melihat adiknya selingkuh dan pasien merasa tidak dapat mendidik adiknya. Semenjak itu pasien mulai marah-marah, gelisah susah tidur, tertawa sendiri dan curiga. Walaupun pasien minum obat tetap gejala tidak berkurang dan seminggu lalu pasien mencoba bunuh diri karena curiga dengan istri selingkuh. Menurut pengakuan istri pasien, bahwa pasien ini memiliki kebiasaan merokok, sedangkan minum alkohol dan pengguanaan narkoba disangkal. Riwayat penyakit dahulu Pasien tidak pernah mengalami kejang, sedangkan riwayat hipertensi, diabetes militus, dan trauma kepala disangkal. Pasien meiliki asam urat yang tinggi. Pasien melakukan rawat jalan di RS Kanujoso Balikpapan dan mengkonsumsi obat sejak tahun 1985 sampai sekarang,tetapi belum pernah melakukan rawat inap di RSJ. Riwayat penyakit keluarga Tidak ada anggota keluarga yang memiliki gejala atau gangguan yang serupa dengan pasien. Gambaran kepribadian dan premorbid Pasien merupakan pribadi yang pendiam, tertutup, dank keras kepala. Saat masih anakanak, pasien mempunyai sifat pendiam dan pintar. Jika ada masalah yang sedang dihadapi, pasien tidak sering menceritakan masalah yang ada pada orang tua maupun teman-temannya. Faktor pencetus Putus Obat Riwayat perkawinan Pasien sudah menikahi seorang wanita sejak 20 tahun lalu dan dikaruniai 2 orang anak. Hubungan suami-istri harmonis dan tidak ada masalah serius. Riwayat sosial ekonomi Pasien berasal dari keluarga ekonomi menengah kebawah. Riwayat religius Pasien mengaku taat dalam beribadah. Hubungan dengan keluarga dan lingkungan Pasien memiliki hubungan baik dengan saudara, tetangga dan teman. Genogram

Keterangan : : Laki-laki tanpa gangguan jiwa : Perempuan tanpa gangguan jiwa : Pasien : Tinggal 1 rumah Status Praesens Status Internus Keadaan Umum : baik Kesadaran Tanda-tanda vital Tekanan darah Nadi Respirasi Temperatur : 130/90 mmHg : 85 x / menit : 20 x / menit : 36,4 C : tidak didapatkan kelainan : tidak didapatkan kelainan : tidak didapatkan kelainan : tidak didapatkan kelainan : tidak didapatkan kelainan : tidak didapatkan kelainan : tidak dilakukan pemeriksaan : compos mentis, GCS E4 V5 M6

Sistem kardiovaskuler Sistem respiratorik Sistem gastrointestinal Sistem urogenital Kelainan khusus Status Neurologikus Panca indera Tanda meningeal Mata

Tekanan intrakranial : tidak dilakukan pemeriksaan

Gerakan Pupil Diplopia Visus

: : : :

normal isokor tidak ditemukan tidak dilakukan pemeriksaan

Status Psikiatrik Kesan umum Kontak Kesadaran Emosi / afek Proses berpikir Intelegensi Persepsi Psikomotor Kemauan Diagnosis Formulasi Diagnosis Seorang pria usia 53 tahun, beragama Islam, status menikah, pendidikan lulus SMA, tinggal di Jl. Sepinggan Asri IIX No. 07, Balikpapan. Datang ke IGD RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda pada hari Senin, 19 Agustus 2013 pukul 17.20 WITA. Pada autoanamnesis, pasien menjelaskan bahwa dirinya sering curiga, marah-marah, sulit tidur, dan merasa mendengar bisikan-bisikan. Pada pemeriksaan psikiatri, didapatkan penampilan rapi, gelisah, kooperatif, kontak verbal dan visual menurun, emosi labil, afek datar, orientasi baik, proses pikir lambat, asosaiasi longgar, didapatkan waham curiga, halusinasi auditorik ada, tetapi ada halusinasi visual & ilusi disangkal, intelegensia cukup , ADL diarahkan, psikomotor normal. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan pada pasien. : rapi, gelisah, kooperatif : verbal (+), visual (+) : compos mentis, atensi (+), orientasi tempat, waktu dan ruang (-) : labil, afek datar : lambat, asosiasi longgar, waham curiga (+), ide suicide : cukup : halusinasi auditorik (+), ilusi (-) : dalam batas normal : ADL diarahkan

