Anda di halaman 1dari 14

PERTUMBUHAN JUMLAH PENDUDUK INDONESIA

Makalah Geografi Politik











Disusun Oleh :
Fadli Afrianto (1101549)
Yan Andika (1101564)
Tommy Adam (1101546)
Fajar Kurniawan (1101570)


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan YME yang telah memberikan restunya kepada kelompok kami
sehingga makalah yang berjudul Pertumbuhan Jumlah Penduduk Indonesia dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada dosen
pengajar mata kuliah Geografi Politik dan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
proses pengerjaan laporan ini.
Kami juga menyadari, masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu, demi kesempurnaan laporan ini, kami sangat membutuhkan saran dan
kritikan yang membangun dari seluruh pihak. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi
para pengamat beserta pihak lain yang membutuhkan.




Padang, April 2013


Penulis,













BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penduduk merupakan elemen penting dalam sebuah Negara, sebab tidak dapat
dipungkiri peran aktif penduduk dalan menjalankan pemerintahan di suatu Negara memiliki
andil yang sangat besar. Selain, sebagai penggerak aktif dalam suatu Negara, penduduk juga
akan menentukan arah pemerintahan sebuah Negara. Penduduk sangat berpengaruh terhadap
perkembangan yang dijalani oleh Negara itu sendiri. Negara tidak akan terbentuk tanpa
adanya penduduk. Sebagai suatu potensi dan kekuatan, penduduk akan menempati urutan ke-
2 setelah wilayah, sebab pada pada hakikatnya unsur utama dalam Negara adalah wilayah dan
penduduk.
Berdasarkan estimasi yang diterbitkan oleh Biro Sensus Amerika Serikat, penduduk
dunia mencapai 6,5 milyar jiwa pada tanggal 26 Februari 2006 pukul 07.16 WIB. Pada
tanggal 19 Oktober 2012 pukul 03.36 WIB, jumlah penduduk dunia akan mencapai 7 milyar
jiwa. Menurut badan yang sama, jumlah penduduk Indonesia pada sensus tahun 2005
menempati peringkat ke-4 dunia dengan jumlah penduduk 241.973.879 jiwa.jumlah itu
merupakan sebuah angka yang sangat fantastis untuk sebuah Negara seperti Indonesia yang
memiliki wilayah perairan lebih besar dibandingkan wilayah daratannya. Hal ini bisa menjadi
sebuah beban bila dalam manajemen kependudukan kaitannya dengan sumberdaya tidak
menemukan solusi yang tepat terhadap permasalahan penduduk, sedangkan bila dalam
perjalanannya terdapat keseimbangan terhadap jumlah penduduk dan kualitas penduduknya
juga menemukan formula yang tepat untuk mengatasi permasalahan penduduk yang ada,
maka bisa jadi jumlah penduduk yang besar itu menjadi sumberdaya yang potensial untuk
meningkatkan kemajuan suatu Negara.



