Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sejarah merupakah sebuah fenomena peradaban manusia yang unik. Dengan adanya
sejarah kita bisa menguak tabir masa lalu, namun sejarah juga bisa melahirkan kontroversi dan
perdebatan panjang. Sejarah yang pada dasarnya merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang
benar terjadi. Von Renke mengartikan sejarah sebagai wie es eigentlich (kejadian yang bersifat
mutlak). Kemudian sejarah akan menjadi relatif apabila dilihat dari berbagai sisi dan sudut
pandang. Singkatnya, kejadian itu sendiri bersifat absolut, tapi setelah ditangkap dan sampai
pada manusia kejadian itu kemudian menjadi relatif. Dengan demikian kebenaran sejarah
merupakan kebenaran relatif. Hal inilah yang kemudian melahirkan beragam perdebatan dan
kontroversi.

Berbagai catatan sejarah yang menjadi pegangan umum harus rela untuk direkonstruksi
begitu ditemukan bukti baru. Maka tidak heran hingga detik ini telah muncul banyak versi
sejarah. Namun selama tidak mengandung bias dan tidak untuk kepentingan kekuasaan, versi-
versi sejarah tetap memberikan nilai yang berarti. Banyak pembengkokan sejarah dan
pengaburan fakta yang menyelimuti berbagai peristiwa di negeri ini. Setelah reformasi bergulir,
puluhan buku yang mempertanyakan dengan berani dan terbuka merupakan bukti riil. Sejarah
yang sudah ada dianggap tidak benar dan tidak sesuai dengan fakta dan bukti sejarah. Selain itu
banyak sumber sejarah dipalsukan dan interpretasinyapun bias.

Pancasila adalah ideologi Bangsa Indonesia. Dengan pedoman Pancasila para pedahulu
kita bisa mempersatukan berbagai golongan dan kelompok. Selain ideologi Pancasila ada banyak
ideologi lain yang berkembang didunia yaitu ideologi Liberalisme, Kapitalisme, Komunisme dan
Sosialisme. Semua itu memiliki banyak perbedaan dengan ideologi Pancasila. Maka dari itu
makalah ini akan membahas berbagai perbedaan ideologi Pancasila dengan beberapa ideologi
yang berkembang didunia
Sebagai dasar Negara Indonesia Pancasila memegang peranan penting dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pancasila pada hakikatnya merupakan hasil penuangan atau pemikiran
seseorang atau sekelompok orang. Pancasila diangkat dari nilai nilai adat istiadat kebudayaan
serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia. Melalui
pendidikan Pancasila warga Negara Republik Indonesia diharapkan mampu memahami,
menganalisis dan menjawab masalah masalah yang dihadapi oleh masyarakat bangsanya secara
berkesinambungan dan konsisten dengan cita cita dan tujuan nasional seperti digariskan di
dalam pembukaan UUD 1945.


3

B. Rumusan Masalah

1. Siapakah guru guru Soekarno yang terlibat membesarkan nama Soekarno?
2. Apa Latar belakang ditetapkannya hari besar nasional ?
3. Apa itu Ideologi ?
2. Apa saja macam macam ideologi yang ada?
3. Bagaimana perbedaan pancasila dengan ideologi lain?

C. Tujuan

1. Mengetahui tokoh-tokoh yang berperan dalam kepemimpinan Sukarno.
2. Mengetahui latar belakang peristiwa ditetapkannya hari besar nasional.
3. Mengetahui pancasila sebagai ideologi bangsa
4. Mengetahui berbagai macam ideologi lain
5. Mengetahui perbedaan ideologi pancasila dengan ideologi lain

D. Manfaat

Makalah ini mencakup manfaat teoritis dan praktis. Manfaat teoritis yaitu memperkaya
khasanah pengetahuan tentang berbagai sejarah pahlawan dan tokoh-tokoh yang berperan dalam
memajukan Indonesia dan mengetahui fakta-fakta dari sejarah Indonesia masa lampau serta
mengetahui ideologi yang ada di dunia. Manfaat praktis yaitu dengan adanya makalah ini dapat
memberikan banyak informasi kepada masyarakat luas dan pembaca pada umumnya dan penulis
pada khususnya tentang fakta dari sejarah Indonesia dan perbedaan Pancasila dengan ideologi
lain.













3
BAB II
PEMBAHASAN

A. GURU GURU SOEKARNO

1. RMP SOSROKARTONO (KAKAK KANDUNG R.A KARTINI)
Raden Mas Panji Sosrokartono lahir di Mayong pada hari Rabu Pahing tanggal 10 April 1877
M. Beliau adalah putera R.M. Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Semenjak kecil beliau
sudah mempunyai keistimewaan, beliau cerdas dan mempunyai kemampuan membaca masa
depan.

Kakak dari ibu kita Kartini ini, setelah tamat dari Eropesche Lagere School di Jepara,
melanjutkan pendidikannya ke H.B.S. di Semarang. Pada tahun 1898 meneruskan sekolahnya ke
negeri Belanda. Mula-mula masuk di sekolah Teknik Tinggi di Leiden, tetapi merasa tidak
cocok, sehingga pindah ke Jurusan Bahasa dan Kesusastraan Timur. Beliau merupakan
mahasiswa Indonesia pertama yang meneruskan pendidikan ke negeri Belanda, yang pada
urutannya disusul oleh putera-putera Indonesia lainnya. Dengan menggenggam gelar
Docterandus in de Oostersche Talen dari Perguruan Tinggi Leiden, beliau mengembara ke
seluruh Eropa, menjelajahi pelbagai pekerjaan.

Tahun 1919 didirikan Liga Bangsa-Bangsa (League of Nations) atas prakarsa Presiden
Amerika Serikat Woodrow Wilson. Dari tahun 1919 sampai 1921, RMP Sosrokartono, anak
Bumiputra, mampu menjabat sebagai Kepala Penterjemah untuk semua bahasa yang digunakan
di Liga Bangsa-Bangsa. Ia berhasil mengalahkan poliglot-poliglot dari Eropa dan Amerika
sehingga meraih jabatan tersebut. Liga Bangsa-Bangsa kemudian berubah nama menjadi
Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Organization) pada tahun 1921. Tahun 1919 RMP
Sosrokartono juga diangkat menjadi Atase Kebudayaan di Kedutaan Besar Perancis di Belanda.

