Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah kesehatan reproduksi yang sering ditemui yaitu infeksi alat reproduksi. Beberapa penyakit-penyakit infeksi organ reproduksi wanita adalah trikomoniasis, vaginosis bakterial, kandidiasis vulvovaginitis, gonore, klamida dan sifilis. Apabila keadaan infeksi ini dibiarkan begitu lama dan tidak di obati maka akan mengakibatkan kemandulan atau infertilitas. Infeksi ini bisa merembes ke arah rongga rahim, kemudian ke saluran telur dan sampai ke indung telur (Flona Serial, 2006). Salah satu gejala dan tanda penyakit infeksi organ reproduksi wanita adalah terjadinya keputihan. Keputihan merupakan salah satu masalah yang sejak lama menjadi persoalan bagi kaum wanita. Keputihan (flour albus) adalah cairan berlebih yang keluar dari vagina (Dwiana, 2008). Keputihan patologis menjadi keluhan dari sekian banyak

penderitanya di dunia seperti panas, gatal dan merah pada vagina, bau busuk dan terjadi perubahan vagina dan cairan vagina yang di keluarkan tersebut serta nyeri saat buang air kecil bahkan saat senggama. Hal ini disebabkan oleh radang atau infeksi pada organ genitalia (Flona Serial, 2006). Banyak faktor predisposisi terjadinya keputihan patologis

diantaranya infeksi oleh jamur, bakteri, parasit dan cara perawatan organ genitalia wanita yang kurang baik, pengetahuan yang kurang tentang

2 menjaga organ genitalia, gaya hidup (stress, cemas dan kurang istirahat), menderita penyakit yang lama (Flona Serial, 2006). Selain itu tinggal di daerah tropis yang panas seperti Indonesia juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan keputihan. Kota Padang yang merupakan salah satu daerah tepi pantai dengan suhu cukup panas membuat tubuh terkompensasi untuk mempertahankan suhu tubuh dengan

meningkatkan pengeluaran keringat. Hal ini membuat tubuh menjadi lembab, terutama pada organ seksual, sehingga apabila keadaan ini terus berlangsung dan di dukung oleh kurang personal hygiene akan mempermudah timbulnya keputihan. Banyak wanita di Indonesia tidak tahu tentang keputihan sehingga mereka menganggap keputihan sebagai hal yang umum dan sepele. Disamping itu rasa malu ketika mengalami keputihan kerap membuat wanita enggan berkonsultasi ke dokter. Padahal keputihan tidak bisa dianggap sepele, karena akibat dari keputihan ini sangat fatal bila lambat di tangani. Tidak hanya bisa menyebabkan kemandulan dan hamil di luar kandungan, keputihan juga bisa merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung pada kematian (Sugi, 2009). Pencegahan dapat dilakukan salah satunya dengan melakukan personal hygiene yang baik terutama pada organ genitalia. Kebersihan alat kelamin harus di perhatikan secara ekstra karena pada daerah tersebut, keringat yang dihasilkan cukup berlebihan, sehingga daerah tersebut menjadi lembab. Maka bakteri yang menyebabkan penyakit serta bau tidak