BAB II
PEMBAHASAN

A. Laju Pertumbuhan Penduduk
Setelah perang dunia berakhir ditahun 1945, penduduk dunia terus berkembang dengan
pesat. Berbagai penyakit, peperangan yang muncul sesudah PD 2, bencana alam dan program
KB yang dicanangkan dibeberapa Negara tidak mampu menahan laju pertumbuhan penduduk
dunia. Menurut situs GeoHive pada tahun 1950 jumlah penduduk dunia kurang lebih 2,5
milyar jiwa. Tahun 2008 ini telah mencapai 6,7 milyar jiwa dan diperkirakan tahun 2012
nanti akan menembus angka 7 milyar jiwa. Menurut perkiraan GeoHive tahun 2050 nanti
penduduk dunia akan mencapai 9,5 milyar jiwa.
Populasi penduduk dunia pada tahun 1950 dan tahun 2008 menurut situs GeoHive
adalah seperti pada rincian dibawah ini:
Populasi tahun 1950
China 562,579,779
USA 152,271,000
Russia 101,936,816
Japan 83,805,000
World 2,555,948,654
Populasi tahun 2008
1. China 1,333,207,572
2. India 1,154,845,005
3. USA 304,838,948
4. Indonesia 238,567,492
5. Brazil 197,254,181
World 6,736,383,012
Populasi sekarang adalah sekitar empat kali lipat dari populasi pada 1900. Jumlah
tersebut lebih dari 3,5 kali lipat populasi pada awal abad ke-20 dan sekitar dua kali lipat
jumlah penduduk dunia pada 1960. Meskipun ini adalah nilai perkiraan, tapi kecenderungan
pertumbuhan penduduk dunia diperoleh berdasarkan data data yang mendukukung. Laporan
yang dikeluarkan lembaga tersebut pada Maret 2004 menyebutkan jumlah populasi penduduk
dunia telah mencapai angka 6 miliar jiwa. Saat ini, rata-rata terjadinya kelahiran adalah 4,4
orang setiap detik. Pertambahan tercepat terjadi saat kenaikan dari angka 5 miliar ke 6 miliar
yang hanya membutuhkan waktu sekitar 12 tahun. Penyebab utamanya adalah selisih angka
kelahiran dan kematian yang sangat tinggi di berbagai negara.
"Apa yang perlu mendapat perhatian, bukanlah sekedar perbedaan tingkat pertumbuhan
di masing-masing negara, namun perbedaan hal yang berhubungan dengan kecenderungan
ini, yaitu standar hidup, kesehatan, dan prospek ekonomi," kata Mary Kent, salah satu penulis
laporan berjudul Global Demographic Divide dari Biro Referensi Populasi yang diterbitkan
Januari 2006. Kent yang juga editor Population Bulletin bersama Carl Haub, seorang ahli
demografi senior di Biro Referensi Populasi melaporkan adanya penurunan jumlah populasi
di Eropa. Sebaliknya, tetap terjadi pertumbuhan jumlah penduduk di negara-negara
berkembang.
Angka kesuburan yang menurun secara drastis selama abad ke-20 terjadi bersamaan
dengan meningkatkan kualitas kesehatan, perencanaan keluarga yang lebih baik,
pertumbuhan ekonomi, dan urbanisasi. Namun, kedua tren penurunan dan pertumbuhan
penduduk di masing-masing negara sama-sama terjadi.
Faktanya, laju pertumbuhan penduduk secara global semakin meningkat selama 50
tahun terakhir. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menahan laju pertumbuhannya, namun
dari hasil pengamatan, hanya sedikit berkurang.
Menurut Kent dan Haub, sebagian besar negara akan menghadapi pertumbuhan penduduk
setidaknya hingga 2050. Diperkirakan hal tersebut akan menyumbang tambahan penduduk
sekitar 3 miliar. Sehingga pada akhir 2050, jumlah penduduk dunia diperkirakan mencapai 9
miliar.
a. Sarana Kesehatan
Pemenuhan sarana kesehatan perlu untuk dikaji lebih lanjut, apa sebab bila dalam
pemenuhan sarana kesehatan tersebut tidak diimbangi dengan kenaikan jumlah penduduk
yang setiap tahun bertambah. Hal ini akan menjadikan sebuah masalah baru yang akan
menambah masalah yang telah ada sebelumnya. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan akan
sarana kesehatan pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan kualitas sarana kesehatan,
diantaranya dengan membuat jaminan pemeliharaan kesehatan berupa asuransi sosial
