DISUSUN OLEH
LUCKY MIFTAH SAVIRO
2007730076
BAB I
STATUS PASIEN
IDENTITAS
Nama
: An. D. V.
Umur
: 7 tahun
Alamat
Tanggal Masuk
: 27-7-2011
No CM.
: 151892
ANAMNESIS
KU
Nyeri pada wajah 2 hari SMRS.
RPS
Nyeri diakibatkan karena wajah pasien tersiram air panas saat hendak
mencuci wajah. Pasien sudah dibawa ke tempat praktik dokter dan diberi
obat salap Bioplacenton.
TRIAGE
Airway: Clear, trakhea di tengah. Tidak ada luka bakar di sekeliling
hidung.
Breathing: Spontan, RR 22 x/menit, VBS.
Circulation: Nadi 88 x/menit, isi cukup, irama reguler.
Disability: GCS: E4V5M6, pupil gepeng, diameter 3 cm, refleks cahaya (+/
+) isokor.
Environment: Status lokalis a.r facial
Look: Terdapat luka pada dahi kanan dengan diameter 4x4 cm,
darah (-), eskar (-), pus (-). Terdapat luka pada dahi kiri, diameter
4x2 cm, darah (-), eskar (-), pus (-). Terdapat luka pada pipi kanan,
diameter 3x3 cm, darah (-), eskar (-), pus (-). Terdapat luka pada
pipi kiri, diameter 2x2 cm darah (-), eskar (-), pus (-).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
LATAR BELAKANG
Kulit merupakan salah satu unsur yang paling kompleks pada tubuh kita,
karena mempunyai banyak tipe sel, elemen dermal dan sangat struktural.
Meskipun pada awalnya kulit hanya sebagai pelindung dengan lingkungan sekitar.
Integritas struktural epidermis menciptakan penghalang semi permeable,
penyerapan kimia, mencegah kehilangan cairan, melindungi terhadap penetrasi
radiasi matahari, menghalangi agen infeksi untuk masuk. Selain itu kulit juga
mampu untuk mengatur panas tubuh. Kemudahan yang relative dalam
menganalisa specimen kulit telah membuat kulit menjadi salah satu jaringan tubuh
yang terbaik untuk dipelajari. Hal ini juga menjadi focus utama dari subspesialis
operasi plastik dan juga dermatologi, dan juga telah mendorong penelitian luas di
sejumlah bidang termasuk imunologi dan transplantasi.
ANATOMI
DAN FISIOLOGI KULIT
Secara anatomis kulit
dibagi menjadi tiga lapisan,
yaitu
epidermis,
membrane
ekstraseluler
sedikit,
epidermis
sangat
terutama
penghalang
terhadap
serangan-serangan
eksternal,
kulit
bergantung pada jaringan yang kompleks dari filament untuk menjaga integritas
selular. Filament intermediet disebut keratin, ditemukan dalam lapisan spindle dan
memberikan penyangga yang fleksibel yang memungkinkan keratinosit melawan
stress eksternal.
Selain perannya dalam melawan radiasi, penyerapan racun, kulit
merupakan barier immunoreaktif. Setelah migrasi ke dalam struktur epidermis
dari sumsum tulang, sel langerhans bertindak sebagai makrofag kulit. Selain
sebagai penolak benda asing, sel langerhans juga memainkan peran penting dalam
immunosurvailens terhadap infeksi virus dan neoplasma kulit.
