JULI
2015
REFERAT
Nama
Ayu Enggaringtyas
Stambuk
N 111 14 064
Pembimbing Klinik
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Retardasi mental (RM) adalah suatu gangguan heterogen yang terdiri dari
fungsi intelektual yang dibawah rata rata dan gangguan dalam ketrampilan
adaptif yang ditemukan sebelum orang berusia 18 tahun. Gangguan dipengaruhi
oleh faktor genetik, lingkungan dan psikososial. Selama dekade terakhir, semakin
dikenali faktor biologis , termasuk kelainan kromosom kecil, sindrom genetika
dan intoksikasi timbal subklinis dan berbagai pemaparan toksin pranatal pada
orang dengan retardasi mental ringan (sampai 85 persen dari populasi retardasi
mental).1
Prevalensi retardasi mental pada suatu waktu diperkirakan adalah kira kira
1 persen dari populasi. Insidensi retardasi mental sulit dihitung karena kesulitan
mengenali onsetnya. Pada banyak kasus, retardasi mungkin laten selama waktu
yang panjang sebelum keterbatasan seseorang diketahui atau karena adaptasi baik.
(kaplan) prevalensi untuk RM ringan 0,37 0,59% sedangkan untuk RM sedang,
berat dan sangat berat adalah 0,3 0,4%. 2 Insidensi tertinggi adalah pada anak
usia sekolah, dengan puncak usia 10 sampai 14 tahun. Retardasi mental 1,5 kali
lebih sering pada laki laki dibandingkan dengan wanita. Pada lanjut usia,
prevalensi lebih sedikit karena mereka dengan retardasi mental yang berat atau
sangat berat memiliki angka mortalitas yang tinggi yang disebabkan dari penyulit
gangguan fisik yang menyertai.1
Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar
terutama bagi negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental
berat sekitar 0.3% dari seluruh populasi dan hamper 3% mempunyai IQ dibawah
70. Sebagai sumber daya manusia tentunya mereka tidak bisa dimanfaatkan
karena 0.1% dari anak-anak ini memerlukan perawatan, bimbingan serta
pengawasan sepanjang hidupnya.3 Sehingga retardasi mental masih merupakan
dilema, sumber kecemasan bagi keluarga dan masyarakat. Demikian pula dengan
diagnosis, pengobatan dan pencegahannya masih merupakan masalah yang tidak
kecil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Keterbelakangan mental atau lazim disebut retardasi mental (RM) adalah
suatu keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa
perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak-anak). Biasanya terdapat
perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama ialah
intelegensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo =
kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental. Keadaan tersebut ditandai
dengan fungsi kecerdasan umum yang berada dibawah rata-rata dan disertai
dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri atau berprilaku
adaptif.3
Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke-III
(PPDGJ III) adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak
lengkap, yang terutama ditandai oleh hendaya keterampilan selama masa
perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia yaitu
kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial.4
Menurut American Association Mental Retardation (AAMR) 2002 adalah
suatu disabilitas yang ditandai dengan suatu limitasi/keterbatasan yang bermakna
baik dalam fungsi intelektual maupun prilaku adaptif yang diekspresikan dalam
keterampilan konseptual, social dan praktis.
Menurut Diagnostic and Scientific Manual IV-TR (DSM IV-TR) adalah
sama dengan definisi AAMR tetapi ditambahkan batas derajat IQ 70.2
2.2 Etiologi
a. Kelainan Kromosom
Sindrom Down
Sindrom down adalah kondisi yang disebabkan oleh adanya
kelebihan kromosom pada pasangan ke-21 dan ditandai dengan retardasi
mental serta anomali fisik yang beragam. 1 Untuk seorang ibu usia
pertengahan (> 32 tahun), resiko memiliki anak dengan sindroma Down
adalah kira-kira 1 dalam 100 kelahiran. Retardasi mental adalah cirri
yang menumpang pada sindrom Down. Sebagian besar pasien berada
dlam kelompok retardasi sedang sampai berat., hanya sebagian kecil
yang memiliki IQ di atas 50. Diagnosis sindrom Down relatif mudah
pada anak yang lebih besar tetapi seringkali sukar pada neonates. Tanda
yang paling penting pada neonates adalah hipotonia umum, fisura
palpebra yang oblik, kulit leher yang berlebihan, tengkorak yang kecil
dan datar, tulang pipi yang tinggi, dan lidah yang menonjol. Dapat dilihat
juga tangan tebal dan lebar, dengan garis transversal tunggal pada telapak
tangan, dan jari kelingking pendek dan melengkung ke dalam.1
Sindrom Fragile X
Sindrom fragile X merupakan bentuk retardasi mental yang
diwariskan dan disebabkan oleh mutasi gen pada kromosom X.1 Diyakini
terjadi pada kira-kira 1 tiap 1000 kelahiran laki-laki dan 2000 kelahiran
perempuan. Derajat retardasi mental terentang dari ringan sampai berat.
