Oleh:
Nama: Putu Nihita Trisa
NIM: 14.901.0970
Kelompok: 50
utama
kematian
perinatal
di
Indonesia
adalah
gangguan
Hipoksia ibu
Keracunan CO
Hipotensi akibat perdarahan
Gangguan kontraksi uterus
Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
Hipertensi pada penyakit eklampsia
b. Faktor plasenta
Plasenta tipis
Plasenta kecil
Solusio plasenta
Perdarahan plasenta
c. Faktor fetus
Kompresi umbilikus
d. Faktor neonatus
Prematur
Kelainan kongential
4. Faktor Predisposisi
a. Faktor dari ibu
Gangguan his, misalnya: hipertoni dan tetani
Hipotensi mandadak pada ibu karena perdarahan, misalnya: plasenta previa
Hipertensi pada eklampsia
Gangguan mendadak pada plasenta seperti solusio plasentae
b. Faktor dari janin
Gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat
Depresi pernafasan karena obat obatan yang diberikan kepada ibu
Ketuban keruh
5. Patofisiologi
Bayi baru lahir akan melakukan usaha untuk menghirup udara ke dalam paruparunya yang mengakibatkan cairan paru keluar dari alveoli ke jaringan insterstitial di
Pathway:
6. Klasifikasi
Skor
Apperance/Tampilan
Merah muda pada badan dan ekstremitas
Merah muda pada badan, biru pada ekstremitas
biru seluruhnya
Pulse/Nadi
> 100
< 100
Tidak ada
Grimace/Iritabilitas/Refleks
Menangis keras
Menangis lemah
Tidak ada respon terhadap stimulus
Activity/Aktivitas (Tonus Otot)
Aktif bergerak
Bergerak terbatas
Kaku (fleksi)
Respiratory/Pernapasan
Tangisan keras dan kuat
Hipoventilasi
Tidak
2
1
0
2
1
0
2
1
0
2
1
0
2
1
0
Pucat
Sudah kurang
Negative
Tak teratur
Jelek
Asfiksia Livida
Kebiru-biruan
Masih baik
Positive
Masih teratur
Lebih baik
e.
f.
g.
h.
i.
Hipoksia
Asidosis metabolik atau respirator
Perubahan fungsi jantung
Kegagalan sistem multiorgan
Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik : kejang,
nistagmus, dan menangis kurang baik/ tidak menangis.
8. Pemeriksaan Fisik
Kulit
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
Leher
Thorax
Abdomen
Umbilikus
Genetalia
Anus
Ekstremitas
Refleks
9. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : hasil analisis gas darah tali pusat menunjukkan hasil asidosis pada darah
tali pusat:
a. PaO2 < 50 mm H2O
b. PaCO2 > 55 mm H2
c. pH < 7,30
10. Prognosis
a. Asfiksia ringan/normal
b. Asfiksia Sedang
: Baik
: Tergantung kescepatan penatalaksanaan bila cepat
prognosa baik.
: Dapat menimbulkan kematian pada hari-hari pertama,
c. Asfiksia berat
Asfiksia
dengan
pH
6,9
sampai
koma
dan
2. Memulai pernapasan :
Denyut jantung bayi < 60x/menit setelah paling tidak 30 detik dilakukan
ventilasi adekuat dan kompresi dada belun ada respon.
Sistotik
Dosis : 0,1-0,3 ml / kgBB dalam lanrtan I : 10.000 (0,1 mg 0,03 mg/
kgBB). Cara : i.v atau endotakheal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu
2. Volume Ekspander
Indikasi:
Bayi baru lahir yang dilahirkan resusitasi rnengalami hipovolernia dan tidak
ada respon dengan resueitasi.
Jenis Cairan :
Larutan laistaloid isotonis (NaCL 0,9, Ringer Laktat). Dosis : dosis awal 10
ml / kgBB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai menunjukkan
respon klinis.
