Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN MAKALAH MODUL 1 SISTEM RESPIRASI ASMA Dosen Pengampu: Anita Apriliawati, M.Kep, Sp.Kp.

An

Dosen Pembimbing: Anita Apriliawati, M.Kep, Sp.Kp.An ANGGOTA KELOMPOK III 1. Devi Kumala Sari / 2011720005 2. Euis Ulfah Awaliah / 2011720007 3. Faisal Azhari / 2011720008 4. Linda Oktariza / 2011720018 5. Muthia Indriasari / 2011720022 6. Nunik Khoirunisa / 2011720024 7. Ramal Agustin / 2011720027 8. Siti Ruqoyah / 2011720035 9. Tiara Gustiwiyana / 2011720038 10. Vera Badryanti / 2011720040 11. Murni Susilo Yekti / 2011720048

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2012


1

Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anatomi dan fisiologi pernafasan merupakan ilmu yang harus dipahami oleh

mahasiswa keperawatan sebagai dasar untuk mencapai kompetensi keperawatan sebagai dasar untuk mencapai kompetensi keperawatan lain khususnya yang terkait dengan kemampuan mahasiswa melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah keperawatan. Modul secara umum dilengkapi dengan skenario,strategi pembelajaran,penugasan mahasiswa,paduan untuk tutor,beberapa alternatif pertanyaan dan jawaban serta beberapa rujukan text book dan e-learning Skenario berfungsi sebagai pemicu untuk meningkatkan motivasi belajar dalam suatu kelompok diskusi baik dengan maupun tanpa tutor. Mahasiswa diharapakan mampu mengemukakan berbagai pertanyaan-pertanyaan prinsip (kata kunci) sebanyak mungkin dan mencari jawabannya pada referensi yang telah di anjurkan. Sewaktu berdiskusi pada pertemuan tutorial yang pertama.masalah yang belum terpecahkan menjadi tujuan pembelajaran pada saat itu dan di lanjutkan dengan pembelajran secara mandiri yang hasilnya akan di diskusikan kembali pada pertemuan kedua dengan di fasilitasi oleh seorang pakar sesuai dengan waktu yang telah di sepakati. Strategi pembelajaran ini menggunakan metode 7 langkah diharapakan fasilitator dan mahasiswa memahami terlebih dahulu metode tersebut sehingga tujuan pembelajaran efektif dan efisiensi tercapai. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Instruksional Umum Mahasisawa mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem respirasi.
2

2. Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa mampu :

Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan

Mengintregasikan pengetahuan ilmu kedokteran dasar sesuai dengan skenario Mengumpulkan data sesuai dengan skenario Menyusun diagnosa keperawatan berdasarkan skenario Menyusun intervensi keperawatan berdasarkan skenario Menyusun evaluasi keperawan berdasarkan skenario

C. Metode Penulisan Dalam penulisan makalah ini, penulisan menggunakan metode studi kasus dan studi literatur, adapun teknik yang di gunakan yaitu studi pustaka dengan mempelajari buku-buku, browsing internet dan sumber lain untuk mendapatkan data dalam pembuatan makalah ini. Adapun metode yang di gunakan antara lain adalah : Menggunakan sumber dari pustaka yang melengkapi data-data untuk mempermudah dalam penyelesaian makalah ini. Mencari data internet untuk hasil yang lebih akurat.

D. Sistematika penulisan Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dari penilisan makalah ini, maka penulis menguraikan secara ringkas yang terbagi 4 BAB yaitu : 1. BAB I : Pendahuluan, merupakan bab awal yang menjelaskan latar belakang membuat laporan, tujuan dari pembuatan makalah, rumusan masalah yang dibuat untuk mencapai tujuan dan sistematika penulisan mengenai deskripsi susunan makalah. 2. BAB II : Pembahasan materi, merupakan bab yang memaparkan tentang kelainan penyakit asma. 3. BAB III : Hasil diskusi, merupakan pemaparan hasil diskusi dalam memecahkan kasus yang kemudian dipresentasikan melalui panel. 4. BAB IV : Penutup, merupakan bab terakhir yang berisikan mengenai kesimpulan dari isi makalah.
3

Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan

BAB II PEMBAHASAN MATERI

A. Anatomi dan Fisiologi Pernafasan Pernafasan ialah proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam jaringan atau pernafasan dalam dan yang terjadi di dalam paru-paru bernama pernafasan luar (Evelyn C. Pearch) Pernafasan atau respirasi adalah suatu peristiwa tubuh kekurangan O2 kemudian O2 yang berada di luar tubuh di hirup (inspirasi) melalui organ-organ pernafasan, dan pada keadaan tertentu bila tubuh kelebihan karbon dioksida (CO2) maka tubuh berusaha untuk mengeluarkannya dari dalam tubuh dengan cara menghembuskan nafas (ekspirasi) sehingga terjadi suatu keseimbangan antara oksigen dan karbon dioksida dalam tubuh.