RMP Sosrokartono pulang ke tanah air tahun 1925. Ia kemudian menetap di kota Bandung.
Supaya RMP Sosrokartono tidak ikut kegiatan politik yang sedang marak saat itu. RMP
Sosrokartono kemudian ditawari berbagai jabatan dari Pemerintah Kolonial Belanda seperti


3
jabatan Bupati, Adviseur Voor Inlandse Zaken dan Direktur pada Museum Bataviaasch
Genootschaap Van Kunsten en Wetenschappen di Jakarta. Namun tawaran jabatan itu ditolak
RMP Sosrokartono. RMP Sosrokartono memilih menjadi Kepala Sekolah di Perguruan Taman
Siswa, nationale Middlebare School yang baru didirikan di Bandung.

Guru-guru di sekolah Taman Siswa itu antara lain Ir Soekarno, Dr Samsi, Mr Sunario dan Mr
Usman Sastroamidjoyo. RMP Sosrokartono juga ikut aktif dalam kegiatan politik saat zaman
pergerakan nasional Indonesia. Kegiatan Sosrokartono dapat dilihat dari laporan para pejabat
kolonial Belanda. Dalam laporan rahasia tahun 1962 yang dibuat Van Der Plas pejabat Adviseur
Voor Inlandse Zaken tertulis kalau Drs Sosrokartono termasuk pelopor gerakan nasional
Indonesia dan tidak dapat dipercaya oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Laporan Komisi
Istimewa yang terdiri Herwerden dan Toxopeus langsung kepada Ratu Wilhelmina berisikan
kalau Sosrokartono penganjur swadesi dan sangat berbahaya bagi berlangsungnya ketentraman
dan kedamaian di Hindia Belanda.

2. HOS COKROAMINOTO
H.O.S Tjokroaminoto lahir di desa Bakur, Madiun Jawa Timur 16 Agustus 1883 (ada yang
menulis beliau lahir 20 Mei 1883. Tepat pada waktu Gunung Krakatau meletus, sebagian
menulis lahir tahun 1882). Ia anak kedua dari dua belas bersaudara putra dari Raden Mas Tjokro
Amiseno, seorang Wedana Kleco dan cucu R.M Adipati Tjokronegoro bupati Ponorogo. Terlahir
dari keluarga bangsawan tak membuatnya bersikap angkuh, justru karena itulah ia akhirnya
menjadi sebuah motor penggerak kemerdekaan bagi Indonesia disaat semua manusia tertidur
dalam belaian kompeni Belanda.
H.O.S Tjokroaminoto lahir di desa Bakur, Madiun Jawa Timur 16 Agustus 1883 (ada yang
menulis beliau lahir 20 Mei 1883. Tepat pada waktu Gunung Krakatau meletus, sebagian
menulis lahir tahun 1882). Ia anak kedua dari dua belas bersaudara putra dari Raden Mas Tjokro
Amiseno, seorang Wedana Kleco dan cucu R.M Adipati Tjokronegoro bupati Ponorogo. Terlahir
dari keluarga bangsawan tak membuatnya bersikap angkuh, justru karena itulah ia akhirnya
menjadi sebuah motor penggerak kemerdekaan bagi Indonesia disaat semua manusia tertidur
dalam belaian kompeni Belanda.


3
Dengan lahirnya Sarekat Islam pada tahun 1912, mulailah Cokroaminoto membuat cariere.
Ketika ia sedang berada di Solo ia didatangi oleh delegasi Sarekat Islam Solo untuk bergabung
pada organisasi ini dan Tjokroaminoto menyatakan kesiapannya untuk bergabung,
Tjokroaminoto dikenal sebagai orang yang berkarakter radikal yang selalu menentang kebiasaan-
kebiasaan yang memalukan bagi rakyat banyak. Pada saat itu Tjokroaminoto telah dikenal
sebagai seorang yang sederajat dengan pihak manapun juga, apakah ia seorang belanda ataupun
dengan seorang pejabat pemerintah. dan Tjokroaminoto berkeinginan sekali untuk melihat sikap
ini juga dimiliki oleh kawan sebangsanya terutama di dalam berhubungan dengan orang-orang
asing. Banyak dari sekian banyak orang menyebut dia sebagai seorang Gatotkoco Sarekat Islam.
Rencananya Serikat Dagang Islam H Samanhudi, didirikan pada tahun 1905 yang berorientasi
sosial ekonomi, setelah dilebur menjadi S.I diperluas dengan politik, ekonomi, Sosila dan
Agama. Tjokro Muda tokoh politik yang berhasil menggabungkan retorika politik melawan
penjajah Belanda dengan ideology Islam, sehingga mengenyahkan penjajah dari bumi Nusantara.
Para pendiri Sarekat Islam mendirikan organisasinya tidak semata-mata untuk
mengadakan perlawanan terhadap orang-orang cina, melainkan membuat front melawan semua
penghinaan terhadap rakyat bumiputra, dan merupakan reaksi terhadap rencana Krestenings-
Politiek (Politik Peng-Kristenan) dari kaum zending, perlawanan terhadap kecurangan-
kecurangan dan penindasan-penindasan dari pihak ambtener-ambtener bumi putra dan eropa.
Pendeknya perlawanan Sarekat Islam ditujukan terhadap setiap bentuk penindasan dan
kesombongan rasial. Maka Sarekat Islam berhasil sampai pada lapisan bawah masyarakat, yaitu
lapisan yang sejak berabad-abad hampir tidak mengalami perubahan dan paling banyak
menderita.
Prestasi perdana Tjokroaminoto adalah ketika ia sukses menyelenggarakan vergadering
SI pertama pada 13 Januari 1913 di Surabaya. Rapat besar itu dihadiri 15 cabang SI, tiga belas di
antaranya mewakili 80.000 orang anggota. Kongres resmi perdana SI sendiri baru terlaksana
pada 25 Maret 1913 di Surakarta di mana Tjokroaminoto terpilih menjadi wakil ketua CSI
mendampingi Hadji Samanhoedi. Dalam posisi wakil ketua inilah Tjokro mulai menanamkan
pengaruhnya.
Sebagai seorang pemimpin, wajar jika Tjokroaminoto punya banyak murid, di antaranya
adalah Soekarno, Muso, Alimin, Kartosoewirjo, Buya Hamka, Abikoesno, dan banyak lagi. Para


3
anak didik Pak Tjokro ini kelak akan menjelma sebagai pemimpin-pemimpin baru bangsa
Indonesia. Seperti Soekarno yang Nasionalis, SM kartosuwirjo yang Islamis Dan Muso-Alimin
yang Komunis. Perbedaan idiologi dari murid muridnya tersebut secara tidak langsung
memberikan warna sendiri bagaimana secara aktif ide-ide, ilmu dan gagasan Cokro menghujam
kedada mereka. Walaupun dengan pemahaman yang beraneka ragam sesuai dengan latar
belakang, pendidikan dan pekerjaanya masing masing. Jadi, pertarungan Soekarno, Kartosuwirjo
dan Muso-alimin sejatinya adalah pertarungan tiga murid dari seorang guru Tjokroaminoto. Hal
ini mengisaratkan bahwa adanya perbedaan tafsir para murid terhadap guru dan kemudian
mendorong kecenderungan yang berbeda pula.
Jauh sebelum memilih jalan hidupnya masing-masing, tiga tokoh pergerakan Soekarno,
Semaoen, dan Kartosoewirjo pernah tinggal bersama. Mereka menjadi murid dari pemimpin
Sarekat Islam Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto. Soekarno 'mondok' di rumah
Tjokroaminoto pada usia 15 tahun. Ayah Soekarno, Soekemi Sosrodihardjo, menitipkan
Soekarno yang melanjutkan pendidikan di Hoogere Burger School (HBS). Saat itu, tahun 1916,
Tjokroaminoto sudah menjadi Ketua Sarekat Islam, organisasi politik terbesar dan yang pertama
menggagas nasionalisme.