3. Bikarbonat
Indikasi:
Jangan diberilm pada bayi brug lahir yang ibrmya baru dicurigai sebagai
pemakai obat narkotika sebab akan menyebabkan tanpa with drawl tiba-tiba
pada sebagian bayi.
Dosis : 0,1 mgikgBB ( 0,4 mg/ml atau lmg/ml)
Cara : i.v endotrakheal atau bila perfusi baik diberikan i.m atau s.c
Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan darah 60
b. Eliminasi
c. Makanan/ cairan
d. Neurosensori
Pernafasan
Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara 7-10.
Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik
Suhu rentang dari 36,5 C sampai 37,5 C. Ada verniks (jumlah dan distribusi
tergantung pada usia gestasi).
Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna merah
muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar minor (misal
: kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/
wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau
tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata, antara alis
mata, atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama punggung bawah dan
bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan elektroda
internal)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d mukus dalam jumlah berlebih, asfiksia
intrauterus.
b. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi, imaturitas pusat pernapasan, penurunan
energi/kelelahan.
c. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi, perubahan
membran kapiler alveolar.
d. Risiko infeksi b.d pemajanan pada agen-agen infeksius.
e. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah.
f. Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan
Keperawatan
Ketidakefektif
Kriteria Hasil
Setelah dilakukan
an bersihan
tindakan
Intervensi
1. Perhatikan RR,
Rasional
1. Takipnea,
upaya
takikardi, sianosis,
pernapasan,
pernapasan cuping
mukus dalam
... x 24 jam
warna, HR dan
hidung atau
jumlah
diharapkan jalan
adanya refleks
mengorok
berlebih,
menandakan
tanda distres
hipoksia dan
pernapasan.
kegagalan
asfiksia
intrauterus.
napas tambahan.
2. Tidak ada
sianosis.
3. RR 30 - 60
x/mnt.
4. Membran
mukosa merah
muda.
2. Tempatkan bayi
miring atau posisi
semi fowler.
3. Perhatikan
pernapasan.
2. Menurunkan risiko
aspirasi.
3. Peningkatan
hidung tersumbat,
sumbatan hidung
suction sebelum
dan produksi
pemberian makan
mukus
sesuai dengan
mempengaruhi
indikasi.
pernapasan
khususnya selama
pemberian makan.
4. Auskultasi suara
4. Mengetahui
nafas sebelum
efektifitas dari
dan sesudah
suction.
suction.
5. Pireksia berkenaan
5. Pantau suhu bayi.
dengan stimulasi
Kontrol
SSP meningkatkan
lingkungan untuk
laju metabolisme
meningkatkan
dan kebutuhan
kesejukan bila
oksigen.
suhu bayi
meningkat.
6. Pantau saturasi
6. Menunjukkan
tingkat
oksigen dan
keadekuatan
GDA.
oksigen dalam
tubuh.
7. Memenuhi
7. Berikan oksigen
sesuai dengan
indikasi.
8. Tempatkan bayi
kebutuhan oksigen
bayi.
8. Mungkin perlu
pada kasus
pada pemantau
pengaruh
kardiopulmonal.
pernapasan berat.
Lakukan tindakan
resusitasi bila
tepat.
9. Berikan
informasi kepada
9.
Menurunkan
kecemasan orang
tua
Pola nafas
Setelah dilakukan
tidak efektif
tindakan
pernapasan.
mengkaji pola
b.d
keperawatan selama
Perhatikan
pernapasan bayi.
hipoventilasi,
... x 24 jam
imaturitas
diharapkan pola
perubahan
pusat
nafas menjadi
frekuensi
pernapasan,
penurunan
energi/kelelah
an.
efektif.
Kriteria hasil :
1. Pasien
menunjukkan pola
nafas yang efektif.
2. Ekspansi dada
simetris.
jantung, tonus
otot, dan warna
kulit berkenan
2. Untuk
dengan
membersihkan
prosedur/perawat
jalan nafas.
an.
2. Pertahankan
kepatenan jalan
nafas tambahan.
nafas dengan
dan narkotik
4. Kecepatan dan
melakukan
menekan pusat
irama respirasi
pengisapan
pernapasan dan
lendir.