kesehatan seperti penduduk negara maju. Draf Rancangan Undang-Undang tentang Jaminan
Kesehatan Nasional (RUU JKN) beserta naskah akademisnya telah disosialisasikan ke
berbagai pihak termasuk DPR. Diharapkan tahun ini RUU JKN ini bisa dibahas oleh DPR.
Jaminan Kesehatan Nasional merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
yang sedang disusun pemerintah. Jaminan Sosial itu meliputi jaminan pensiun, jaminan
kematian, jaminan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), jaminan kesejahteraan karyawan serta
jaminan pemeliharaan kesehatan. JKN merupakan satu dari lima subsistem dalam Sistem
Kesehatan Nasional yang baru direvisi oleh Departemen Kesehatan dalam rangka
menyesuaikan dengan desentralisasi kelima subsistem itu adalah pembiayaan kesehatan,
upaya kesehatan, Sumber Daya Manusia, pemberdayaan masyarakat serta manajemen
kesehatan. Departemen Kesehatan menata pembiayaan kesehatan mengingat biaya kesehatan
terus meningkat seiring inflasi dan kemajuan teknologi kedokteran. Anggaran pembangunan
kesehatan pemerintah akan digunakan untuk membiayai upaya kesehatan masyarakat (public
health) dan upaya kesehatan perorangan penduduk miskin. Sedang upaya kesehatan
perorangan penduduk mampu harus dibiayai sendiri lewat kepesertaan dalam asuransi sosial
kesehatan (JKN). Dalam RUU JKN disebutkan asuransi bersifat wajib bagi seluruh
penduduk. Preminya 6-8 persen dari penghasilan. Setengahnya dibayar pekerja, sisanya
ditanggung majikan/perusahaan. Premi penduduk miskin ditanggung negara. Premi sektor
formal dipotong dari pendapatan, sedangkan premi sektor informal dikumpulkan dengan
sistem tersendiri. Pengumpulan dilakukan oleh Badan Administrasi SJSN yang bersifat wali
amanah. Sedangkan pengelolanya adalah badan-badan yang bersifat nirlaba. Jika SJSN
diterapkan, ansuransi kesehatan pegawai negeri (Askes) dan jaminan pemeliharaan kesehatan
tenaga kerja (Jamsostek) akan diintegrasikan, sehingga hanya ada satu asuransi kesehatan
wajib. Seluruh penduduk yang tercakup akan mendapat layanan kesehatan dasar standar.
Bagi penduduk mampu yang menginginkan pelayanan kesehatan yang lebih mewah bisa
menambah keikutsertaan pada asuransi kesehatan komersial maupun Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat (JPKM) sukarela. Saat ini Peraturan Pemerintah tentang JPKM
sukarela sedang diproses. Dalam JKN ada standar pelayanan dan standar mutu yang
ditetapkan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan (dokter swasta, klinik, puskesmas, rumah
sakit) yang ikut serta harus mengikuti standar. Dalam sistem ada empat pihak terkait, yaitu
peserta asuransi, badan administrasi, badan pengelolah dan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan. Dalam sistem itu ada ikatan kerja/kontrak, siklus kendali mutu, pemantauan
utilisasi dan penanganan keluhan. Dengan demikian ada kendali biaya dan mutu. Nantinya
tidak boleh lagi ada pemeriksaan, pemberian obat atau tindakan yang berlebihan. Misalnya,
bedah caesar tanpa indikasi. Sebaliknya, pelayanan kesehatan tidak boleh kurang dari standar.
Peserta berhak mengadu dan keluhan akan ditangani. Jika terbukti, penyelenggaraan
pelayanan kesehatan kena sanksi. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan akan terdorong
meningkatkan mutu pelayanan, jika tidak ikut sistem mereka sulit mendapatkan pasien,
karena hampir tidak ada lagi orang yang membayar dari kantung sendiri seperti saat sekarang
ini.
b. Sarana Pendidikan
Kebutuhan akan pendidikan tidak dapat dipungkiri merupakan kebutuhan pokok
penduduk yang telah menjadi bagian penting dalam kehidupan mereka. Sebab hal ini sangat