Dalam salah satu biografinya yang ditulis Cindy Adams, Soekarno mengenang
Tjokroaminoto sebagai idolanya. Dia belajar tentang menggunakan politik sebagai alat mencapai
kesejahteraan rakyat. Dia belajar tentang bentuk-bentuk modern pergerakan seperti
pengorganisasian massa dan perlunya menulis di media. Sesekali Soekarno menulis
menggantikan Tjokro di Oetoesan Hindia dengan nama samaran Bima. Soekarno juga kerap
menirukan gaya Tjokroaminoto berpidato.







3
3. KI HAJAR DEWANTARA
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD: Suwardi Suryaningrat, sejak 1922 menjadi Ki
Hadjar Dewantara, EYD: Ki Hajar Dewantara, beberapa menuliskan bunyi bahasa Jawanya
dengan Ki Hajar Dewantoro; lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 meninggal di Yogyakarta, 26
April 1959 pada umur 69 tahun
[1]
; selanjutnya disingkat sebagai "Soewardi" atau "KHD") adalah
aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi
kaumpribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman
Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk
bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.
Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi sloganKementerian Pendidikan
Nasional Indonesia. Namanya diabadikan sebagai salah sebuah nama kapal
perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas pecahan
20.000 rupiah tahun emisi 1998.
[2]

Soewardi berasal dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta. Ia menamatkan pendidikan
dasar di ELS (Sekolah Dasar Eropa/Belanda). Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah
Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai penulis
dan wartawan di beberapa surat kabar, antara lain, Sediotomo, Midden Java, De
Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Pada masanya, ia
tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya komunikatif dan tajam dengan semangat
antikolonial.
Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik.
Sejak berdirinya Boedi Oetomo (BO) tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda untuk
menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia (terutama Jawa) pada waktu
itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kongres
pertama BO di Yogyakarta juga diorganisasi olehnya.
Soewardi muda juga menjadi anggota organisasi Insulinde, suatu organisasi multietnik yang
didominasi kaum Indo yang memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia Belanda, atas
pengaruh Ernest Douwes Dekker (DD). Ketika kemudian DD mendirikan Indische Partij,
Soewardi diajaknya pula. Sewaktu pemerintah Hindia Belanda berniat mengumpulkan


3
sumbangan dari warga, termasuk pribumi, untuk perayaan kemerdekaan Belanda
dari Perancis pada tahun 1913, timbul reaksi kritis dari kalangan nasionalis, termasuk Soewardi.
Ia kemudian menulis "Een voor Allen maar Ook Allen voor Een" atau "Satu untuk Semua, tetapi
Semua untuk Satu Juga". Namun kolom KHD yang paling terkenal adalah "Seandainya Aku
Seorang Belanda" (judul asli: "Als ik een Nederlander was"), dimuat dalam surat kabar De
Exprespimpinan DD, 13 Juli 1913. Isi artikel ini terasa pedas sekali di kalangan pejabat Hindia
Belanda. Kutipan tulisan tersebut antara lain sebagai berikut.
"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di
negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan
saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan
untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka,
dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu!
Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan
sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang
tidak ada kepentingan sedikit pun baginya".
Beberapa pejabat Belanda menyangsikan tulisan ini asli dibuat oleh Soewardi sendiri karena
gaya bahasanya yang berbeda dari tulisan-tulisannya sebelum ini. Kalaupun benar ia yang
menulis, mereka menganggap DD berperan dalam memanas-manasi Soewardi untuk menulis
dengan gaya demikian. Akibat tulisan ini ia ditangkap atas persetujuan Gubernur
Jenderal Idenburg dan akan diasingkan ke Pulau Bangka (atas permintaan sendiri). Namun
demikian kedua rekannya, DD dan Tjipto Mangoenkoesoemo, memprotes dan akhirnya mereka
bertiga diasingkan ke Belanda (1913). Ketiga tokoh ini dikenal sebagai "Tiga Serangkai".
Soewardi kala itu baru berusia 24 tahun. Dalam pengasingan di Belanda, Soewardi aktif dalam
organisasi para pelajar asal Indonesia, Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia).
Di sinilah ia kemudian merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu
pendidikan hingga memperoleh Europeesche Akte, suatu ijazah pendidikan yang bergengsi yang
kelak menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga pendidikan yang didirikannya. Dalam studinya
ini Soewardi terpikat pada ide-ide sejumlah tokoh pendidikan Barat,
seperti Froebel dan Montessori, serta pergerakan pendidikan India, Santiniketan, oleh


3
keluarga Tagore. Pengaruh-pengaruh inilah yang mendasarinya dalam mengembangkan sistem
pendidikannya sendiri.
Soewardi kembali ke Indonesia pada bulan September 1919. Segera kemudian ia bergabung
dalam sekolah binaan saudaranya. Pengalaman mengajar ini kemudian digunakannya untuk
mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang ia dirikan pada tanggal 3
Juli 1922: Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa.
Saat ia genap berusia 40 tahun menurut hitungan penanggalan Jawa, ia mengganti namanya
menjadi Ki Hadjar Dewantara. Ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan
namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik
maupun jiwa.
Semboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya kini sangat dikenal di kalangan
pendidikan Indonesia. Secara utuh, semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi ing ngarso sung
tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. ("di depan memberi contoh, di tengah
memberi semangat, di belakang memberi dorongan"). Semboyan ini masih tetap dipakai dalam
dunia pendidikan rakyat Indonesia, terlebih di sekolah-sekolah Perguruan Tamansiswa.
Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, KHD diangkat menjadi Menteri Pengajaran
Indonesia (posnya disebut sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan) yang
pertama. Pada tahun 1957 ia mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.)
dari universitas tertua Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Atas jasa-jasanya dalam merintis
pendidikan umum, ia dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari
kelahirannya dijadikan Hari Pendidikan Nasional (Surat Keputusan Presiden RI no. 305 tahun
1959, tanggal 28 November 1959). Ia meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 26 April 1959 dan
dimakamkan di Taman Wijaya Brata.







