Oleh:
GADIS MUTIARA PUSPITA IKA
0910723026
Gadis Mutiara
Puspita Ika
0910723026 / PSIK UB
LAPORAN PENDAHULUAN
TRAUMA WAJAH (MAKSILOFASIAL)
1. Definisi Trauma Maksilofasial
Fraktur maksilofasial ialah fraktur yang terjadi pada tulang-tulang pembentuk
wajah. Berdasarkan anatominya wajah atau maksilofasial dibagi menjadi tiga bagian,
ialah sepertiga atas wajah, sepertiga tengah wajah, dan sepertiga bawah wajah.
Bagian yang termasuk sepertiga atas wajah ialah tulang frontalis, regio supra orbita,
rima orbita dan sinus frontalis. Maksila, zigomatikus, lakrimal, nasal, palatinus, nasal
konka inferior, dan tulang vomer termasuk ke dalam sepertiga tengah wajah
sedangkan mandibula termasuk ke dalam bagian sepertiga bawah wajah.
Trauma pada jaringan maksilofasial dapat mencakup jaringan lunak dan
jaringan keras. Yang dimaksud dengan jaringan lunak wajah adalah jaringan lunak
yang menutupi jaringan keras wajah. Sedangkan yang dimaksud dengan jaringan
keras wajah adalah tulang kepala yang terdiri dari : tulang hidung, tulang arkus
zigomatikus, tulang mandibula, tulang maksila, tulang rongga mata, gigi, tulang
alveolus. Yang dimaksud dengan trauma jaringan lunak adalah:
- Abrasi kulit, tusukan, laserasi, tato
- Cedera saraf, cedera saraf fasial
- Cedera kelenjar paratiroid atau duktus Stensen
- Cedera kelopak mata
- Cedera telinga
- Cedera hidung
2. Anatomi Maksilofasial
Pertumbuhan kranium terjadi sangat cepat pada tahun pertama dan kedua
setelah lahir dan lambat laun akan menurun kecepatannya. Pada anak usia 4-5
tahun, besar cranium sudah mencapai 90% cranium dewasa. Maksilofasial
tergabung dalam tulang wajah yang tersusun secara baik dalam membentuk wajah
manusia. Daerah maksilofasial dibagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama adalah
wajah bagian atas, di mana patah tulang melibatkan frontal dan sinus. Bagian kedua
adalah midface tersebut. Midface dibagi menjadi bagian atas dan bawah. Para
midface atas adalah di mana rahang atas Le Fort II dan III Le Fort fraktur terjadi dan /
atau
di
mana
patah
tulang
hidung,
kompleks
nasoethmoidal
atau
zygomaticomaxillary, dan lantai orbit terjadi. Bagian ketiga dari daerah maksilofasial
adalah wajah yang lebih rendah, di mana patah tulang yang terisolasi ke rahang
bawah.
Tulang pembentuk wajah pada manusia bentuknya lebih kecil dari tengkorak otak.
Didalam tulang wajah terdapat rongga-rongga yang membentuk rongga mulut (cavum
oris), dan rongga hidung (cavum nasi) dan rongga mata(orbita).
Gadis Mutiara
Puspita Ika
0910723026 / PSIK UB
serangan
dan
kegiatan
rekreasi.
Kecelakaan
kendaraan
bermotor
menghasilkan patah tulang yang sering melibatkan midface, terutama pada pasien
yang tidak memakai sabuk pengaman mereka. Penyebab penting lain dari trauma
Gadis Mutiara
Puspita Ika
0910723026 / PSIK UB
wajah termasuk trauma penetrasi, kekerasan dalam rumah tangga, dan pelecehan
anak-anak dan orang tua.
Bagi pasien dengan kecelakaan lalu lintas yang fatal menjadi masalah karena harus
rawat inap di rumah sakit dengan cacat permanen yang dapat mengenai ribuan
orang per tahunnya. Berdasarkan studi yang dilakukan, 72% kematian oleh trauma
maksilofasial paling banyak disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas (automobile).