terkait dengan indikator laJu pertumbuhan penduduk lainnya. Pemenuhan sarana pendidikan
yang dilakukan oleh pemerintah harus dapat memenuhi permintaan masyarakat terutama bila
terkait dengan laju pertumbuhan penduduk yang tiap tahun mengalami kenaikan.
Ada 2 aspek yang perlu dipersiapkan terkait pembangunan pendidikan SDM yang
berhubungan dengan ketahanan nasional bangsa, antara lain, yaitu :
1. Aspek Massif
a) Memperkuat kelembagaan pendidikan dan fasilitasnya
b) Program pendidikan berkualitas tersebar secara geografi (spasial) dengan adanya
beberapa pusat-pusat pendidikan unggulan yang sifatnya pemberdaya institusi
pendidikan lainnya
c) Program pendidkan tentang memberdayakan alam, kearifan pemanfaatannya dan
pemeliharaan lingkungannya
d) Penguasaan pengetahuan ekonomi dasar dan ekonomi pembangunan yang benar
e) Penguatan pengetahuan sosial budaya dan kemasyarakatan agar terjadi sistem yang
maju secara bersama-sama serta
f) Pemahaman kesadaran dan pengetahuan bela Negara yang menjadi dasar munculnya
jiwa kejuangan dalam mempertahankan bangsa dan Negara
2. Aspek Dinamik
a) Suatu kegiatan berkelanjutan melalui pola kajian ideologis tentang Pancasila dan
paham yang lain, yang akan memperkokoh ideologi bangsa yang dinamik yaitu Pancasila
yang dapat dan ikut tumbuh dalam difusi paham-paham universal dan global
b) Pendidikan menghasilkan manusia Indonesia yang cerdas dan arif dalam menghasilkan
tatanan dan regulasi serta menjalankannya secara taat asas
c) Pendidikan yang dapat membangun manusia Indonesia yang visioner mampu
mensinergikan keinginannya ke gerak pembangunan pemerintah
d) Pendidikan yang dapat membangun manusia Indonesia yang mampu mengantisipasi,
melakukan prevensi dan adaptasi serta berjuang melawan pengaruh-pengaruh luar negeri
agar tidak mengganggu kehidupan bangsa Indonesia
c. Kebutuhan Pangan
Kebutuhan pangan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang tidak dapat
ditunda lagi upaya pemenuhannya. Hal itu merupakan bagian yang penting terutama terkait
dengan proses dan ciri makhluk hidup yaitu makan. Pertumbuhan penduduk, baik dunia
maupun Indonesia menjadi permasalahn paling mendasar dalam pemenuhan pangan. Jika
pertumbuhan penduduk tidak terkontrol, Indonesia akan menghadapi masalah penyediaan
pangan dan pemeliharaan gizi masyarakat.
Indonesia merupakan salah satu Negara dengan tingkat permintaan pangan yang tinggi.
Sebetulnya, permasalahan pemenuhan kebutuhan pangan ini justru dapat menjadi peluang
bagi Indonesia sebagai Negara agraris karena sebagian besar mata pencaharian penduduk
tergantung pada sektor pertanian.
Ketahanan pangan merupakan isu yang amat penting yang mesti ditempatkan sebagai
prioritas pembangunan. Ketahanan pangan mengandung nilai intrinsik dan instrumental (Sen,
1989; Simatupang, 2006) yang tak ternilai besarnya. Secara intrinsik, terjaminnya ketahanan
pangan esensial untuk eksistensi kehidupan yang sehat secara ekonomi dan terhormat secara
social. Itulah sebabnya perolehan pangan yang cukup sesuai norma gizi merupakan hak azasi
manusia karena hidup dan kehidupan yang sehat adalah hak azasi manusia. Ketahanan
pangan merupakan indikator kesejahteraan individu (keluarga) sehingga mestinya menjadi
salah satu tujuan utama pembangunan. Ketahanan pangan sebagai prasyarat untuk
pembangunan sumberdaya manusia yang sehat menjadikannya sebagai instrumen
pembangunan. Pembangunan hanya dapat berhasil jika dilaksanakan dan didukung oleh insan
yang sehat dan produktif. Ketahanan pangan yang mantap juga esensial untuk menjaga
stabilitas sosial-politik yang pada gilirannya berfungsi sebagai prasyarat pelaksanaan
pembangunan. Orang kelaparan akan berbuat apa saja, termasuk melawan hukum, untuk