3 sedap dapat berkembang biak dengan baik. Salah satu penyakit yang dapat ditimbulkan adalah infeksi (Siswono, 2001). Menurut Wahyurini (2003) Kebiasaan menjaga kebersihan termasuk kebersihan organ-organ seksual atau reproduksi, merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan. Kurangnya kebiasaan diri dapat menimbulkan penyakit infeksi pada saluran reproduksi, salah satu infeksi yang sering terjadi seperti keputihan. Wanita sangat rentan sekali terjadi infeksi pada vagina, karena kuman mudah sekali masuk, apalagi kalau hygiene yang kurang baik. Cara perawatan kesehatan organ genitalia wanita yang kurang baik seperti membersihkan organ genitalia dengan air yang kurang bersih atau kotor, pemakaian pembilas vagina yang berlebihan (douching vagina), dan kebiasaan memakai celana dalam yang ketat dan terbuat dari karet yang tidak dapat menyerap keringat sehingga dapat menyebabkan timbulnya keputihan patologis (Flona Serial, 2006). Dampak apabila genitalia hygiene kurang diperhatikan adalah terjadinya iritasi pada alat kelamin. Peradangan ini terjadi karena banyak berkeringat pada alat genitalia, pemakaian celana dalam yang lembab, gesekan celana yang ketat dan garukan kuku. Selain itu juga dapat mengakibatkan terjadinya infeksi genitalia seperti keputihan, trichomonal vaginitis, herpes genitalis, shypilis dan gonore. Jika hal ini dibiarkan maka bisa merembet sampai ke rongga rahim atau saluran telur yang bisa menyebabkan kemandulan. Selain itu juga menjadi faktor pemicu terjadinya kanker seperti kanker serviks (leher rahim), kanker indung telur (ovarium) dan kanker endometrium (badan rahim) (Junita, 2004).

4 Oleh sebab itu sangat diperlukan pemahaman yang baik serta pengetahuan di bidang kesehatan, khususnya dibidang kesehatan wanita seperti perawatan hygiene genitalia yang baik terutama pada alat genitalia. Pengetahuan tentang keputihan juga sangat diperlukan untuk dapat mendorong wanita untuk menjaga hygienitas. Tingginya angka masalah kesehatan reproduksi salah satunya di sebabkan juga oleh rendahnya pengetahuan dan kesadaran akan bahaya dari infeksi ini, karena tidak banyak perempuan yang mengenal organ reproduksinya dengan baik, menghindari faktor resiko dan mencegahnya, hal ini juga disebabkan oleh kurangnya menjaga kebersihan alat kelamin (Flona Serial, 2006) Menurut WHO prevalensi infeksi vagina dialami 25 50% wanita, gejala yang timbul diantaranya seperti lendir vagina yang banyak, kental, gatal dan berbau amis. Meskipun termasuk penyakit yang sederhana kenyataannya keputihan adalah penyakit yang tak mudah disembuhkan. Penyakit ini menyerang sekitar 50% populasi perempuan dan mengenai hampir pada semua usia. Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75% wanita di dunia pasti menderita keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya bisa mengalami sebanyak 2 kali atau lebih (Kissanti, 2008). Menurut data Nasional Indonesia diperkirakan sebanyak 75% wanita di Indonesia pernah mengalami keputihan satu kali dalam hidupnya. Gejala keputihan pada umumnya diderita oleh wanita usia reproduksi (15 64 tahun) bahkan mencapai 85% (Kissanti, 2008).

5 Berbagai penelitian menunjukkan masih kurangnya pengetahuan wanita tentang keputihan seperti penelitian yang dilakukan oleh Itesmiati (2010) tentang hubungan pengetahuan dan sikap dengan keputihan pada wanita usia subur yang berkunjungan ke Poliklinik Kebidanan RSUD Pariaman menunjukkan hasil 38 responden (61,2%) memiliki tingkat pengetahuan rendah dan 24 responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang keputihan dan 40 responden (64,5%) memiliki sikap negatif dan 22 responden (35,4%) memiliki sikap positif tentang keputihan dan kejadian keputihan sebanyak 35 orang (56,4%), dari hasil uji chi square didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap dengan kejadian keputihan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Miko Eka Putri (2007) mahasiswa Fakultas Keperawatan Unand dengan judul penelitian FaktorFaktor Predisposisi Yang Berhubungan Dengan Timbulnya Keputihan Patologis Pada Wanita Yang Berkunjung Ke Poliklinik Kebidanan RSUD Pariaman menunjukkan hasil bahwa 28 responden (93,3%) mengalami keputihan patologis disebabkan oleh infeksi dan dari hasil uji fisher exact didapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna faktor cara perawatan organ genitalia wanita dengan timbulnya keputihan patologis. RSUD Pariaman merupakan rumah sakit tipe C dan sebagai rumah sakit rujukan untuk wilayah Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman, rumah sakit ini juga merupakan rumah sakit pendidikan. Di Rumah sakit ini peneliti mengadakan penelitian yaitu di Poliklinik Kebidanan. Hasil survey menemukan bahwa pada tahun 2012 jumlah