Ciri
perilakunya
adalah
tingginya
angka
gangguan
defisit
Sindrom Prader-Willi
Kelianan ini akibat dari penghilangan kecil pada kromosom 15,
biasanya terjadi secara sporadic. Prevalensinya kurang dari 1 dalam
10000. Orang dengan sindrom ini menunjukkan perilaku makan yang
kompulsif dan sering kali obesitas, retardasi mental, hipogonadisme,
perawakan pendek, hipotonia, dan tangan dan kaki yang kecil. Anak
anak dengan sindrom ini seringkali memiliki perilaku oposisional yang
menyimpang.1
5.
menunjukkan
Mereka
banyak
mengalami
stigmata
yang
retardasi
mental
seringkali
berat
disertai
dan
dengan
Gambar 3. Phenylketouria
c. Faktor Prenatal
Beberapa kasus retardasi mental disebabkan oleh infeksi dan
penyalahgunaan obat selama ibu mengandung. Infeksi yang biasanya terjadi
adalah Rubella, yang dapat menyebabkan kerusakan otak. Penyakit ibu juga
dapat menyebabkan retardasi mental, seperti sifilis, cytomegalovirus, dan
herpes genital. Obat-obatan yang digunakan ibu selama kehamilan dapat
mempengaruhi bayi melalui plasenta. Sebagian dapat menyebabkan cacat
fisik dan retardasi mental yang parah. Anak-anak yang ibunya minum
alkohol selama kehamilan sering lahir dengan sindrom fetal dan merupakan
kasus paling nyata sebagai penyebab retardasi mental. Komplikasi
kelahiran, seperti kekurangan oksigen atau cedera kepala, infeksi otak,
seperti encephalitis dan meningitis, terkena racun, seperti cat yang
mengandung timah sangat berpotensi menyebabkan retardasi mental.3
d. Faktor Perinatal
Beberapa bukti menunjukkan bahwa bayi premature dan bayi dengan
berat badan lahir rendah berada dalam resiko tinggi mengalami gangguan
Infeksi
Infeksi yang paling serius mempengaruhi interitas serebral adalah
ensefalitis dan meningitis.
Trauma kepala
Penyebab cedera kepala yang terkenal pada anak-anak yag
menyebabkan kecacatan mental, termasuk kejang, adalah kecelakaan
kendaraan bermotor. Tetapi, lebih banyak cedera kepala yang disebabkan
oleh kecelakaan di rumah tangga, seperti terjatuh dari tangga. Penyiksaan
anak juga suatu penyebab cedera kepala.
Masalah lain
Cedera otak dari henti jantung selama anesthesia jarang terjadi.
Satu penyebab cedera otak lengkap atau parsial adalah afiksia yang
berhubugan dengan nyaris tenggelam. Pemaparan jangka panjang dengan
timbal adalah penyebab gangguan kecerdasan dan keterampilan belajar.
Tumor intracranial dengan berbagai jenis dan asal, pembedahan, dan
kemoterapi juga dapat merugikan fungsi otak
2.3 Diagnosis
Menurut pedoman diagnostik PPDGJ III intelegensia bukan merupakan
karakteristik yang berdiri sendiri, melainkan harus dinilai berdasarkan sejumlah
besar ketrampilan khusus yang berbeda. Meskipun ada kecenderungan umum
bahwa semua ketrampilan ini akan berkembang ke tingkat yang serupa pada setiap
individu, tetapi ada ketimpangan (discrepancy) yang luas, terutama pada
penyandang RM. Orang yang demikian mungkin memperlihatkan hendaya berat
dalam satu bidang tertentu (misalnya bahasa) atau mungkin mempunyai suatu area
ketrampilan tertentu yang lebih tinggi (misalnya tugas visuospasial sederhana)
pada RM berat. Keadaan ini akan menimbulkan kesluitan dalam menentukan
kriteria diagnostik dimana seorang penyandang RM harus diklasifikasikan.