memperoleh bahan pangan. Kita sudah kerap mendengar insiden penjarahan gudang atau
toko bahan pangan tatkala terjadi ancaman ketahanan pangan di suatu wilayah. Singkatnya,
ketahanan pangan merupakan tujuan akhir sekaligus instrumen (tujuan antara) pembangunan
sehingga mesti dijadikan prioritas penanganan pemerintah bersama semua masyarakat.
Terjaminnya ketahanan pangan sebagai syarat untuk menjamin hak azasi atas pangan bagi
semua individu, kesejahteraan ekonomi dan sosial warga Negara, dan pelaksanaan
pembangunan merupakan alasan utama kenapa ketahanan pangan menjadi masalah bersama
umat manusia dan oleh karenanya menjadi prioritas Millenium Development Goals PBB
(MDG-PBB). Ada beberapa strategi induk yang dapat dilakukan terkait dengan ketahanan
pangan nasional, antara lain :
1) Pertumbuhan ekonomi Negara berkualitas tinggi (pro-poor growth). Masalah rawan pangan
Negara Indonesia yang utama adalah masalah akses akibat kemiskinan yang mestinya diatasi
melalui pertumbuhan ekonomi Negara yang berpihak pada sebagian besar kaum miskin.
2) Penurunan tekanan penduduk terhadap lahan. Kemiskinan dan kerusakan sumberdaya alam
dan lingkungan yang terjadi adalah karena tingginya tekanan penduduk sehingga mestinya
diatasi dengan mengurangi tekanan penduduk tersebut.
3) Revitalisasi pertanian. Sebagian besar penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya pada
usaha pertanian dan vitalitas sektor pertanian khususnya sub sektor tanaman pangan yang
diindikasikan oleh laju pertumbuhan dan stabilitas produksi yang cenderung menurun.
4) Pemantapan sistem kewaspadaan pangan dan gizi. Keamanan pangan di wilayah Negara
Indonesia rentan terhadap anomali iklim dan faktor resiko lainnya sehingga adanya sistem
kewaspadaan pangan dan gizi esensial untuk dimanfaatkan.
5) Pengembangan sistem penyelamatan bagi penderita kurang gizi kronis. Prevalensi kurang gizi
kronis di wilayah Negara Indonesia masih cukup tinggi dan hanya dapat diatasi melalui
bantuan penyelamatan khusus dari pemerintah.
6) Pengembangan usaha non-pertanian, termasuk usaha terkait pertanian off-farm.
7) Fasilitas migrasi penduduk baik melalui pengerahan tenaga kerja maupun transmigrasi
penduduk ke luar wilayah.
d. Kesempatan kerja/lapangan pekerjaan
Peningkatan jumlah penduduk berdampak pula pada penyediaan kesempatan
kerja/lapangan pekerjaan. Dimana tingkat pertumbuhan penduduk tiap tahun sekitar 1,3
persen dan bila hal ini dibiarkan, walaupun tingkat ekonomi kita tinggi tetapi tetap tidak
dapat menaikkan kesejahteraan rakyat. Jumlah penduduk pada tahun 2004 berada pada
kisaran 17,7 persen dan pada tahun 2008 jumlah tersebut berkurang menuju 9 persen. Namun
tingkat pengangguran masih berada pada kisaran 10 persen dari total angkatan kerja kita.
Sementara target tingkat pengangguran pada tahun 2008 sebesar 6 persen.
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi, maka laju pertumbuhan angkatan
kerjanya pun cukup tinggi. Permasalahan yang ditimbulkan oleh besarnya jumlah dan
pertumbuhan angkatan kerja tersebut disatu pihak menuntut kesempatan kerja yang lebih
besar. Dipihak lain menuntut pembinaan angkatan kerja itu sendiri agar mampu
menghasilkan keluaran yang lebih tinggi sebagai prasyarat untuk memasuki era globalisasi
dan perdagangan bebas.
Perkembangan ekonomi dan pembangunan pada umumnya, lapangan pekerjaan
penduduk berubah dari yang bersifat primer, seperti pertanian, pertambangan, menuju
lapangan pekerjaan sekunder atau bangunan. Lalu pada akhirnya akan menuju lapangan kerja
tersier atau sektor jasa. Berbagai ciri dan fenomena diatas sudah sepantasnya diamati secara
seksama, dalam rangka menetapkan alternatif kebijaksanaan selanjutnya