Berikut ini tabel etiologi trauma maksilofasial :
Penyebab pada orang anak
Persentase (%)
10-15
5-10
50-65
Jatuh
5-10
Persentase (%)
40-45
10-15
Olahraga
5-10
Jatuh
Lain-lain
5
5-10
Gadis Mutiara
Puspita Ika
0910723026 / PSIK UB
kompleks mandibular
Berdasarkan Tipe fraktur :
- Fraktur simple
Merupakan fraktur sederhana, liniear yang tertutup misalnya pada
kondilus, koronoideus, korpus dan mandibula yang tidak bergigi.
Fraktur tidak mencapai bagian luar tulang atau rongga mulut.
Termasukgreenstik fraktur yaitu keadaan retak tulang, terutama pada
-
Gadis Mutiara
Puspita Ika
0910723026 / PSIK UB
yang kecil atau remuk. Bisa terbatas atau meluas, jadi sifatnya juga
seperti fraktur kompoun dengan kerusakan tulang dan jaringan lunak.
Fraktur patologis
keadaan tulang yang lemah oleh karena adanya penyakit penyakit tulang,
seperti Osteomyelitis, tumor ganas, kista yang besar dan penyakit tulang
sistemis sehingga dapat menyebabkan fraktur spontan.
7. Lokasi Anatomis Fraktur Maksilofasial
a. Fraktur Sepertiga Bawah Wajah (Fonseca, 2005)
Mandibula termasuk kedalam bagian sepertiga bawah wajah.
Klasifikasi fraktur berdasarkan istilah :
Simple atau Closed : merupakan fraktur yang tidak menimbulkan luka
terbuka
keluar
baik
melewati
kulit,
mukosa,
maupun
membran
periodontal.
Compound atau Open : merupakan fraktur yang disertai dengan luka luar
termasuk
kulit,
mukosa,
maupun
membran
periodontal
yang
jaringan
lunak
atau
fraktur
dimana letaknya
bagian-bagian
0910723026 / PSIK UB
lainnya,
berdekatan
dengan
bagian
superior
angle
hingga
0910723026 / PSIK UB
Gadis Mutiara
Puspita Ika
0910723026 / PSIK UB
dapat
mengakibatkan
fraktur
terisolasi
melibatkan
jahitan
zygomaticotemporal.
Patah Tulang Zygomaticomaxillary kompleks (ZMCs): ini menyebabkan patah
tulang dari trauma langsung. Garis fraktur jahitan memperpanjang melalui
zygomaticotemporal, zygomaticofrontal, dan zygomaticomaxillary dan artikulasi
dengan tulang sphenoid. Garis fraktur biasanya memperpanjang melalui foramen
infraorbital dan lantai orbit. Cedera mata serentak yang umum.
Fraktur mandibula: Ini dapat terjadi di beberapa lokasi sekunder dengan bentuk Urahang dan leher condylar lemah. Fraktur sering terjadi bilateral di lokasi terpisah
dari lokasi trauma langsung.
Gadis Mutiara
Puspita Ika
0910723026 / PSIK UB
Patah tulang alveolar: Ini dapat terjadi dalam isolasi dari kekuatan rendah energi
langsung atau dapat hasil dari perpanjangan garis fraktur melalui bagian alveolar
rahang atas atau rahang bawah
Fraktur
Panfacial:
Ini
biasanya
sekunder
mengakibatkan cedera pada wajah atas, midface, dan wajah yang lebih rendah
9. Manifestasi Klinis
Gejala klinis gejala dan tanda trauma maksilofasial dapat berupa :
Dislokasi, berupa perubahan posisi yg menyebabkan maloklusi terutama pada
fraktur mandibular
Pergerakan yang abnormal pada sisi fraktur
Rasa nyeri pada sisi fraktur
Perdarahan pada daerah fraktur yang dapat menyumbat saluran napas
Pembengkakan dan memar pada sisi fraktur sehingga dapat menentukan lokasi
daerah fraktur
Krepitasi berupa suara pada saat pemeriksaan akibat pergeseran
Laserasi yg terjadi pada daerah gusi, mukosa mulut dan daerah sekitar fraktur
Diskolorisasi perubahan warna pada daerah fraktur akibat pembengkakan
Numbness, kelumpuhan dari bibir bawah, biasanya bila fraktur terjadi dibawah
nervus alveolaris
Pada fraktur orbita dapat dijumpai penglihatan kabur atau ganda, penurunan
pergerakan bola mata dan penurunan visus
10. Pemeriksaan Penunjang
a. Wajah Bagian Atas :
-
Gadis Mutiara
Puspita Ika
0910723026 / PSIK UB
Panoramic X-ray
0910723026 / PSIK UB
Pada trauma berat. Karena hai-hari pertama didapat klien mengalami penurunan
kesadaran dan cenderung terjadi retensi natrium dan elektrolit maka hari-hari
pertama (2-3 hari) tidak terlalu banyak cairan. Dextosa 5% 8 jam pertama, ringer
dextrosa 8 jam kedua, dan dextrose 5% 8 jam ketiga, pada hari selanjutnya bila
kesadaran rendah maka makanan diberikan melalui nasogastric tube (2500-300
TKTP). Pemberian protein tergantung dari nilai urenitrogennya.