Sistem respirasi dapat dibagi menjadi saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bawah. Saluran pernafasan atas terdiri atas bagian di luar rongga dada: udara melewati hidung, kavitas nasalis, faring, laring, dan trakea bagian atas. Saluran pernafasan bagian yang terdapat dalam rongga dada: trakea bagian bawah dan paru-paru itu sendiri, yang meliputi pipa bronchial dan alveoli. Bagian sistem respirasi ialah membran pleura dan otot pernafasan yang membentuk rongga dada: diagfragma dan otot-otot interkostalis. Paru-paru adalah dua organ yang berbentuk seperti bunga karang yang berletak di dalam torak pada sisi lain jantung dan pembuluh darah besar. Paru-paru memanjang dari akar leher menuju diagfragma dan secara kasar berbentuk kerucut dengan puncak ( apex ) di
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan 4

sebelah atas dan alas ( basis ) di sebelah bawah. Di antara paru-paru terdapat mediastinum, yang dengan sempurna memisahkan satu sisi rongga torak dari sisi lainnya , yang merentang di vertebra belakang sampai sternum di sebelah depan. Di dalam mediastinum terdapat jantung dan pembuluh darah besar, trakea, dan esofagus ,duktus turasik, dan kelenjar timus. Paru-paru di bagi menjadi lobus-lobus. Lobus superior terletak di atas dan di depan lobus inferior yang berbentuk kerucut. Paru-paru sebelah kanan mempunyai tiga lobus. Lobus bagian bawah di pisahkan oleh fisura oblik dengan posisi yang sama terhadap inferior kiri. Sisa paru lainnya di pisahkan oleh suatu fisura horizontal menjadi lobus atas dan lobus tengah. Setiap lobus selanjutnya di bagi menjadi segmen-segmen yang disebut bronkopulmoner, mereka di pisahkan satu sama lain oleh sebuah dinding jaringan konektif, masingmasing satu arteri satu vena. Masing-masing segmen juga di bagi menjadi unit-unit yang di sebut lobules.

Proses pernafasan di bagi menjadi 2 bagian yaitu : 1) Inspirasi Dada mengembang selama inspirasi, akibat pergerakan diagfragma dan otot-otot interkosta. Ketika diagfragma berkontraksi selama inspirasi, ia menjadi lebih datar dan lebih rendah dan panjang rongga torasik meningkat. Dengan demikian jarak antara sternum dan vetebra semakin luas dan melebar. Rongga dada membesar maka pleura akan tertarik, dengan demikian menarik paru-paru maka tekanan udara didalamnya berkurang dan masuklah udara dari luar.
5

Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan

2) Ekspirasi Ekspirasi selama pernafasan tenang bersifat pasif. Diafragma rileks dan kembali ke bentuk aslinya, yang berbentuk kubah otot-otot interkosta rileks dan tulang rusuk kembali ke posisi semula. Otot-otot pernafasan tambahan kemungkinan digunakan pada selama nafas dalam atau ketika jalan nafas terhambat. Volume tidal adalah jumlah udara yang inspirasi dan ekspirasi selama pernafasan tenang yang normal (sekitar 500cc). jumlah udara yang di hirup setelah inspirasi di sebut kapasitas inspirasi ( sekitar 3000 mil ) setelah suatu ekspirasi tenang, adalah mungkin untuk mengeluarkan sekitar 1000 ml udara dari paru-paru. B. Konsep Dasar Asma

1. Definisi Asma Asma didefinisikan sebagai penyakit obstruksi jalan nafas yang reversible yang di tandai oleh serangan batuk,mengi dan dispnea pada individu dengan jalan nafas hiperaktif (Rudolph,2006) Asma adalah gangguan inflamasi kronis pada jalan nafas tempat banyak sel memegang peranan (wong,2003). Asma merupakan penyakit keturunan yang penyebabnya masih belum jelas (ngastiyah,2005). Asma juga di definisikan mengi berulang dan /atau batuk persisten dalam keadaan dimana asma adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lain yang lebih jarang telah di singkirkan.

2. Etiologi Penyebab asma masih belum jelas. Factor pencetus adalah alergen, infeksi ( terutama saluran nafas bagian atas ), iritan, cuaca, aktivitas, refluks gatroesofagus, dan pkisis. Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi terjadinya serangan asma.

Faktor Predisposisi Genetik Telah diterima secara umum bahwa ada konstribusi herediter pada etiologi asma, pola herediter komplek dan asma tidak dapat di klasifikasikan secara sederhana cara pewarisannya seperti autosomal dominant, resesif atau sex linked. Yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum di ketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas.
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan 6

Gender dan Ras Berdasarkan jenis kelamin, perbandingan asma pada anak laki-laki dan wanita sebesar 1,5 : 1 dan perbandingan ini cenderung menurun pada usia yang lebih tua. Pada orang dewasa serangan asma di mulai pada umur lebih dari 35 tahun, wanita lebih banyak dari pada pria.

Faktor Presipitasi Allergen Allergen dan accupational faktor adal penyebab terpenting asma. Dari beberapa studi epidemiologi telah nenunjukan korelasi antara paparan allergen dan prevalensi asma dan perbaikan asma bila paparan allergen menurun.

Perubahan cuaca Polutan di luar dan di dalam rumah mempunyai kontribusi perburukan gejala asma dengan mentriger bronkokonstriksi, peningkatan hiperesponsif saluran nafas dan peningkatan respons terhadap aeroelergen.

Lingkungan Dari sejumlah studi epidemiologi dapat ditemukan asosiasi antara resiko terjadinya asma dengan atopi. Pertumbuhan di daerah pertanian menurunkan resiko atopi dan rhinitis alergi pada dewasa (adult hood) mengesankan faktor lingkungan mempunyai efek protektif pada timbul alergi. Di negara sedang berkembang perpindahan ke kota dihubungkan dengan perubahan dari bahan bakar biomasal seperti : kayu,batubara ke gas listrik.

