MODUL IV
PERDARAHAN KONTAK
DI SUSUN
KELOMPOK 4
SISTEM ONKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2011 2012
MODUL 4
PERDARAHAN KONTAK
SKENARIO
Wanita 45 tahun, datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sedikitsedikit yang dialami terutama setelah berhubungan dengan suami, sebelumnya
penderita sering mengalami keputihan yang berbau.
KATA KUNCI
Leukorea berbau
PERTANYAAN
1. Jelaskan anatomi dan histologi organ yang berhubungan dengan skenario ?
2. Bagaimana hubungan usia dengan keluhan pada skenario?
3. Bagaimana patomekanisme perdarahan kontak pasca coitus?
4. Penyebab keputihan yang berbau ?
5. Jelaskan langkah-langkah diagnostik
6. DD pada scenario?
7. Penatalaksanaan
8. Pemeriksaan penunjang
9. Prognosis
1. Uterus
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum
(serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan
nutrisi konseptus. Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks
uteri.
2. Serviks
Cervix uterus merupakan bagian yang menghubungkan
vagina dengan tuba uterina melalui os external canalis
cervicalis yang dilapisi oleh membran mucosa yang disebut
endocervix. Bagian ini mengandung mucus yang disekresikan
oleh kelenjar tubular yang dilapisi oleh epitel kolumner dan
dipenuhi oleh sel silia.
Aktivitas sekresi kelenjar pada endocervix diregulasi oleh
estrogen dan mencapai jumlah maximal pada masa ovulasi.
Fungsi secret endocervicalis adalah memberi lubrikasi selama
hubungan seksual terjadi dan berperan sebagai sawar yang
melindungi dari invasi bakteri.
Selama ovulasi, mukus pada cervix menjadi lebih encer,
berair dan pHnya lebih alkali dibanding sebelumnya, kondisi
ini dibuat sedemikian rupa agar dapat mendukung migrasi
sperma. Selain itu terjadi pula peningkatan jumlah ion dalam
mukus sehingga terbentuk kristal kristal yang menyerupai
pakis. Secara klinis, hal ini dapat digunakan sebagai
pendeteksi
saat
yang
tepat
untuk
melakukan
3.
4.
5.
6.
ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya
ke dalam tuba.
7. Ovarium
Ovarium Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga
peritoneum, sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat
dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula. Ovarium
berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel
epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi
(pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen
oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi).
Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan
fimbriae. Fimbriae menangkap ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi.
Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum
infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang
aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis.
1. Vulva
Vulva Tampak dari luar (mulai dari
mons pubis sampai tepi perineum),
terdiri dari mons pubis, labia
mayora, labia minora, clitoris,
hymen,
vestibulum,
orificium
urethrae
externum,
kelenjarkelenjar pada dinding vagina.
2. Mons pubis / mons veneris
Lapisan lemak di bagian anterior
symphisis os pubis. Pada masa
pubertas
daerah
ini
mulai
ditumbuhi rambut pubis.
3. Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak
mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada pria.
Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora. Di bagian
bawah perineum, labia mayora menyatu (pada commisura posterior).
4. Labia minora
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut.
Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.
5. Clitoris Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior
vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina.
Homolog embriologik dengan penis pada pria. Terdapat juga reseptor
androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf,
sangat sensitif.
6. Vestibulum Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas
lateral labia minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6
lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum, introitus vaginae, ductus
VAG I NA
- Saluran disebelah dalamnya , berhubungan dengan cervix, disebelah
luarnya terbuka kedalam vestibulum dan tertutup sebagian oleh selaput
dara (=hymen )
- Pada pintu masuk dis.: introitus vaginae otot skelet fungsi sebagai sphincter
- Alat fibromusculer + mucosa,
- Ddg. antero-posterior collaps.
Mikroskopik ddg. t.d. :
* Mucosa :
- berlipat-lipat disebut : rugae
- epitel berlapis gepeng tak bertanduk
-sel-sel mengandung glikogen+lemak
- infiltrasi sel-sel limfosit .