12. Komplikasi
-
Perdarahan ulang
Konvulsi
Gadis Mutiara
Puspita Ika
0910723026 / PSIK UB
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung tipe,lokasi dan keparahan cedera dan
mungkin di persulit oleh cedera tambahan pada organ vital
-
Tanda
Sirkulasi
Gejala
Integritas ego
Gejala
Tanda
:Cemas,mudah tersinggung,delirium,agitasi,bingung,depresi
Eliminasi
Gejala
Makanan/cairan
Gejala
Tanda
: muntah,gangguan menelan
Neurosensori
Gejala
Nyeri/kenyamanan
Gejala
Tanda
yang hebat,merintih
-
Pernafasan
Tanda
Keamanan
Gejala
Gadis Mutiara
Puspita Ika
Tanda
-
: Fraktur/dislokasi,gangguan penglihatan
Gangguan kognitif
Demam
Diagnosa Keperawatan
-
Nyeri akut yang berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot
sekunder.
Gadis Mutiara
Puspita Ika
0910723026 / PSIK UB
Rencana Keperawatan
DX 1 : Perubahan perfusi serebral berhubungan dengan penghentian aliran darah (nemongi,
nemotuma), edema serebral ; penurunan TD sistemik / hipoksia.
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam fungsi serebral membaik, penurunan fungsi neurologis dapat
d minimalkan /distabilkan.
Kriteria hasil : mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik, fungsi kognitif dan
motorik/sensorik, mendemonstrasikan vital sign yang stabil dan tidak ada tanda-tanda
peningktan TIK,
Intervensi
Kaji ulang tanda-tanda vital
Rasional
Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat
hipertensi sistolik secara teratur dan tekanan diikuti penurunan tekanan darah distolik (nadi
nadi yang makin berat, obs, ht, pada klien
yang
jantung sebelumnya.
Nafas tidak teratur menunjukkan adanya
gangguan
menyempit
Gadis Mutiara
Puspita Ika
0910723026 / PSIK UB
handuk kecil /
indikasi
- Diuretik
- Steroid
- Analgetik sedang
- Sedatif
maksimal,
dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada
kesisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sisi yang tidak sakit.
sebanyak mungkin.
Observasi fungsi pernapasan, dispnea, atau Distress pernapasan dan perubahan pada
perubahan tanda-tanda vital.
0910723026 / PSIK UB
rencana terapeutik.
Jelaskan pada klien tentang etiologi/factor Pengetahuan apa yang diharapkan dapat
pencetus adanya sesak atau kolaps paru- mengurangi ansietas dan mengembangkan
paru.
kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik.
Pertahankan perilaku tenang, bantu klien Membantu klien mengalami efek fisiologi
untuk control diri dengan menggunakan hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai
pernapasan lebih lambat dan dalam.
ketakutan/ansietas.
Periksalah alarm pada ventilator sebelum Ventilator yang memiliki alarm yang bias dilihat
difungsikan. Jangan mematikan alarm.
untuk
mempertahankan
sangat
fungsi
pernapasan.
Perhatikan letak dan fungsi ventilator secara Memerhatikan
rutin.
letak
dan
fungsi
ventilator
Pengecekan
konsentrasi
memeriksa tekanan oksigen dalam tabung, hasil diagnostik dan menyediakan sebagai
monitor
manometer
untuk
menganalisis cadangan.
batas/kadar oksigen.