DERMIS
Mempunyai perdarahan yang lebih banyak dari epidermis dan lapisannya
tebal. Pada dermis terdapat nervus sensorik, folikel rambut, kelenjar ( sebasea,
holokrin, keringat, apokrin, dan jaringan ikat ). Dermis juga terbagi atas dua
lapisan, yaitu : lapisan luar atau lapisan papiler yang terdiri dari serat serat
kolagen dan retikular, berisi substansia dasar, dan lapisan dalam atau lapisan
retikuler yang dibentuk oleh serabut serabut kolagen padat, kasar dan bercabang
cabang yang sejajar dengan permukaan kulit. Dermis sebagian besar terdiri dari
protein struktural dan komponen struktural. Kolagen, protein fungsional utama
dalam dermis. Tropocolagen, preskursor kolagen, terdiri dari tiga rantai
polipeptida ( hydroxyprolin, hidroksilin, dan glisin ). Molekul panjang kemudian
saling melintasi untuk satu sama lain membentuk serat kolagen. Dari tujuh
struktural kolagen yang berbeda, kulit terutama mengandung sebagian besar tipe
serat retikulin kolagen, tapi ini hanya di zona membrane basal dan daerah
perivaskuler. Serat elastic mampu melawan kekuatan peregangan, serat serat ini
memungkinkan kembali ke bentuk awal setelah kulit mengalami respon stress
deformitas.
Suplai darah ke dermis didasarkan pada jaringan yang rumit dari
pembuluh darah yang memberikan aliran untuk struktur yang dangkal, serta
mengatur suhu tubuh. Ini dicapai dengan bantuan saluran pembuluh darah vertical
yang menghubungkan dua pleksus horizontal, salah satu dalam dermis papiler dan
yang lainnya di subkutan.
Sensasi kulit dicapai melalui aktivasi pleksus serabut otonom dari kulit
yang bersinapsis untuk kelenjar keringat, erector pili, dan pembuluh darah.
Serabut ini juga terhubung ke reseptor sel hidup yang menyampaikan informasi
dari kulit kembali ke sistem syaraf pusat. Meissner, ruffini, dan Pacini yang
mengirimkan informasi pada tekanan lokal, getaran, sentuhan, suhu, nyeri, dan
gatal.
STRUKTUR ADNEKSA KULIT
Kulit memiliki tiga struktur utama, yaitu : kelenjar ekrin, kelenjar
pilosebasea, dan kelenjar apokrin. Kelenjar ekrin dan kelenjar apokrin merupakan
kelenjar sederhana, tubuler, melingkar pada dasar dermis. Keringat yang
diproduksi kelenjar ekrin yang terletak di seluruh tubuh, tetapi banyak
terkonsentrasi pada telapak tangan, telapak kaki, ketiak, dan kening, kecuali bibir
dan bagian tertentu genitalia eksterna. Kelenjar ekrin merupakan regulator suhu
tubuh. Kelenjar ini tidak berbau ( odorless ). Sedangkan kelenjar apokrin banyak
terdapat pada kelopak mata dan ketiak, yang mempunyai bau yang khasbila terjadi
dekomposisi oleh bakteri. Folikel rambut tubuh sejak 3 bulan intrauterine. Folikel
rambut merupakan mitosis aktif germinal center yang memproduksi rambut.
Bersama dengan dengan minyak, yang disekresikan oleh kelenjar sebasea, kedua
struktur tersebut membentu unit pilosebasea. Selain memproduksi rambut, folikel
rambut juga mempunyai beberapa fungsi penting. Folikel rambut berisi persedian
sel induk pluripotent penting dalam produktivitas epidermis. Sel sel ini mampu
mengekspansi daerah sekitarnya untuk menggantikan sel yang hilang atau rusak
serta menggantikan kelangsungan epidermis setelah terluka. Sebagai contoh,
dalam skin graft kulit, folikel rambut yang tersisa memberikan pasokan untuk
meregenerasi keratinosit, untuk meregenerasi epidermis dan mengembalikan
integritas kulit. Kelenjar sebasea menghasilkan cairan seperti minyak yang
berfungsi untuk lubrikasi rambut dan kulit serta menjaga kelembabannya. Banyak
pada dahi, pipi dan hidung.
Lapisan bawah dermis yang terdiri dari lemak disebut hypodermis atau
subdermis atau subkutis.