3
B. PERINGATAN HARI NASIONAL

1. Kontroversi RA Kartini Pahlawan Wanita Hasil Rekayasa Belanda
Bermula di tahun 1970-an, ketika itu guru besar Universitas Indonesia (UI), Prof. Dr. Harsja
W. Bachtiar mengkritik pengkultusan R.A. Kartini sebagai pahlawan nasional
Indonesia. Dalam buku Satu Abad Kartini (1879-1979), (Jakarta Pustaka Sinar Harapan, 1990
cetakan ke-4), Harsja W. Bachtiar menulis sebuah artikel berjudul: Kartini dan Peranan Wanita
dalam Masyarakat Kita. Tulisan ini bernada gugatan terhadap penokohan Kartini. Kita
mengambil alih Kartini sebagai lambang emansipasi wanita di Indonesia dari orang-orang
Belanda.

Harsja juga menggugat dengan halus, kenapa harus Kartini yang dijadikan sebagai simbol
kemajuan wanita Indonesia. Ia menunjuk dua sosok wanita yang hebat dalam sejarah Indonesia.
Pertama, Sultanah Seri Ratu Tajul Alam Safiatuddin Johan Berdaulat dari Aceh dan kedua, Siti
Aisyah We Tenriolle dari Sulawesi Selatan. Anehnya, tulis Harsja, dua wanita itu tidak masuk
dalam buku Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita Indonesia.

Penelusuran Prof. Harsja W. Bachtiar terhadap penokohan Kartini akhirnya menemukan
kenyataan, bahwa Kartini memang dipilih oleh orang Belanda untuk ditampilkan ke depan
sebagai pendekar kemajuan wanita pribumi di Indonesia. Mula-mula Kartini bergaul dengan
Asisten-Residen Ovink suami-istri. Adalah Cristiaan Snouck Hurgronje, penasehat pemerintah
Hindia Belanda, yang mendorong J.H. Abendanon, Direktur Departemen Pendidikan, Agama
dan Kerajinan, agar memberikan perhatian pada Kartini tiga bersaudara.

Lebih dari enam tahun setelah Kartini wafat pada umur 25 tahun, pada tahun 1911,
Abendanon menerbitkan kumpulan surat-surat Kartini dengan judul Door Duisternis tot Lich.
Kemudian terbit juga edisi bahasa Inggrisnya dengan judul Letters of a Javaness Princess.
Beberapa tahun kemudian, terbut terjemahan dalam bahasa Indonesia dengan judul Habis Gelap
Terbitlah Terang: Boeah Pikiran (1922, terjemahan Empat Saudara).



3
Dua tahun setelah penerbitan buku Kartini, Hilda de Booy-Boissevain mengadakan prakarsa
pengumpulan dana yang memungkinkan pembiayaan sejumlah sekolah di Jawa Tengah. Tanggal
27 Juni 1913, didirikan Komite Kartini Fonds, yang diketuai C. Th. Van Deventer.
J.H. Abendanon, Menteri yang menulis buku

J.H. Abendanon (1852-1925) adalah Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia
Belanda dari tahun 1900-1905. Ia datang ke Hindia-Belanda pada tahun 1900 dan ditugaskan
oleh Belanda untuk melaksanakan Politik Etis. Karena baru di Hindia-Belanda, Abendanon tidak
mengetahui keadaan masyarakat Hindia-Belanda dan tidak paham bagaimana dan dari mana ia
memulai programnya. Untuk keperluan itu, Abendanon banyak meminta nasihat dari teman
sehaluan politiknya, Snouck Hurgronje, seorang orientalis yang terkenal sebagai arsitek
perancang kemenangan Hindia-Belanda dalam Perang Aceh.

Di bawah Abendanon, sejak tahun 1900 mulai berdiri sekolah-sekolah baik untuk kaum
priyayi maupun rakyat biasa yang hampir merata di daerah-daerah. Pada tahun ini sekolah
Hoofdenscholen (sekolah para kepala) yang lama diubah menjadi sekolah yang direncanakan
untuk menghasilkan pegawai-pegawai pemerintahan dan diberi nama baru OSVIA (Opleiding
School Voor Inlandsche Ambtenaren).

Abendanon kemudian dikenal sebagai salah satu teman koresponden Kartini dan dialah
yang menulis buku berjudul Door Duisternis tot Licht yang diterjemahkan oleh Armyn Pane
menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang. Buku Door Duisternis tot Licht di terbitkan tahun 1911
oleh pemerintah Belanda. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan anehnya pada. cetakan
terakhir terdapat tambahan surat Kartini.

Di atas disebutkan peran Snouck Hurgronje sebagai teman bertukar pikiran J.H.
Abendanon dalam menjalankan politik etis. Siapa Cristiaan Snouck Hurgronje pasti pembaca
sudah banyak yang mengetahuinya. Christiaan Snouck Hurgronje (1857-1936) adalah seorang
pendeta Protestan seperti halnya ayah, kakek, dan kakek buyutnya. Sejak kecilnya Snouck sudah
diarahkan pada bidang teologi. Tamat sekolah menengah, dia melanjutkan ke Universitas Leiden
untuk mata kuliah Ilmu Teologi dan Sastra Arab di tahun 1875. Lima tahun kemudian, dia tamat


3
dengan predikat cum laude dengan disertasi Het Mekaansche Feest (Perayaan di Mekah). Tak
cukup bangga dengan kemampuan bahasa Arabnya, Snouck kemudian melanjutkan pendidikan
ke Mekkah tahun 1884.

Untuk kian merebut hati ulama Mekkah, Snouck memeluk Islam dan berganti nama
menjadi Abdul Ghaffar. Namun, pertemuan Snouck dengan Habib Abdurrachman Az-Zahir,
seorang keturunan Arab yang pernah menjadi wakil pemerintahan Aceh, kemudian berhasil
dibeli oleh Belanda dan dikirim ke Mekkah, mengubah minatnya. Atas bantuan Zahir dan
Konsul Belanda di Jeddah, JA Kruyt, dia mulai mempelajari politik kolonial dan upaya untuk
memenangi pertempuran di Aceh. Setelah saran-sarannya tak ditanggapi Gubernur Belanda di
Nusantara, Habib Zahir yang kecewa menyerahkan semua naskah penelitiannya kepada Snouck
yang saat itu, tahun 1886, telah menjadi dosen di Leiden.