Diagnosis Multiaksial

Aksis I

: F20.0 Skizofrenia Paranoid + tentamen suicide

Aksis II : Tidak ada diagnosis pada aksis ini Aksis III : Kadar tinggi asam urat Aksis IV : Masalah dengan primary support group (keluarga) Aksis V : GAF 70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, diabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik. Penatalaksanaan Psikofarmakologis Haldol tab 2 x 1,5mg Risperidon tab 2 x 2 mg THD tab 2 x 2 mg Clozapin tab 25mg 0-0-1

Psikoterapi Memotivasi pasien untuk menjalani proses terapi sehingga dapat terjadi perbaikan kondisi. Memberikan kepercayaan diri kepada pasien bahwa dia dapat benar-benar sembuh dan merubah perilakunya. Memberikan penjelasan kepada keluarga terdekat mengenai keadaan pasien saat ini. Menyarankan kepada keluarga untuk senantiasa memotivasi dan mendukung pasien untuk dapat menangani dan merespons pasien. Prognosis Dubia ad bonam Adanya keinginan yang kuat dari pasien untuk mejalani terapi ditandai dengan penyesuaian sosial dan pekerjaan yang baik. Dukungan dari keluarga.

PEMBAHASAN A. Definisi Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh. Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan sebagai suatu gangguan kejiwaan yang terjadi selama 1 hari sampai kurang dari 2 minggu, dengan gejala psikosis, dan dapat kembali ke tingkat fungsional premorbid. B. Epidemiologi Menurut sebuah studi epidemiologi internasional, berbeda dengan skizofrenia, kejadian nonaffective timbul psikosis akut 10 kali lipat lebih tinggi di negara berkembang daripada di negara-negara industri. Beberapa dokter percaya bahwa gangguan yang mungkin paling sering terjadi pada pasien dengan sosioekonomi yang rendah, pasien dengan gangguan kepribadian yang sudah ada sebelumnya ( paling sering adalah gangguan kepribadian histrionik, narsistik, paranoid, skizotipal, dan ambang ), dan orang yang pernah mengalami perubahan kultural yang besar ( misalnya imigran ). C. Etiologi Didalam DSM III faktor psikososial bermakna dianggap menyebabkan psikosis reaktif singkat, tetapi kriteria tersebut telah dihilangkan dari DSM IV. Perubahan dalam DSM IV menempatkan diagnosis gangguan psikotik singkat didalam kategori yang sama dengan banyak diagnosis psikiatrik utama lainnya yang penyebabnya tidak diketahui dan diagnosis kemungkinan termasuk gangguan yang heterogen. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di jumpai pada pasien dengan gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau psikologis terhadap perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor stres berat, seperti peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit parah, kematian orang yang dicintai, dan status imigrasi tidak pasti, dapat memicu psikosis reaktif singkat. Beberapa studi mendukung kerentanan genetik untuk gangguan psikotik singkat. D. Patofisiologi dan Prognosis

Menurut definisinya, perjalanan penyakit gangguan psikotik singkat adalah kurang dari 2 minggu. Namun demikian, perkembangan gangguan psikiatrik bermakna tertentu dapat menyatakan suatu kerentanan mental pada pasien. Sejumlah pasien dengan persentasi yang tidak diketahui, yang pertama kali di klasifikasikan menderita gangguan psikotik singkat selanjutnya menunjukkan sindroma psikiatrik kronis, seperti skizofrenia dan gangguan mood. Tetapi, pada umumnya pasien dengan gangguan psikotik singkat memiliki prognosis yang baik, dan penelitian di Eropa telah menyatakan bahwa 50 sampai 80 persen dari semua pasien tidak memilki masalah psikiatrik berat lebih lanjut. Lamanya gejala akut dan residual sering kali hanya beberapa hari. Kadang-kadang, gejala depresif mengikuti resolusi gejala psikotik. Bunuh diri adalah suatu keprihatinan pada fase psikotik maupun fase depresif pascapsikotik. Sejumlah indikator telah dihubungkan dengan prognosis yang baik. Pasien dengan ciri-ciri tersebut memiliki kemungkinan kecil untuk kemudian menderita skizofrenia atau suatu gangguan mood. Ciri prognosis yang baik untuk gangguan psikotik singkat Penyesuaian premorbid yang baik Sedikit trait schizoid pramorbid Stressor pencetus yang berat Onset gejala mendadak Gejala afektif Konfusi selama psikosis Sedikit penumpulan afektif Gejala singkat Tidak ada saudara yang skizofrenik

E. Manifestasi klinis Gambaran utama perilaku: Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu : 1. 2. 3. 4. Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal Kebingungan atau disorientasi Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri, kecurigaan

berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bicara dan tertawa serta marah-marah atau memukul tanpa alasan.