- lam.propria tanpa kelejar , kaya serat-serat elastis +sel-sel limfosit yang
kadang-kadang merupakan nodulus limfatikus
HUBUNGAN USIA DENGAN KELUHAN PADA SKENARIO
Pada skenario, nampak keluhan berupa perdarahan kontak pasca coitus.
Perdarahan kontak dapat dihubungkan dengan faktor predisposisi, salah satunya
dari segi usia. Dari segi epidemiologi, perdarahan kontak lebih sering terjadi pada
usia 35 tahun ke atas, sedangkan pada usia kurang dari 20 tahun, insiden dapat
terjadi namun masih minim. Pada usia di bawah 20 tahun, perdarahan dapat
terjadi dikarenakan struktur epitel pada daerah servix dan vagina yang masih
belum matang dan coitus yang sering dilakukan pada fase tersebut. Hal ini dapat
dihubungkan dari segi epidemiologi dimana gejala tersebut jarang ditemukan pada
biarawati yang belum menikah. Menurut Acharci dkk. (1997) melaporkan
sebelum usia 20 tahun memiliki 10 orang lebih mitra seksual sehingga resiko
dapat meningkat beberapa kali lipat.
Sedangkan pada usia yang lebih tinggi (35 tahun ke atas) seperti pada kasus di
skenario di atas, gejala dapat dihubungkan dengan riwayat dan aktivitas seharihari, salah satunya adalah aktivitas seksual. Aktivitas seksual cenderung
meningkat pada usia tersebut, sehingga infeksi yang berulang pada usia
sebelumnya dapat disalurkan pada usia ini. Sehingga dapat berlanjut menjadi
kanker pada daerah serviks yang ditularkan melalui hubungan seksual. Sedangkan
penyebab yang lain berhubungan dengan jumlah partus. Jumlah partus yang
meningkat dapat meningkatkan resiko kanker dan dapat menyebabkan perdarahan
pada daerah serviks.
PATOMEKANISME PERDARAHAN PASCA COITUS
Pendarahan kontak dapat didefinisikan sebagai perdarahan rahim abnormal
tanpa penyebab organik (sesuai dengan fisiologi organ) yang terjadi pada saat
coitus atau pasca coitus. Dengan kata lain, perdarahan tersebut terjadi disebabkan
oleh faktor-faktor yang dapat menyebabkan disfungsional dari organ itu sendiri,
seperti kanker, tumor, polip, dan lain-lain. Pada suatu waktu, seorang wanita dapat
Waktu ovulasi
Waktu menjelang dan setelah haid
Rangsangan seksual
Dalam kehamilan
Penyebab paling penting dari leukorea patoligik ialah infeksi. Disini cairan
mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kuning-kuningan sampai hijau,
seringkali lebih kental dan berbau. Radang vulva,vagina,serviks dan kavum uteri
dapat menyebabkan leukorea patologik.
Etiologi keputihan patologis :
1. Infeksi
a. Jamur
Keputihan yang disebabkan oleh infeksi jamur Candida albicans umumnya
dipicu oleh faktor dari dalam maupun luar tubuh seperti :
Kehamilan
Obesitas / kegemukan
Pemakaian pil KB
Sekret yang keluar biasanya berwarna putih kekuningan, seperti kepala susu
(cottage cheese), berbau khas dan menyebabkan rasa gatal yang hebat pada
daerah intim-vulva dan sekitarnya sehingga disebut vulvovaginitis. Rasa gatal
sering merupakan keluhan yang dominan dirasakan.
b. bakteri
Pada vagina terdapat flora normal yang terdiri dari bakteri baik yang
berfungsi dalam keseimbangan ekosistem sekaligus menjaga keasaman / pH
yang normal serta beberapa bakteri lain dalam jumlah kecil seperti
Gardnerella vaginalis , mobiluncus, bacteroides dan Mycoplasma hominis.