C. Klasifikasi Asma Seperti telah dikemukakan di atas bahwa asma merupakan suatu penyakit dengan penyebab yang komplek dan heterogen sehingga mempunyai bermacam-macam bentuk. Karena itu dapat di pahami bila timbul bermacam-macam klasifikasi / pembagian asma yang di dasari pada titik yang berbeda dan tergantung dari segi mana asma ditinjau, diantaranya:
7

Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan

1. Berdasarkan lama terjadinya a) Asma intermiten b) Asma episodik jarang / ringan Gejala hanya sesekali timbul. Gejala > 2 kali seminggu. Namun < 1 kali seminggu dimana eksaserbasi dapat mempengaruhi aktifitas dan gejala di malam hari > 2 kali seminggu. c) Asma episodik sering/sedang Gejala lebih sering timbul. Gejala setiap hari, penggunaan inhalasi agonis kerja singkat. Eksaserbasi mempengaruhi aktifitas dan dapat berkangsung berhari-hari. Gejala di malam hari > 1 kali seminggu. d) Asma persisten /berat Gejala timbul terus menerus, hampir setiap hari ,gejala fisik di malam hari, dan aktifitas fisik terbatas.

2. Berdasarkan penyebabnya a) Asma ekstrinsik (alergi) Asma ekstrinsik atopic, dengan sifat-sifat sebagai berikut : Penyebabnya adalah rangsangan alergen eksternal spesifik dan dapat diperlihatkan dengan reaksi kulit tipe-1. Gejala klinik dan keluhan cenderung timbul pada awal kehidupan 85% kasus timbul sebelum usia 30 tahun. Sebagian besar asma tipe ini mengalami perubahan dengan tiba-tiba pada waktu puber, dengan serangan asma yang berbeda-beda. Prognosis tergantung pada serangan pertama dan berat ringannya gejala yang timbul. Jika serangan pertama pada usia muda disertai gejala yang lebih berat, maka prognosis menjadi jelek. Perubahan alamiah terjadi karena ada kelainan dari kehidupan tubuh pada IgE, yang timbul terutama pada awal kehidupan dan cenderung berkurang pada kemudian hari. Kenyaataan ini tampak dengan adanya respon asma atopik yang makin berkurang sesuai dengan bertambahnya usia. Asma bentuk ini memberikan tes kulit yang positif. Dalam darah menunjukkan kenaikan kadar IgE spesifik. Ada riwayat keluarga yang menderita asma. Terhadap pengobatan memberikan perbaikan yang cepat.
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan 8

Asma ekstrinsik non atopik, dengan sifat sebagai berikut : Serangan asma timbul karena berhubungan dengan bermacam-macam alergen yang spesifik, sering kali terjadi pada waktu melakukan pekerjaan atau timbul setelah mengalami paparan dengan alergen yang berlebihan Tes kulit memberi reaksi alergi tipe segera, tipe lambat dang and terhadap alergi yang tersensitisasi dapat menjadi positif Dalam serum didapatkan IgE dan IgG yang spesifik Timbulnya gejala, cenderung pada saat akhir kehidupan atau dikemudian hari. Hal ini dapat diterangkan karena sekali sensititasi terjadi, maka

respon asma dapat dicetuskan oleh berbagai macam rangsangan nonimunologik, seperti emosi, infeksi, kelelahan dan factor sirkadian dari siklus biologis (yg sukar diterangkan).

b) Asma Kriptogenik Asma Intrinsik Di tandai dengan adanya reaksi non alergi yang breaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak di ketahui, seperti udara dingin atau bisa juga di sebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Asma Idiopatik Asma jenis ini, alergi pencetus sukar di temukan Tidak ada allergen ekstrinsik sebagai penyebab dan tes kulit member hasil negative. Merupakan kelompok yang heterogen, respon untuk terjadi asma di cetuskan oleh penyebab dan melalui mekanisme yang berbeda-beda. Sering di temukan pada penderita dewasa, di mulai pada umur di atas 30 tahun dan di sebut juga late onset asthma. Serangan sesak pada asma tipe ini dapat berlangsung lama dan sering kali menimbulkan kematian bila pengobatan tanpa di sertai kortikosteroid. Perubahan patologi yang terjadi sama dengan asma ekstrinsik namun tidak dapat di buktikan keterlibatan lgE. Kadar lgE dalam serum normal, tetapi eosinofil dapat meningkat jauh lebih tinggi di bandingkan dengan asma ekstrinsik. Selain itu tes serologi dapat menunjukkan adanya factor rematoid, misalnya sel LE.
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan 9

Perbedaan lain dengan ekstrinsik asma ialah riwayat keluarga alergi yang jauh lebih sedikit, sekitar 12 sampai 48%. Polip hidung dan sensitivitas terhadap aspirin lebih sering sering di jumpai pada asma jenis ini.

