Anda di halaman 1dari 5

PERJANJIAN KERJASAMA

PEKERJAAN PEMBANGUNAN EXTENSION OFFICE PT. ASTARI NIAGARA


INDONESIA
No. 001/MAC-ANI/I/15
Pada hari ini, Senin tanggal Dua Lima Bulan Januari Tahun Dua Ribu Enam Belas
( 25-01-2016), yang bertandatangan dibawah ini :
1. Nama
Jabatan
Perusahaan
Alamat

:
: Direktur
: PT. ASTARI NIAGARA INDONESIA
: Jl. Raya Serang KM 9 No. 45
Tangerang - Banten

Dalam hal ini mewakili, dan sesuai jabatannya, bertindak untuk dan atas nama PT. ASTARI NIAGARA
INDONESIA, selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA.
2. Nama
Jabatan
Perusahaan
Alamat

:
:
:
:

Rusli Ignatius Suhendro


Direktur
PT. Mitra Artistika Cipta
Jl Kayu Putih Utara IA No 8
Jakarta Timur

Dalam hal ini mewakili, dan sesuai jabatannya, bertindak untuk dan atas nama PT. Mitra Artistika Cipta,
selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.
Kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan dan menandatangani Perjanjian Kerjasama (selanjutnya
disebut sebagai (Perjanjian) untuk melaksanakan pekerjaan Pembangunan Extension Office PT. ASTARI
NIAGARA INDONESIA, yang beralamat di Jalan Raya Serang KM 9 No. 45, Tangerang - Banten dengan
ketentuan serta syarat-syarat sebagaimana tercantum dalam pasal-pasal :
Pasal 1
DASAR PENUNJUKKAN PEKERJAAN
1. PIHAK PERTAMA membutuhkan jasa pekerjaan pembanguanan Extension Office milik PIHAK
PERTAMA. Dengan ini menunjuk PIHAK KEDUA untuk memberikan jasa pekerjaan pembangunan
Extension Office.
2. PIHAK KEDUA dengan ini menerima penunjukan tersebut dan akan memberikan jasa
pembangunan Extension Office.
3. Rencana Anggaran Biaya yang telah disepakati bersama pada tanggal 18 Januari 2016 yang
menjadi satu kesatuan dengan Perjanjian ini, dalam surat penawaran PIHAK KEDUA nomor
sesuai dengan Surat Perintah Kerja nomor : ______________________

Pasal 2
LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan Sipil Arsitektur pada Proyek tersebut diatas, sebagaimana terinci dalam Rencana Anggaran
Biaya ( Terlampir ) yang menjadi satu kesatuan dengan Perjanjian ini.

Pasal 3
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. PIHAK KEDUA melaksanakan pekerjaan terhitung sejak tanggal 25 Januari 2016 dan selesai
sampai dengan 25 Juni 2016 kecuali ditentukan lain oleh Para Pihak.
2. PIHAK KEDUA dengan persetujuan PIHAK PERTAMA dapat mengajukan penambahan waktu kerja bila
terjadi atau terdapat Pekerjaan Tambahan.

Pasal 4
TANGGUNG JAWAB
1. Pekerjaan yang diterima oleh PIHAK KEDUA seluruhnya :
a. Tidak boleh diborong/diberikan kepada Pihak Ketiga
b. Tidak boleh diserahkan kepada orang lain
2. Apabila terdapat kepastian bahwa pekerjaan tersebut oleh PIHAK KEDUA diborongkan atau
diserahkan kepada pihak lain, maka PIHAK PERTAMA memperingatkan secara tertulis kepada PIHAK
KEDUA untuk mengembalikan keadaan semula dengan surat perjanjian dan apabila ternyata dalam
jangka waktu yang ditentukan oleh PIHAK PERTAMA surat peringatan tidak diindahkan maka PIHAK
PERTAMA mengadakan perhitungan, berhak membatalkan surat perjanjian ini tanpa ada tuntutan
apapun juga dari PIHAK KEDUA. Selanjutnya PIHAK PERTAMA memberikan pekerjaan tersebut
kepada pemborong lain.
3. Pengunaan sub kontraktor hanya diperkenankan bilamana dalam pelaksanaan pekerjaan
menghendaki keahlian khusus yang mana keahlian tersebut tidak dimiliki oleh PIHAK KEDUA

Pasal 5
MASA PEMELIHARAAN
1. Masa Pemeliharaan (Retensi) hasil pekerjaan ditetapkan selama 365 (tiga ratus enam puluh
lima) Hari Kalender, dimulai dari tanggal Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Pertama
(BAST-I)
yang ditandatangani oleh KEDUA BELAH PIHAK.
2. Pada akhir Masa Pemeliharaanakan dikeluarkan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Kedua (BASTII) yang ditandatangani oleh KEDUA BELAH PIHAK.
3. Selama Masa Pemeliharaan tersebut PIHAK KEDUA wajib untuk mengerjakan perbaikan
pembetulan dan penyempurnaan terhadap pekerjaan yang kurang baik dan cacat-cacat yang
bukan disebabkan oleh karena Pemakaian PIHAK PERTAMA. Apabila PIHAK KEDUA tidak
melaksanakan perbaikan tersebut diatas maka PIHAK PERTAMA dapat menugaskan pekerjaan
perbaikan tersebut kepada PIHAK KETIGA dengan biaya perbaikan tersebut dibebankan kepada
PIHAK KEDUA.