EPIDEMIOLOGI
Luka bakar adalah kerusakan jaringan yang dihasilkan dari kontak
langsung dengan api, cairan / permukaan panas, gas, zat kimia korosif, arus listrik,
atau radiasi. Paling sering terkena luka bakar adalah kulit, yang mana mempunyai
fungsi sebagai barier kerusakan dan infeksi tubuh serta sebagai regulator suhu
tubuh, kehilangan cairan dan sensorik. Menurut laporan tahun 2002 dari
American Burn Association, lebih dari 1,1 juta orang di Amerika mengalami luka
bakar setiap tahunnya, yang mana lebih dari 50.000 jiwa di rawat di rumah sakit
dan 4500 jiwa meninggal. Bagaimana pun tujuan dari perawatan luka bakar
sebagai subspesialisasi bedah adalah untuk meningkatkan kelangsungan hidup
secara menyeluruh dan memperbaiki kualitas hidup seseorang.
PATOFISIOLOGI
Luka bakar terjadi karena proses koagulasi dan nekrosis dari epidermis
dan jaringan yang mendasarinya, dengan kedalaman tergantung dari terpaparnya
kulit oleh suhu dan durasinya. Luka bakar
diklasifikasi
berdasarkan penyebabnya
menjadi 5 yaitu :
1.
Flame Burns. Kerusakan berasal
2.
3.
kontak
langsung
dengan
cairan panas
Contact Burns. Kerusakan berasal
dari
kontak
langsung
dengan
dingin
Chemicals Burns. Diakibatkan karena iritasi zat kimia berbahaya
Electricity Burns. Konduksi listrik langsung ke jaringan.
Sedangkan luka bakar berdasarkan kedalamannya dibagi menjadi 4
derajat, yaitu :
1.
Derajat 1. Kerusakan lokal pada epidermis
2.
Derajat 2 (Superficial). Kerusakan pada epidermis dan superficial dermis.
3.
4.
kepada jaringan yang lebih dalam. Karena itu kebanyakan luka terbatas pada
lapisan ini. Daerah kulit yang luka dibagi menjadi 3 zona, yaitu :
1.
Zona koagulasi. Adalah daerah yang langsung mengalami kerusakan
2.
PERUBAHAN SISTEMIK
Hematologi
Kehilangan plasma
Destruksi sel darah merah dalam perbandingan luasnya luka bakar :
- Sel lisis terhadap panas
- Thrombosis microvaskular pada area yang terbakar
- Penurunan platelets
- Penurunan fibrinogen
- Penurunan produksi fibrin
Gastrointestinal
Kebanyakan pasien dengan luka bakar >25% kemungkinan adanya
yang berpindah.
Secara umum, pasien membutuhkan NGT dan obat profilaksis dengan
H2 blocker.
Endokrin
Meningkatnya glucagon, kortisol, dan katekolamin
Penurunan insulin dan triiodotironin ( T3 )
Imunologi
Kehilangan fungsi barier kulit
10
Bila luas luka bakar >20%, sel sel imun akan menurun sesuai
Kardiovaskular
Pre resusitasi
Peningkatan permeabilitas mikrovaskular untuk melepaskan material
vasoaktif
Penurunan cardiac output
Peningkatan hematokrit karena penuruna volume darah, peningkatan
viskositasnya.
Oligouria, karena penurunan volume darah dan cardiac output
disebabkan oleh aliran darah ginjal menurun dan laju filtrasi
glomerulus menurun.
Post resusitasi
CO meningkat, yang berefek pada aliran darah ginjal dan peningkatan
LFG.
Peningkatan kebutuhan metabolic
Peningkatan glucagon dan katekolamin
Penurunan insulin dan thyroxin
Udem ( puncaknya pada 8 12 jam ) cairan hilang dari kompartemen
intravascular.
