Filadelvia
10.2008.012
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna Utara no 6, Jakarta Barat
Nino_aza@yahoo.com
1) Pendahuluan
Ginjal adalah organ vital yang berperan sangat penting dalam mempertahankan kestabilan
lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit dan asam-basa
dengan cara filtrasi darah, reabsorbsi selektif air, elektrolit dan nonelektrolit, serta mengsekresi
kelebihannya sebagai urine. Ginjal juga mengeluarkan produk sisa metabolisme (misal; urea,
kreatinin, dan asam urat) dan zat kimia asing. Akhirnya, selain fungsi regulasi dan ekskresi,
ginjal juga mensekresi renin (penting untuk mengatur tekanan darah), bentuk aktif vitamin D 3,
(penting untuk mengatur kalsium) serta eritropoietin (penting untuk sintesis eritrosit).1
Defenisi acute kidney injury (gagal ginjal akut) secara konseptual menurut Van Biensen
dkk. (2006) serta Murray & Palevsky (2007) adalah penurunan fungsi ginjal mendadak, dalam
beberapa jam sampai beberapa minggu, diikuti oleh kegagalan ginjal untuk mengekresi sisa
metabolisme nitrogen dengan atau tanpa disertai terjadinya gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit. 2
2) Pembahasan
Anamnesa
Mengumpulkan data-data dalam anamnesis biasanya ialah hal yang pertama dan sering
merupakan hal yang terpenting dari interaksi dokter dengan pasien. Dokter mengumpulkan
1
banyak data yang menjadi dasar dari diagnosis, dokter belajar tentang pasien sebagai
manusia dan bagaimana mereka telah mengalami gejala-gejala dan penyakit, serta mulai
membina suatu hubungan saling percaya.3
Ada beberapa cara untuk mencapai sasaran ini. Cobalah untuk memberikan lingkungan
yang bersifat pribadi, tenang, dan bebas dari gangguan. Dokter berada pada tempat yang
dapat diterima oleh pasien, dan pastikan bahwa pasien dalam keadaan nyaman.3
Dengan anamnesis yang baik dokter dapat memperkirakan penyakit yang diderita pasien.
Anamnesis yang baik harus lengkap, rinci (detail), dan akurat sehingga dokter bukan saja
dapat mengenali organ atau sistem apa yang terserang penyakit, tetapi juga kelainan yang
terjadi dan penyebabnya.4
Anamnesis dilakukan dan dicatat secara sistematis. Ia harus mencakup semua hal yang
diperkirakan dapat membantu untuk menegakkan diagnosis.3
Ada beberapa point penting yang perlu ditanyakan pada saat anamnesis , antara lain :
1. Identitas pasien
Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, nama orang
tua atau suami atau isteri atau penanggung jawab, alamat pendidikan, pekerjaan, suku
bangsa dan agama. Identitas perlu ditanyakan untuk memastikan bahwa pasien yang
dihadapi adalah benar pasien yang dimaksud. Selain itu identitas ini juga perlu untuk data
penelitian, asuransi dan sebagainya.3
2. Keluhan Utama ( Presenting Symptom)
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien, yang membawa pasien tersebut
pergi ke dokter atau mencari pertolongan. Dalam menuliskan keluhan utama, harus disertai
dengan indikator waktu, berapa lama pasien merasakan hal tersebut.3
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas keadaan
kesehatan pasien sejak sebelum keluhatan utama sampai pasien datang berobat.3
4. Riwayat penyakit dahulu
Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan antara penyakit
yang pernah diderita dengan penyakit sekarang.3
5. Riwayat Kesehatan
Berupa riwayat kehamilan, riwayat kelahiran, riwayat pertumbuhan ( berat badan tinggi
badan), riwayat makanan dan imunisasi3
6. Riwayat keluarga
7. Riwayat pribadi
Meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan dan kebiasaan. Pada anak-anak perlu juga
dilakukan anamnesis gizi yang seksama, meliputi jenis makanan, kuantitas dan kualitasnya.