3. Tinjau ulang
3. Magnesium sulfat
aktivitas SSP.
riwayat ibu
terhadap obat-
obatan yang
memudahkan
dapat
pernapasan dan
memperberat
menurunkan
depresi pernapsan
episode apnea,
pada bayi.
4. Posisikan bayi
pada abdomen
atau posisi
khususnya
hipoksia, asidosis
metabolik, atau
hiperkapnia.
terlentang dengan
gulungan kain di
bawah bahu
untuk
menghasilkan
sedikit
hiperekstensi.
5. Pertahankan suhu
tubuh tetap
optimal.
5. Bahkan hanya
sedikit
peningkatan atau
penurunan suhu
tubuh dapat
manimbulkan
apnea.
6. Merangsang SSP
untuk
meningkatkan
gerakan tubuh dan
kembalinya
pernapasan
6. Berikan
spontan. Kadang-
rangsangan taktil
kadang bayi
mengalami
terjadi apnea.
kejadian apnea
Perhatikan
adanya sianosis
atau bradikardi.
bradikardi bila
Anjurkan kontak
orang tua
menentuh dan
berbicara pada
mereka.
7. Hipoksia, asidosis
metabolik,
hiperkapnia,
7. Pantau
pemeriksaan
laboratorium.
hipoglikemia dan
sepsis dapat
memperberat
serangan apnea.
8. Perbaikan kadar
oksigen dan
karbondioksida
dapat
8. Berikan oksigen
sesuai indikasi.
2) Pantau status
pernafasan dan
oksigenasi sesuai
dengan
kebutuhan.
9. Berikan obat
sesuai indikasi:
Natrium
bikarbonat
meningkatkan
fungsi
pernapasan.
9. Obat-obatan
diperlukan:
Memperbaiki
asidosis
Mengatasi
infeksi
pernapasan
atau sepsis
Antibiotik
Hipokalsemia
mempredisposi
sikan bayi pada
Kalsium
apnea.
Dapat
meningkatkan
glukonat
aktifitas pusat
pernapasan dan
menurunkan
Aminofilin
sensitivitas
terhadapCO2,
menurunkan
frekuensi
apnea.
Mengakibatkan
relaksasi otot
rangka yang
mungkin perlu
bila bayi secara
Pankuronium
mekanis
bromida
terventilasi.
Mencegah
(pavulon)
hipoglikemia.
Larutan
glukosa
1. Kaji RR,
Gangguan
Setelah dilakukan
1. Bayi dengan
pertukaran gas
tindakan
kedalaman, dan
perubahan
b.d
keperawatan ... x 24
upaya
pertumbuhan
ketidakseimba
jam diharapkan
pernapasan.
lebih rentan
ngan perfusi
pertukaran gas
Observasi dan
terhadap distres
ventilasi,
adekuat.
laporkan tanda-
pernapasan
perubahan
Kriteria hasil :
tanda distres
berkenaan dengan
membran
pernapasan.
asfiksia kronis
kapiler
nafas (RR 30 60
alveolar.
x/mnt)
2. PO2: 60 80
mmHg; PCO2: 30 37
2. Auskultasi bunyi
napas secara
teratur.
pada bayi.
2. Adanya
krekels/ronki
menunjukkan
mHg
kongesti
3. pH normal: 7,35
pernapasan dan
7,44
kebutuhan
3. Auskultasi nadi
apikal, perhatian
adanya sianosis.
terhadap
intervensi.
3. Takipnea,
bradiardi dan
sianosis dapat
terjadi pada
respon terhadap
4. Cegah
komplikasi
iatrogenik
berkenaan
dengan stres
dingin,
ketidakseimbang
perubahan kadar
oksigen.
4. Komplikasi ini
meningkatkan
kebutuhan
metabolik dan
oksigen.
an metabolik, dan
ketidak cukupan
kalori.
5. Pantau oksimetri
nadi.