Secara umum surat-surat R.A. Kartini kepada teman-teman korespondensinya hanya
diketahui dari buku J.H. Abendanon. J.H. Abendanon dan istrinya mengaku sebagai salah satu
teman korespondensi Kartini, dimana beberapa surat Kartini yang ditujukan kepadanya dan
istrinya juga turut dipublikasikan di dalam bukunya itu. Namun sampai sekarang, sebagian besar
naskah asli surat-surat Kartini yang dijadikan bahan penulisan buku tersebut maupun jejak J.H.
Abendanon sendiri sebagai penulis dan keturunannya belum ditemukan, sehingga ada dugaan
sebagian surat-surat Kartini atau isinya direkayasa oleh J.H. Abendanon. Kecurigaan ini timbul
karena memang buku Kartini terbit saat pemerintahan kolonial Belanda menjalankan politik etis
di Hindia Belanda, dan Abendanon termasuk yang berkepentingan dan mendukung politik etis.

Seperti halnya beberapa warisan kolonial Belanda lainnya yang sampai sekarang masih
dipertahankan dan dijadikan acuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia,
seperti peraturan perundangan-undangan dan hukum, maka kepahlawanan seorang R.A. Kartini
ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab kita sebagai bangsa, apakah akan terus dipertahankan
atau dikoreksi keberadaannya.




3
2. Kontroversi Budi Utomo dan Hari Kebangkitan Nasional
Banyak pembengkokan sejarah dan pengaburan fakta yang menyelimuti berbagai peristiwa di
negeri ini. Setelah reformasi bergulir, puluhan buku yang mempertanyakan dengan berani dan
terbuka merupakan bukti riil. Sejarah yang sudah ada dianggap tidak benar dan tidak sesuai
dengan fakta dan bukti sejarah. Selain itu banyak sumber sejarah dipalsukan dan
interpretasinyapun bias.
Selama ini masyarakat bingung dengan banyaknya peristiwa masa lalu yang kabur atau
dikaburkan sebab ditampilkan sesuai kehendak politik. Semenjak lengsernya rezim orde baru,
sejarah Indonesia tidak lagi menjadi dominasi pemahaman rezim namun menjadi sebuah
kontroversi sengit dikalangan para sejarawan dan peneliti. Sedangkan salah satu peristiwa
sejarah yang masih menjadi kontroversi sampai saat ini adalah Budi Utomo.
Memang organisasi itu diakui sebagai organisasi modern pertama di Tanah Air kita, tetapi
ruang lingkup keanggotaannya masih terbatas pada orang Jawa (priyayi). Lebih jauh
lagi,penggagas Budi Utomo, Dr Wahidin Soedirohoesodo (18571917), berpandangan bahwa
kebudayaan Jawa dilandasi kebudayaan Hindu-Buddha dan rupanya berpendapat bahwa
sebagian penyebab kemerosotan masyarakat Jawa adalah kedatangan agama Islam dan berusaha
memperbaiki masyarakat Jawa melalui pendidikan Belanda (Ricklefs, 1994: 2489).

Di dalam tulisan Wahidin maupun Soetomo,imbuhnya, tidak ditemukan unsur anti- Islam
kecuali mengagumi Islam ala Jawa. Budi Utomo pada dasarnya merupakan lembaga yang
mengutamakan kebudayaan dan pendidikan serta jarang memainkan peran politik.Budi Utomo
sudah mandek sejak awal karena kekurangan dana dan kelangkaan kepemimpinan yang
dinamis.Di lain pihak,Gubernur Jenderal Van Heutsz menyambut baik Budi Utomo sebagai
tanda keberhasilan politik etis, sebagai suatu organisasi pribumi moderat yang dikendalikan
pejabat yang maju. Desember 1909, organisasi tersebut disahkan Pemerintah Hindia Belanda.
Guru besar sejarah Universitas Gadjah Mada Suhartono memandang positif organisasi ini.




3
Lahirnya Budi Utomo menampilkan fase pertama dari nasionalisme Indonesia. Fase ini
menunjuk pada etnonasionalisme dan proses penyadaran diri terhadap identitas bangsa Jawa
(Indonesia). Bahkan Adrian Vickers mengemukakan bahwa lahirnya Budi Utomo bisa
dipertimbangkan sebagai hari jadi Indonesia karena organisasi modern yang pertama ini
menggunakan bahasa Melayu dan menggemakan rasa cinta Tanah Air. Menurut Vickers,
organisasi ini bersifat politis juga karena ia memajukan kaum cendekiawan.

Peringatan kebangkitan nasional justru sengaja dilakukan secara intensif pada saat-saat
bangsa mengalami kesulitan besar.Ketika Indonesia yang wilayahnya sangat terbatas dan
mendapat tekanan dari dalam negeri serta kemungkinan serangan dari pihak Belanda, maka di
Yogyakarta tahun 1948 diperingati hari lahir Budi Utomo sebagai tonggak kebangoenan
nasional.
Sepuluh tahun kemudian, dalam peringatan 50 tahun Budi Utomo di Istana Merdeka yang
berlangsung meriah, Presiden Soekarno berpidato: Kenapa kita tanggal 20 Mei 1958 ini
mengadakan peringatan hari Kebangkitan Nasional setjara hebat ? Memang benar, Budi
Utomo adalah satu serikat jang ketjil.Tudjuannja pun belum djelas sebagai tudjuan kita sekarang
ini. Tetapi Saudara-saudara, marilah kita tindjau terbangunnja Budi Utomo itu dari sudut jang
lain Benar 20 Mei 1908 sekedar satu kriwikankata orang Djawa dan belum
grodjogan. Jang kita peringati ialah bahwa 20 Mei 1908 itu berisi kemenangan satu azas,
kemenangan satu beginsel.Tidak ada satu bangsa jang tjukup baik untuk memerintah bangsa
lain.
Alasan peringatan kebangkitan nasional tahun 1958 dapat diperkirakan yakni berkenaan
dengan situasi Tanah Air waktu itu. Sebelumnya, pada 1957, pemerintah mengenang Sumpah
Pemuda 1928 dengan skala besar pada saat beberapa daerah bergejolak. Ketika itu diperlukan
semangat persatuan, maka Sumpah Pemuda dirayakan. Setelah PRRI/Permesta dapat
dipadamkan,kondisi daerah masih porak poranda akibat perang saudara itu, maka didambakanlah
kebangkitan nasional.Tujuan lainnya, menggalang semangat rakyat untuk membebaskan Irian
Barat.



3
Bila terdapat pro dan kontra terhadap Budi Utomo, dewasa ini muncul wacana untuk
mengalihkan posisi terhormat itu kepada Sarekat Islam. Menurut Sartono Kartodirdjo, Sarekat
Islam (SI) dalam periode awal perkembangannya merupakan banjir besar, dalam arti bahwa
massa dapat dimobilisasi secara besar-besaran, baik dari kota maupun desa.