Dalam deteksi kasus ini, anamnesis yang dipertanyakan adalah :
1. Bagaimana keluhannya: (sejak kapan, bagaimana, ada gejala lain yang menyertai)
2. Riwayat infeksi kulit atau radang tenggorok sebelumnya ataukah tidak.
3. Pernah tidaknya mengkonsumsi obat sejak timbul penyakit.
4. Sedang mengalami menstruasi ataukah tidak.3
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik yang perlu kita nilai adalah status volume cairan pasien. Tapi
sebelum itu kita harus melakukan pemeriksaan tanda vital; tekanan darah, denyut nadi,
frekuemsi pernapasan dan suhu tubuh. Setelah melakukan pemeriksaan tersebut, kita
memulai dengan palpasi ginjal.3,4
Pemeriksaan ginjal di palpasi ginjal kanan yang terletak lebih rendah daripada ginjal kiri
karena adanya hati, kadang dapat dipalpasi dalam keadaan normal untuk melakukan
palpasi ginjal. Letakan tangan kanan diatas abdomen bagian atas pada sisi yang akan
dperiksa. Pada sisi yang sama, letakan tangan kiri dengan jari-jari pada sudut ginjal yang
dibentuk oleh batas lateral otot lumbal dan iga ke-12. Pada saat pasien inspirasi, dorong
jari tangan ke anterior beberapa kali. Anda akan merasakan pembesaran ginjal dengan
tangan kanan saat ginjal bergerak ke rongga abdomen bawah saat inspirasi dan terdorong
ke anterior oleh jari tangan kiri anda.4
Status cairan penting untuk mengetahui apakah pasien mengalami kelebihan atau
kekurangan cairan tubuh. Tanda fisik yang berguna untuk menentukan adalah edema
pitting perifer, yang terlihat terutama di mata kaki dan sakrum, tanda edema paru, efusi,
tekanan vena jugularis, dan turgor kulit. Irama derap (gallops) jantung dapat menandakan
hipervolemia. Tekanan darah rendah, terutama yang berkaitan dengan posisi tubuh
(hipotensi ortostatik) menandakan hipovolemia.4
Pemeriksaan penunjang
a) Laboratorium
Untuk pasien-pasien dengan penyakit ginjal akut, pemeriksaan laboratorium yang perlu
dilakukan adalah:5
a. Bersihan Kreatinin (creatinine clearance).
Bersihan kreatinin merupakan bersihan endogen: menggunakan zat yang sudah ada
dalam plsama dan urin. cara ini sering digunakan didalam klinik untuk menilai laju
filtrasi glomerulus (glomerulus filtration rate/GFR). Bersihan kreatinin mendekati
3
U
Clearance = ---- x V x F (mL/menit)
B
Keterangan:
U = kadar zat dalam urin
B = kadar zat dalam darah
V = diuresis/menit
F = faktor koreksi
F = 1 apabila luas permukaan badan pasien(LPB) 1,73 m2,
bila tidak mendekati LPB tersebut maka perlu dilakukan
koreksi dengan cara mengalikan dengan faktor yang
didapat dari nomogram.
Rumus untuk menghitung bersihan kreatinin secara tidak langsung
(kalkulasi tanpa penampungan urin)5
1. Bersihaan kreatinin pria
Berat badan x (140 Umur)
Kadar kreatinin serum x 72
2. Bersihan kreatinin wanita
b. Kadar sistatin C serum
= Bersihan kreatinin pria x 0,85
Sistatin C adalah sistein protease inhibitor yang diproduksi oleh hampir semua sel
tubuh manusia. Zat ini difilter oleh glomeruli ginjal dan dapat digunakan sebagai
pemeriksaan GFR. Telah dibuktikan bahwa pengukuran kadar sistatin C dalam
serum lebih unggul daripada kreatinin serum untuk prediksi resiko kematian atau
penyakit kardiovaskuler pada usia lanjut dan lebih dini memberikan informasi bila
ada kemunduran faal ginjal daripada tes bersihan kreatinin.5
c. Kreatinin serum
Pada gagal ginjal akut faal ginjal dinilai dengan memeriksa berulang kali kadar
serum kreatinin. Kadar serum kreatinin tidak dapat mengukur secara tepat laju
4
filtrasi glomerulus (GFR) karena tergantung dari produksi (otot), distribusi dalam
cairan tubuh, dan ekskresi oleh ginjal.5
d. Urinalisis
Volume urin
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat
badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas
orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam
antara 750-2500 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama
24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri. Poliuri ini
mungkin terjadi pada keadaan fisiologik seperti pemasukan cairan yang
berlebihan, nervositas, minuman yang mempunyai efek diuretika. Selain itu
poliuri dapat pula disebabkan oleh perubahan patologik seperti diabetes
mellitus, diabetes insipidus, hipertensi, pengeluaran cairan dari edema. Bila
volume urin selama 24 jam 300-750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri.
Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema,
nefritis menahun. Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24
jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan
ginjal. Jumlah urin siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih
banyak dari urin malam 12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik disebut
nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus.5
Warna urin
Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang
dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak
berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah,
coklat, hijau, putih susu dan sebagainya. Warna urin dipengaruhi oleh
kepekatan urin, obat yang dimakan maupun makanan. Pada umumnya warna
ditentukan oleh kepekatan urin, makin banyak diuresa makin muda warna urin
itu. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang
disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan
porphyrin. Bila didapatkan perubahan warna mungkin disebabkan oleh zat
warna yang normal ada dalam jumlah besar, seperti urobilin menyebabkan
warna coklat. Disamping itu perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya zat
warna abnormal, seperti hemoglobin yang menyebabkan warna merah dan
5
bilirubin yang menyebabkan warna coklat. Warna urin yang dapat disebabkan
oleh jenis makanan atau obat yang diberikan kepada orang sakit seperti obat
dirivat fenol yang memberikan warna coklat kehitaman pada urin. Kejernihan
dinyatakan dengan salah satu pendapat seperti jernih, agak keruh, keruh atau
sangat keruh. Biasanya urin segar pada orang normal jernih. Kekeruhan ringan
disebut nubecula yang terdiri dari lendir, sel epitel dan leukosit yang lambat
laun mengendap. Dapat pula disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf yang
mengendap dan bakteri dari botol penampung. Urin yang telah keruh pada
waktu dikeluarkan dapat disebabkan oleh chilus, bakteri, sedimen seperti
epitel, leukosit dan eritrosit dalam jumlah banyak.5
Berat jenis urin
Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat
dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri,
menggunakan pikno meter, refraktometer dan reagens 'pita'. Berat jenis urin
sewaktu pada orang normal antara 1,003-1,030. Berat jenis urin herhubungan
erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat jenisnya dan
sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis
bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin sewaktu yang mempunyai berat
jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan
ini dapat dijumpai pada penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan
berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang
berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun.5
Silinder
Silinder adalah endapan protein yang terbentuk di dalam tubulus ginjal,
mempunyai matrix berupa glikoprotein (protein Tamm Horsfall) dan kadangkadang dipermukaannya terdapat leukosit, eritrosit dan epitel. Pembentukan
silinder dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain osmolalitas, volume, pH
dan adanya glikoprotein yang disekresi oleh tubuli ginjal. Dikenal bermacammacam silinder yang berhubungan dengan berat ringannya penyakit ginjal.
Banyak peneliti setuju bahwa dalam keadaan normal bisa didapatkan sedikit
eritrosit, leukosit dan silinder hialin. Terdapatnya silinder seluler seperti
silinder leukosit, silinder eritrosit, silinder epitel dan sunder berbutir selalu
6
2.
Doppler ultrasonografi
Doppler scan berguna untuk mendeteksi keberadaan dan sifat aliran darah ginjal.
Karena aliran darah ginjal berkurang AKI prerenal atau intrarenal, temuan uji jarang
digunakan dalam diagnosis AKI.
Scan Doppler dapat cukup bermanfaat dalam diagnosis penyakit tromboemboli atau
renovascular.
Peningkatan indeks resistif dapat diamati pada pasien dengan sindrom hepatorenal.6
3.