D. Patofisiologi Inflamasi berperan dalam peningkatan reaktifitas jalan nafas. Mekanisme yang menyebabkan inflamasi jalan nafas cukup beragam, dan peran setiap mekanisme tersebut bervariasi dan satu anak ke anak lain serta selama perjalanan penyakit. Komponen penting asma lainnya adalah bronkospasme dan obstruksi. Mekanisme yang menyebabkan gejala obstruktif meliputi : inflamasi dan edema membrane mukosa, akumulasi sekresi yang berlebihan dari kelenjar mukosa, spasma otot-otot halus dan bronkiolus yang menurunkan diameter bronkiolus. Kontriksi bronkus merupakan reaksi normal terhadap stimulus asing, namun pada anak yang menderita asma biasanya sangat parah hingga menyebabkan gangguan fungsi pernafasan: otot halus, berbentuk kumparan spural di sekeliling jalan nafas, menyebabkan penyempitan dan pemendekan jalan nafas, yang secara signifikan meningkatkan tahanan jalan nafas terhadap aliran udara. Pada saat inspirasi dan berkontraksi serta memendek selama ekspirasi. Oleh karena itu, kesulitan bernafas lebih berat terjadi selama fase ekspirasi. Peningkatan tahanan dalam jalan nafas menyebabkan ekspresi yang di paksakan melewati lumen sempit. Volume udara yang terjebak dalam paru menungkat pada saat jalan nafas secara fungsional menutup di titik antara alveoli dan bronkus lobucus. Gas yang terjebak ini mendorong individu untuk

bernafas pada volume paru yang semakin tinggi. Akibatnya orang menderita asma harus berjuang untuk menginspirasi jumlah udara yang cukup. Upaya yang keras untuk bernafas ini menyebabkan keletihan, penurunan efektivitas penafasan, dan peningkatan konsumsi oksigen. Inspirasi yang terjadi ketika volume paru lebih tinggi akan menginflasi alveoli secara berlebihan dan menurunkan efektifitas batuk. Jika obstruksi semakin parah, terjadi penurunan ventilasi alveolus di sertai rotensi karbondioksida, hipoksia, asidosis pernafasan dan akhirnya gagal nafas. E. Manifestasi Klinis Pada anak yang rentan, inflamasi di saluran nafas ini dapat menyebabkan timbulnya episode mengi berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan, dan batuk, khususnya pada malam
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan 10

atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan nafas yang luas namun bervariasi, yang sebagian bersifat reversible baik secara spontan maupun dengan pengobatan. Gejala dan serangan asma biasanya timbul bila pasien terpajan dengan factor pencetus yang sangat beragam dan bersifat individual. F. Penatalaksanaan Sebelum memberikan pengobatan spesifik, beberapa prinsip umum pengobatan harus harus di tegakkan lebih dulu. a. Pengobatan asma harus berkesinambungan, mampu menghilangkan keluhan dan mampu mencegah kekambuhan serta mampu menekan timbulnya proses peradangan menahun pada saluaran nafas. b. Mencegah timbulnya serangan akut merupakan prinsip pengobatan yang amat

penting, menghindari faktor pencetus bagi penderita yang alergi harus menghindari bahan allergen. c. Pengobatan asma harus di dasarkan pada mekanisme patofisiologi yang menyebabkan timbulnya serangan asma. d. Pengobatan asma adalah suatu tindakan yang banyak melibatkan banyak hal, antara lain penyuluhan (edukasi) penderita, e. Dalam penatalaksanaan secara farmakologi atau non farmakologi harus di pikirkan

Pengobatan pada asma terbagi 2, yaitu: 1. Pengobatan non farmakologik: Memberikan penyuluhan Menghindari faktor pencetus Pemberian cairan Fisiotherapy Beri O2 bila perlu.

2. Pengobatan farmakologik : Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan : 1. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin) Nama obat :
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan 11

- Orsiprenalin (Alupent) - Fenoterol (berotec) - Terbutalin (bricasma)

Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus) untuk selanjutnya dihirup.

2. Santin (teofilin) Nama obat : Aminofilin (Amicam supp) Aminofilin (Euphilin Retard) Teofilin (Amilex) Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat. Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).

Kromalin Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma.

Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anakanak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.

12

Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan

Ketolifen Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan

dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat diberika secara oral.

G. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Proses keperawatan adalah metode di mana suatu konsep di terapkan dalam praktik keperawatan. Dalam proses keperawatan terdapat 5 tahap, yaitu : 1. Pengkajian Tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi kesehatan klien. Pemeriksaan fisik: Inspeksi Palpasi Auskultasi Perkusi

Pemeriksaan penunjang: Pemeriksaan radiologi Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut: a. Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah. b. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah. c. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru. d. Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
13

Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan

e. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.

Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat

menimbulkan reaksi yang positif pada asma. Elektrokardiografi Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu : a. Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation. b. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right bundle branch block). c. Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.

Scanning paru Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara

selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru. Spirometri Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.
14

Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan

2. Diagnosa keperawatan Suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabulitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan mengubah (carpenito 2000). Langkah-langkah dalam menegakkan diagnosis keperawatan : a. Klasifikasi dan analisa data b. Interpretasi data c. Validasi data d. Merumuskan diagnosis keperawatan Diagnosa keperawatan menurut caipe (2000) dapat di bedakan menjadi 5 kategori : a. Actual b. Resiko c. Potensial d. Sejahtera (wellness) e. Sindrom

Dalam masalah asma ada beberapa diagnosa yang dapat terjadi, yaitu : a. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan mukosa yang berlebihan b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan jaringan c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat d. Kurang pengetahuan berhubungan denga kurangnya informasi yang di dapat

3. Perencanaan Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, atau mengoreksi masalah-masalah yang telah di identifikasi pada diagnosis keperawatan. Tahap ini di mulai setelah menentukan diagnosis keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi.
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan 15

