Anda di halaman 1dari 5

GANGGUAN EMOSIONAL DENGAN ONSET KHAS

PADA MASA KANAK



I. DEFINISI DAN ETIOLOGI
Gangguan emosional adalah suatu kondisi yang menunjukkan satu atau lebih dari
karakteristik berikut ini dalam periode waktu yang lama dan berakibat buruk pada kinerja
pendidikan anak, yang ditandai dengan :
a) Ketidakmampuan untuk belajar yang tidak dapat dijelaskan dengan intelektual,
sensori dan faktor kesehatan.
b) Ketidakmampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan interpresonal
yang memuaskan dengan teman sebaya dan guru.
c) Menunjukkan perilaku atau perasaan yang tidak wajar atau tidak sesuai dalam situasi
yang normal.
d) Depresi
e) Kecenderungan untuk mengalami ketakutan yang berhubungan dengan masalah
pribadi atau sekolah.
Ada beberapa jenis gangguan jiwa emosional anak berdasarkan PPDGJ III, yaitu : gangguan
anxietas perpisahan, gangguan anxietas fobik, gangguan anxietas sosial, gangguan
persaingan antar saudara, gangguan emosional masa kanak lainnya, dan gangguan emosional
masa kanak yang tidak tergolongkan.
1. Gangguan Anxietas Perpisahan Masa Kanak
Definisi
Untuk memahami gangguan anxietas perpisahan, penting untuk terlebih
dahulu mengetahui kesulitan yang wajar dimiliki bayi dan balita dengan orang yang tidak
dikenal dan dalam memisahkan antara orang tua
dan pengasuh. Bayi menunjukkan kecemasan terhadap orang asing dengan
menangis ketika seseorang yang asing mendekati. Tahap perkembangan yang normal ini
terkait dengan kemampuan belajar bayi untuk membedakan orang
tuanya atau pengasuh lain yang dikenal dengan orang yang tidak dikenal.
Kecemasan terhadap orang asing biasanya dimulai pada sekitar usia 8 bulan dan berakhir
pada usia 2 tahun, menurut American Academy of Pediatrics (Dryden, R. et al, 2012).

Gangguan anxietas perpisahan pada masa kanak adalah anxietas yang berlebihan yang
terfokus dan berkaitan dengan perpisahan dari tokoh yang akrab hubungannya dengan si
anak (lazimnya orang tua atau kerabat akrab lainnya), yang bukan hanya bagian dari
anxietas umum berkenaan dengan aneka situasi. Gangguan ini mempunyai syarat bahwa
penderita harus tidak mempunyai gangguan umum pada perkembangan fungsi kepribadian
sebelumnya (Maslim, R., 2003).

Anxietas perpisahan yang normal adalah paling umum mencapai puncaknya pada
umur 10-18 bulan dan secara bertahap berkurang, biasanya
selama 3 tahun. Anxietas perpisahan yang normal dapat menyebabkan orang
tua mengalami kesulitan dengan bayi mereka pada waktu tidur atau waktu pemisahan
lainnya, karena anak menjadi gelisah, menangis, atau menempel pada pengasuh (Dryden,
R. et al, 2012).

Etiologi
Gangguan anxietas perpisahan (seperti kebanyakan kondisi kesehatan mental)
kemungkinan disebabkan oleh kombinasi dari kerentanan genetik dan lingkungan yang
bukan hanya oleh satu hal saja. Selain itu, gangguan ini lebih sering terjadi pada anak
dengan riwayat kecemasan pada keluarga, anak-anak yang ibunya stres
selama kehamilan. Sebagian besar anak dengan gangguan anxietas
perpisahan memiliki salah satu gejala yaitu adalah penolakan untuk pergi ke sekolah dan
sampai 80% anak yang menolak untuk ke sekolah memenuhi syarat untuk didiagnosis
sebagai gangguan anxietas perpisahan. Sekitar 50% -75% anak yang menderita gangguan
ini berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah (Dryden, R. et al, 2012).



2. Gangguan anxietas fobik masa kanak
Definisi
Gangguan anxietas fobik pada masa kanak adalah rasa takut yang khas timbul pada suatu
fase perkembangan yang spesifik pada anak. Kategori ini memenuhi kriteria (Maslim, R.,
2003):
a. Onset pada masa usia perkembangan yang sesuai
b. Taraf anxietas itu secara klinis tidak normal
c. Anxietas itu tidak merupakan bagian dari suatu gangguan yang menyeluruh
3. Gangguan anxietas sosial masa kanak
Definisi
Gangguan anxietas sosial adalah ketakutan yang amat kuat akan dinilai oleh orang
lain dan menjadi malu. Ketakutan ini bisa begitu kuat sehingga mengganggu untuk pergi
ke tempat kerja atau sekolah atau melakukan kegiatan sehari-hari lainnya.
Semua orang pernah merasa cemas atau malu pada satu waktu atau yang lain. Misalnya,
saat bertemu orang baru atau memberikan pidato publik dapat membuat orang mejadi
gugup. Tetapi penderita dengan gangguan anxietas sosial akan khawatir tentang hal yang
dicemaskan tersebut selama berminggu-minggu sebelum hal yang ditakutkan terjadi.
Penderita dengan gangguan anxietas sosial takut akan melakukan hal-hal umum di depan
orang lain. Kebanyakan penderita yang memiliki gangguan anxietas sosial tahu bahwa
mereka tidak harus menjadi takut, tetapi mereka tidak bisa mengendalikan ketakutan
mereka. Terkadang mereka akhirnya akan tinggal jauh dari tempat-tempat atau acara
dimana mereka berpikir bahwa akan melakukan sesuatu yang mempermalukan mereka.
Fobia sosial biasanya dimulai saat remaja. Seorang dokter bisa mengatakan
bahwaseseorang memiliki fobia sosial jika orang tersebut telah memiliki gejala selama
minimal 6 bulan. Tanpa pengobatan, fobia sosial dapat berlangsung selama bertahun-
tahun atau seumur hidup (National Institute of Mental Health, 2010).