Pernapasan
11
Pada luka bakar yang tidak mengenai dada atau tidak ada trauma
Dewasa
Anak-Anak
Bayi
Wajah
4,5%
7%
9%
Belakang Kepala
4,5%
7%
9%
Lengan Depan
4,5%
4,5%
4,5%
Lengan Belakang
4,5%
4,5%
4,5%
18%
10%
13%
Puggung
18%
10%
13%
Tungkai Depan
9%
8%
7%
Tungkai Belakang
9%
8%
7%
Genitalia
1%
1%
1%
2,5% + 2,5%
Bokong Kiri
Derajat Luka Bakar
Dikelompokkan
berdasarkan
kedalaman
kerusakan
yang
terjadi.
a) Derajat 2 3 > 20% pada pasien berusia < 10 tahun atau diatas 50
tahun
b) Derajat 2 3 > 25 % pada pasien berkelompok usia selain yang
disebutkan pada butir pertama
c) Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki dan perineum
d) Adanya cedera pada jalan napas tanpa memperhitungkan luas luka
bakar.
e) Luka bakar listrik tegangan tinggi
f) Disertai trauma lainnya
g) Pasien pasien dengan resiko tinggi
Luka Bakar Sedang
a) Luka bakar dengan luas 15 25 % pada dewasa, dengan luka bakar
derajat 3 kurang dari 10%.
b) Luka bakar dengan luas 10 20 % pada anak usia kurang dari 10 tahun
atau dewasa lebih dari 40 tahun dengan luka bakar derajat 3 kurang
dari 10%
c) Luka bakar derajat 3 kurang dari 10% pada anak maupun dewasa yang
tidak mengenai muka, tangan, kaki dan perineum.
Luka Bakar Ringan
a) Luka bakar dengan luas kurang dari 15 % pada orang dewasa
b) Luka bakar dengan luas kurang dari 10 % pada anak anak
c) Luka bakar dengan luas kurang dari 2 % pada segala usia yang tidak
mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
MANIFESTASI KLINIS
Jenis kedalaman luka bakar bergantung kepada derajat luka bakarnya.
Kedalaman luka bakar diklasifikasikan berdasarkan derajat kerusakannya mulai
dari epidermis, dermis, lemak subkutan dan struktur yang mendasarinya.
Luka bakar derajat 1, kerusakan terbatas pada epidermis saja. Luka bakar
ini berasa nyeri, eritem, dan memucat bila ditekan dengan jari. Contohnya luka
bakar sengatan matahari. Luka ini tidak akan menimbulkan parut. Terapi luka
tersebut bertujuan untuk membuat nyaman dengan pemberian topikal salep yang
bersifat lembut yang mengandung ekstrak lidah buaya dan pemberian NSAID.
Luka bakar derajat 2 dibagi menjadi 2 tipe yaitu superficial dan dalam.
Keduanya mengenai kerusakan dermis. Luka bakar superficial dermis bercirikan
eritem, nyeri, memucat bila ditekan dan jarang sampai melepuh. Contohnya
13
termasuk tersiram air panas atau air karburator. Luka ini langsung mereepitelisasi
struktur epidermis, folikel rambut, dan kelenjar keringat dalam waktu 7 14 hari.
Setelah sembuh, akan menimbulkan diskolorisasi kulit yang ringan sampai batas
waktu yang lama. Sedangkan yang luka bakar derajat 2 tipe dalam mempunyai
penampakan yang pucat, tidak memudar bila ditekan, tapi masih berasa nyeri bila
ditusuk jarum. Luka ini sembuh dalam 14 35 hari mulai dari reepitelisasi folikel
rambut dan kelenjar keringat. Sering menimbulkan parut yang berat sebagai hasil
deri kehilangan dermis.
Luka bakar derajat 3 meliputi epidermis, dermis yang berkarakteristik
keras, eschar yang kasar yang tidak nyeri berwarna hitam, putih atau merah ceri.