Bagi Pemerintah Kolonial Belanda, jelas Budi Utomo yang dipandang penting. Organisasi
itu sesuai dengan politik etis yang dicanangkan mereka sejak awal abad XX yaitu meningkatkan
pendidikan tanpa bermain politik praktis. Sedangkan SI lebih dipandang sebagai gerakan yang
berbahaya. Pandangan serupa diteruskan oleh pemerintah Orde Baru yang memandang
organisasi seperti Budi Utomo lebih cocok dengan stabilitas nasional. Bahkan, selalu ditekankan
bahwa organisasi tersebut tidak bersifat kedaerahan. Sebelum Budi Utomo lahir, terdapat
organisasi lain yang di antaranya bergerak dalam bidang pendidikan.
Pertama, THHK (Tiong Hwa Hwee Koan) yang dibentuk tahun 1901 dan mendirikan
sekolah-sekolah bagi keturunan Tionghoa.Kedua, Jamiat Khair, organisasi keturunan Arab yang
didirikan tahun 1905, juga menyediakan sekolah bagi kalangan mereka. Tentu kedua organisasi
itu tidak dapat disebut sebagai pelopor kebangkitan nasional. Bila THHK untuk keturunan
Tionghoa dan Jamiat Khair bagi keturunan Arab, Budi Utomo bagi etnis Jawa (dan di Jawa
Barat juga bagi etnis Sunda), maka SI untuk umat Islam. SI bukan partai terbuka karena
penganut Kristen tidak bisa menjadi anggota. Namun, ada penulis yang beranggapan bahwa
pada saat itu SI sengaja memakai label agama karena hanya itulah atribut milik bangsa
Indonesia yang tersisa, sedangkan yang lain semuanya sudah dirampas Belanda.

Wajar saja,menurut pendapat ini,agama yang dijadikan sarana pemersatu. Tentu layak pula
disebut peran Indiche Partij dan dua organisasi besar agama,Muhammadiyah dan Nahdlatul
Ulama. Sebelum 28 Oktober 1928, terdapat tiga organisasi yang memakai nama Indonesia.
Partai Nasional Indonesia didirikan Soekarno pada tahun 1927. Di negeri Belanda, Indische
Vereniging berubah nama menjadi Perhimpunan Indonesia pada tahun 1925.
Sebelumnya,Perserikatan Komunis Hindia Belanda mengadakan Kongres di Jakarta pada Juni
1924 dan selanjutnya menggunakan nama Partai Komunis Indonesia. Partai yang revolusioner


3
ini tahun 1926/1927 memberontak terhadap pemerintah Hindia Belanda di Banten dan
Silungkang (Sumatera Barat). Pemberontakan tersebut dapat dipadamkan dan para aktivis anti
penjajahan itu dibuang ke Digul,Papua. Tulisan di atas menggambarkan betapa besarnya peran
politis dari pemerintah untuk memperingati hari bersejarah demi kepentingan saat itu.

Ketika Budi Utomo dipertanyakan posisinya,maka sebagian orang menyodorkan Sarekat Islam
sebagai pengganti.Namun,keduanya tidak 100% memenuhi syarat walaupun organisasi lain
yang diajukan sebagai alternatif seperti PNI,Perhimpunan Indonesia, dan PKI juga harus
ditelaah kembali. Hikmah dari perdebatan ini adalah kebangkitan nasional itu bukanlah sebuah
tonggak (yang statis), melainkan suatu proses (yang terus berlangsung).(*)
















3
C. KOMPARASI IDEOLOGI

1. Pengertian Ideologi
Menurut AL Marsudi ideologi berasal dari kata Yunani yaitu idein yang berarti melihat,
atau idea yang berarti raut muka, perawakan, gagasan, buah pikiran, dan kata logiayang berarti
ajaran. Dengan demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran
atau science des ideas.
Menurut Marxisme ideologi diartikan sebagai pandangan hidup yang dikembangkan
berdasarkan kepentingan golongan atau kelas sosial tertentu dalam bidang poltik atau sosial.
Puspowardoyo (1992) menyebutkan bahwa ideologi dapat dirumuskan sebagai komplek
pengetahuan dan nilai yang secara keseluruhan menjadi landasan bagi seseorang atau masyarakat
untuk memahami jagad raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk
mengolahnya.
Jadi ideologi dapat kita artikan sebagai suatu gagasan dan buah pikiran yang
dikembangkan secara keseluruhan yang tersusun sistematis untuk mewujudkan tujuan dan cita-
cita suatu Negara.

2. Klasifikasi Ideologi

A. Ideologi Pancasila
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Alfian (BP7 Pusat,1991 : 192), Pancasila telah
memenuhi syarat sebagai ideologi terbuka khususnya di Negara Republik Indonesia. Sebagai
ideologi terbuka Pancasila memberikan orientasi ke depan, mengharuskan bangsanya untuk
selalu menyadari situasi kehidupan yang sedang dan akan dihadapinya, terutama menghadapi
globalisasi dan era keterbukaan dunia dalam segala bidang. Pancasila sebagai ideologi terbuka
memiliki dimensi dimensi idealitas, normatif, dan realitas.

B. Liberalisme
Jika dibandingkan dengan ideologi Pancasila yang secara khusus norma-normanya
terdapat di dalam Undang-Undang Dasar 1945, maka dapat dikatakan bahwa hal-hal yang


3
terdapat di dalam Liberalisme terdapat di dalam pasal-pasal UUD 1945, tetapi Pancasila menolak
Liberalisme sebagai ideologi yang bersifat absolutisasi dan determinisme.
Liberalisme merupakan paham yang memberikan penekanan kebebasan individu
ssehingga kesejahteraan bukan menjadi tanggung jawab negara.

C. Komunisme
Komunisme sebagai anti Kapitalisme menggunakan sistem Sosialisme sebagai alat
kekuasaan sebagai prinsip semua adalah milik rakyat dan dikuasai oleh negara untuk
kemakmuran rakyat secara merata. Komunisme sangat membatasi demokrasi pada rakyatnya
sehingga Komunisme juga disebut anti Liberalisme.
Dalam Komunisme perubahan sosial harus dimulai dari peran Partai Komunis. Jadi
perubahan sosial dimulai dari buruh, namun pengorganisasian buruh hanya dapat berhasil jika
bernaung di bawah dominasi partai.