Gangguan anxietas sosial pada masa kanak adalah gangguan yang timbul sebelum usia 6
tahun, yang tidak lazim derajatnya dan disertai aneka masalah berkenaan dengan fungsi
secara sosial, dan yang tidak merupakan bagian dari gangguan emosional yang bersifat
lebih menyeluruh. Anak dengan gangguan ini senantiasa dan berulang kali mengalami
rasa waswas dan takut dan menghindari orang yang tak dikenal, rasa takutnya itu dapat
timbul hanya terhadap orang dewasa atau hanya dengan teman sebaya atau dengan kedua
kelompok itu (Maslim, R., 2003).

Etiologi
Gangguan anxietas sosial terkadang didapatkan dalam suatu keluarga, tapi tidak ada yang
tahu pasti mengapa sebagian memilikinya, sementara yang lainnya tidak. Para peneliti
telah menemukan bahwa beberapa bagian otak yang terlibat dalam ketakutan dan
kecemasan. Dengan belajar lebih banyak tentang rasa takut dan kecemasan di otak, para
ilmuwan mungkin dapat menciptakan perawatan yang lebih baik. Para peneliti juga
meneliti di mana stres dan faktor lingkungan mungkin memainkan peran (National
Institute of Mental Health, 2010).

Rasa takut yang timbul dalam gangguan anxietas sosial berhubungan dengan kelekatan
selektif dengan orang tua-nya atau dengan orang lain yang akrab. Kecenderungan
menghindar atau rasa takut terhadap perpisahan sosial melebihi batas normal bagi anak
seusia itu dan berhubungan dengan masalah fungsi sosial yang secara klinis bermakana
(Maslim, R., 2003).

4. Gangguan persaingan antar saudara
Definisi
Persaingan antar saudara adalah kecemburuan, persaingan dan perkelahian antara saudara
lelaki dan perempuan. Hal ini merupakan kekhawatiran untuk hampir semua orang
tua yang mempunyai dua atau lebih anak-anak. Masalah sering dimulai tepat
setelah kelahiran anak kedua. Persaingan antar saudara biasanya berlanjut sepanjang masa
kecil dan bisa menjadi tekanan kepada orang tua (Boyse, K., 2011).

Gangguan persaingan
antar saudara merupakan rasa persaingan/iri hati antar saudara yang mungkin ditandai
oleh upaya bersaing yang nyata antar saudara untuk merebut perhatian atau cinta orang
tuanya. Persaingan ini menjadi abnormal bila disertai perasaan negatif yang berlebihan
(Maslim, R., 2003).

Etiologi
Ada banyak faktor yang berkontribusi dalam persaingan antar saudara (Boyse, K., 2011):


a) Setiap anak bersaing untuk menentukan siapa mereka sebagai seorang
individu. Ketika mereka menemukan siapa mereka, mereka mencoba untuk
menemukan bakat mereka sendiri, kegiatan, dan kepentingan. Mereka
ingin menunjukkan bahwa mereka terpisah dari saudara mereka.
b) Anak-anak merasa mendapatkan perhatian, kedisiplinan dan ketanggapan dalam
jumlah yang tidak merata.
c) Anak-anak mungkin merasa hubungan mereka dengan orang tua mereka terancam
oleh kedatangan bayi baru.
d) Tahap perkembangan anak-anak akan mempengaruhi bagaimana dewasa
mereka dan seberapa baik mereka dapat berbagi perhatian dan bergaul dengan satu
sama lain.
e) Anak-anak yang lapar, bosan atau lelah lebih mungkin untuk menjadi frustrasi
dan memulai perkelahian.
f) Anak-anak mungkin tidak tahu cara positif untuk mendapatkan perhatian atau
memulai kegiatan bermain dengan saudaranya, sehingga mereka meilih untuk
berkelahi.
g) Dinamika keluarga berperan.
h) Anak-anak sering berkelahi lebih dalam keluarga di mana orang tua berpikir agresi
dan perkelahian antara saudara kandung adalah normal dan merupakan cara yang
dapat diterima untuk menyelesaikan konflik.
i) Tidak memiliki waktu untuk berbagi waktu keluarga yang menyenangkan
bersama-sama (seperti makan keluarga) dapat meningkatkan kemungkinan anak-
anak terlibat dalam konflik.
j) Stres dalam kehidupan orang tua dapat mengurangi waktu dan perhatian orang tua
terhadap anak. Hal ini akan meningkatkan persaingan antar saudara.
k) Stres dalam kehidupan anak-anak.
l) Bagaimana orang tua memperlakukan anak-anak mereka dan bereaksi
terhadapkonflik.

Anda mungkin juga menyukai