Pasal 6
SIFAT PERJANJIAN
1. Nilai perjanjian
Mengikat sampai pekerjaan selesai kecuali terdapat penambahan atau
pengurangan pekerjaan.
2. Perubahan-perubahan yang merupakan penambahan dan / atau pengurangan pekerjaan hanya
dianggap sah sesudah mendapat perintah tertulis dari PIHAK PERTAMA dan atas persetujuan
PIHAK KEDUA, dengan menyebutkan jenis dan perincian pekerjaan secara jelas.
3. Perhitungan penambahan dan / atau pengurangan pekerjaan dilakukan atas dasar harga satuan
Perjanjian kecuali nilainya melebihi 10 % ( Sepuluh Persen ) dari Nilai Perjanjian maka harga satuan
disesuaikan dengan kesepakatan KEDUA BELAH PIHAK.
4. Untuk perubahan pekerjaan tersebut diatas, akan dibuat Perjanjian Tambahan atau ADDENDUM.

Pasal 7
PEMBAYARAN
1. Nilai Perjanjian untuk Pekerjaan tersebut dalam Pasal 2 adalah sebesar Rp.1.760.000.000,( Satu milyar tujuh ratus enam puluh juta rupiah,-), sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai
10%.
2. PIHAK PERTAMA akan membayar kepada PIHAK KEDUA dengan tatacara pembayaran sebagai
berikut :
a. Pembayaran pertama berupa Uang Muka sejumlah 10% ( sepuluh persen) dari total biaya
pelaksanaan pekerjaan.
b. Pembayaran selanjutnya berdasar Progress pekerjaan dan sesuai progress fisik lapangan,
minimal pencapaian progress 10% (uang muka akan dikurangi bertahap berdasarkan progress
yang akan di tagih).
c. Retensi 10% (sepuluh persen), dibayarkan 5% setelah 6 (enam) bulan masa pemeliharaan dan
5% di bayarkan setelah masa pemeliharaan selesai
3. Pembayaran dilakukan oleh PIHAK PERTAMA selambat-lambatnya 14 (Empat Belas) Hari
Kalender dari Tanggal penyerahan kwitansi oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA.
Pasal 8
KENAIKAN HARGA
Semua kenaikan harga dan upah selama masa pembangunan menjadi tanggungan PIHAK KEDUA
sepenuhnya, termasuk jika terjadi kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak). Kenaikan harga tersebut tidak
menjadi alas an untuk merendahkan kualitas pekerjaan.

Pasal 9
JAMINAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. PIHAK KEDUA menjamin dan menyanggupi untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dalam Perjanjian
ini, dalam keadaan baik dan sesuai dengan spesifikasi.
2. Bila terdapat kelalaian, kekurangan atau kerusakan pekerjaan yang dilaksanakan oleh PIHAK
KEDUA, maka PIHAK PERTAMA berhak menolak / tidak menerima dan selanjutnya PIHAK KEDUA
wajib mengganti, melengkapi dan / atau melakukan perbaikan sebagaimana mestinya dengan resiko
dan tanggung jawab PIHAK KEDUA.
3. Apabila pelaksanaan pekerjaan tersebut dalam Pasal 3 ini mengalami keterlambatan,
yang alasannya tidak bisa diterima oleh PIHAK PERTAMA, maka untuk keterlambatan
tersebut PIHAK KEDUA dikenakan denda 1 (satu Permil) per Hari dengan maksimum
denda adalah 5 % (Lima Persen) dari Nilai Perjanjian.
4. Dalam hal keterlambatan telah melebuhi 60 hari kalender maka PIHAK PERTAMA berhak
mengalihkan pekerjaan kepada PIHAK KETIGA tanpa persetujuan PIHAK KEDUA dan
segala biaya akad pengalihan tersebt akan diberikan pada PIHAK KEDUA.

Pasal 10
PERPAJAKAN YANG TERKAIT
PARA PIHAK tunduk dan taat pada Peraturan Perpajakan terkait dengan proses pembangunan yang berlaku
di Republik Indonesia.