BAB III
Kesimpulan

Berdasarkan beberapa penjelasan yang telah dipaparkan diatas, kita dapat memberikan
analisis terhadap 10 negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia sekaligus
analisis sederhana melalui tabel mengenai jumlah penduduk di 10 negara tersebut. Apakah
jumlah penduduk di 10 negara yang dijadikan sampel termasuk beban bagi negaranya atau
malah menjadi sumberdaya bagi Negara tersebut. Berikut tabelnya :
No. Nama Negara Jumlah Penduduk Penduduk
menjadi Beban
atau Sumberdaya
1. Republik Rakyat Tiongkok 1.306.313.812 jiwa Sumberdaya
2. India 1.103.600.000 jiwa Beban
3. Amerika Serikat 298.186.698 jiwa Sumberdaya
4. Indonesia 241.973.879 jiwa Beban
5. Brasil 186.112.794 jiwa Sumberdaya
6. Pakistan 162.419.946 jiwa Beban
7. Bangladesh 144.319.628 jiwa Beban
8. Rusia 143.420.309 jiwa Sumberdaya
9. Nigeria 128.771.988 jiwa Beban
10. Jepang 127.417.244 jiwa Sumberdaya
Ada beberapa tahapan yang dapat dilakukan untuk dapat merubah jumlah penduduk
Indonesia yang besar dari beban menjadi sumberdaya berdasarkan data-data yang telah
terhimpun diatas. Beberapa tahapan itu terkait pula dengan pendidikan yang dijalankan di
suatu Negara tersebut. Apakah pendidikan di Negara itu telah membawa dampak yang cukup
baik atau sebaliknya. Di bawah ini akan dijelaskan faktor-faktor apa saja yang dapat
dilakukan dalam mendukung pendidikan dalam menyiapkan sumber daya manusia yang
terampil dan memiliki kompetensi di dunia internasional. Faktor-faktor tersebut antara lain,
yaitu :
1. Aspek Massif
a) Memperkuat kelembagaan pendidikan dan fasilitasnya
b) Program pendidikan berkualitas tersebar secara geografi (spasial) dengan adanya beberapa
pusat-pusat pendidikan unggulan yang sifatnya pemberdaya institusi pendidikan lainnya
c) Program pendidikan tentang memberdayakan alam, kearifan pemanfaatannya dan
pemeliharaan limgkungannya
d) Penguasaan pengetahuan ekonomi dasar dan ekonomi pembangunan yang benar
e) Penguatan pengetahuan sosial budaya dan kemasyarakatan agar terjadi sistem yang maju
secara bersama-sama serta
f) Pemahaman kesadaran dan pengetahuan bela Negara yang menjadi dasar munculnya jiwa
kejuangan dalam mempertahankan bangsa dan Negara
2. Aspek Dinamik
a) Suatu kegiatan berkelanjutan melalui pola kajian ideologis tentang Pancasila dan paham
yang lain, yang akan memperkokoh ideologi bangsa yang dinamik yaitu Pancasila yang dapat
dan ikut tumbuh dalam difusi paham-paham universal dan global
b) Pendidikan menghasilkan manusia Indonesia yang cerdas dan arif dalam menghasilkan
tatanan dan regulasi serta menjalankannya secara taat asas
c) Pendidikan yang dapat membangun manusia Indonesia yang visioner mampu
mensinergikan keinginannya ke gerak pembangunan pemerintah
d) Pendidikan yang dapat membangun manusia Indonesia yang mampu mengantisipasi,
melakukan prevensi dan adaptasi serta berjuang melawan pengaruh-pengaruh luar negeri agar
tidak mengganggu kehidupan bangsa Indonesia
Jumlah penduduk yang besar belum tentu juga dapat menjadi beban bagi negaranya,
sebab bila penduduk yang berada di dalam Negara tersebut memiliki daya saing yang tinggi
dan kompetensi yang teruji, secara otomatis penduduknya menjadi sumberdaya bagi
negaranya. Ketika penduduk di suatu Negara telah menjadi sumberdaya bagi negaranya.
Maka, ini merupakan suatu point penting berkenaan dengan ketahanan nasional di negaranya.
Apa sebab? penduduk yang menjadi sumberdaya, mereka mempunyai kekuatan untuk dapat
menghasilkan sesuatu ketika negara tersebut di embargo oleh negara lain.

Anda mungkin juga menyukai