Anda di halaman 1dari 8

SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN BORONGAN FISIK PADA RUMAH SAKIT YAYASAN BHAKTI UTAMA

NOMOR : 027/Y.BU-SP3/XII/2012 Pada hari ini ........, tanggal ................... ( .............................................................................), kami yang bertanda tangan di bawah ini I. NAMA Jabatan Nama Yayasan Alamat : ULUN MAULANA, SH. : Ketua Yayasan : BAKTI UTAMA : Dusun 02 Rt. 02 Rw. 02 Desa Gebang Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon

Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Yayasan Bhakti Utama, yang selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA II. NAMA Jabatan Nama Perusahaan Alamat : : : :

Dalam hal ini karena kedudukannya berhak mewakili atas nama PT............................................... yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA Dengan ini menyatakan telah setuju dan sepakat untuk mengikatkan diri dalam suatu perjanjian pelaksanaan pekerjaan pemborongan, dengan ketentuan dan syaratsyarat sebagaimana tercantum dalam pasal-pasal di bawah ini PASAL 1 TUJUAN PERJANJIAN PIHAK PERTAMA memberi pekerjaan kepada PIHAK KEDUA, dan PIHAK KEDUA menerima untuk melaksanakan pekerjaan Borongan Fisik milik Yayasan Bakti Utama Cirebon di Desa Melakasari Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon dengan sebaik-baiknya, sesuai uraian Pekerjaan & Spesifikasi Teknis yang dijelaskan dalam pasal 2, sehingga dapat diterima oleh PIHAK PERTAMA.

SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN (PEMBORONGAN)

Hal : -1-

PASAL 2 LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan yang dimaksud dalam Pasal 1 adalah Pekerjaan Borongan Fisik untuk Rumah Sakit Bhakti Utama milik Yayasan Bhakti Utama. PASAL 3 NILAI KONTRAK
1) Besar Nilai Kontrak pekerjaan tersebut dalam pasal 2 (dua) dalam perjanjian ini

adalah Sebesar Rp. ............................... 2) Harga terakhir dari nilai kontrak dan dihitung bersama berdasarkan dokumen teknis tertulis (RAB, GBR, SPEK, RKS). PASAL 4 CARA PEMBAYARAN 1) Pembayaran kepada PIHAK KEDUA dengan cara sebagai berikut a. Pekerjaan Borongan Fisik menyangkut volume 18 item. b. Down Payment sebesar 25% dikeluarkan pada saat Surat Perintah Mulai Kerja (SPL) diterima PIHAK KEDUA dan di counter bank garansi. c. Termin kedua sebesar 30% setelah pekerjaan mencapai 55%. d. Termin ketiga sebesar 30% setelah pekerjaan mencapai 85%. e. Termin keempat sebesar 10% setelah pekerjaan mencapai 100%. f. Retensi 5 % , masa pemeliharaan ditentukan selama 100 hari kalender untuk pemeliharaan struktur sipil mecanikal, elektrical dan 3 (Tiga) bulan untuk jaminan pemeliharaan mesin-mesin alat kesehatan (Alkes) selama pemeliharaan Pihak kedua wajib memperbaiki pekerjaan yang kurang sempurna. PASAL 5 JANGKA WAKTU PELAKSANAAN
1) Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan yang disebut dalam pasal 2 (dua) perjanjian ini

ditetapkan selama 2 (dua) tahun, terhitung maksimal 1 (satu) minggu sejak diterimanya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). 2) Penyelesaian tersebut dalam ayat I (satu) pasal ini tidak dapat diubah oleh PIHAK KEDUA, kecuali adanya keadaan memaksa seperti diatur dalam pasal 13 (tiga belas) Perjanjian ini, atau adanya perintah penambahan pekerjaan sesuai dengan pasal 11 (sebelas) dari perjanjian ini dan harus disetujui oleh PIHAK PERTAMA secara tertulis, bahwa waktu pelaksanaan ditambah.

SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN (PEMBORONGAN)

Hal : -2-

PASAL6 PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PROYEK


1) Pengendalian pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh Pelaksana Proyek yang

ditunjuk oleh PIHAK KEDUA. 2) Pelaksana pengawasan dilapangan dilakukan oleh Pengawas yang ditunjuk oleh PIHAK PERTAMA yakni Pimpinan Project Yayasan Bakti Utama atau Pengawas yang ditunjuk Pimpinan Project atas persetujuan Ketua Yayasan. PASAL 7 PELAKSANA PROYEK
1) Di tempat pekerjaan harus selalu ada wakil dari PIHAK KEDUA yang

ditunjuk sebagai Pimpinan Pelaksana yang mempunyai wewenang/kuasa penuh untuk mewakili PIHAK KEDUA dan dapat menerima/memberikan/memutuskan segala petunjuk-petunjuk dari PIHAK PERTAMA. 2) Apabila menurut pertimbangan PIHAK PERTAMA, Pimpinan Pelaksana/Tenaga Ahli yang ditunjuk oleh PIHAK KEDUA dianggap kurang/tidak memenuhi persyaratan yang diperlukan, maka PIHAK PERTAMA akan memberitahukan tersebut secara tertulis kepada PIHAK KEDUA, dan PIHAK KEDUA segera mengganti dengan Tenaga Ahli lain yang dianggap memenuhi persyaratan. PASAL 8 TENAGA KERJA DAN UPAH
1) Agar pekerjaan berjalan seperti yang ditetapkan. PIHAK KEDUA harus

menyediakan tenaga kerja yang cukup jumlahnya, keahlian dan ketrampilanya. 2) Ongkos-ongkos dan upah kerja untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut ditanggung oleh PIHAK KEDUA. PASAL 9 BAHAN DAN ALAT-ALAT
1) Bahan-bahan,

2) 3) 4)

5)

alat-alat dan segala sesuatunya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan pemborongan tanah urug merah disediakan oleh PIHAK KEDUA. PIHAK KEDUA wajib membuat tempat atau gudang yang baik untuk menyimpan bahan-bahan dan alat-alat tersebut guna lancarnya pekerjaan. PIHAK PERTAMA berhak menolak bahan-bahan dan alat-alat yang disediakan oleh PIHAK KEDUA. jika kualitasnya tidak kurang memenuhi persyaratan. Jika bahan-bahan dan alat-alat tersebut ditolak PIHAK PERTAMA maka PIHAK KEDUA harus segera memindahkan bahan-bahan dan alat-alat tersebut dari lokasi pekerjaan dan menggantinya dengan yang memenuhi persyaratan. Tidak tersedianya bahan-bahan dan alat-alat, tidak dapat dijadikan alasan untuk kelambatan pekerjaan.

SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN (PEMBORONGAN)

Hal : -3-

PASAL 10 KENAIKAN HARGA


1) Kenaikan harga bahan-bahan, alat-alat dan upah selama masa pelaksanaan

pekerjaan pemborong ini ditanggung sepenuhnya oleh PIHAK KEDUA 2) Pada dasarnya PIHAK KEDUA tidak dapat mengajukan tuntutan klaim atas kenaikan harga bahan-bahan, alat-alat dan upah, terkecuali apabila terjadi tindakan/kebijaksanaan pmerintah Republik Indonesia dalam bidang moneter, yang diumumkan secara resmi dan diatur dalam peraturan Pemerintah khusus untuk pekerjaan pemborong. PASAL 11 PEKERJAAN TAMBAH KURANG
1) Penyimpangan-penyimpangan dan atau pengubahan-pengubahan yang merupakan