Nuklir scan
Pemindaian dengan 99m TC-DTPA memberikan informasi dinamis mengenai aliran
darah ginjal ; pemindaian dengan DMSA (dimercaptosuccinic acid) memberikan
informasi statis mengenai fungsi ginjal yang terlokalisasi
99m
TC-DTPA dieksresi
cepat oleh filtrasi ginjal dan setelah injeksi bolus intravena, peningkatan dan
penurunan radioaktivitas pada ginjal dapat diditeksi dan dihitung dengan amera
gamma. Kinetika dari perubahan ini memberikan informasi yang baik mengenai
aliran ginjal. 99m TC-DTPA terlokalisasi pada sel tubulus proksimal yang melakukan
ambilan suksinat setelah injeksi intravena; gambar kamera gamma menunjukan
Nilai scan ini terbatas jika ditandai dengan adanya keterlambatan ekskresi
pada tubular radionuklida dalam penyakit prerenal dan penyakit intrarenal6
4.
Angiografi aortorenal
Dapat membantu dalam penegakan diagnosis penyakit pembuluh darah ginjal,
termasuk stenosis arteri ginjal, penyakit atheroembolic ginjal, aterosklerosis dengan
oklusi aortorenal, dan dalam kasus tertentu vaskulitis nekrosis (misalnya, polyarteritis
nodosa).6
Differential diagnosis
1. Diare akut
Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam
beberapa jam sampai 7 atau 14 hari. Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik
oleh bakteri, parasit maupun virus. Penyebab lain yang dapat menimbulkan diarea akut
adalah toksin dan obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang berlangsun lama, kemoterapi,
overflow diarrhea.7
Diare akibat infeksi terutama ditularkan secara fekal oral. Hal ini disebabkan
masukan makanan atau minuman yang tidak matang, bahkan yang disajikan tanpa
dimasak.7
Pasien dengan diare akut akibat infeksi sering mengalami nausea, muntah, nyeri perut
sampai kejang perut, demam. Terjadinya rejatan hipovolemik harus dihindari.
Kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi
menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak. Gangguan biokimiawi seperti
asidosis metabolic akan menyebabkan frekuensi pernapasan lebih cepat dan dalam. Bila
terjadi rejatan hipovolemik berat makan denyut nadi cepat, tekanan darah menurun
sampai tidak terukur, pasien gelisa, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin, dan
kadang sianosis. Kekurangan kalium dapat menimbulkan aritmia jantung. Perfusi ginjal
dapa menurun sehingga timbul anuria, sehingga bila kekurangan cairan tidak segera
diatas dapat timbul penyulit berupa nekrosis tubular akut.7
Secara klinis diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua golongan. Pertama,
koleriform, dengan diare yang terdiri atas cairan saja. Kedua, disentriform, pada diare
didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah.7
2. Diabetes melitus
Sistol (mmHg)
optimal
< 120
Diastol (mmHg)
and
< 80
normal
< 130
and
< 85
high-normal
130-139
or
85-89
Stage 1
140-159
or
90-99
Stage 2
160-179
or
100-109
Stage 3
>180
or
>110
hypertension
pnemonia
Hipovolemia dengan sebab apapun (misalnya pendarahan, lika bakar, diare berat,
atau muntah )
Syok kardiogenik
Hipotensi akibat obat (misalnya setelah overdosis obat)8
Inhibitor ACE bisa menurunkan perfusi glomerulus cukup banyak sampai
menyebabkan gagal ginjal jika diberikan pada keadaan stenosis arteri renalis bilateral.
Pada hipertensi akut akselerasi (maligna), hipertensi berat disertai dengan gangguan
ginjal yang jelas, menyebabkan oklusi lumen arteri kecil dan arteriol. Gagal ginjal adalah
akibat segera dari keadaan ini jika tekanan darah tidak dikendalikan.8
Gagal ginjal menjadi komplikasi pada penyakit hati lanjut. Ureum dan kreatinin
plasma bisa normal karena menurunnya sintesis ureum hati, asupan protein yang rendah
dari makanan, dan hilangnnya massa otot. Seringkali terdapat sebab pemicu (misalnya
hipovolemia setelah terapi diuretik, parasentesis atau perdarahan gastrointestinal, sepsis).