6. Pantau
pemeriksaan lab
sesuai indikasi:
pH serum
5. Mengidentifikasi
keefektifan terapi.
6. Hasil lab
menunjukkan:
Mendeteksi
kemungkinan
asidosis
metabolik yang
terjadi akibat
ketidak
adekuatan
GDA
masukan O2.
Menunjukkan
derajat
7. Berikan oksigen
hangat dan
hiposia/hiperka
pnia.
7. Memperbaikimen
lembab, berikan
cegah hipoksemia,
ventilasi bantuan
hiperkapnia, dan
sesuai indikasi.
8. Kolaborasi
pemberian obatobatan sesuai
indikasi:
Natrium
bikarbonat
ketidakseimbanga
n asam-basa
pernapasan.
Memperbaiki
ketidakseimban
gan
metabolik/asid
osis yang
diakibatkan
dari asidosis
respiratori
Derivat xantin
yang lama.
Bronkodilator
spt aminofilin
simpatomimeti
(teofilin
k mungkin
etilenediamin)
bermanfaat
dalam
mengatasi
apnea
prematuritas.
Tolazolme
Vasodilator
HCL
kuat yang
(Priscoline)
merelaksasikan
otot polos
untuk
memaksimalka
n upaya
sirkulasi/oksige
nasi pada kasus
aspirasi
Dopamin
mekonium.
Mengimbangi
efek hipotensif
dari pemberian
Risiko infeksi
Tujuan : Setelah
b.d pemajanan
dilakukan tindakan
setiap sebelum
infeksi
pada agen-
keperawatan selama
dan sesudah
nosokomial.
1. Cuci tangan
priscoline.
1. Untuk mencegah
merawat bayi.
2. Pakai sarung
tangan steril.
3. Lakukan
pengkajian fisik
secara rutin
terhadap bayi,
perhatikan
pembuluh darah
2. Untuk mencegah
infeksi
nosokomial.
3. Pengkajian sedini
mungkin untuk
mencegah adanya
infeksi yang
bertambah parah.
4. Kebersihan bayi
mencegah
terjadinya infeksi
bakteri melalui
kulit.
mengganti
popok.
5. Ajarkan keluarga
tentang tanda dan
gejala infeksi dan
melaporkannya
pada pemberi
pelayanan
kesehatan.
6. Berikan agen
5. Pendidikan
terhadap keluarga
memungkinkan
respon cepat
terhadap gejala
infeksi yang
dialami bayi.
6. Mencegah infeksi
Hepatitis B
imunisasi sesuai
indikasi
(imunoglobulin
hepatitis B dari
vaksin hepatitis
1. Kaji suhu dengan 1. Hipotermi
Risiko
Tujuan : Setelah
ketidakseimba
dilakukan tindakan
sering. Ulangi
membuat bayi
ngan suhu
keperawatan selama
tiap 15 menit
cenderung
tubuh b.d
... x 24 jam
selama
mengalami stres
kurangnya
diharapkan suhu
penghangatan
dingin.
suplai O2
tubuh normal.
Kriteria Hasil :
dalam darah.
1. Temperatur badan
dalam batas normal
(36,5 37,5 0C).
2. Tidak terjadi
distress pernafasan.
3. Bayi tidak gelisah.
ulang.
2. Mempertahankan
2. Hindarkan pasien
lingkungan tetap
dari kedinginan
hangat dan
dan tempatkan
mencegah stres
pada lingkungan
dingin.
yang hangat spt
inkubator.
3. Monitor gejala
yang
berhubungan
dengan
hipotermi, misal
3. Untuk mendeteksi
lebih awal
perubahan yang
terjadi guna
mencegah
komplikasi.
fatigue, apatis,
perubahan warna
kulit.
4. Mencegah
kehilangan panas
4. Ganti pakaian
atau linen tempat
tidur bila basah.
5. Pantau suhu di
melalui evaporasi.
5. Hipertermi akibat
peningkatan laju
metabolisme ,
dalam ruangan
kebutuhan
atau inkubator.
oksigen dan
glukosa dapat
terjadi bila suhu
lingkungan terlalu
6. Pantau
tinggi.