Beberapa keadaan seperti kehamilan, penggunaan spiral / IUD (intra
uterine device), hubungan seksual, promiskuitas dapat memicu
ketidakseimbangan flora normal vagina dimana pertumbuhan bakteri jahat
menjadi berlebihan. Keputihan yang disebabkan oleh bakteri Gardnerella dsb
disebut sebagai bacterial vaginosis / BV. Sebanyak 50% dari wanita dengan
c.
2. Non-Infeksi
Biasa disebakan iritasi akibat alat kontrasepsi dan cairan antiseptik
(mengandung bahan kimia).
3. Neoplasma
Mitosis berlebihan akibat sel normal yang tidak matur.
Rasa gatal yang timbul pada kasus ini disebabkan oleh reaksi peradangan
yang ditimbulkan sel-sel proinflamasi. Sel-sel tersebut melepaskan berbagai
macam sitokin serta histamin yang memicu timbulnya pruritus pada kasus ini.
LANGKAH-LANGKAH DIAGNOSIS
Anamnesis
Menggali informasi dari keluhan utama : Perdarahan pasca coitus
Anamnesis sistematis
-
termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma. Karena masih rentan, selsel mukosa bisa berubah sifat menjadi kanker. Sifat sel kanker selalu
berubah setiap saat yaitu mati dan tumbuh lagi. Dengan adanya
rangsangan, sel bisa tumbuh lebih banyak dari sel yang mati, sehingga
perubahannya tidak seimbang lagi. Kelebihan sel ini akhirnya bisa
berubah sifat menjadi sel kanker. Lain halnya bila hubungan seks
dilakukan pada usia di atas 20 tahun, dimana sel-sel mukosa tidak lagi
terlalu rentan terhadap perubahan.
Wanita dengan aktivitas seksual yang tinggi, dan sering berganti-ganti
pasangan. Berganti-ganti pasangan akan memungkinkan tertularnya
penyakit kelamin, salah satunya Human Papilloma Virus (HPV). Virus
ini akan mengubah sel-sel di permukaan mukosa hingga membelah
menjadi lebih banyak sehingga tidak terkendali sehingga menjadi
kanker.
Penggunaan antiseptik. Kebiasaan pencucian vagina dengan
menggunakan obat-obatan antiseptik maupun deodoran akan
mengakibatkan iritasi di serviks yang merangsang terjadinya kanker.
Wanita yang merokok. Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih
besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak
merokok. Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok
mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zatzat tersebut akan menurunkan daya tahan serviks di samping
meropakan ko-karsinogen infeksi virus. Nikotin, mempermudah semua
selaput lendir sel-sel tubuh bereaksi atau menjadi terangsang, baik
pada mukosa tenggorokan, paru-paru maupun serviks. Namun tidak
diketahui dengan pasti berapa banyak jumlah nikotin yang dikonsumsi
yang bisa menyebabkan kanker leher rahim.
Riwayat penyakit kelamin seperti kutil genitalia. Wanita yang terkena
penyakit akibat hubungan seksual berisiko terkena virus HPV, karena
virus HPV diduga sebagai penyebab utama terjadinya kanker leher
rahim sehingga wanita yang mempunyai riwayat penyakit kelamin
berisiko terkena kanker leher rahim.
Paritas (jumlah kelahiran). Semakin tinggi risiko pada wanita dengan
banyak anak, apalagi dengan jarak persalinan yang terlalu pendek. Dari
berbagai literatur yang ada, seorang perempuan yang sering
melahirkan (banyak anak) termasuk golongan risiko tinggi untuk
terkena penyakit kanker leher rahim. Dengan seringnya seorang ibu
melahirkan, maka akan berdampak pada seringnya terjadi perlukaan di
organ reproduksinya yang akhirnya dampak dari luka tersebut akan
memudahkan timbulnya Human Papilloma Virus (HPV) sebagai
penyebab terjadinya penyakit kanker leher rahim.
Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama. Penggunaan
kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka lama yaitu lebih dari 4
tahun dapat meningkatkan risiko kanker leher rahim 1,5-2,5 kali.
Kontrasepsi oral mungkin dapat meningkatkan risiko kanker leher
rahim karena jaringan leher rahim merupakan salah satu sasaran yang
G. Diagnosis
-
Pemeriksaan fisik
Lesi endofilik, eksofilik, serviks teraba kaku, & pembesaran kel.
Inguinal, supraklavikular, & hepar
- Pap smear
- TCT (Thinprep Cytologic Test)
- IVA (Inspeksi Visual As.asetat)
- Kolposkopi
- Biopsi
- Tumor marker tdk spesifik
Penunjang Lain : foto thoraks, IVP, limfangiografi, arteriografi,
CTscan, MRI, laparoskopi
H. Penatalaksanaan
Terapi karsinoma serviks dilakukan bila mana diagnosis telah
dipastikan secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang
matang oleh tim yang sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan la
njutan (tim kanker / tim onkologi). Pemilihan pengobatan kanker leher
rahim tergantung pada lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia,
keadaan umum penderita, dan rencana penderita untuk hamil lagi. Lesi
tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut,
terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu
pemeriksaan biopsi. Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa
kriosurgeri (pembekuan), kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi),
pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa
melukai jaringan yang sehat di sekitarnya dan LEEP (loop electrosurgical
excision procedure) atau konisasi.
2. KARSINOMA ENDOMETRIUM
Karsinoma endometrium berasal dari endometrium, karena berasala dari
korpus uteri, juga disebut karsioma uteri. Dari keganasan ginekologik,
karsinoma endometrium menempati 20-30%,bersama karsinoma serviks uteri,
karsinoam ovarium merupakan 3 jenis keganasan ginekologik yang paling
sering kutemukan.
Karena kekhususan lokasi anatomisnya, kavum uteri dan vagina
berhubunagn dengan dunia luar, gejala awal karsinoma endometrium seperti
perdarahan pervaginam dapat cepat menarik perhatian dokter maupun pasien,
mudah ditemukan dini. Umumnya kasus ketika ditegakkan diagnosis lesi
masih terbatas pada uterus selain terdapat lapisan otot cukup tebal melapisi
endometrium sehingga tidak mudah mnyebar, metastasis terjadi relative
lambat, maka prognosis relative baik
A. Etiologi
Etiologi karsinoma endometrium belum jelas. Melalui survey epidemiologi
dan ekspremen etiologinya dianggap sbb.
-
Infertilitas
B. Manifestasi Klinik
Pada pasien karsinoma endometrium stadium dini dapat tak memiliki
gejala. Sejalan progresi penyakit, dapat timbul gejala berikut.
-
Nyeri
C. Terapi
Metode terapi karsinoma endometrium adalah operasi, radioterapi,
kemoterapi dll. Metode paling sering dilakukan adalah operasi dan
radioterapi.
3. POLIP SERVIKS
Umumnya bertangkai, berasal dari mucosa intracervikal tapi kadang-kadang
dapat pula tumbuh dari daerah portio.
A. Makroskopis
Dapat tunggal atau multipel dengan ukuran beberapa sentimeter, warna
kemerah-merahan dan rapuh. Kadang-kadang tangkainya jadi panjang
sampai menonjol dari introitus. Kalau asalnya dari portio konsistensinya
lebih keras dan pucat dengan tangkai yang tebal.
B. Tanda dan Gejala
Sering tidak memberikan gejala apa-apa dan baru diketahui pada
pemeriksaan rutin lainnya. Kalu besar dapat menyebabkan fluor dan
perdarahan intermenstrual atau perdarahan kontak setelah koitus.
Mengejan terlalu kuat seperti waktu defekasi dapat pula menyebabkan
perdarahan. Seringkali gejala-gejalanya mirip dengan carsinoma pada
stadium awal.
C. Terapi :
Ekstirpasi (+ curetase)
Cauterisasi
DAFTAR PUSTAKA