Anda di halaman 1dari 4

Tugas Interna

Antibiotik yang Menyebabkan Nefrotoksik


Oleh : Hairullah
NPM : 12700174
1. Golongan Aminoglikosida.
Aminoglikosida merupakan antibiotika yang penggunaannya sangat luas terutama
untuk pengobatan infeksi gram negative, namun demikian penggunaannya dibatasi karena
sifat nefroktoksisitasnya . Kegagalan fungsi ginjal akibat pemakaian aminoglikosida
terjadi bila kenaikan kadar kreatinin plasma hingga 45 umol/L selama atau setelah terapi,
angka kejadiannya 10-37 % setara dengan dosis dan lamanya pemakaian , bahkan ada
yang mengatakan sampai 5070 dalam waktu 14 hari atau lebih pemakaian Walaupun sifat
nefrotoksisitasnya reversible, tetapi terapi dialysis kadang diperlukan karena beratnya
kegagalan ginjal akut .
Mekanisme terjadinya nefrotoksis
Aminoglikosida mauk kedalam ginjal mencapai maksimal dikortek ginjal dan sel
tubulus, melalui proses endositosis dan sequestration , aminoglikosida berikatan dengan
lisosom membentuk myeloid body / lisosom sekunderdan fosfolipidosis. Kemudian
membrane lisosom pecah dan melepaskan asam hidrolases dan mengakibatkan kematian
sel.
Mekanisme lain dapat diketahui lewat permukaan sel, G protein bergabung dengan
Ca+ + ( polyvalent cation)-sensing receptor (Ca R) dimana reseptor ini berada di nefron
distalis serta lumen tubulus proksimalis, dan dikatakan bahwa CaR ini terlibat dalam
proses kerusakan sel. Faktor risiko toksisitas aminoglikosida antara lain adanya depletion
ion natrium dan kalium, iskemia ginjal, karena usia lanjut,penggunaan diuretika , penyakit
hati dan obat lain yang nefrotoksis.
Menurut urutan toksisitasnya golongan aminoglikosida dari yang paling toksis adalah
Neomisin gentamisin tobramisin netilmisin amikasin streptomisin).
Pencegahan dan pengelolaan toksistas aminoglikosida bisa dengan bebarapa
alternative yaitu .
1.
Menggunakan obat dengan dosis tunggal sehari untuk waktu yang pendek
pada terapi empiris.
2.
Deteksi toksisitas subklinik dengan mengetahui gangguan keseimbangan
elektrolit dan asam basa.
3.
Monitoring serum kreatinin setiap hari kalau perlu , dengan memberikan
dosis obat berdasarkan GFR, khususnya pada orang tua, serta monitoring serum kalium dan
natrium tiap hari.

4.

Apabila serum kreatinin 1 mg/dl , obat dihentikan dan dipikirkan alternatif

terapi,
Monitoring prodksi air kemih dan mulai pemberian cairan yang adekuat
serta terapi elektolit khususnya pada kalium dan NaCl serta Calsium dan magnesium
5.

2. GOLONGAN SULFONAMID.
Penggunaan obat golongan sulfonamid meningkat dengan adanya AIDS, bila
dikombinasikan dengan beberapa obat dapat digunakan untuk pengobatan malaria (
sulfadoksin dan pyrimethamine )
Hampir semua obat golongan sulfonamid diekskresikan melalui ginjal, baik dalam
bentuk asetil maupun bentuk bebas. Masa paruh obat tergantung dari fungsi ginjal,
karenanya hans diperhatikan bila fungsi ginjal terganggu.
Spektrum nefrotoksisitasnya meliputi: nefritis interstitial akut,arteritis nekrotikan,
gangguan ginjal akut akibat anemia hemolitik pada pasien dengan defisiensi G-6-PD dan
Gangguan ginjal akut akibat kristaluria pada pemakaian lama golongan sulfa ini.
Pencegahan dan pengobatan dapat dilakukan dengan :
a.
mempertahankan hidrasi yang adekuat (3 liter /hari) atau mempertahankan
jumlah uri tetap 1500 cc/hari 15)
b.

alkalinisasi urin dengan sodium bikarbonat 6-12 gram/hari sampai PH urin

7,5
Pemeriksaan mikroskopis urin 2-3 kali seminggu untuk mendeteksi
hematuria.
d.
USG pada semua hematuria.
e.
Mengurangi dosis sulfa.
c.

Pemasangan ureteral stent atau dialisis bila perlu kalau tindakan bedah tak
memungkinkan.
f.

Golongan sulfa yang banyak menyebabkan gangguan ginjal antara lain sulfadiazine
dan kotrimoksazol. Walaupun demikian penggunaan obat golongan sulfa lain tetap hans
hati-hati.

3. AMPHOTERICIN B ( Am B)
Merupakan obat anti jamur yang efektif , tetapi efek nefrotoksis sangat banyak,
karenanya perlu perhatian khusus. Beberapa makalah melaporkan bahwa frekuensi
gangguan ginjal akut mencapai 49% dan 6570 Menurut Wingard dkk Lebih 50% pasien
secara signifikan kadar serum kreatinin meningkat dari sebelumnya, dan 15% darinya
membutuhkan dialisis.