penambahan atau pengurangan pekerjaan, hanya dianggap sah sesudah mendapat perintah tertulis dari PIHAK PERTAMA, dengan menyebutkan jenis dan rincian pekerjaan secara jelas. 2) Hitungan penambahan atau pengurangan pekerjaan dilakukan atas dasar harga yang disetujui oleh kedua belah pihak, jika tidak tercantum dalam daftar harga satuan pekerjaan. 3) Adanya pekerjaan tambah-kurang tidak dapat dipakai sebagai alasan untuk mengubah waktu penyelesaiaan pekerjaan, kecuali atas persetujuan tertulis Ketua Yayasan / PIHAK PERTAMA. 4) Pekerjaan tambah-kurang tersebut diatas dapat dibuat perjanjian tambahan (Addendum) PASAL 12 PENGHENTIAN DAN PEMUTUSAN KONTRAK 1) Penghentian Kontrak dapat dilakukan karena a. Pekerjaan sudah selesai dikerjakan b. Terjadinya hal-hal yang menyebabkan kedua belah pihak tidak dapat melaksanakan kewajibannya seperti yang di van dalam Surat Perjanjian Pemborongan ini dalam hal kontrak dihentikan, maka PIHAK PERTAMA wajib membayar kepada PIHAK KEDUA sesuai dengan prestasi atau kemajuan Pekerjaan yang telah dicapai. 2) Pemutusan Kontrak dilakukan bilamana a. PIHAK KEDUA cidera janji, tidak dapat memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur dalam kontrak, maka PIHAK KEDUA harus melunasi mengembalikan sisa Uang Muka, apabila pekerjaan yang dicapai kurang dari prosentase DP. b. Karena kelalaian PIHAK PERTAMA, maka PIHAK PERTAMA wajib mengganti kerugian yang menimpa PIHAK KEDUA.

SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN (PEMBORONGAN)

Hal : -4-

PASAL 13 KEADAAN MEMAKSA


1) Yang termaksud dalam keadaaan memaksa adalah peristiwa-peristiwa seperti

2)

3)

4)

5)

berikut: a) Bencana alam (gempa bumi, tanah longsor, dan banjir) b) Kebakaran c) Perang, huru-hara, pemogokan, pemberontakan dan epidemi yang secara keseluruhan ada hubungan langsung dengan penyelesaian pekerjaan pemborong ini. d) Peraturan pemerintah di bidang moneter yang pelaksanaannya diatur dengan ketentuan pemerintah, yang mempunyai akibat/hubungan langsung dengan pnyelesaian pekerjaan pemborong ini. e) Hal-hal yang dipandang perlu oleh pimpinan proyek dan menurut pertimbangan teknis pengunduran waktu dapat dibenarkan. Apabila terjadi keadaan memaksa PIHAK KEDUA harus memberitahukan kepada PIHAK PERTAMA secara tertulis selambat aambatnya dalam waktu 7 (tujuh hari) sejak terjadinya keadaan memaksa disertai bukti-bukti yang sah, demikian juga pada waktu keadaan memaksa berakhir. Atas pemberitahuan PIHAK KEDUA. PIHAK PERTAMA akan menyetujui atau menolak secara tertulis keadaan memaksa itu dalam jangka waktu 2 x 24 jam sejak pemberitahuan tersebut. Jika dalam jangka waktu 7 x 24 jam sejak adanya pemberitahuan PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA tentang keadaan memaksa tesebut, PIHAK PERTAMA tidak memberikan jawabannya, maka PIHAK PERTAMA dianggap menyetujui adanya keadaan memaksa tersebut. Bilamana keadaaan memaksa itu ditolak oleh PIHAK PERTAMA maka berlaku ketentuan pasal 5 (lima). PASAL 14 PENGAMANAN TEMPAT KERJA DAN TENAGA KERJA

1) PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas keamanan tempat kerja/tenaga kerja,

2)

3)

4)