Rencana asuhan keperawatan yang akan di susun harus mempunyai beberapa komponen, yaitu prioritas masalah, kretaria hasil, rencana intervensi, dan pendokumentasian. Komponen-komponen tersebut sangat membantu pada proses evaluasi keberahasilan asuhan keperawatan yang telah di inplementasikan. 4. Implementasi Implemetasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang sfesifik. Tahap inplementasi di mulai setelah rencana intervensi di susun dan di tunjukkan pada perawat untuk membatu klien mencapai tujuan yang di harapkan. Oleh karena itu rencana intervensi yang sfesifik di laksanakn untu memodifikasi factor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien mencapai tujuan yang di tetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Perencanaan asuhan keperawatan akan di laksanakan dengan baik, jika klien mempunyai keinginan untuk berpartisifasi dalam asuhan keperawatan, selama dalam tahap inplementasi, perawat terus mengumpulkan data dan memilih asuhan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien. Semua intervensi keperawatan di dokumentasikan ke dalam format yang telah di tetapkan oleh instansi

5. Evaluasi Tahap evaluasi pada proses keperawata meliputi kegiatan mengukur pencapaian tujuan klien dan mementukan keputusan dengan cara membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian tujuan.

16

Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan

BAB III HASIL DISKUSI Skenario Nn.S (20 thn)seorang mahasiswi. Datang ke RS dengan keluhan sesak dan batuk berdahak sejak 3 hari yang lalu disertai demam.2 minggu sebelum datang ke RS Nn.S sudah mengalami batuk tapi tidak berdahak. Nn.S mengatakan keluhan sesak timbul setelah klien membersihkan rak bukunya yang penuh debu setelah menempuh UAS. Dari hasil pengkajian didapatkan RR 29x/mnt,suhu 37,9oC, Nadi 99x/mnt, TD 110/85mmHg. Hasil aukultasi didapatkan terdapat bunyi wheezing dan rhonki di kedua lapang paru. Tampak pernafasan ekspirasi memanjang,dan penggunaan otot bantu pernafasan. Klien mengatakan sering mengalami sesak seperti ini sejak klien bersekolah dasar, tetapi sering kali sesak berkurang setelah istirahat, klien juga sering mengalami batuk pilek,ayah klien juga memilki riwayat yang sama dengan klien. Proses pemecahan masalah menggunakan 7 langkah dan peneyelesaian masalah yaitu : Langkah 1 : Kata yang sulit dimengerti 1) Wheezing : bunyi ngik terdengar pada saat inspirasi atau ekspirasi karena penyempitan bronkus eksudat yang lengket pada pasien asma dan bronchitis. 2) Ronchi : suara yang di hasilkan saat udara melewati jalan nafas yang penuh cairan /terdengar saat inspirasi maupun ekspirasi. 3) Ekspirasi memanjang : menghebuskan nafas panjang. 4) Auskultasi : cara pemeriksaan fisik dengan cara pendengaran. 5) Lapang paru: ruas paru Langkah 2: Kata Kunci 1) Sesak dan batuk berdahak sejak 3 hari disertai demam. 2) 2 minggu sebelum dating ke RS batuk tapi tidak berdahak. 3) Sesak timnbul setelah membersihkan rak buku yang penuh debu. 4) Sesak seperti ini sejak SD. 5) Sesak berkurang setelah beristirahat. 6) Sering batuk dan pilek.
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan 17

7) Ayah klien memiliki riwayat yang sama. 8) RR= 29 x/menit, nadi= 99 x/menit, suhu =37,9o C , TD =110/85 mmHg. 9) Hasil auskultasi terdengar bunyi wheezing dan ronchi di kedua lapang dada. 10) Ekspirasi memanjang dan penggunaan otot bantu nafas. Langkah 3: Membuat Pertanyaan 1) Kenapa klien sesak dan batuk berdahak sejak 3 hari di sertai demam? 2) Kenapa 2 minggu yang lalu batuk tapi tidak berdahak? 3) Kenapa sesak pasien timbul setelah membersihkan rak buku yang penuh debu? 4) Mengapa rspirasinya meningkat menjadi 29 kali/menit dan suhu 37,9 celcius 5) Mengapa terdepatbunyi wheezingdan ronchi 6) Mengaa ekspirasi memanjang dan menggunakan otot bantu perbafasan? 7) Apa yang menyebabkan klien sesak sejak SD 8) Mengapa sesak menghilangsaat pasien istirahat? 9) Apakah ada kaitannya riwayat penyakit ayah klien dengan penyakit pasien saat ini? 10) Mengapa klien sering batuk pilek? 11) Apa masalah keperawatan yang timbul dalam kasus ini ? Langkah 4 : Menganalisa Masalah 1) Kenapa klien sesak dan batuk berdahak sejak 3 hari di sertai demam? Jawaban : Timbulnya dahak yang menyertai batuk disebabkan oleh adanya sel epitel berlapis mukus bersilia yang membantu membersihkan saluran pernafasan, karena silia bergetar ke arah faring dan menggerakkan mukus seperti suatu lembaran yang mengalir terus-menerus. Jadi partikel asing kecil dan mukus digerakkan dengan kecepatan satu sentimeter per menit sepanjang trakea ke faring. Benda asing di dalam saluran hidung juga dimobilisasikan ke laring.

Sesak nafas yang terjadi pada penderita lebih disebabkan karena reaksi hipersensitifitas terhadap suatu alergen, yang pada skenario adalah debu. Partikel debu sangatlah kecil, sulit dilihat dengan mata telanjang. Jika seseorang yang alergi terhadap debu secara tidak sengaja menghirupnya, maka tubuh akan meresponnya pertama kali dengan refleks batuk. Kemudian sistem imun tubuh meresponnya dengan melepaskan mediator-mediator inflamasi, seperti IGE, sel mast, Sel Th2, dan eosinofil. Akibatnya akan terjadi sesak nafas yang disebabkan oleh penyempitan bronkus yang berlebihan. Penyakit respirasi dengan riwayat seperti ini adalah asma
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan 18

ekstrinsik (disebabkan oleh reaksi hipersensitif tubuh terhadap suatu alergen, debu). Selain sesak nafas, tubuh juga akan mengalami kenaikkan suhu (demam) akibat melepaskan berbagai mediator inflamasi tadi.