6 pengunjung yang datang ke Poliklinik Kebidanan di RSUD Pariaman sebanyak 2.335 orang dan 127 orang (5,43%) diantaranya mengalami keputihan patologis (Medical Record RSUD Pariaman, 2012). Pada survey awal di Poliklinik Kebidanan RSUD Pariaman rata-rata kunjungan pasien antara 2 sampai 5 orang dengan keluhan keputihan setiap harinya, penulis menanyakan kepada 10 orang pengunjung di Poliklinik Kebidanan dengan keluhan keputihan 7 orang tidak mengetahui

penyebabnya, tanda dan gejalanya, akibatnya, mereka hanya mengetahui gatal-gatal pada alat kelamin itu dinamakan keputihan dan mereka tidak mengetahui bagaimana cara merawat alat kelamin yang baik, kemudian 3 orang diantaranya memakai celana yang ketat dan mereka mengatakan sering memakai celana lembab serta tidak mengeringkan alat kelaminnya setelah buang air kecil ataupun buang air besar. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dan genitalia hygiene dengan keputihan patologis pada wanita yang berkunjung ke Poliklinik Kebidanan RSUD Pariaman tahun 2013

B.

Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan pengetahuan dan genitalia hygiene dengan keputihan patologis pada wanita yang berkunjung ke Poliklinik Kebidanan RSUD Pariaman tahun 2013?

7 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan genitalia hygiene dengan keputihan patologis pada wanita yang berkunjung ke Poliklinik Kebidanan RSUD Pariaman tahun 2013. 2. Tujuan Khusus a. Diketahui distribusi frekuensi kejadian keputihan pada wanita yang berkunjung di Poliklinik Kebidanan RSUD Pariaman tahun 2013. b. Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan wanita yang berkunjung tentang keputihan di Poliklinik Kebidanan RSUD Pariaman tahun 2013 c. Diketahui distribusi frekuensi genitalia hygiene wanita yang berkunjung di Poliklinik Kebidanan RSUD Pariaman tahun 2013. d. Diketahui hubungan pengetahuan wanita yang berkunjung dengan kejadian keputihan patologis di Poliklinik Kebidanan RSUD Pariaman tahun 2013 e. Diketahui hubungan genitalia hygiene wanita yang berkunjung dengan kejadian keputihan patologis di Poliklinik Kebidanan RSUD Pariaman tahun 2013.

D.

Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Mengembangkan kemampuan peneliti sehingga mampu

mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat dibangku perkuliahan dan dapat menambah wawasan dalam melakukan penelitian.

8 2. Bagi Tempat Penelitian Melalui direktur rumah sakit diharapkan dapat membantu petugas kesehatan, yaitu pihak RSUD Pariaman dalam memberikan penyuluhan kesehatan terutama kesehatan reproduksi wanita agar terwujud kesehatan fisik dan mental. 3. Bagi Institusi Pendidikan Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca serta dapat dijadikan pendidikan. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan rujukan ataupun perbandingan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan keputihan patologis referensi kepustakaan untuk meningkatkan kualitas

E. Ruang Lingkup Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hubungan pengetahuan dan genitalia hygiene dengan keputihan patologis pada wanita yang berkunjung ke Poliklinik Kebidanan RSUD Pariaman tahun 2013. Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan di Poliklinik Kebidanan RSUD Pariaman, pada bulan April - Mai 2013, dimana yang menjadi variabel independen adalah pengetahuan dan genitalia hygiene dan yang menjadi variabel dependen adalah keputihan patologis. Data dikumpulkan dengan menggunakan Kuisioner, penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian yang diambil adalah wanita

9 yang berkunjung ke Poliklinik Kebidanan RSUD Pariaman saat penelitian yang berjumlah 63 orang dengan menggunakan teknik accidental sampling.

Anda mungkin juga menyukai