Gagal ginjal yang tak bisa dijelaskan yang merupakan komplikasi penyakit hati disebut
sindrom hepatorenal. Prognosisnya buruk. Infus ulang cairan asites ke vena jugularis
interna melalui pirau peritoneovena bisa meningkatkan volume plasma dan memperbaiki
fungsi ginjal, namun tidak memperbaiki angka ketahan hidup.8
10
Pada tahun 2004, kelompok kerja ADQI (Acute Dialysis Quality Initiative)
menetapkan definisi dan system klasifikasi AKI yang disingkat menjadi RIFLE yaitu
Risk of renal dysfunction, Injury to the kidney, Failure atau Loss of kidney function, dan
End-stage kidney disease.8
Klasifikasi RIFLE / ADQI (the acute dialysis quality initiative) menilai derajat
acute kidney injury
Kategori RIFLE
Risk
Injury
Failure
Kriteria UO
<0,5 ml/kg/jam for 6/jam
Anuria 12jam
Keadaan-keadaan diatas juga dapat mempengaruhi bagian tubuh yang lain seperti;
Granulomatosis Wegener, yang menyebabkan kerusakan pembuluh darah di ginjal, juga
menyebabkan kerusakan pembuluh darah di paru-paru, sehingga penderita mengalami
batuk darah.
Ruam kulit merupakan gejala khas untuk beberapa penyebab gagal ginjal akut, yaitu
poliarteritis, lupus eritematosus sistemik, Gromerulonefritis akut, dan beberapa obat yang
bersifat racun.
Hidronefrosis bisa menyebabkan gagal ginjal akut karena adanya penyumbatan aliran
kemih. Arus balik dari kemih di dalam ginjal menyebabkan daerah pengumpul kemih di
ginjal (pelvis renalis) teregang, sehingga timbul nyeri kram (bisa ringan atau sangat
hebat) pada sisi yang terkena. Pada sekitar 10% penderita, kemihnya mengandung darah.2
5. Nefrolitiasis
11
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubunganya dengan gangguan aliran urine,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang
masih belum terungkap (idiopatik).7
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya
batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik, yaitu
keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang
berasal dari lingkungan sekitarnya.7
Faktor intrinsik itu antara lain adalah :
1) Herediter (keturunan) penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuannya
2) Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3) Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih dibandingkan dengan pasien
perempuan7
Beberapa faktor ekstrinsik diantaranya adalah :
1) Geografi : pada beberapa daerah menunjukan angka kejadian batu saluran kemih
yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt
(sabuk batu) sedangkan daerah bantu di Afrika selatan hampir tidak dijumpai
penyakit batu saluran kemih.
2) Iklim dan temperatur
3) Asupan air, kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang
dikomsusmsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4) Diet : diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit
terjadinya batu saluran kemih
5) Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk
atau kurang aktifitas atau sedentory life7
Batu ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat. Umumnya
gejala berupa obstruksi aliran kemih dan infeksi. Gejala dan tanda yang dapat ditemukan
pada penderita batu ginjal antara lain :
Tidak ada gejala atau tanda
Nyeri pinggang, sisi, atau sudut kostovertebral
Hematuria makroskopik atau mikroskopik
Pielonefritis dan/atau sistitis
Pernah mengeluarkan baru kecil ketika kencing
Nyeri tekan kostovertebral
12
Glomerulonefritis
Nekrosis tubulus (atau korteks ) akut yang menjadi komplikasi penyakit prerenal
penghasil
verotoksin. Pada orang dewasa bisa terjadi setelah infeksi saluran napas atas atau
berhubungan dengan siklosporin A obat kontrasepsi oral, atau obat sitotoksik.
Terdapat bentuk familial. Biopsi ginjal menunjukan oklusi kapiler glomerulus disertai
fibrin dan trombus, tanpa bukti adanya deposit komplement atau imunoglobin.