Tidak ada epidermis dan dermis yang tersisa. Luka tersebut harus diobati dengan
reepitelisasi dari tepi luka. Luka dermis yang dalam dan luka bakar derajat 3
membutuhkan cangkok kulit ( graft ) dari pasien untuk penyembuhan luka. Luka
bakar derajat 4 meliputi organ lain di bawah kulit seperti otot, tulang dan otak.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium darah yaitu darah rutin, ureum kreatinin,
elektrolit, GDS, dan analisa gas darah merupakan data dasar untuk menilai dan
mendiagnosis awal keadaan pasien.
Pada pemeriksaan radiologi foto thorax, apabila dicurigai adanya trauma
inhalasi dan pasca pemasangan CVP. Pemeriksaan kultur dan tes resistensi.
14
PENATALAKSANAAN
Pre Hospital
1. Sedapat mungkin penanganan ABC (sesuai ATLS)
a. Airway, penilaian dan keamanan adalah prioritas nomor satu. Edema
jaringan supraglotis berlangsung selama 12 jam pertama dan dapat
menghambat jalan napas dengan cepat. Laring melindungi dari cedera
panas subglotis langsung, namun tidak dari luka akibat gas beracun
yang terhirup. Cedera inhalasi harus dicurigai jika pasien itu
terperangkap dalam ruangan tertutup atau ledakan. Tandanya adalah
suara serak, stridor, luka bakar wajah, rambut dan wajah hangus, dahak
berjelaga dan ada jelaga dalam orofaring. Keputusan untuk intubasi
trakea dilakukan lebih awal, tapi lebih baik krikotiroidotomi ( Curr
Opin Anaesthesiol 2003; 16:183 ).
b. Breathing, evaluasi usaha pernapasan, kedalaman pernapasan, dan
auskultasi bunyi pernapasan. Keadaan terberat pada pasien luka bakar
adalah insufisiensi paru dan gagal napas. Etiologinya bisa cedera
termal langsung ke saluran napas atas atau cedera akut paru sekunder
akibat aktivasi peradangan sistemik ( N Engl J Med 2000; 342:1301 ).
c. Circulation, resusitasi cairan merupakan manajemen awal luka bakar.
Luka
bakar
distributive
menyebabkan
ditandai
kombinasi
dengan
syok
pelepasan
hipovolemik
mediator
dan
inflamasi,
15
16
Metode resusitasi dan regimen terapi cairan yang dikenal selama ini
merupakan cara atau usaha untuk memperoleh pengetahuan atau
gambaran mengenai jumlah kebutuhan cairan dengan hitungan yang
tegas; namun bukan suatu patokan yang memiliki nilai mutlak karena
pemberian cairan sebenarnya berdasarkan kebutuhan sirkulasi yang
dinamik dari waktu ke waktu dan harus dipantau melalui parameterparameter tertentu. Dikenal dua regimen yang dianut beberapa tahun
terakhir, yaitu regimen (formula) Evans-Brooke dan regimen (formula)
Baxter/ Parkland.
Formula Evans Brooke
Evans dan Brooke memberikan larutan fisiologik, koloid dan
glukosa dalam resusitasi. Ketiga jenis cairan ini diberikan dalam waktu
dua puluh empat jam pertama. Dasar pemikirannya adalah, bahwa
pada
luka
bakar,
dijumpai
inefektifitas
hemoglobin
dalam
17
Pemantauan :
Diuresis (30-50 ml/jam)
Pada hari kedua, diberikan separuh jumlah kebutuhan koloid (darah)
dan larutan saline ditambah 2000 m1 glukosa; pemberian merata
dalam 24 jam.
Formula Baxter / Parkland
Parkland berpendapat, bahwa syok yang terjadi pada kasus luka
bakar
adalah
penggantian
jenis
cairan
hipovolemia,
(yaitu
yang
kristaloid).
hanya
membutuhkan
Penurunan
efektifitas
18
granulasi lambat.