D. Sosialisme
Sosialisme merupakan ideologi yang lebih mengedepankan persamaan / pemerataan
derajat antar masyarakatnya. Ideologi Sosialisme berpandangan bahwa manusia tidak dapat
hidup sendiri sendiri. Kerja sama atau gotong royong akan membuat kehidupan dalam
bermasyarakat menjadi lebih baik.
Sosialisme mencita-citakan sebuah masyarakat yang didalamnya semua orang hidup dan
dapat bekerja sama dalam kebebasan dan solidaritas dengan hak-hak, yang sama. Tujuannya
ialah mengorganisir buruh dan menjamin pembagian merata hasil-hasil yang dicapai,
memberikan ketenteraman dan kesempatan bagi semua orang.











3
3. Jenis - Jenis Ideologi Negara

1) Ideologi Singapura
Ideologi Singapura adalah Demokrasi dalam hal ini dilihat dari pembangunan ekonomi
yang turut dikaitkan dengan tahap pendemokrasian dalam ertikata ekonomi yang lebih maju turut
menyumbang kepada peningkatan tahap demokrasi yang diamalkan oleh sesebuah negara. Tesis
yang popular ini dikemukakan oleh Lipset (1973). Lipset, ahli sosiologi politik yang tersohor,
walau bagaimanapun melihat hubungan pembangunan ekonomi dan demokrasi berpandukan
pengalaman masyarakat maju Barat yang homogen yang latarbelakang sejarah masyarakatnya
jauh berbeza dari masyarakat membangun seperti Asia Tenggara.
2) Ideologi Cina
Komunisme sebagai ideologi negara dipertahankan tetapi secara ekonomi, mereka
berekonomi sangat kapitalis. Komunisme dipertahankan bertujuan untuk mengontrol rakyatnya
sehingga politik tidak bergejolak dan pertumbuhan ekonomi meningkat. Menjadi komunis tidak
berarti ateis. Marx memang seorang ateis, tetapi Marx tidak secara khusus membahas agama
karena masalah masyarakat yang mendasar (suprastruktur) adalah ekonomi. Ekonomilah yang
menentukan berbagai hal dalam masyarakat (infrastruktur) seperti politik, agama dll, Kritik Marx
terhadap agama (agama adalah opium masyarakat) lebih kepada kritik terhadap perilaku pendeta
yang kekuasaannya begitu besar pada saat itu (kekuasaan pemerintah dan kekuasaan Tuhan
berada di satu tangan: pendeta).
3) Ideologi Korea Selatan
Ideologi yang dipakai di Korea Selatan adalah Demokrasi dengan ciri-ciri sebagai berikut :
Pertama, demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik.
Kedua, anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasuk kebebasan
berbicara, kebebasan beragama dan kebebasan pers.
Ketiga, pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas. Keputusan yang
dibuat hanya sedikit untuk rakyat sehingga rakyat dapat belajar membuat keputusan untuk diri
sendiri.


3
Keempat, kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang buruk. Oleh
karena itu, pemerintahan dijalankan sedemikian rupa sehingga penyalahgunaan kekuasaan
dapat dicegah. Pendek kata, kekuasaan dicurigai sebagai hal yang cenderung disalahgunakan,
dan karena itu, sejauh mungkin dibatasi.
Kelima, suatu masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu atau sebagian besar
individu berbahagia. Walau masyarakat secara keseluruhan berbahagia, kebahagian sebagian
besar individu belum tentu maksimal. Dengan demikian, kebaikan suatu masyarakat atau rezim
diukur dari seberapa tinggi indivivu berhasil mengembangkan kemampuan-kemampuan dan
bakat-bakatnya.
4) Ideologi Australia
Australia sendiri memiliki ideologi politik liberalisme yang merupakan warisan dari para
pembawanya yang berasal dari Eropa. Hal itu bisa terlihat dari pola kehidupan sehari hari
penduduknya serta dalam kehidupan pemerintahannya yang menjadikan Australia sebagai
sebuah keunikan tersendiri di tengah tengah budaya dan ideologi dyang beranekaragam yang
berada di Asia Tenggara khususnya.
5) Ideologi Vietnam
Komunisme sebagai ideologi negara dipertahankan tetapi secara ekonomi, mereka
berekonomi sangat kapitalis. Komunisme dipertahankan bertujuan untuk mengontrol rakyatnya
sehingga politik tidak bergejolak dan pertumbuhan ekonomi meningkat.
Menjadi komunis tidak berarti ateis. Marx memang seorang ateis, tetapi Marx tidak
secara khusus membahas agama karena masalah masyarakat yang mendasar (suprastruktur)
adalah ekonomi. Ekonomilah yang menentukan berbagai hal dalam masyarakat (infrastruktur)
seperti politik, agama dll, Kritik Marx terhadap agama (agama adalah opium masyarakat) lebih
kepada kritik terhadap perilaku pendeta yang kekuasaannya begitu besar pada saat itu (kekuasaan
pemerintah dan kekuasaan Tuhan berada di satu tangan: pendeta).




3
6) Ideologi VeneZueLa
Venezuela mulai merubah UU-Negaranya yang tadinya Liberal menjadikannya Negara
yang Sosialis, terutama semenjak kepemimpinan Hugo Chaves. Setelah penguasaan atas
pemerintahan dan parlemenlah, Chaves berani melakukan langkah selanjutnya yakni merombak
UUD negara yang menjadikan Venezuela negara sosialis. Juga melaksanakan program
nasionalisasi migas di negara tersebut dan hasilnya didistribusikan kepada rakyat melalui:
subsidi kesehatan, pendidikan dan harga minyak serta bensin murah untuk rakyatnya. Ini adalah
penegasan bahwa perombakan sistem ekonomi kapitalis menjadi ekonomi sosialis setelah
menguasai kekuasaan politik sepenuhnya.
7) Ideologi Aljazair
Dari beberapa data yang saya peroleh menjelaskan bahwa Aljazair adalah negara
otoritarian dengan hanya satu partai politik, Front Pembebasan Nasional (FLN). Aljazair
mengalami krisis ekonomi yang serius pada pertengahan 1980-an akibat dampak krisis ekonomi
dunia yang diperburuk oleh jatuhnya harga minyak di pasar internasional. Padahal 90 persen
lebih ekspor Aljazair berupa minyak dan produk terkait lainnya. Kegagalan ekonomi yang
dijalankan pemerintah, utang nasional yang membesar, angka inflasi dan pengangguran yang
tinggi, memberi dampak yang buruk bagi industrialisasi, pertanian, serta pelayanan publik dan
sosial.
8) Ideologi Korea Utara
Komunisme sebagai ideologi negara dipertahankan tetapi secara ekonomi, mereka
berekonomi sangat kapitalis. Komunisme dipertahankan bertujuan untuk mengontrol rakyatnya
sehingga politik tidak bergejolak dan pertumbuhan ekonomi meningkat.
Menjadi komunis tidak berarti ateis. Marx memang seorang ateis, tetapi Marx tidak
secara khusus membahas agama karena masalah masyarakat yang mendasar (suprastruktur)
adalah ekonomi. Ekonomilah yang menentukan berbagai hal dalam masyarakat (infrastruktur)
seperti politik, agama dll, Kritik Marx terhadap agama (agama adalah opium masyarakat) lebih
kepada kritik terhadap perilaku pendeta yang kekuasaannya begitu besar pada saat itu (kekuasaan
pemerintah dan kekuasaan Tuhan berada di satu tangan: pendeta).