Pemulihan biasanya terjadi dalam waktu beberapa minggu pada anak anak, namun
pada orang dewasa prognosisnya buruk. Telah dilaporkan adanya respon terhadap
pertukaran plasma dengan plasma segar beku (fresh frozen plasma ). Purpura
13
disebabkan oleh iskmemia dan nefrotoksin. Apabila azotemia prerenal dan perfusi buruk
berlanjut tanpa pengobatan untuk waktu yang cukup lama, maka sel epitel yang membentuk
tubulus akan mati. Keadaan ini disebut Nekrosis Tubular Akut. Penyebab GGA postrenal
adalah obstruksi pada outflow tract ginjal, seperti pada hipertrofi prostat, kateter yang
tersumbat, tumor, striktur dan deposit kristal/batu. Buli-buli neurogenik juga dapat
menyebabkan obstruksi. Kecepatan pemulihan fungsi ginjal berbanding langsung dengan
lama berlangsungnya obstruksi.7
Epidemiologi
Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa GGA disebabkan oleh 3 hal yaitu, perfusi
ginjal yang tidak adekuat (prarenal), penyakit ginjal intrinsik (renal), dan obstruksi saluran
kemih (postrenal). Keadaan prarenal mencakup 56-65% kasus, postrenal 15%, dan renal
sekitar 20-35% kasus. Pada negara berkembang, komplikasi obstetrik dan infeksi seperti
malaria merupakan penyebab yang penting. Angka mortalitas keseluruhan sekitar 30-70%,
tergantung usia dan adanya gagal organ atau penyakit lain. Dari pasein yang bertahan, 60%
memiliki fungsi ginjal normal, namun 15-30% memiliki gangguan ginjal dan sekitar 5-10%
mengalami penyakit ginjal stadium akhir (End Stage Renal Disease/ESRD).3
Patofisiologi
GGA prerenal adalah bentuk paling sering dari GGA dan memberikan respon fisiologik
berupa hipoperfusi renal ringan sampai sedang. GGA prerenal dapat reversible dengan cepat
melalui restorasi aliran darah ginjal dan tekanan ultrafiltasi glomerulus. Jaringan parenkim
ginjal tidaklah rusak; dengan demikian, ginjal dari individu dengan GGA prerenal berfungsi
baik ketika dicangkok ke dalam para penerima dengan fungsi kardiovasculer yang normal.
Hypoperfusion yang lebih berat dapat menyebabkan trauma iskemik dari parenkim ginjal dan
Renal GGA . Jadi, GGA prerenal dan GGA renal akibat ischemia menjadi bagian dari suatu
spektrum hypoperfusion ginjal. GGA Prerenal dapat mempersulit penyakit apapun yang
mempengaruhi hypovolemia, berhubungan dengan cardiac output yang rendah, vasodilatasi
sistemik, atau vasokonstriksi selektif intrarenal.2
Hypovolemia akan menyebabkan penurunan tekanan arterial sistemik, dimana dideteksi
sebagai berkurangnya regangan arterial dan cardiac baroreseptor. Baroreceptor yang aktif
memicu suatu respon neurohormonal yang dirancang untuk mengembalikan volume darah
15
dan tekanan arterial. Ini meliputi pengaktifan dari sistem simpatik renin-angiotensinaldosterone dan pelepasan arginine vasopressin (AVP; dahulu dikatakan sebagai Antidiuretik
Hormone). Norepinephrine, angiotensin II, dan AVP berkolaborasi dalam usaha untuk
menjaga perfusi otak dan jantung dengan merangsang vasokonstriksi pada sirkuit vaskuler
"nonesensial", seperti musculocutaneous dan peredaran splanchnic, mencegah pelepasan
natrium yang menghambat melalui keringat, merangsang haus, dan dengan memicu retensi
natrium dan air. Perfusi glomerulus, tekanan ultrafiltrasi, dan tingkat filtrasi selama
hypoperfusion yang ringan dijaga melalui beberapa mekanisme kompensasi. Reseptor
regangan dalam arteriol afferent, sebagai respon atas suatu pengurangan tekanan perfusion,
mencetuskan vasodilatasi arteriol afferent melalui suatu refleks myogenik lokal
(autoregulasi). Biosynthesis dari vasodilator prostaglandins ( e.g., prostaglandin E2 dan
prostacyclin) juga ditingkatkan, dan campuran ini cenderung melebarkan arteriol aferen.2
Sebagai tambahan, angiotensin II cenderung menyebabkan vasokonstriksi arteriol eferen.