Monitor, kadar saturasi oksigen untuk mengamati keadaan pada keracunan
3.
karbon monoksida.
Pemeriksaan Laboratorium, mencakup pemeriksaan darah lengkap,
elektrolit, dan fungsi ginjal, carboksihemoglobin arteri, evaluasi gas darah
arteri, serta urinalisis. Jangan lupa untuk pemeriksaan foto rontgen yang
4.
19
5.
6.
7.
kulit, diikuti oleh penerapan agen antimikroba topikal dan perban steril.
Agen antimikroba topikal, merupakan andalan manajemen lokal luka
bakar. Sebelum penggunaan agen antimikroba topikal, organisme paling
umum yang menyebabkan infeksi luka bakar adalah Staphylococcus
aureus dan streptococcus grup A ( J trauma 1982;22:11 ). Selanjutnya
untuk pengembangan agen topikal, organisme gram negative terutama
Pseudomonas aeruginosa dan jamur adalah penyebab paling umum dari
sepsis luka bakar invasive ( World J SUrg 1992; 16:57 ). Proliferasi bakteri
dapat terjadi dibawah escar yang mengakibatkan supurasi subeschar.
Mikroorganisme dapat menyerang jaringan bawahnya, menghasilkan
sepsis luka bakar invasive. Pengobatan memerlukan eksisi escar terinfeksi
dan tepat dalam pemberian antibiotik topikal atau sistemik.
a. Silver Sulfadiazine, adalah agen paling umum yang digunakan karena
tidak mengiritasi dan memiliki efek samping yang minimal. Hal ini
diformulasikan sebagai krim yang membantu meminimalkan penguapan.
Namun obat ini memeliki Silver sulfadiazine memiliki cakupan bakteri
gram negative yang buruk dan anaerobic, penetrasi ke escar yang buruk
dan kontraindikasi pada G6PD.
b. Mafenide asetat (Sulfamylon) adalah bakteriostatik dan memiliki cakupan
yang lebih baik terutama gram negatif (terutama Pseudomonas
aeruginosa) dan anaerobic serta penetrasi escar lebih dalam. Selanjutnya
luka bakar avascular tulang rawan, seperti telinga ideal untuk terapi obat
ini. Namun menyakitkan dan mudah diserap secara sistemik, tetapi juga
dapat menyebabkan asidosis metabolik.
20
9.
Rekomendasi dari evidence based (Crit Care Med 2004;32:858) sedang direvisi
berdasarkan hasil uji klinis baru baru ini, tapi kemungkinan akan termasuk
terapi antibiotic, kontrol sumber, resusitasi cairan kristaloid, penggunaan
vasopressor, pemeliharaan glukosa darah kurang dari 140 mg/dl.
INDIKASI RAWAT
1.
Derajat 2 > 15% pada dewasa, > 10% pada Akses intravena. Semua
pasien dengan
luka
intravena. Dua
16-gauge
dimulai
segera untuk
besar memerlukan
besar
memberikan dukungan
cairan
perifer pada ekstremitas atas lebih disukai daripada akses vena sentral,
karena risiko infeksikateter
ditempatkan
terkait.
bawah
yang
kateter, jika
mungkin, untuk
21
cocok tidak
3.
Derajat 3 > 2% pada dewasa, setiap derajat 3 pada anak berapa pun
4.
luasnya.
Disertai trauma jalan napas, luka listrik dan komplikasi lain.
PENGAWASAN
Kesadaran, sirkulasi, nadi ( isi, frekuensi ), produksi urine / jam, analisa
gas darah. Pada luka bakar berat terjadi vasokonstriksi berat, beri vasodilator
dengan pemasangan CVP.
Pada keadaan tertentu kebutuhan cairan lebih banyak daripada yang
diperkirakan, yaitu : trauma inhalasi, listrik dan mekanik, terapi yang terlambat,
anak < 5 tahun. Perhatian :
1. Anak < 2 tahun mudah asidosis karena kemampuan buffer yang
berkurang dan mudah hipotermi dan hipoglikemi.