6. Ketidakadekuatan
penambahan
penambahan berat
berat badan
badan meskipun
berturut-turut.
asupan kalori
Bila penambahan
adekuat dapat
menandakan
adekuat,
bahwa kalori
tingkatkan suhu
digunakan untuk
lingkungan sesuai
mempertahankan
indikasi.
suhu tubuh,
memerlukan
peningkatan suhu
7. Kolaborasi
pemberian obat:
Fenobarbital
lingkungan.
Membantu
mencegah
kejang
berkenaan
dengan
perubahan
fungsi SSP
Natrium
yang
bikarbonat
disebabkan
oleh
hipertermi.
Memperbaiki
asidosis yang
dapat terjadi
pada hipotermi
Proses
Tujuan : Setelah
keluarga
dilakukan tindakan
terhenti b.d
keperawatan selama
pergantian
... x 24 jam
dalam status
diharapkan koping
pertukaran peran
kesehatan
keluarga adekuat.
dalam proses
anggota
Kriteria Hasil :
keluarga.
1. Keluarga percaya
dapat mengatasi
masalah.
2. Keluarga dapat
mencapai kestabilan
prioritas.
3. Keluarga
mempunyai rencana
darurat.
4. Keluarga dapat
1. Tentukan tipe
proses keluarga.
dan hipertermi.
1. Untuk mengetahui
tindakan yang
tepat untuk
2. Identifikasi efek
keluarga.
3. Bantu anggota
keluarga untuk
menggunakan
mekanisme
support yang ada.
4. Bantu anggota
keluarga untuk
merencanakan
diberikan.
2. Untuk
mempersiapkan
psikologi
keluarga.
3. Untuk
memanfaatkan
dukungan yang
ada dari keluarga.
4. Untuk mengatasi
situasi yang tidak
terduga.
strategi normal
dalam segala
situasi.
2. Dx: Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi, imaturitas pusat pernapasan,
penurunan energi/kelelahan.
a. Pola nafas menjadi efektif.
b. Ekspansi dada simetris.
c. Tidak ada bunyi nafas tambahan.
d. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal (RR = 30 60 x/mnt).
3. Dx: Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi, perubahan
membran kapiler alveolar.
a. Pertukaran gas adekuat.
b. Bayi tidak sesak nafas (RR 30 60 x/mnt)
c. PO2: 60 80 mmHg; PCO2: 30 37 mHg
d. pH normal: 7,35 7,44
4. Dx: Risiko infeksi b.d pemajanan pada agen-agen infeksius.pemajanan pada agenagen infeksius.
a. Bebas dari cidera/ komplikasi.
b. Mendeskripsikan teknik pertolongan pertama
5. Dx: Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah.
a. Temperatur badan dalam batas normal (36 37 0C).
b. Tidak terjadi distress pernafasan.
c. Tidak gelisah.
6. Dx: Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota
keluarga.
a. Keluarga percaya dapat mengatasi masalah.
b. Keluarga dapat mencapai kestabilan prioritas.
c. Keluarga mempunyai rencana darurat.
d. Keluarga dapat mengatur ulang cara perawatan.
Daftar Pustaka
Amir, Idam dan Vera Muna Manoe. 2003. Gangguan Fungsi Multi Organ Pada Bayi Asfiksia
Berat. Available: http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/5-2-6.pdf (10 November 2014)
Daslidel, Hj. 2012. Buku Ajar Asuhan Neonatus, Bayi, & Balita. Jakarta: EGC
Depkes RI. 2008. Pencegahan dan Penatalaksanan Asfiksia Neonatorum. Available:
http://buk.depkes.go.id/index.php?
option=com_docman&task=doc_download&gid=276&Itemid=142
(10 November
2014)
Herdman, T. Heather. 2011. Diagnosa Keperawatan Nanda. Jakarta: EGC
Myers, Ehren. 2012. Keterampilan Klinis Untuk Perawat. Jakarta: Erlangga