Mengkaji tidal volume (10-15 ml/kg). periksa
fungsi spirometer.
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
Pemberian antibiotik.
pengembangan parunya.
Pemberian analgesic.
Fisioterapi dada.
Konsul foto thoraks.
DX 3 : Tidak efektif bersihan jalan napas yang berhubungan dengan adanya jalan napas
buatan pada trakea, peningkatan sekresi sekret, dan ketidakmampuan batuk/batuk efektif
sekunder akibat nyeri dan keletihan.
Gadis Mutiara
Puspita Ika
0910723026 / PSIK UB
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam terdapat perilaku peningkatan keefektifan jalan napas.
Kriteria hasil : Bunyi napas terdengar bersih, ronkhi tidak terdengar, tracheal tube bebas
sumbatan, menunjukkan batuk yang efektif, tidak ada lagi penumpukan sekret di saluran
pernapasan.
Intervensi
Kaji keadaan jalan napas
Rasional
Obstruksi mungkin dapat disebabkan oleh
akumulasi
sekret,
sisa
cairan
mucus,
endotracheal/tracheostomy
tube
yang
berubah.
Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi Pergerakan dada yang simetris dengan suara
suara napas pada kedua paru (bilateral).
akan
menimbulkan
tube
hati-hati
bantuan
perawat
ketika
endotracheal/tracheostomy
otot-otot
pernapasan
dan
durasinya
pun
dapat
atau lebih. Gunakan kateter pengisap yang dikurangi untuk mencegah bahaya hipoksia.
sesuai, cairan fisiologis steril.
dengan
ambu
(hiperventilasi).
Dengan
membuat
hiperventilasi
melalui
0910723026 / PSIK UB
terjadinya
Anjurkan
klien
mengenai
tekhik
atelektasis
dan
mengurangi
terjadinya hipoksia.
batuk Batuk yang efektif dapat mengeluarkan sekret
segmen
Berikan
minum
hangat
paru-paru,
mengurangi
risiko
atelektasis.
keadaan Membantu pengenceran sekret, mempermudah
jika
memungkinkan.
pengeluaran sekret.
Jelaskan kepada klien tentang kegunaan Pengetahuan yang diharapkan akan membantu
batuk
efektif
dan
mengapa
perlahan-lahan,
ini
membantu
mengevaluasi
adekuat;
meningkatkan
masukan atas.
mengeluarkan
lendir
dan
mengevaluasi
Pemberian ekspektoran.
Pemberian antibiotic.
parunya.
Fisioterapi dada.
Gadis Mutiara
Puspita Ika
0910723026 / PSIK UB
postural
perkusi/penepukan.
Berikan obat-obat bronchodilator
Gadis Mutiara
Puspita Ika
0910723026 / PSIK UB
DX 4 : Nyeri akut yang berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot
sekunder.
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam nyeri berkurang/hilang.
Kriteria hasil : Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi, dapat
mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri, klien tidak gelisah.
Intervensi
Rasional
Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan Pendekatan dengan menggunakan relaksasi
pereda nyeri nonfarmakologi dan non-invasif. dan
nonfarmakologi
lainnya
telah
rangka,
yang
dapat
yang menyenangkan.
Berikan kesempatan waktu istirahat bala Istirahat akan merelaksasikan semua jaringan
terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman sehingga akan meningkatkan kenyamanan.
misalnya ketika tidur, belakangnya dipasang
bantal kecil.
Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab Pengkajian yang optimal akan memberikan
nyeri dan respons motorik klien, 30 menit perawat data yang objektif untuk mencegah
setelah pemberian obat analgesic untuk kemungkinan
komplikasi
dan
melakukan
Gadis Mutiara
Puspita Ika
0910723026 / PSIK UB
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. Brenda G.Bare. 2002. Buku nb Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddarth. Edisi 8. Jakarta:EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
M.Taylor, Cynthia., Ralph, Sheila. 2012. Diagnosis Keperawatan dengan Rencana
Asuhan. Jakarta:EGC
Gadis Mutiara
Puspita Ika
0910723026 / PSIK UB