Am-B bersifat hidrofilik sehingga mudah bercampur dengan membran sel epithel
dan meningkatkan permiabelitas. Hal ini akan merusak sel endotel yang mengakibatkan
vasokonstriksi arteriole afferen dan efferen glomerulus dan menyebabkan penurunan
GFR dan berakibat terjadi oliguria Toksisitas terhadap tubulus tergantung dari efek
toksis langsung dan iskemik yang berkelanjutan. Untuk mencegah terjadinya nefrotoksis
dengan
a.
mencampur dengan intralipid, hal ini akan membuat efek seperti French
mayonnaise yang dapat menurunkan efek nefrotoksisitasnya.
b.
Dopamin agonist (2)
c.
Suplementasi garam, infus cairan garam fisiologis.
d.
Mengatur kecepatan infus.
e.
Dosis titrasi
4. RIFAMPISIN
Merupakan obat anti tuberkulosis yang mempunyai efek nefrotoksis dibandingan
dengan anti tuberkulosis Iainnya. Insiden nefrotoksis bervariasi antara 1,8% sampai 16
% dari semua kasus gangguan ginjal akut (GGA) .Kebanyakan GGA karena rifampsisn
akibat obat yang menginduce anemi hemolitik.
Lamanya terapi berperan penting, dilaporkan sesudah 2 bulan pengobatan ,
meskipun reaksi awal dapat ditemukan dalam 13 hari Pada kebanyakan kasus dengan
terapi suportif akan membaik dalam 3 minggu.
5. ACYCLOVIR
Merupakan obat anti Virus , bila diberikan lebih 500 mg/m2 intravena akan
menyebabkan nefrotoksis. Kelarutan yang rendah menyebabkan presipitasi intratubuler
dengan gejala obstruksi uropati dan hematuri.Pada pemeriksaan urin akan tampak
adanya kristal berbentuk jarum. Tampak adanya inflammasi pada daerah obstruksi di
tubulus.
Faktor risiko terjadinya nefrotoksis meliputi pengurangan volume cairan, adanya
gejala insuffisiensi ginjal, dan infus bolus yang cepat.
Biasanya penanganan yang tepat dapat memulihkan mendekati fungsi ginjal yang
normal dalam waktu 10 14 hari, walaupun kadang2 perlu dialisis.

6.GOLONGAN
LAINNYA.

PENICILLIN

SEFALOSPORIN

DAN

BETALAKTAM

Walaupun umumnya tidak nefrotoksis tetapi nefropati dapat terjadi pada


pemberian meticillin, penicillin G dan ampisilin. Kelainannya berupa nefritis
interstitialis, diperkirakan terjadi berdasarkan mekanisme reaksi immun yang tergantung
dari dosis dan lamanya pemberian, khususnya pada meticillin dan penicillin G.
Sedangkan ampisilin menimbulkan nefropati yang ada hubungannya dengan kadar obat
yang tinggi dalam serum . Walaupun nefropati penicillin lebih didasari reaksi imun ,
tidak dapat disingkirkan kemungkinan efek nefrotoksik langsung oleh penicillin yang
diberikan dalam dosis yang sangat tinggi dan untuk masa yang lama.
Diantara ketiga golongan penicillin ini , meticillin yang tersering menyebabkan
nefritis interstitialis, bahkan telah dikemukakan bahwa frekuensi kejadian efek samping
lebih tinggi dari yang disangka selama inl
Sefalosporin merupakan zat yang nefrotoksis, meskipun jauh lebih kurang dari
aminoglikosida dan polimiksin. Nefrotoksis terutama pada sefalodrin dosis 4
gr/hari,sefalosporin Iain dengan dosis terapi jauh kurang toksis dibandingkan dengan
sefalodrin, kombinasi dengan gentamisindan tobramisisn mempermudah nefrotoksis .
(9.10) Pada dasarnya nefrotoksisitas sefalosporin dikarenakan adanya dosis yang
berlebihan dan bila dikombinasikan dengan aminoglikosida dan meticillin (11).
Mekanisme nefrotoksis melalui reaksi iskemia dan endotoksemia serta renal cortex
mitochondria injury
Betalaktam lain umumnya mempunyai efek nefrotoksis yang hampir sama dengan
golongan penisillin dan sefalosporin

7. VANCOMISIN
Merupakan antibiotika yang dihasilkan oleh streptomises orientalis,yang tidak
dapat diserap oleh saluran cerna, karenanya hanya diberikan intravena untuk
mendapatkan efek sistemik. Obat ini sangat toksis, Obat ini hanya dipakai kalau Obat
yang lain alergi. Uremia yang fatal bila pemberiannya dosis besar, terapi yang lama, atau
diberikan pada gangguan ginjal, karena itu perlu monitoring yang sangat ketat. Pemakain
sekarang biasanya sudah dengan bentuk lain yaitu dalam bentuk kombinasi dengan Dmannitol dan makrogol 400(PEG 400) , dimana efek nefrotoksinya jauh berkurang.
Mekanisme kerusakan ginjal akibat vancomisin melalui kerusakan glomerulus yaitu
delatasi Bowman,s space dan hipertrofi glomerulus. Sedangkan di tubulus dapat berupa
delatasi tubulus renalis, nekrosis atau dergenerasi epitel tubulus dan adanya silinder hialin
dalam tubulus.
Sumber :Shofa Chasani, 2008, Antibiotik Nefrotoksik : Penggunaan Pada Gangguan Ginjal,
Ilmu Penyakit Dalam FK Universitas Diponegoro/RS Dr Kariadi Semarang

Anda mungkin juga menyukai