2) Kenapa 2 minggu yang lalu batuk tapi tidak berdahak? Jawaban: karena tidak ada factor pemicu sehingga batuk yang dialami klien tanpa dahak.

3) Kenapa sesak pasien timbul setelah membersihkan rak buku yang penuh debu? Jawaban: kemungkinan Nn S. ini mengalami alergi yang di cetuskan oleh di cetuskan oleh debu. Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IGE berikatan dengan alergen dan menyebabkan degranulasi sel mast akibat degranulasi tersebut histamin di lepaskan,. Histamin bisa menyebaban kontriksi otot polos

bronkiolus.karena histamin juga merangsang pembentukan mucus dan meningkatkan permeabilitas kapiler. Indivudu yang mengalami asma mungkin memiliki respons IGE yang sensitif berlebihan terhadap suatu alergen atau sel-sel mastnya terlalu mudah mengalami degranulasi, dimanapun letak hipersensitivitas respon peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah broncos plasme, pembentukan mucus, edema dan obstruksi aliran udara. Apakah kejadian pencetus dari suatu serangan asma adalah infeksi virus,debu, atau iritan alergi,reaksiperadangan hipersensitif dapat mencetuskan suatu serangan. 4) Mengapa respirasinya meningkat menjadi 29 kali/menit dan suhu 37,9OC? Jawaban: RR meningkat karena terjadi penyempitan & pemendekan jalan nafas diakibatkan penumpukan sekret sehingga suplai O2 dalam tubuh berkurang akibatnya tubuh mengkompensasi dengan menghirup udara lebih cepat.dan penyempitan dan pemendekan jalan nafas. sistem imun tubuh meresponnya dengan melepaskan mediator-mediator inflamasi

5) Mengapa terdepat bunyi wheezing dan ronchi? Jawaban: wheezing adalah kontriksi berlebihan saluran halus karena spasme otot polos di dinding saluran pernafasan yang induksi alergi lalu penebalan dinding saluran pernafasan akibat peradangan & adema yang di induksi oleh histamin keadaan
19

Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan

ini menghasilkan suara ngiik (wheezing) saat inspirasi maupun ekspirasi karena penyempitan bronkus eksudat yang lengket. Ronchi: penyumbatan saluran pernafasan oleh sekresi berlebihan mucus yang sangat kental menghasilkan suara ronchi .suara yang di hasilkan saat udara melewati jalan nafas yang penuh cairan\ mucus.

6) Mengapa ekspirasi memanjang dan menggunakan otot bantu pernafasan? Jawaban: otot polos dan bronki mengalami kejang dan jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan (inflamasi) dan pelepasan lendir ke saluran udara, hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara (bronkokontriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas sehingga melibatkan otot bantu pernafasan yang lebih untuk membantu nafas penderita.

7) Apa yang menyebabkan klien sesak sejak SD? Jawaban: karena pasien sudah memilki factor predisposisi berupa riwayat penyakit genetic yang di turunkan oleh ayahnya. Oleh sebab itu sesak sudah di alami sejak SD.

8) Mengapa sesak menghilang saat pasien istirahat? Jawaban: faktor stress berkurang mengakibatkan pengurangan terhadap stress itu sendiri, sehingga sesak dapat teratasi dengan pengurangan factor pemicu stress melalui relaksasi istirahat.

9) Apakah ada kaitannya riwayat penyakit ayah klien dengan penyakit pasien saat ini? Jawaban: karena pasien mendapatkan penyakit dari ayahnya , karena penyakit ini bisa terjadi karena faktor genetic (keturunan).

10) Mengapa klien sering batuk pilek? Jawaban: batuk pilek menimbulkan eksaserbasi (peningkatan gejala) sehingga terjadi batuk berdahak yang bisa menyebabkan pembentukan mukus yang banyak, terjadi edema mukosa di bronkus menyebabkan pasien batuk sehingga nafas sesak. Alveoli menjadi inflamasi (peradangan) sehingga tejadi obstruksi jalan nafas pasien.
20

Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan

11) Apa masalah keperawatan yang timbul dalam kasus ini ? Jawaban: Diagnosa Keperawatan 1: 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan mukosa yang berlebih ditandai oleh: Sesak dan batuk berdahak Demam RR 29x/menit, suhu 37,9C, Nadi 99x/menit, TD 110/85mmHg Auskultasi: wheezing, ronkhi, ekspirasi memanjang Penggunaan otot bantu nafas

Tujuan tindakan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, diharapkan bersihan jalan nafas klien efektif. Kriteria hasil: Mempertahankan kepatenan jalan nafas, yang dibuktikan dengan hal berikut: Meningkatnya bunyi nafas Frekuensi dan kedalaman pernafasan normal Tidak ada dispnea

Intervensi: Mandiri 1. Observasi TTV 2. Auskultasi jalan nafas klien setiap 2-4 jam sekali/ sesuai indikasi untuk mendengar suara ronchi dan wheezing 3. Observasi adanya sesak dan otot bantu pernafasan 4. Observasi karakteristik batuk dan mukosa pasien. 5. Berikan posisi semi fowler jika sesak. 6. Ajari pasien batuk efektif (sesudah bangun tidur pagi, sebelum makan , sebelum mandi sore). 7. Berikan pasien fisioterapi dada. 8. Kaji tingkat pengetahuan pasien. 9. Berikan pendidikan ksehatan .
Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan 21

Kolaborasi 1. Berikan obat sesuai indikasi dan instruksi dokter 2. Berikan terapi inhalasi.

