4.
terapi,
Monitoring prodksi air kemih dan mulai pemberian cairan yang adekuat
serta terapi elektolit khususnya pada kalium dan NaCl serta Calsium dan magnesium
5.
2. GOLONGAN SULFONAMID.
Penggunaan obat golongan sulfonamid meningkat dengan adanya AIDS, bila
dikombinasikan dengan beberapa obat dapat digunakan untuk pengobatan malaria (
sulfadoksin dan pyrimethamine )
Hampir semua obat golongan sulfonamid diekskresikan melalui ginjal, baik dalam
bentuk asetil maupun bentuk bebas. Masa paruh obat tergantung dari fungsi ginjal,
karenanya hans diperhatikan bila fungsi ginjal terganggu.
Spektrum nefrotoksisitasnya meliputi: nefritis interstitial akut,arteritis nekrotikan,
gangguan ginjal akut akibat anemia hemolitik pada pasien dengan defisiensi G-6-PD dan
Gangguan ginjal akut akibat kristaluria pada pemakaian lama golongan sulfa ini.
Pencegahan dan pengobatan dapat dilakukan dengan :
a.
mempertahankan hidrasi yang adekuat (3 liter /hari) atau mempertahankan
jumlah uri tetap 1500 cc/hari 15)
b.
7,5
Pemeriksaan mikroskopis urin 2-3 kali seminggu untuk mendeteksi
hematuria.
d.
USG pada semua hematuria.
e.
Mengurangi dosis sulfa.
c.
Pemasangan ureteral stent atau dialisis bila perlu kalau tindakan bedah tak
memungkinkan.
f.
Golongan sulfa yang banyak menyebabkan gangguan ginjal antara lain sulfadiazine
dan kotrimoksazol. Walaupun demikian penggunaan obat golongan sulfa lain tetap hans
hati-hati.
3. AMPHOTERICIN B ( Am B)
Merupakan obat anti jamur yang efektif , tetapi efek nefrotoksis sangat banyak,
karenanya perlu perhatian khusus. Beberapa makalah melaporkan bahwa frekuensi
gangguan ginjal akut mencapai 49% dan 6570 Menurut Wingard dkk Lebih 50% pasien
secara signifikan kadar serum kreatinin meningkat dari sebelumnya, dan 15% darinya
membutuhkan dialisis.
Am-B bersifat hidrofilik sehingga mudah bercampur dengan membran sel epithel
dan meningkatkan permiabelitas. Hal ini akan merusak sel endotel yang mengakibatkan
vasokonstriksi arteriole afferen dan efferen glomerulus dan menyebabkan penurunan
GFR dan berakibat terjadi oliguria Toksisitas terhadap tubulus tergantung dari efek
toksis langsung dan iskemik yang berkelanjutan. Untuk mencegah terjadinya nefrotoksis
dengan
a.
mencampur dengan intralipid, hal ini akan membuat efek seperti French
mayonnaise yang dapat menurunkan efek nefrotoksisitasnya.
b.
Dopamin agonist (2)
c.
Suplementasi garam, infus cairan garam fisiologis.
d.
Mengatur kecepatan infus.
e.
Dosis titrasi
4. RIFAMPISIN
Merupakan obat anti tuberkulosis yang mempunyai efek nefrotoksis dibandingan
dengan anti tuberkulosis Iainnya. Insiden nefrotoksis bervariasi antara 1,8% sampai 16
% dari semua kasus gangguan ginjal akut (GGA) .Kebanyakan GGA karena rifampsisn
akibat obat yang menginduce anemi hemolitik.
Lamanya terapi berperan penting, dilaporkan sesudah 2 bulan pengobatan ,
meskipun reaksi awal dapat ditemukan dalam 13 hari Pada kebanyakan kasus dengan
terapi suportif akan membaik dalam 3 minggu.
5. ACYCLOVIR
Merupakan obat anti Virus , bila diberikan lebih 500 mg/m2 intravena akan
menyebabkan nefrotoksis. Kelarutan yang rendah menyebabkan presipitasi intratubuler
dengan gejala obstruksi uropati dan hematuri.Pada pemeriksaan urin akan tampak
adanya kristal berbentuk jarum. Tampak adanya inflammasi pada daerah obstruksi di
tubulus.
Faktor risiko terjadinya nefrotoksis meliputi pengurangan volume cairan, adanya
gejala insuffisiensi ginjal, dan infus bolus yang cepat.
Biasanya penanganan yang tepat dapat memulihkan mendekati fungsi ginjal yang
normal dalam waktu 10 14 hari, walaupun kadang2 perlu dialisis.
6.GOLONGAN
LAINNYA.
PENICILLIN
SEFALOSPORIN
DAN
BETALAKTAM
7. VANCOMISIN
Merupakan antibiotika yang dihasilkan oleh streptomises orientalis,yang tidak
dapat diserap oleh saluran cerna, karenanya hanya diberikan intravena untuk
mendapatkan efek sistemik. Obat ini sangat toksis, Obat ini hanya dipakai kalau Obat
yang lain alergi. Uremia yang fatal bila pemberiannya dosis besar, terapi yang lama, atau
diberikan pada gangguan ginjal, karena itu perlu monitoring yang sangat ketat. Pemakain
sekarang biasanya sudah dengan bentuk lain yaitu dalam bentuk kombinasi dengan Dmannitol dan makrogol 400(PEG 400) , dimana efek nefrotoksinya jauh berkurang.
Mekanisme kerusakan ginjal akibat vancomisin melalui kerusakan glomerulus yaitu
delatasi Bowman,s space dan hipertrofi glomerulus. Sedangkan di tubulus dapat berupa
delatasi tubulus renalis, nekrosis atau dergenerasi epitel tubulus dan adanya silinder hialin
dalam tubulus.
Sumber :Shofa Chasani, 2008, Antibiotik Nefrotoksik : Penggunaan Pada Gangguan Ginjal,
Ilmu Penyakit Dalam FK Universitas Diponegoro/RS Dr Kariadi Semarang