Sebagai hasilnya, tekanan intraglomerular terjaga, fraksi plasma yang mengalir melalui
kapiler glomerular yang tersaring akan ditingkatkan ( fraksi filtrasi), dan glomerular filtration
rate (GFR) dipertahankan. Pada keadaan hypoperfusion yang lebih berat, respon kompensasi
ini dapat gagal dan GFR menurun, dan mengarah kepada GGA prerenal.2
Autoregulasi dari dilatasi arteriol afferent maksimal pada tekanan arterial sistemik
setinggi ~ 80 mmHg, dan hipotensi di bawah angka ini berhubungan dengan suatu
kemunduran yang drastis dari GFR. Derajat hipotensi yang lebih rendah dapat menimbulkan
GGA prerenal pada orang tua dan pada pasien dengan penyakit yang mempengaruhi
integritas
arteriol
afferent
(misal,
hypertensive
nephrosclerosis,
vasculopathy
diabetik). Sebagai tambahan, obat yang mempengaruhi respon adaptif pada microsirkulasi
ginjal dapat merubah hypoperfusion ginjal terkompensasi menjadi GGA prerenal yang jelas
atau memicu GGA prerenal menjadi GGA ischemic intrarenal. Obat-obat inhibitor dari baik
biosintesis renal prostaglandin [ penghambat cyclooxygenase ; nonsteroidal antiinflamation
drugs( NSAID)] atau inhibitor angiotensin-converting enzim (ACE Inhibitor) dan reseptor
angiotensin II blockers adalah penyebab yang utama dan harus digunakan secara hati-hati
pada keadaan yang dicurigai dapat terjadi hipoperfusi ginjal. NSAID tidak mempengaruhi
GFR pada individu yang sehat tetapi dapat mempercepat GGA prerenal pada pasien dengan
penurunan volume cairan atau pada insufisiensi renal kronis dimana GFR terjaga oleh
16
hiperfiltrasi yang dimediasi prostaglandin oleh nefron fungsional yang terisa. penghambat
ACE harus digunakan dengan bijaksana pada pasien dengan stenosis arteri ginjal
bilateral atau stenosis unilateral dimana hanya satu ginjal yang berfungsi. Pada keadaan ini,
perfusi dan filtrasi glomerular sangat dipengaruhi oleh angiotensin II. Angiotensin II
memelihara tekanan filtrasi glomerular distal ke stenosis dengan peningkatan tekanan arterial
systemic dan dengan mencetuskan konstriksi selektif pada arteriol. Penghambat ACE dapat
memperlambat respon ini dan mempercepat GGA, namun umumnya reversibel, pada ~30%
kasus.2
Manifestasi klinik
Petunjuk klinis pada GGA prerenal adalah gejala kehausan dan pusing pada saat berdiri
tegak dan bukti pemeriksaan fisis berupa adanya hipotensi orthostatic dan tachycardia,
penurunan tekanan vena jugularis, penurunan turgor kulit, membrane mukosa yang kering,
dan berkurangnya keringat pada aksiler. Riwayat adanya penurunan progresif dari produksi
urin dan berat badan serta riwayat penggunaan NSAID, ACE Inhibitor, atau angiotensin
reseptor blocker. Dari pemeriksaan klinis secara seksama akan dapat terlihat stigmata dari
penyakit hati kronis dan hipertensi portal, gagal jantung, sepsis, atau penyebab lain yang
mengurangi volume darah arterial efektif.
Diagnosis gagal ginjal ditegakan apabila ditemukan gejala-gejala:2
Berkurangnya produksi air kemih: oliguria yaitu volume air kemih berkurang atau
Penatalaksanaan
Medikamentosa
1. Diuretik (Furosemid)
Obat ini bertujuan untuk mencegah reabsorpsi Na sehingga mengurangi metabolisme
sel tubulus, selain itu juga di harapkan aliran urin dapat membersihkan endapan
silinder sehingga menghasilkan obstruksi, selain itu furosemid dapat mengurangi masa
17
Bila akibat perdarahan diberikan transfuse darah PRC dan cairan isotonic,
hematokrit dipertahankan sekitar 30%
Bila akibat diare, muntah, atau asupan cairan yang kurang dapat diberikan cairan
kristaloid.
8. OCallaghan, Chris A., At a Glance Sistem Ginjal Edisi kedua, Penerbit Erlangga. Jakarta.
2009. Hal 78-81, 88-91.
9. Purnomo BB. Dasar-dasar Urologi, Pemeriksaan Urologi. Jakarta: Sagung Seto; 2009. Hal
13-34.
21