Gejala gangguan psikotik singkat selalu termasuk sekurang kurangnya satu gejala psikosis utama, biasanya dengan onset yang tiba-tiba, tetapi tidak selalu memasukkan keseluruhan pola gejala yang ditemukan pada skizofrenia. Beberapa klinisi telah mengamati bahwa gejala afektif, konfusi dan gangguan pemusatan perhatian mungkin lebih sering ditemukan pada gangguan psikotik singkat daripada gangguan psikotik kronis. Gejala karakteristik untuk gangguan psikotik singkat adalah perubahan emosional, pakaian atau perilaku yang aneh, berteriak teriak atau diam membisu dan gangguan daya ingat untuk peristiwa yang belum lama terjadi. Beberapa gejala tersebut ditemukan pada gangguan yang mengarahkan diagnosis delirium dan jelas memerlukan pemeriksaan organik yang lengkap, walaupun hasilnya mungkin negatif. Pemeriksaan status mental biasanya hadir dengan agitasi psikotik parah yang mungkin terkait dengan perilaku aneh, tidak kooperatif, agresif fisik atau verbal, tidak teratur berbicara, berteriak atau kebisuan, suasana hati labil atau depresi, bunuh diri, membunuh pikiran atau perilaku, kegelisahan , halusinasi, delusi, disorientasi, perhatian terganggu, konsentrasi terganggu, gangguan memori, dan wawasan miskin. Seperti pada pasien psikiatrik akut, riwayat yang diperlukan untuk membuat diagnosis mungkin tidak dapat diperoleh hanya dari pasien. Walaupun adanya gejala psikotik mungkin jelas, informasi mengenai gejala prodromal, episode suatu gangguan mood sebelumnya, dan riwayat ingesti zat psikotomimetik yang belum lama mungkin tidak dapat diperoleh dari wawancara klinis saja. Disamping itu, klinis mungkin tidak mampu memperoleh informasi yang akurat tentang ada atau tidaknya stressor pencetus. Contoh yang paling jelas dari stresos pencetus adalah peristiwa kehidupan yang besar yang dapat menyebabkan kemarahan emosional yang bermakna pada tiap orang. Peristiwa tersebut adalah kematian anggota keluarga dekat dan kecelakaan kendaraan yang berat. Beberapa klinis berpendapat bahwa keparahan peristiwa harus dipertimbangkan didalam hubungan dengan kehidupan pasien. Walaupun pandangan tersebut memiliki alasan, tetapi mungkin memperluas definisi stressor pencetus dengan memasukkan peristiwa yang tidak berhubungan dengan episode psikotik. Klinisi lain berpendapat bahwa stressor mungkin merupakan urutan peristiwa yang menimbulkan stress sedang, bukannya peristiwa tunggal yang menimbulakan stress dengan jelas. Tetapi penjumlahan derajat stress yang disebabkan oleh urutan peristiwa memerlukan suatu derajat pertimbangan klinis yang hampir tidak mungkin. F. Diagnosis Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah sebagai berikut:

1) Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya, mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada bendanya). 2) Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima oleh kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka diracuni oleh tetangga, menerima pesan dari televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh orang lain). 3) Agitasi atau perilaku aneh (bizar) 4) Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi) 5) Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel) Berdasarkan DSM-IV diagnosisnya terutama atas lama gejala, untuk gejala psikotik yang berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang 2 minggu dan yang tidak disertai dengan suatu gangguan mood, gangguan berhubungan dengan zat, atau suatu gangguan psikotik karena kondisi medis umum, diagnosis gangguan psikotik singkat kemungkinan merupakan diagnosis yang tepat. Untuk gejala psikotik yang berlangsung lebih dari satu hari, diagnosis sesuai yang harus dipertimbangkan adalah gangguan delusional (jika waham adalah gejala psikotik yang utama), gangguan skizofreniform ( jikagejala berlangsung kurang dari 6 bulan), dan skizofrenia (jika gejala telah berlangsung lebih dari 6 bulan) a) Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Psikotik Singkat. Adanya satu (atau lebih) gejala berikut : 1). Waham 2). Halusinasi 3). Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau inkoherensi) 4). Perilaku terdisorganisasi jelas atau katatonik Catatan: jangan masukan gejala jika pola respon yang diterima secara kultural. b) Lama suatu episode gangguan adalah sekurangnya satu hari tetapi kurang dari 2 minggu, akhirnya kembali penuh kepada tingkat funsi pramorbid. c) Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh suatu ganggan mood dengan ciri psikotik, gangguan skizoafektif, atau skizofrenia dan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang disalahgunakan) atau suatu kondisi umum. Sebutkan jika: a) Dengan stresor nyata ( psikosis singkat reaktif ); jika gejala terjadi segera setelah dan tampak sebagai respon dari suatu kejadian yang sendirian atau bersama-sama akan menimbulkan stres yang cukup besar bagi hampir setiap orang dalam keadaan yang sama dalam kultur orang tersebut.