5)

kebersihan halaman, bangunan-bangunan, gedung, alat-alat dan bahan-bahan bangunan selama pelaksanaan pekerjaan bertanggung. PIHAK KEDUA bertanggung jawab/wajib menyediakan sarana untuk menjaga keselamatan para tenaga kerja, guna menghindarkan bahaya yang mungkin terjadi pada saat melaksanakan pekerjaan. Jika terjadi kecelakaan pada saat pelaksanaan pekerjaan, maka PIHAK KEDUA diwajibkan memberi pertolongan kepada korban-korban dan segala biaya yang dikeluarkan sebagai akibatnya menjadi beban tanggung jawab PIHAK KEDUA PIHAK KEDUA wajib menyediakan tempat tinggal yang memenuhi syaratsyarat kesehatan dan ketertiban, dalam hal para tenaga kerjanya tinggal sementara di lokasi pekerjaan . Hubungan antara para tenaga kerja dengan PIHAK KEDUA sepanjang tidak diatur secara khusus, tunduk pada peraturan perburuhan yang berlaku.

SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN (PEMBORONGAN)

Hal : -5-

PASAL 15 LAPORAN
1) PIHAK KEDUA wajib membuat laporan berkala baik mengenai pelaksanaan

2)

3) 4)

5)

pekerjaan secara keseluruhan dan segala sesuatunya yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut dalam pasal I perjanjian ini. PIHAK KEDUA wajib membuat catatan yang jelas mengenai kemajuan pekerjaan yang telah dilaksanakan, dan jika diminta oleh PIHAK PERTAMA untuk keperluan pemeriksaan sewaktu-waktu dapat diserahkan. Segala laporan dan atau catatan tersebut dalam ayat I dan 2 pasal ini dibuat berbentuk buku harian yang telah disetujui Pimpinan Project. PIHAK KEDUA wajib membuat dan menyerahkan dokumen gambar foto proyek tentang pelaksanaan dan perkembangan. kegiatan hasii kerja dari tiap-tiap pos pekedaan yang dilaksanakan bagian pekerjaan sampai selesai. PIHAK KEDUA menunjukan kepada PIHAK PERTAMA gambar/foto dokumentasi perencanaan dan pelaksanaan mulai progress 0% - 100% PASAL 16 SANKSI DAN DENDA

1) Jika PIHAK KEDUA tidak dapat menyelesaikan pekerjaan pemborong sesuai

dengan jangka waktu pelaksanaan yang tercantum dalam pasal 5 perjanjian ini, maka untuk setiap hari keterlambatan PIHAK KEDUA membayar denda keterlambatan sebesar 1/1000 (Satu permit) dari harga borongan atau sebanyakbanyaknya sebesar 5% (lima Persen) dari harga borongan kepada PIHAK PERTAMA.. 2) Jika PIHAK PERTAMA tidak dapat menyelesaikan pembayaran kepada PIHAK KEDUA sesuai dengan jangka waktu pembayaran yang tercantum pads pasal 4 dalam surat perjanjian ini, maka untuk setiap hari keterlambatan PIHAK PERTAMA dari harga borongan atau sebanyak-banyaknya sebesar 5% (lima Persen) dari harga borongan kepada PIHAK KEDUA. 3) Denda-denda tersebut dalam ayat yang tersebut diatas akan diperhitungkan dengan kewajiban pembayaran PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA PASAL 17 RESIKO
1) Jika basil pekedaan PIHAK KEDUA musnah dengan cara apapun sebelum

pekejaan diserahkan kepada PIHAK PERTAMA, maka PIHAK KEDUA bertanggung jawab sepenuhnya, atas segala kerugian yang timbul kecuali jika PIHAK PERTAMA telah lalai untuk menerima basil pekerjaan tersebut. 2) Jika hasil pekerjaan PIHAK KEDUA sebagian atau seluruhnya musnah diluar kesalahan kedua belah pihak (akibat keadaan memaksa tersebut dalam pasal 13 perjanjian ini) sebelum pekerjaan diserahkan kepada PIHAK PERTAMA dan PIHAK PERTAMA tidak lalai untuk menerima/menyetujui basil pekerjaan
SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN (PEMBORONGAN)