3

9) Ideologi Arab Saudi
Ideologi Islam yang lebih progressif dalam krisis terakhir justru di kedepankan oleh
kelompok semacam Ikhwanul Muslimin (IM). Tanpa tedeng aling-aling IM mendukung
perjuangan Hizbullah Lebanon. Di kantor-kantor sekretariat anggota legislatif Mesir dari
kelompok IM ini spanduk-spanduk dukungan terhadap Hizbullah dengan gambar foto Hasan
Nasrullah pemimpin Hizbullah terpampang jelas. Poster mereka berdampingan dengan mendiang
pemimpin spiritual Hamas, Syekh Ahmad Yasin.
10) Ideologi Malaysia
Ideologi Malaysia disebut rukun negara. Karena memberikan pengesahan kepada
pemerintah, ideologi membenarkan adanya status quo. Tetapi ideologi juga bisa digunakan oleh
pihak lainnya (pihak pemberontak, pihak oposisi atau pihak reformasi) guna menyalahkan
pemerintahan, menyerang kebijakan pemerintah sampai kepada mengubah status quo. Sekalipun
pemerintah bisa menindas warga negaranya dengan menggunakan dalih hak ketuhanan raja
atau kehendak sejarah, tetapi pihak lainnya bisa membenarkan tindakan kekerasan mereka
dengan bersandar pada prinsip hak-hak dasar atau kehendak yang kuasa. Ideologi yang
dianggap sarat dengan kepentingan kelas pekerja bukan tidak bisa digunakan untuk menentang
kekuasaan negara borjuis, selain juga untuk mensahkan kekuasaan diktator terhadap kelas
pekerja. Ideologi dalam arti fungsional dapat digambarkan secara singkat dengan contoh berikut.
Di Amerika Serikat, menjamin keamanan nasional berarti peningkatan produksi persenjataan
yang bermakna pula menguntungkan industri-industri senjata. Peningkatan pertumbuhan
pertanian berarti peningkatan produksi pupuk dan bahan kimia yang lain, yang berarti
menguntungkan industri-industri pupuk dan bahan kimia. Demi stabilitas nasional di negara-
negara berkembang acap kali berarti mengurangi kebebasan politik warga negara. Ideologi dalam
arti fungsional digolongkan secara tipologi dengan dua tipe, yakni ideologi yang doktriner dan
ideologi yang pragmatis.




3

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Bahwa Boedi Oetomo tidak berhak dijadikan sebagai tonggak kebangkitan bangsa Indonesia.
Sejarah menunjukkan bahwa Hadji Samanhoedi dan tokoh muslim lainnya mendirikan
Sarekat Islam (awalnya Sarekat Dagang Islam) pada 16 Oktober 1905. Ini merupakan
organisasi Islam terpanjang dan tertua umurnya dari semua organisasi massa di tanah air
Indonesia.
2. Sarekat Islam mempunyai cita-cita kemerdekaan Islam Raya dan Indonesia Raya. Artinya,
Sarekat Islam tidak hanya memperjuangkan rakyat dalam skala kecil, tetapi seluruh rakyat
Indonesia.
3. Boedi Oetomo hanya memperjuangkan nasib orang Jawa dan Madura. Sarekat Islam bersikap
non-kooperatif dan anti terhadap penjajahan kolonial Belanda, sedangkan Boedi Oetomo
bersikap menggalang kerjasama dengan penjajah Belanda karena sebagian besar tokoh-
tokohnya terdiri dari kaum priyayi pegawai pemerintah kolonial Belanda.

4. Sarekat Islam berjuang melawan penjajahan demi memperjuangkan kemerdekaan Islam
dan Indonesia sehingga banyak anggotanya berdesak-desakan masuk penjara, ditembank
mati oleh Belanda, dan banyak anggotanya yang dibuang ke Digul. Sebaliknya, Boedi
Oetomo sebagai kaki tangan yang digaji Belanda, tentu saja ingin mempertahankan
keadaan tersebut, sehingga tidak pernah mencita-citakan Indonesia merdeka.
5. Sarekat Islam menggunakan bahasa Indonesia. Sebaliknya, baik dalam rapat maupun
penyusunan anggaran dasar organisasi, Boedi Oetomo menggunakan bahasa Belanda.
Dalam rapat pun, mereka membahas bagaimana memperbaiki taraf hidup orang-orang Jawa
dan Madura di bawah pemerintahan Ratu Belanda, memeperbaiki nasib golongannya
sendiri, dan menjelek-jelekkan Islam yang dianggapnya sebagai batu sandungan bagi upaya
mereka.
6. Pancasila adalah bagian dari Ideologi bangsa yang diangkat dari nilai nilai adat istiadat
kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat
Indonesia.


3

7. Ideologi dapat diartikan sebagai suatu gagasan dan buah pikiran yang dikembangkan secara
keseluruhan yang tersusun secara sistematis untuk mewujudkan tujuan dan cita- cita suatu
Negara. Pancasila sebagai Ideologi bangsa menunjukkan adanya keseimbangan ide dan
gagasan serta tidak bersifat absolute dalam memandang manusia dan kehidupan bernegara,
sedangkan Liberalisme, Komunisme lebih bersifat mutlak atau totaliter.



































3
DAFTAR PUSTAKA


Adam, Asvi Warman. 2007. Seabad Kontroversi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Diah, B. M. 1987. Meluruskan Sejarah. Jakarta: Pustaka Merdeka.
Kartodirdjo, Sartono & Marwati Djoened Poesponegoro. 1997.Sejarah Nasional Indonesia V.
Jakarta: Balai Pustaka.
Nagazumi, Akira. 1989. Bangkitnya Nasionalisme Indonesia. Jakarta: PT Temprint.
Ricklefs, M. C. 2005. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Setiadi, Elly M. 2003.Pendidikan Pancasila. Jakarta : Gramedia Purwastuti, L.
Andriani.2002.Pendidikan Pancasila.Yogyakarta : UNY Press

http://thehilmanscoy.blogspot.com,Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi lainnya,
http://slowdownthing.blogspot.com,Perbedaan Ideologi Pancasila, Komunis dan Sosialis,

Anda mungkin juga menyukai