Penilaian tingkat kecerdasan harus berdasarkan semua informasi yang
tersedia, termasuk temuan klinis, perilaku adaptif (yang dinilai dalam kaitan
dengan latar belakang budayanya), dan hasil tes psikometrik.
Untuk diagnosis pasti, harus ada penurunan tingkat kecerdasan yang
meningkatkan berkurangnya kemampuan adaptasi terhadap tuntutan dari
lingkungan sosial biasa sehari hari. Gangguan jiwa dan fisik yang menyertai
retardasi mental mempunyai pengaruh besar pada gambaran klinis dan
penggunaan dari semua keterampilannya. Oleh karena itu kategori diagnostik
yang dipilih harus berdasarkan penilaian kemampuan global dan bukan atas suatu
hendaya atau ketrampilan khusus. Tingkat IQ yang ditetapkan hanya merupakan
petunjuk dan seharusnya tidak ditetapkan secara kaku dalam memandang
keabsahan permasalahan lintas budaya.
Kriteria diagnostik untuk RM menurut DSM IV TR adalah sebagai
berikut:
1. Fungsi intelektual dibawah rata rata (IQ 70 atau kurang) yang telah
diperiksa secara individual.
2. Kekurangan atau gangguan dalam perilaku adaptif (sama dengan kekurangan
individu untuk memenuhi tuntutan standar perilaku sesuai dengan usianya
dari lingkungan budayanya) dalam sedikitnya 2 hal, yaitu komunikasi, selfcare,
kehidupan
rumah-tangga,
ketrampilan
sosial/interpersonal,
9
Diagnosis
sendiri
tidak
menyebutkan
penyebab
ataupun
10
Dua faktor yang sangat penting saat jika mewawancarai pasien adalah
sikap pewawancara dan cara berkomunikasi dengan pasien. Kemampuan
verbal pasien, termasuk bahasa reseptif dan ekspresif, harus dinilai sesegera
mungkin dengan mengobservasi komunikasi verbal dan nonverbal antara
pengasuh dan pasien dan dari riwayat penyakit. Sangat membantu jika
memeriksa pasien dan pengasuhnya bersama-sama. Jika pasien menggunakan
bahasa isyarat, pengasuh dapat sebagai penerjemah.
Orang terertardasi mengalami kegagalan seumur hidup dalam berbagai
bidang, dan mereka mungkin mengalami kecemasan sebelum menjumpai
pewawancara. Pewawancara dan pengasuh harus berusaha untuk memberikan
pasien suatu penjelasan yang jelas, suportif, dan konkret tentang proses
diagnostik, terutama pasein dengan bahasa reseptif yang memadai. Dukungan
dan pujian
pengertian pasien.
Pengendalian pasien terhadap pola motilitas harus dipastikan, dan bukti
klinis adanya distraktibilitas dan distorsi dalam persepsi dan daya ingat harus
diperiksa. Pemakaian bahasa, tes realitas, dan kemampuan menggali dan
pengalaman penting untuk dicatat. Sifat dan maturitas pertahanan pasien
(menundukkan
diri
sendiri
menggunakan
penghindaran,
represi,
11
12
2.4 Klasifikasi
Menurut PPDGJ-III retardasi mental dibagi menjadi :4
F70 Retardasi Mental Ringan
Bila menggunakan tes IQ baku yang tepat, maka IQ berkisar antara 50 69
menunjukkan retardasi mental ringan.
Pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung terlambat pada berbagai
tingkat, dan masalah kemampuan berbicara yang mempengaruhi perkembangan
kemandirian dapat menetap sampai dewasa. Walaupun mengalami keterlambatan
dalam kemampuan bahasa, tapi sebagian besar dapat mencapai kemampuan bicara
untuk keperluan sehari hari. Kebanyakan juga dapat mandiri penuh dalam
merawat diri sendiri dan mencapai ketrampilan praktis dan ketrampilan rumah
tangga, walaupun tingkat perkembangannya agak lambat daripada normal.
13
Gambaran klinis
14
15
2.5 Penatalaksanaan
Retardasi mental berhubungan dengan beberapa gangguan heterogen dan
berbagai faktor psikososial. Terapi yang terbaik untuk retardasi mental adalah
pencegahan primer, sekunder, dan tersier.1
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan atau menurunkan kondisi yang menyebabkan perkembangan
gangguan yang disertai dengan retardasi mental. Tindakan tersebut termasuk :
Pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
umum tentang retardasi mental.