Diagnosa Keperawatan 2: 2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme ditandai oleh: Bunyi ronchi dan wheezing RR: 29x/mnt Suhu 37,9o C Ekspirasi memanjang Menggunakan otot bantu pernafasan.

Tujuan tindakan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam diharapkan pola nafas pasien efektif. Kriteria hasil: Bunyi nafas normal tidak terdapat ronchi,wheezing. Frekuensi dan kedalaman pernafasan normal (RR: 12-20x/mnt) ekspirasi tidak memanjang. tidak menggunakan otot bantu. dan

Intervensi: Mandiri 1. Observasi TTV 2. Observasi pola nafas pasien 3. Observasi frekuensi pernafasan 4. Observasi bunyi nafas pasien 5. Hindari allergen 6. Hindari strees 7. Anjurkan pasien menghindari lingkungan berdebu 8. Hindari aktivitas berat.
22

Kolaborasi Berikan obat sesuai indikasi dan aturan dokter!


Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan

Diagnosa Keperawatan 3 Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan reaksi inflamasi ditandai oleh : demam, RR 29x/menit, ekspirasi memanjang. 3x24 jam diharapkan

Tujuan tindakan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan kebutuhan cairan pasien terpenuhi. Kriteria hasil: suhu tuhuh pasien normal

Frekuensi dan kedalaman pernafasan normal (RR: 12-20x/mnt) ekspirasi tidak memanjang.

Intervensi: Mandiri Observasi TTV Observasi pola nafas pasien Observasi frekuensi pernafasan Anjurkan pasien banyak minum air putih

Kolaborasi Berikan obat sesuai indikasi dan aturan dokter!

23

Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan

Patoflow Kasus Faktor Predisposisi Genetik Faktor Prespitasi Alergen ( Debu) Masuk kesaluran pernafasan Stress Saraf simpatis Saraf parasimpatis Kontriksi otot polos bronkiolus Mengaktifkan Antibodi IgE Peningkatan ventilasi (RR )

Respon alergen di saluran nafas Dilatasi Bronkus

Antibodi IgE berikatan dengan Alergen Ditangkap oleh makrofag Pelepasan reseptor (alfa) adrenergik Gangguan Pola Nafas

oleh saraf vagal dalam bronkhi Menurunkan kadar C- AMP Degranulasi sel mast Terlepasnya mediator kimia ; HISTAMIN, SRS A, ECF - A Kontriksi otot polos Respon pelepasan histamine berlebihan Bronkuspasme Edema mukosa meningkatkan kelenjar mukosa dan meningkatkan produksi mukus. Dx: Pola nafas tidak efektif

Batuk Gangguan Ventilasi Reflek batuk tidak adekuat


24

Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan

Penyempitan saluran pernafasan (Wheezing)

Penumpukan Sputum

Suplai O2 dalam tubuh berkurang Tubuh berkompensasi dengan menghirup udara lebih cepat (RR ) Sesak
Dx : Pola nafas tidak efektif

Penyumbatan saluran pernafasan Udara melewati jalan nafas yang penuh cairan

Berkembang biaknya Mikroorganisme Reaksi Inflamasi : leukosit, makrofag: limfosit melakukan pertahanan.

Suara Ronchi

Demam

Dx: Bersihan jalan nafas tidak efektif

Dx: Resiko Kekurangan Cairan

25

Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN Nama : Nn. S. Usia : 20 tahun Diagnosa Diagnosa 1 : Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan Kriteria hasil Tujuan tindakan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam di harapkan bersihan jalan nafas pasien efektif. Intervensi Mandiri 1 . Observasi TTV! 2. Auskultasi jalan nafas klien setiap 2-4 jam sekali/ sesuai indikasi untuk mendengar suara ronchi dan wheezing! Kriteria hasil: 1 . Frekuensi dan kedalaman pernafasan normal (RR: 12-20x/mnt) dan ekspirasi tidak memanjang. 2 . Bunyi nafas bersih (normal) tidak terdengar ronchi, wheezing. 3 . Tidak menggunakan otot bantu nafas. 4 . Suhu normal (36,5oC 37,5oC) Kolaborasi 1 . Berikan obat sesuai indikasi dan intruksi dokter! (Bronkodilator) 2 . Berikan terapi inhalasi! (Ventolin)
26

Pengkajian DS : Klien mengatakan - sesak dan batuk - sesak setelah menbersihkan rak UAS - sering batuk pilek - sesak berkurang setelah istirahat

bukunya dan setelah dengan penumpukan mukus yang berlebihan ditandai dengan sesak, batuk berdahak, DO : - RR : 29x/mnt - Suhu :37,9oC - Nadi :99x/mnt - TD 110/85mmHg - Bunyi ronchi. - Ekspirasi memanjang - Penggunaan otot bantu pernafasan demam, RR: 29x/mnt, suhu: 37,9oC, aukultasi, wheezing, ronchi, ekspirasi memanjang, penggunaan otot bantu nafas.