2. Penderita tua (aterosklerosis) sehingga aliran darah miokard sangat
berkurang.
3. Jumlah air yang diberikan sesudah 48 jam pertama untuk mengganti
penguapan, urine dan lambung, besarnya = Body Surface Area (BSA)
m2 x (25 + % Luka bakar).
4. Kalium yang diberikan sesudah 48 jam pertama : 120 Meq / hari, max
40 Meq / L
5. Zinc masih diragukan (cukup waktu pemberian RL).
6. Kalori, dalam bentuk 60 Gr glukosa + 10 Gr as. Amino/ hari / m 2,
segera setelah trauma akan menghemat penggunaan nitrogen dan
memelihara fungsi hati, jantung dan ginjal.
Luka bakar berbeda dengan luka lainnya karena :
1. Ditempati kuman patogenitas
2. Mengandung banyak jaringan mati.
3. Mengeluarkan banyak serum, darah, dan air.
4. Terbuka untuk waktu yang lama, yang memungkinkan terjadinya
infeksi dan trauma.
5. Memerlukan jaringan untuk menutupinya.
Perawatan luka (balutan atau terbuka)
Balutan :
Bayi, anak atau dewasa yang tidak kooperatif.
Luka bakar dalam yang disiapkan untuk skin graft
Melindungi luka terhadap pengaruh sekitar, misalnya berobat jalan,
23
Biasanya dikerjakan pada luka bakar listrik karena terjadi edema sebelah
dalam fascia. Bila terjadi penekanan saraf maka akan terjadi kesemutan,
sedangkan bila terjadi penekanan vena maka akan terjadi udem.
PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN KONTRAKTUR OLEH PARUT
Parut akan timbul setelah 2 bulan, menjadi parut hipertropik karena
bertambahnya pembuluh darah, fibroblast, myofibroblast, dan deposit kolagen.
Pada parut hipertropik ini terdapat fibroblast dengan filament kontraktil dalam
sitoplasma yang disebut myofibroblast. Bila myofibroblast kontraksi maka akan
terjadi penarikan serabut kolagen untuk membentuk supracoils yang menjadi
kontraktur dan menonjolkan parut. Parut hipertropik mempunyai jumlah air yang
banyak, fisiologi kelenjar limfe terganggu, sehingga menyebabkan udem.
Kontraktur berhenti pada suatu tingkatan dimana ada gaya penahanan yang
seimbang, ini dikurangi dengan meletakkan sendi dalam kedudukan yang pantas
dengan bidai atau traksi dengan pembalut yang menekan.
chondritis.
Axilla. Lengan abduksi 900, bahu fleksi 100
Siku dan Lutut. Ekstensi penuh, pergelangan posisi netral.
Paha. Abduksi 200 dan ekstensi
Kaki dan tumit.Posisi netral atau berdiri
Tangan. Pergelangan netral, sendi metacarpal sedikit fleksi, sendi PIP
(proximal inter phalangeal) sedikit ekstensi, ibu jari abduksi dan fleksi.
Bila ekstensor terbakar, latihan hanya fleksi ekstensi pergelangan tangan
dan sendi metacarpal, sendi PIP tidak boleh lebih dari 45 0, sesudah skin
graft boleh > 45%.
24
DAFTAR PUSTAKA
Brunicardi, F. Charles. Schwartzs Principles of Surgery, ninth edition. The
McGraw-Hill Companies, Inc. United States of America. 2010
Klingensmith, Mary E dkk. Washington Manual of Surgery,The, 5th Edition. 2008
Lippincott Williams & Wilkins
Sabiston Textbook of Surgery, 18th ed. 2007 Saunders, An Imprint of Elsevier
Stead, G. Latha. Firts Aid for the Surgery Clerkship. 2003. McGraw-Hill
Companies
25
26