Hal : -6-

tersebut, maka segala kerugian yang timbul akibat keadaan itu akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak secara musyawarah dan mufakat.
1) Jika pada waktu pelaksanaan pekerjaan terjadi kemacetan-kemacetan yang

diakibatkan tidak masuknya atau tidak tersedianya beban dan alat-alat karena semata-mata kesalahan PIHAK KEDUA. maka segala resiko akibat kemacetan pekerjaan tersebut pada dasarnya menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA. 2) Segala persoalan dan tuntutan tenaga kerja menjadi beban tanggung jawab sepenuhnya dari PIHAK KEDUA, atau dengan kata lain bahwa PIHAK KEDUA membebaskan PIHAK PERTAMA dari segal tuntutan para tenaga kerja yang berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan ini baik di dalam maupun diluar pengadilan. 3) Bilamana selama PIHAK KEDUA melaksanakan pekerjaan pemborong ini menimbulkan kerugian bagi PIHAK KETIGA, maka kerugian di tanggung sepenuhnya oleh PIHAK KEDUA 4) PIHAK KEDUA hanya bertanggung jawab atas pekerjaan yang dikerjakan. Untuk pekerjaan yang dikerjakan Pihak Lain menjadi tanggung jawab PIHAK PERTAMA. PASAL 18 PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1) Jika terjadi perselisihan antara kedua bela pihak, maka pada dasarnya akan

diselesaikan secara musyawarah. 2) Jika perselisihan itu tidak dapat diselesaikan secara musyawarah,maka akan diselesaikan oleh suatu panitia PENDAMAI yang berfungsi sebagai juri, dibentuk dan diangkat oleh kedua belah pihak yang terdiri dari : Seorang wakil dari PIHAK PERTAMA sebagai anggota. Seorang wakil dari PIHAK KEDUA sebagai anggota. Seorang wakil dari PIHAK KETIGA (sebagai ketua yang disetujui oleh kedua belah pihak) 3) Keputusan PANITIA PENDAMAI ini mengikat kedua belah pihak. dan biaya penyelesaian perselisihan yang dikeluarkan akan dipikul oleh kedua belah pihak. 4) Jika keputusan sebagaimana maksud ayat 3 pasal ini tidak dapat diterima oleh salah satu atau kedua belah pihak, maka perseisihan akan terus melalui Pengadilan Negeri Cirebon. PASAL 19 BEA MATERAI DAN PAJAK
1) Bea materai dan biaya-biaya lainnya yang timbul sebagai akibat adanya 2) Biaya-biaya lain yang berkaitan dewan peraturan daerah setempat termasuk pada biaya Ijin

perjanjian ini menjadi bebani tanggung jawab PIHAK KEDUA.

Mendirikan Bangunan, dan perijinan di Pemerintah Daerah Cirebon menjadi tanggung Jawab PIHAK PERTAMA.

SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN (PEMBORONGAN)

Hal : -7-

PASAL 20 LAIN-LAIN
1) Segala sesuatu yang belum diatur dalam Surat Perjanjian ini atau pengubahan-

pengubahan yang dipandang perlu oleh kedua belah pihak, akan diatur lebih lanjut Surat Perjanjian Tambahan (Addendum) dan merupakan perjanjian yang tidak terpisahkan dari Surat Perjanjian Ini.
2) Surat perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) yang seluruhnya bermaterai Rp.

6000,- dan mempunyai kekuatan hukum yang sama PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA. PASAL 21 PENUTUP
1) Bahwa segala sesuatu akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya, apabila

dikemudian hari ternyata terdapat kesalahan-kesalahan di dalam surat perjanjian ini. 2) Surat perjajian pemborongan ini ditandatangani oleh kedua belah pihak di Cirebon pada hari dan tanggal tersebut di atas.

Cirebon, .... ,..................2012 PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA


YAYASAN BHAKTI UTAMA

____________________

ULUN MAULANA, SH. Ketua Yayasan

Disetujui oleh Funder, Yayasan,

Diketahui

Komisaris

NURSYID, MS.

R.MAS SANUSI ALWI, SiP

SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN (PEMBORONGAN)

Hal : -8-

Anda mungkin juga menyukai