Sap Isos
Sap Isos
ISOLASI SOSIAL
A. Kajian Teori Kasus
1. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Klien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain. Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari
interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun
komunikasi dengan orang lain (Keliat, 1999). Isolasi sosial adalah suatu gangguan
hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel
yang menimbulkan perilaku maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosial (Depkes RI, 2000).
Menarik diri adalah reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis. Reaksi fisik yaitu individu pergi atau menghindari sumber stresor.
Misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dll. Sedangkan reaksi
psikologis individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat,
sering disertai rasa takut dan bermusuhan. Menarik diri adalah usaha menghindari
interaksi individu dengan orang lain. Individu merasa ia kehilangan hubungan akrab
dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi perasaan, pikiran, prestasi, atau
kegagalannya. Orang lain yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak
ada perhatian dan sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (Depkes RI,
2006).
2. Faktor Penyebab
a. Faktor Presipitasi (Faktor Pencetus)
Adapun faktor pencetus dari isolasi sosial terdiri dari 4 sumber utama yang dapat
menentukan alam perasaan:
1) Kehilangan ketertarikan yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk
kehilangan cinta seseorang. Fungsi fisik, kedudukan atau harga diri, karena
Gejala Objektif:
a. Klien banyak diam dan tidak mau bicara.
b. Tidak mengikuti kegiatan.
c. Banyak berdiam diri dikamar.
d. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat.
e. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal.
f. Kontak mata kurang.
g. Kurang spontan.
h. Apatis (acuh terhadap lingkungan).
i. Ekspresi wajah kurang berseri.
j. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri.
k. Mengisolasi diri.
l. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
m. Masukan makanan dan minuman terganggu.
n. Retensi urin dan feses.
o. Aktivitas menurun.
p. Kurang energy (tenaga).
q. Rendah diri.
r. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi tidur).
4. Komplikasi
Klien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku
masa lalu primitive antara lain pembicaraan yang autistic dan tingkah laku yang tidak
sesuai dengan kenyataan sehingga berakibat lanjut menjadi resiko gangguan sensori
persepsi:halusinasi, mencederai diri sendiri, orang lain, serta lingkungan dan
penurunan aktivitas sehingga dapat menyebabkan deficit perawatan diri (Dalami,
2009).
5. Keuntungan
Berhubungan
dengan
Orang
Lain
dan
Kerugian
Tidak
KEGIATAN PENYULUHAN
Pre interaksi
a.
b.
c.
d.
e.
2.
25 Menit
RESPON
TTD
Memberi salam
Menjawab salam
Memperkenalkan diri
Mendengarkan
Menjelaskan maksud dan tujuan
Menanyakan kesiapan pasien
Memilih media yang sesuai (sudah
dipersiapkan)
Interaksi
tentang
keuntungan
15 Menit
isolasi sosial
Terminasi
a. Evaluasi keberhasilan penyuluhan
kesehatan dengan memberikan
Klien/Keluarga
klien
dapat
menjawab
kesehatan
c. Salam penutup
pertanyaan
yang
diberikan
oleh
penyuluh,
dan
menjawab salam
E. Evaluasi
1. Struktur
a. Persiapan media dan alat
Media dan alat yang digunakan dalam penyuluhan kesehatan semua lengkap atau
dalam keadaan baik dan bisa digunakan saat ceramah serta tanya jawab.
b. Persiapan Materi
Materi yang disiapkan dalam bentuk makalah, dan ditulis dalam bentuk slide serta
leaflet untuk mempermudah dalam penyampaian materi.
c. Undangan/Peserta Penyuluhan
Peserta penyuluhan merupakan pasien dengan isolasi sosial dan keluarga pasien.
2. Proses Penyuluhan
a. Kehadiran minimal 80% mengingat pentingnya pemahaman terhadap Isolasi
Sosial
b. Minimal 60% peserta aktif mendengarkan materi yang disampaikan.
c. Didalam proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara penyuluh dan
peserta.
d. Peserta yang hadir diharapkan tidak ada yang meninggalkan tempat penyuluhan.
e. Minimal 20% peserta mengajukan pertanyaan mengenai materi yang diberikan.
3. Hasil Penyuluhan
a. Jangka Pendek
Setelah diberikan penyuluhan, peserta:
1) Minimal 60% dapat menjelaskan pengertian Isolasi Sosial dengan benar
2) Minimal 50% dapat menyebutkan faktor-faktor penyebab Isolasi Sosial
dengan benar
3) Minimal 50% dapat menyebutkan tanda dan gejala yang timbul dari Isolasi
Sosial
4) Minimal 50% dapat menyebutkan komplikasi dari Isolasi Sosial
5) Minimal 50% dapat menjelaskan tentang keuntungan berhubungan dengan
orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
6) Minimal 50% dapat menjelaskan penatalaksanaan Isolasi Sosial
b. Jangka Panjang
Meningkatkan pengetahuan sasaran mengenai Isolasi Sosial dan penatalaksanaan
pada pasien dengan isolasi sosial sehingga dapat mencegah komplikasikomplikasi yang akan ditimbulkan apabila isolasi sosial ini tidak ditangani dengan
baik.
F. Daftar Pustaka
Anonim.
(2012).
Satuan
Acara
Penyuluhan
Isolasi
Sosial.
Available
at
Iyus Yosep, H. dan Titin Sutini. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance
Mental Nursing. Bandung: PT Refika Aditama.
Julius, Very. (2013). Penyuluhan Gangguan Jiwa dengan Isolasi Sosial. Available at
(http://veryjulius.blogspot.com/2013/07/penyluhan-gangguan-jiwa-denganisolasi.html). Diakses tanggal 16 Maret 2015.
Kusnadi,
Nisan.
(2012).
SAP
Isolasi
Sosial.
Available
at