Usaha terus-menerus dari professional bidang kesehatan untuk menjaga
dan memperbaharui kebijaksanaan kesehatan masyarakat.
Aturan untuk memberikan pelayanan kesehatan maternal dan anak yang
optimal.
Eradikasi gangguan yang diketahui disertai dengan kerusakan system
saraf pusat.
Konseling keluarga dan genetik membantu menurunkan insidensi
retardasi mental dalam keluarga dengan riwayat gangguan genetic yang
berhubungan dengan retardasi mental. Untuk anak-anak dan ibu dengan
sosioekonomi rendah, pelayanan medis prenatal dan perinatal yang sesuai dan
berbagai program pelengakap dan bantuan pelayanan social dapat menolong
menekan komplikasi medis dan psikososial.
b. Pencegahan Sekunder dan Tersier
Jika suatu gangguan yang disertai dengan retardasi mental telah
dikenali, gangguan harus diobati untuk mempersingkat perjalanan penyakit
(pencegahan sekunder) dan untuk menekan sekuele atau kecacatan yang
terjadi setelahnya (pencegahan tersier).
Gangguan metabolik dan endokrin herediter, seperti PKU dan
hipotiroidisme, dapat diobati dalam stadium awal dengan control diet atau
dengan terapi penggantian hormone.
16
17
3) Pendidikan keluarga
Satu bidang yang penting dalam pendidikan keluarga dari pasien
dengan retardasi mental adalah tentang cara meningkatkan kompetensi
dan harga diri sambil mempertahnkan harapan yang realistic untuk
pasien. Keluarga seringkali merasa sulit untuk menyeimbangkan antara
mendorong kemandirian dan memberikan lingkungan yang mengasuh
dan suportif bagi anak retardasi mental, yang kemungkinan mengalami
suatu tingkat penolakan dan kegagalan di luar konteks keluarga.
Orang tua mungkin mendapatkan manfaat dari konseling yang
terus-menerus datau terpai keluarga. Orang tua harus diberikan
kesempatan untuk mengekspresikan perasaan bersalah, putus asa,
kesedihan, penyangkalan yang terus-menerus timbul, dan kemarahan
tentang gangguan dan masa depan anak. Dokter psikiatrik harus siap
untuk memberikan semua informasi medis dasar dan terakhir tentang
penyebab, terapi, dan bidang lain yang berhubungan (seperti latihan
khusus dan perbaikna defek sensorik).
4) Intervensi farmakologis
Pendekatan farmakologis dalam terpai gangguan mental komorbid
pada pasien retardasi mental adalah banyak kesamaannya seperti untuk
pasien yang tidak mengalami retardasi mental. Semakin banyak data
yang mendukung pemakaian berbagai medikasi untuk pasien dengan
gangguan mental yang tidak retardasi mental. Beberapa penelitian telah
memusatkan perhatian pada pemakaian medikasi untuk sindrom perilaku
berikut ini yang sering terjadi di antara retardasi mental:
Agresi dan perilaku melukai diri sendiri
o Beberapa bukti dari penelitian telah menyatakan bahwa lithium
(Eskalith) berguna dalam menurunkan agresi dan perilaku
melukai diri sendiri.
o Antagonis narkotik seperti naltrexone (Trexan) telah dilaporkan
menurunkan perilaku melukai diri sendiri pada pasien retardasi
mental yang juga memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan
18
austik
infantile.
mekanisme
Satu
hipotesis
yang
diajukan
sebagai
antipsikotik,
seperti
haloperidol
(Haldol)
dan
dengan
menunjukkan
gangguan
perbaikan
defisit
atensi/hiperaktivitas
bermakna
dalam
telah
kemampuan
19
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dalam referat ini disimpulkan bahwa
retardasi mental merupakan suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti
atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh hendaya keterampilan selama
masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia yaitu
kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan social yang dapat didiagnosis
berdasarkan :
1. Fungsi intelektual dibawah rata rata (IQ 70 atau kurang) yang telah
diperiksa secara individual.
2. Kekurangan atau gangguan dalam perilaku adaptif (sama dengan
kekurangan individu untuk memenuhi tuntutan standar perilaku sesuai
dengan usianya dari lingkungan budayanya) dalam sedikitnya 2 hal, yaitu
komunikasi,
self-care,
kehidupan
rumah-tangga,
ketrampilan
20
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA: Retardasi Mental. Sinopsis Psikiatri
Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, Binarupa Aksara, Jakarta, 2010
2.
3.
4.
21