b) Tanpa stressor nyata: jika gejala psikotik tidak terjadi segera setelah atau terlihat bukan sebagai respon terhadap kejadian yang terjadi sendirian atau bersama sama akan menimbulkan stress yang cukup besar bagi hampir setiap orang dalam keadaan yang sama dalam kultur orang tersebut. c) Dengan onset pasca persalinan: jika onset dalam waktu empat minggu setelah persalinan. Penegakan diagnosis gangguan psikotik singkat di Indonesia ditegakkan melalui Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa Edisi ke III (PPDGJ III). Berikut kriteria diagnostik gangguan kepribadian histrionik berdasarkan PPDGJ III Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas yang diberikan untuk ciri-ciri utama terpilih dari gangguan ini. Urutan prioritas yang dipakai ialah: (a) Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang = jangka waktu gejala-gejala psikotik menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, tidak termasuk periode prodromal yang gejalanya sering tidak jelas) sebagai ciri khas yang menentukan seluruh kelompok. (b) Adanya sindrom yang khas ( berupa polimorfik = beraneka ragam dan berubah cepat, atau schizophrenia-like = gejala skizofrenik yang khas). (c) Adanya stres akut yang berkaitan ( tidak selalu ada, sehingga dispesifikasi dengan karakter tanpa penyerta stres akut, dengan penyerta stres akut). Kesulitan atau problem yang berkepanjangan tidak boleh dimasukkan sebagai sumber stres dalam konteks ini. Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi kriteria episode manik atau episode depresif, walaupun perubahan emosional dan gejala-gejala afektif individual dapat menonjol dari waktu ke waktu. Tidak ada penyebab organik, seperti trauma kapitis, delirium dan demensia. Tidak merupakan intoksikasi akibat penggunaan alkohol atau obat-obatan. G. Diagnosa Banding Selain diagnosis pasti, ada diagnosis banding untuk psikotik akut ini karena dimungkinkan adanya gangguan fisik yang bisa menimbulkan gejala psikotik. * Epilepsi * Intoksikasi atau putus zat karena obat atau alcohol * Febris karena infeksi * Demensia dan delirium atau keduanya * Jika gejala psikotik berulang atau kronik, kemungkinan skizofrenia dan gangguan psikotik kronik lain

* Jika terlihat gejala mania (suasana perasaan meninggi, percepatan bicara atau proses pikir, harga diri berlebihan), pasien mungkin sedang mengalami suatu episode maniak. * Jika suasana perasaan menurun atau sedih, pasien mungkin sedang mengalami depresi. Klinisi tidak boleh menganggap bahwa diagnosis yang tepat untuk pasien yang psikotik singkat adalah gangguan psikotik singkat,bahkan jika faktor psikososial pencetus jelas ditemukan. Faktor tersebut dapat semata-mata terjadi bersama-sama. Diagnosis lain yang dipertimbangkan didalam diagnosis banding adalah gangguan buatan dengan tanda dan gejala psikologis yang menonjol, berpura-pura, gangguan psikotik karena kondisi medis umum, dan gangguan psikotik akibat zat. Riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau tes laboratorium dapat membantu untuk membedakan gangguan psikotik singkat dari gangguan psikotik gangguan lainnya sekunder untuk delirium umum medis, kondisi, dan sebagainya. Pertimbangkan pengujian lebih lanjut dengan modalitas seperti CT scan, MRI, atau EEG. Gangguan psikotik akibat zat, dan keracunan zat dibedakan dari gangguan psikotik singkat dengan mempertimbangkan onset, skrining urin narkoba, dan kadar alkohol dalam darah. Terjadinya episode psikotik selama episode afektif penuh termasuk diagnosis gangguan psikotik singkat. Jika gejala psikotik bertahan lebih lama dari sebulan, diagnosa gangguan schizophreniform, gangguan schizoaffective, skizofrenia, gangguan delusi, gangguan mood dengan fitur psikotik, atau gangguan psikotik NOS adalah gangguan yang paling penting untuk dipertimbangkan. Cepat berubah delusi dan cepat berubah mood juga membantu membedakan dari skizofrenia, gangguan schizoaffective, dan gangguan delusi. H. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan Keperawatan Menjaga keamanan pasien dan individu yang merawatnya, hal yang dapat dilakukan a.l: 1) Keluarga atau teman harus mendampingi pasien 2) Kebutuhan dasar pasien terpenuhi (misalnya, makan, minum, eliminasi dan kebersihan) 3) Hati-hati agar pasien tidak mengalami cedera Konseling pasien dan keluarga. 1) Bantu keluarga mengenal aspek hukum yang berkaitan dengan pengobatan psikiatrik antara lain : hak pasien, kewajiban dan tanggung jawab keluarga dalam pengobatan pasien 2) Dampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi stress dan kontak dengan stressor 3) Motivasi pasien agar melakukan aktivitas sehari-hari setelah gejala membaik 2. Penatalaksanaan Medis