Pasal 11
PERSELISIHAN DAN DOMISILI
1. Apabila terjadi perselisihan antara KEDUA BELAH PIHAK, pada dasarnya akan diselesaikan secara
musyawarah.

2. Dalam hal penyelesaian dengan cara musyawarah belum dapat diselesaikan, maka KEDUA BELAH
PIHAK sepakat untuk diselesaikan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
3. Selama proses perselisihan tidak dapat dijadikan alasan untuk menunda pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan jadwal waktu yang telah ditetapkan.
4. Segala macam biaya yang berkaitan dengan proses penyelesaian perselisihan di Pengadilan Negeri,
ditanggung oleh PIHAK yang dinyatakan harus membayar biaya sesuai yang diputuskan oleh
Pengadilan Negeri.

Pasal 12
FORCE MAJEURE / KEADAAN MEMAKSA
1. Yang dimaksud keadaan Force majeure adalah suatu keadaan yang dapat menimbulkan akibat
terhadap pelaksanaan pekerjaan yang tidak dapat diatasi baik oleh PIHAK PERTAMA maupun
PIHAK KEDUA karena diluar kesanggupan / wewenang seperti berikut :
a. Bencana alam ( gempa bumi, tanah longsor dan banjir )
b. Kebakaran ( yang bukan diakibatkan kesalahan / kecerobohan kerja PIHAK KEDUA )
c. Perang, huru hara dan epidemic berskala nasional
2. Apabila akibat dari adanya force majeure pekerjaan terpaksa harus dihentikan dan tidak dilanjutkan
lagi, maka kepada PIHAK KEDUA akan dibayar harga sebesar prestasi pekerjaan yang telah
dikerjakan. PIHAK KEDUA tidak berhak mengajukan tuntutan-tuntutan lain misalnya ganti rugi, dan
sebagainya.
3. Apabila terjadi keadaan memaksa, PIHAK KEDUA harus memberitahukan kepada PIHAK
PERTAMA secara tertulis selambat-lambatnya dalam waktu 2x24 jam sejak terjadinya keadaan
memaksa disertai dengan bukti-bukti yang sah, demikian juga pada waktu keadaan memaksa
berakhir.
4. Atas pemberitahuan PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA akan menyetujui atau menolak secara
tertulis keadaan memaksa itu dalam 3x24 jam sejak adanya pemberitahuan tersebut.

Pasal 13
KEAMANAN DAN KEBERSIHAN
1. PIHAK KEDUA wajib menjaga bahan, peralatan dan pekerjaannya di lokasi dari pencurian atau
kehilangan juga kerusakan.
2. Apabila terjadi kehilangan bahan, peralatan di lokasi pekerjaan yang disebabkan oleh kelalaian
PIHAK KEDUA maka biaya penggantian ditanggung oleh PIHAK KEDUA.
3. PIHAK KEDUA wajib menjaga kebersihan lokasi dan lingkungan selama pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 14
TENAGA KERJA
1. Jika terjadi kecelakaan pada saat pelaksanaan pekerjaan, maka PIHAK KEDUA wajib memberikan
pertolongan medis sepenuhnya terhadap korban, dan seluruh biaya yang ditimbulkannya
ditanggung PIHAK KEDUA.
2. PIHAK KEDUA diharuskan menempatkan seorang tenaga ahli sebagai pimpinan pelaksanaan
selama pekerjaan berlangsung.
3. PIHAK KEDUA wajib segera menggantikan tenaga ahli / pimpinan pelaksanaan pekerjaan apabila
dinilai oleh PIHAK PERTAMA kurang mampu / cakap dalam melaksanakan tugasnya.
4. PIHAK KEDUA harus mematuhi semua petunjuk / peringatan baik lisan maupun tulisan, serta
selalu koordinasi dengan Direksi lapangan dari PIHAK PERTAMA untuk mencapai tujuan dan
maksud dari SURAT PERJANJIAN KERJA ini.
5. PIHAK KEDUA harus mematuhi dan menaati semua peraturan dan tata tertib keselamatan kerja
dari Pemerintah Republik Indonesia.

Pasal 15
PENUTUP
1. Hal-hal yang tidak / belum cukup diatur dalam perjanjian ini, oleh KEDUA BELAH PIHAK telah
disepakati, untuk secara tersendiri dibuat dalam suatu Perjanjian Tambahan (ADDENDUM) yang
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan perjanjian ini.
2. Surat Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (Dua), masing-masing bermaterai dan mempunyai
kekuatan hukum yang sama.

PIHAK PERTAMA
PT. ASTARI NIAGARA INDONESIA

_________________
Direktur

PIHAK KEDUA
PT. MITRA ARTISTIKA CIPTA

Rusli Ignatius Suhendro


Direktur

Anda mungkin juga menyukai