Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : An. A

Alamat : Jln. Sugiharas 10/3 , Sidoarjo

Usia / Tgl. Lahir : 7 tahun / 09-04-2009

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan :-

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : SD

Status marital : Belum Kawin

Tanggal MRS : 15-04-2017

No. Rekam Medis : 1309076

B. Anamnesis

1. Keluhan Utama

- Panas

2. Riwayat Penyakit Sekarang

- Panas sejak 4 hari yang lalu

- Panas naik turun

- Batuk dan mual

- Makan dan minum sedikit

1
3. Riwayat Penyakit Dahulu

- Ada riwayat kejang

4. Riwayat Penyakit Keluarga

- Tidak ada

5. Riwayat Pengobatan

- Tidak ada

6. Riwayat Kebiasaan / Sosioekonomi / Psikososial

7. Riwayat Alergi Obat

Tidak ada

C. Pemeriksaan fisik

1. Status Generalis

a. Keadaan umum : Lemah

b. Kesadaran : Compos Mentis

c. GCS : 4-5-6

d. Vital sign

- Tekanan darah : 110/70 mmHg

- Nadi : 90 x/menit

- RR : 29 x/menit

- Suhu : 36,7 oC

e. Thorax : Cor S1 S2 Tunggal Teraba

Pulmo Vesikuler (+)

f. Abdomen : Bising Usus (+), Distended (-), Meteorismus (-)

g. Ekstremitas : Akral Hangat (+) Kekutan Motorik (+)

h. CRT < 2 Detik

2
D. Pemeriksaan Penunjang

Hasil Lab

- WBC : 3,93 x 103 uL

- RBC : 5,1 x 106 uL

- HB : 13,8 g/dl

- HCT : 40,6%

- PLT : 143 x 103 uL

E. Diagnosis

Dengue Fever

F. Planning

- Infus DS NS 17500 cc/24 jam

- Injeksi Methylprednisolon 3 x Ampul

- Injeksi Ondancentron 3 x 2.5 Ampul

- Infus Pamol 3 x 250 mg

- Larutan DL

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue

haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus

dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi

yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopeniadan diathesis

hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh

hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga

tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam

berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Suhendro, Nainggolan,

Chen, 2006).)

B. Etiologi

Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus

dengue, yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae.

Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30nm terdiri dari asam

ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4 x 106.

Terdapat 4 serotipe virus tipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan

DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam

berdarah dengue keempat serotype ditemukan di Indonesia dengan DEN-3

merupakan serotype terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotype

dengue dengan Flavivirus lain seperti Yellow fever, Japanese encephalitis

dan West Nile virus (Suhendro, Nainggolan, Chen 2006).


C. Derajat penyakit infeksi virus dengue

Untuk menentukan penatalaksanaan pasien infeksi virus dengue,

perlu diketahui klasifikasi derajat penyakit seperti tertera pada tabel.

D. Gejala Klinis

Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik,

atau dapat berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah

dengue atau sindrom syok dengue (SSD).

Pada umumnya pasien mengalami fase demam 2-7 hari, yang diikuti

oleh fase kritis selam 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam,

akan tetapi mempunyai risiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapat

pengobatan tidak adekuat (Kabra, Jain, Singhal, 1999).


E. Diagnosis

1. Anamnesis

Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan

dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut:

Nyeri kepala.

Nyeri retro-oebital.

Mialgia / artralgia.

Ruam kulit.

Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bending positif).

Leukopenia. dan pemeriksaan serologi dengue positif, atau

ditemukan pasien DD/DBD yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan

waktu yang sama (Kabra, Jain, Singhal, 1999).

2. Pemeriksaan fisik

Pada kasus fraktur, penanganan selalu dimula dari surveri primer

(ABC) yang dilanjutkan dengan survei sekunder secra menyeluruh.

Pemeriksaan fisik muskuloskeletal yang lengkap harus mencakup inspeksi

(look), palpasi (feel), dan lingkup gerak (move). Selan itu pemeriksaan arteri,

vena, dan nervus (AVN) juga penting untuk dilakukan (Kabra, Jain, Singhal,

1999)
3. Pemeriksaan penunjang

A. Laboratorium

Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka

demam dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah

trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relative disertai

gambaran limfosit plasma biru.

Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture)

ataupun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reserve

Transcriptase Polymerase Chain Reaction), namun karena teknik yang lebih rumit,

saat ini tes serologis yang mendeteksi adanya antibody spesifik terhadap dengue

berupa antibody total, IgM maupun IgG.

Parameter Laboratoris yang dapat diperiksa antara lain :

Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis

relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) > 15%

dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat.

Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.

Hematokrit: Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan

hematokrit 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam.

Hemostasis: Dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP

pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.

Protein/albumin: Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.

SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase): dapat meningkat.

Ureum, Kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.


Elektrolit: sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.

Golongan darah: dan cross macth (uji cocok serasi): bila akan diberikan transfusi

darah atau komponen darah.

Imuno serologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue. IgM:

terdeksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3, menghilang setelah 60-90

hari. IgG: pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi

sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke-2.

Uji III: Dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat pulang dari

perawatan, uji ini digunakan untuk kepentingan surveilans. (WHO, 2006)

B. Pemeriksaan radiologis

Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan

tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada

kedua hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral

dekubitus kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan). Asites dan efusi pleura

dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG. (WHO, 2006)

F. Tata laksana

1. Tanpa Penyulit

Penatalaksanaan DD atau DBD tanpa penyulit adalah

Tirah Baring

Makanan lunak dan bila belum nafsu makan diberi minuman 1,5 2

liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula, sirop, atau air tawar

ditambah garam
Medikomentosa yang bersifat simtomatis. Untuk hipereksia diberi

kompres, antipiretik golongan asetaminofen, eukinin , atau diporin

dan jangan diberikan asetosal karena bahaya perdarahan

Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi

sekunder

2. Dengan Penyulit

Pada pasien dengan tanda renjatan dilakukan

Pemasangan infus dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah

renjatan diatasi

Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernafasan

tiap jam, serta Hb dan Ht tiap 4-6 jam pada hari pertama, selanjutnya

tiap 24 jam (Noer, 1996)


DAFTAR PUSTAKA

Kabra, S.K., Verma, I.C., Arora, N.K., Jain, Y., Kalra, V. Dengue haemorrhagic

fever in children in Delhi. Bull World Health Organ, 1992;70:1058.

Noer S., Waspasji S., et al, ediktor. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid

I, Edisi 3, Jakarta, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonensia

Suhendro, Nainggolan, L., Chen, K., Pohan, H.T., 2006. Demam Berdarah

Dengue. In: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S.,ed.

Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta, Indonesia : 1709-1713

World Health Organization (WHO), 1997. Chapter 1, General consideration,

Dengue haemorrhagic fever: diagnosis, treatment, prevention and control. 2nd

edition.

World Health Organisation (WHO), 2006. Communicable Diseases : Fact

Sheet on Dengue Fever and Dengue Haemorrhagic Fever, WHO Regional Office for

South-East Asia 2009.

Anda mungkin juga menyukai