Program pengobatan untuk psikotik akut : 1) Obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik : Haloperidol 2-5 mg, 1 sampai 3 kali sehari, atau Chlorpromazine 100-200 mg, 1 sampai 3 kali sehari. Dosis harus diberikan serendah mungkin untuk mengurangi efek samping, walaupun beberapa pasien mungkin memerlukan dosis yang lebih tinggi. 2) Obat antiansietas juga bisa digunakan bersama dengan neuroleptika untuk mengendalikan agitasi akut (misalnya: lorazepam 1-2 mg, 1 sampai 3 kali sehari) 3) Obat antipsikotik selama sekurang-kurangnya 3 bulan sesudah gejala hilang. 4) Apabila menemukan pasien gangguan jiwa di rumah dengan perilaku di bawah ini, lakukan kolaborasi dengan tim untuk mengatasinya. Kekakuan otot (Distonia atau spasme akut), bisa ditanggulangi dengan suntikan benzodiazepine atau obat antiparkinson. Kegelisahan motorik berat (Akatisia), bisa ditanggulangi dengan pengurangan dosis terapi atau pemberian beta-bloker. Gejala parkinson (tremor/gemetar, akinesia), bisa ditanggulangi dengan obat antiparkinson oral (misalnya, trihexyphenidil 2 mg 3 kali sehari).

KESIMPULAN

Teori Fakta pasien mengalami episode psikosis Dialami kurang lebih selama 2 minggu akut yang berlangsung lebih dari 1 hari, tetapi kurang dari 2 minggu Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri, kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bicara dan tertawa serta marah-marah atau memukul tanpa alasan. Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya, mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada bendanya) Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima bahwa tetangga, televisi, oleh mereka kelompok diracuni pesan sosial oleh dari Sering senyum-senyum sendiri, dan mondar-mandir di rumah Sering bicara sendiri Pembicaraan (disorganisasi) Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel) Obat antipsikotik Haloperidol 2-5 mg, 1 sampai 3 kali sehari, atau Chlorpromazine 100-200 mg, 1 Haldol 5mg 2x1 Diazepam 5mg 2x1/2 aneh atau kacau Sering marah-marah dan mengamuk merasa pasien, misalnya pasien percaya menerima atau Merasa ada orang yg ingin Pasien mengaku mendengar ada Pasien mengamuk hingga memukul orang yang ada di dekatnya

bisikan-bisikan yang didengar

membunuhnya (waham kejaran)

diamati/diawasi oleh orang lain) Agitasi atau perilaku aneh (bizar)

sampai

kali

sehari.

Obat

antiansietas juga bisa digunakan bersama dengan neuroleptika untuk mengendalikan agitasi akut. Psikoterapi 1) Bantu keluarga mengenal aspek Psikoterapi hukum pasien, pasien 2) Dampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi stress dan kontak dengan stressor 3) Motivasi pasien agar melakukan aktivitas sehari-hari setelah gejala membaik yang berkaitan dan dengan tanggung 1) Memotivasi pasien untuk pengobatan psikiatrik antara lain : hak kewajiban jawab keluarga dalam pengobatan menjalani proses terapi sehingga dapat terjadi perbaikan kondisi. 2) Memberikan kepercayaan diri kepada pasien bahwa dia dapat benar-benar sembuh dan merubah perilakunya. 3) Memberikan penjelasan kepada keluarga terdekat mengenai keadaan pasien saat ini. 4) Menyarankan kepada keluarga untuk senantiasa memotivasi dan mendukung pasien untuk dapat menangani pasien. dan merespons

Berdasarkan anamnesa yang diperoleh secara autoanamnesa dan heteroanamnesa, gejala yang dialami pasien mencakup sebagian besar gejala-gej ala gangguan psikotik akut. Hal ini sesuai dengan literature yang menyatakan bahwa gejala utama dari Psikotik yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh. Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya, keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal, kebingungan atau disorientasi, dan perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri, kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bicara dan tertawa serta marah-marah atau memukul tanpa alasan.

Anda mungkin juga menyukai