3 . Observasi adanya sesak dan otot bantu pernafasan! 4 . Observasi karakteristik batuk dan mukosa pasien! 6 . Ajari pasien batuk efektif (sesudah bangun tidur pagi, sebelum makan , sebelum mandi sore)! 7 . Berikan pasien fisioterapi dada!

Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan

DS : Klien mengatakan - sesak dan batuk - sesak setelah menbersihkan rak UAS - sering batuk pilek - sesak berkurang setelah istirahat

Diagnosa 2: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan

Tujuan tindakan: Setelah dilakukan asuhan keperawatn 3x24 jam diharapkan pola nafas psien efektif.

Mandiri 1 . Observasi TTV! 2 . Observasi pola nafas pasien! 3 . Observasi frekuensi pernafasan! 4 . Observasi bunyi nafas

bukunya dan setelah bronkospasme di tandai dengan bunyi ronchi, wheezing RR: 29x/mnt, suhu 37,9o C ,ekspirasi memanjang,meng DO : - RR : 29x/mnt - Suhu :37,9 C - Nadi :99x/mnt - TD 110/85mmHg - Bunyi wheezing dan ronchi. - Ekspirasi memanjang - Penggunaan otot bantu pernafasan
o

Kriteria hasil: 1 . Bunyi nafas normal tidak terdapat ronchi,wheezing. 2 . Frekuensi dan kedalaman pernafasan normal (RR: 12-20x/mnt)dan ekspirasi tidak memanjang. 3 . Tidak menggunakan otot bantu.

pasien! 5 . Hindari allergen! 6 . Hindari strees! 7 . Anjurkan pasien menghindari lingkungan berdebu! 8 . Hindari aktivitas berat! 9. Berikan posisi semi fowler jika sesak! Kolaborasi Berikan obat sesuai indikasi dan aturan dokter! (Bronkodilator)

gunakan otot bantu pernafasan.

27

Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan

BAB IV PENUTUP

Penyebab asma masih belum jelas.faktor pencetus adalah alergen,infeksi(terutama saluran nafas bagian atas),iritan, cuaca, aktivitas, refluks gatroesofagus, dan pkisis. Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi terjainya serangan asma. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan asma. Faktor predisposisi Genetik Gender dan ras Faktor presipitasi Allergen Perubahan cuaca Lingkungan

28

Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan

DAFTAR PUSTAKA

Asdie Ahmad (2000) prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam .edisi 13.EGC.jakarta Nanda ( 2012-2014) Internasional Diagnosis Keperawatan .Definisi dan klarifikasi Djojodibroto Darmanto (2009) Respirologi.EGC.jakarta J.Corwin Elzabeth(2001) Patofisiologi.EGC.jakarta Tucker Martin Susan,dkk (2008) Standar Keperawatan Pasien.edisi 7.EGC. Jakarta

29

Laporan Modul Sesak |Sistem Pernafasan

Anda mungkin juga menyukai

  • Tugas Kasus Fraktur C
    Tugas Kasus Fraktur C
    Dokumen6 halaman
    Tugas Kasus Fraktur C
    TIARA GUSTIWIYANA
    Belum ada peringkat
  • Patway
    Patway
    Dokumen1 halaman
    Patway
    TIARA GUSTIWIYANA
    Belum ada peringkat
  • Cardiac Arrest
    Cardiac Arrest
    Dokumen20 halaman
    Cardiac Arrest
    TIARA GUSTIWIYANA
    Belum ada peringkat
  • Tugas Ok KGD ARDS
    Tugas Ok KGD ARDS
    Dokumen24 halaman
    Tugas Ok KGD ARDS
    TIARA GUSTIWIYANA
    Belum ada peringkat
  • KGD Combustio
    KGD Combustio
    Dokumen7 halaman
    KGD Combustio
    TIARA GUSTIWIYANA
    Belum ada peringkat
  • Kasus CHF
    Kasus CHF
    Dokumen6 halaman
    Kasus CHF
    TIARA GUSTIWIYANA
    Belum ada peringkat
  • Format Pengkajian Lansia
    Format Pengkajian Lansia
    Dokumen12 halaman
    Format Pengkajian Lansia
    TIARA GUSTIWIYANA
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    TIARA GUSTIWIYANA
    Belum ada peringkat
  • KAD
    KAD
    Dokumen5 halaman
    KAD
    TIARA GUSTIWIYANA
    Belum ada peringkat
  • BAB III (Repaired)
    BAB III (Repaired)
    Dokumen33 halaman
    BAB III (Repaired)
    TIARA GUSTIWIYANA
    Belum ada peringkat
  • Askep 7 SP Jiwa
    Askep 7 SP Jiwa
    Dokumen23 halaman
    Askep 7 SP Jiwa
    TIARA GUSTIWIYANA
    Belum ada peringkat
  • Pathway Meniere 1
    Pathway Meniere 1
    Dokumen1 halaman
    Pathway Meniere 1
    TIARA GUSTIWIYANA
    Belum ada peringkat
  • Pathway TST
    Pathway TST
    Dokumen2 halaman
    Pathway TST
    TIARA GUSTIWIYANA
    Belum ada peringkat
  • Stem Dan Leaf
    Stem Dan Leaf
    Dokumen6 halaman
    Stem Dan Leaf
    TIARA GUSTIWIYANA
    100% (1)
  • Contoh Pengmas
    Contoh Pengmas
    Dokumen21 halaman
    Contoh Pengmas
    TIARA GUSTIWIYANA
    Belum ada peringkat