Anda di halaman 1dari 6

Pelanggaran HAM terhadap pembunuhan Munir

yang terjadi pada 7 September 2004

Kasus Pembunuhan Munir


Kasus pembunuhan Munir yang merupakan seorang
aktivis dan pejuang Hak Asasi Manusia, ia sangat di hormati
oleh para aktivis, LSM (Lembaga Sosial Masyarakat), hingga
dunia Internasional, Munir juga mendirikan komisi untuk
orang hilang dan korban kekerasan pada tanggal 16 April
1996. Pria keturunan Arab lulusan Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya, lahir di Malang, Jawa Timur pada
tanggal 8 Desember 1965, yang memiliki nama lengkap
Munir Said Thalib dan ia meninggal pada tanggal 7
September 2004 di Amsterdam, Belanda. Berikut adalah
kronologis pembunuhan Munir hingga proses pengadilan
tersangka pembunuhan.
Pada 6 September 2004 Munir menuju Amsterdam
untuk melanjutkan studi program master (S2) di Universitas
Utrecth Belanda. Munir naik pesawat Garuda Indonesia GA974 pada pukul 21.55 WIB menuju Singapura untuk
kemudian transit di Singapura dan terbang kembali ke

Amsterdam. Setelah tiba di Amsterdam pada pukul 00.40


waktu Singapura. Kemudian pukul 01.50 waktu Singapura
Munir kembali terbang dan menuju Amsterdam. Tiga jam
setelah pesawat GA-974 take off dari Singapura, Awak kabin
melaporkan kepada pilot Pantun Matondang bahwa seorang
penumpang yang bernama Munir yang duduk di kursi nomor
40G menderita sakit. Munir bolak balik ke toilet. Pilot
meminta awak kabin untuk terus memonitor kondisi Munir.
Munir pun dipindahkan duduk disebelah seorang penumpang
yang kebetulan berprofesi sebagai dokter yang juga berusaha
menolongnya. Penerbangan menuju Amsterdam menempuh
waktu 12 jam. Namun 2 jam sebelum mendarat 7 September
2004, pukul 08.10 waktu Amsterdam di bandara Schipol
Amsterdam, saat diperiksa Munir telah meninggal dunia.
Pada tanggal 12 November 2004 dikeluarkan kabar bahwa
polisi Belanda (Institut Forensik Belanda) menemukan jejakjejak senyawa arsenikum setelah otopsi. Hal ini juga di
konfirmasi oleh polisi Indonesia. Belum diketahui siapa yang
telah meracuni Munir, ada yang menduga bahwa oknumoknum tertentu memang ingin menyingkirkannya. Salah
satunya adalah kebencian para penguasa orde baru terhadap
gerakan Human Right Munir . Mereka penguasa yang
telah yang telah semena-mena menindas, membunuh, dan
membantai rakyak kecil mendapat perlawanan keras dari
Munir. Orang pertama yang menjadi tersangka pembunuhan

Munir adalah Pollycarpus Budihari Priyanto. Selama


persidangan, terungkap bahwa pada 7 September 2004,
seharusnya Pollucarpus sedang cuti. Lalu ia membuat surat
tugas palsu dan mengikuti penerbangan Munir ke
Amsterdam.
Kasus pembunuhan Munir semakin terkuak tatkala
Pollycarpus meminta Munir agar berpindah tempat duduk
dengannya. Sebelum pembunuhan Munir, Pollycarpus
menerima beberapa panggilan telepon dari sebuah telepon
yang terdaftar oleh agen intelijen senior. Dan pada akhirnya,
20 Desember 2005 Pollycarpus BP dijatuhi vonis 20 tahun
hukuman penjara. Meskipun sampai saat ini, Pollycarpus
tidak mengakui dirinya sebagai pembunuh Munir, berbagai
alat bukti dan skenario pemalsuan surat tugas dan hal-hal
yang janggal. Mahkamah Agung telah menjatuhkan putusan
dalam perkara No. 1185 K/Pid/2006. Selidik demi selidik,
akhirnya terungkap nomor yang pernah menghubungi
Pollycarpus dari agen Intelijen Senior adalah seorang mantan
petinggi TNI, yakni Mayor Jendral (Purn) Muchdi
Purwoprandjono. Muchdi PR ditangkap pada 6 juni 2008.
Lalu ia disidangkan di Pengadilan Negeri Jakarta dan pada
awal Desember 2008, Jaksa Penuntut Umum (JPU) kasus
pembunuhan Munir menuntut Muchdi PR dihukum 15 tahun
penjara. Muchdi PR terbukti menganjurkan dan memberikan
sarana kepada terpidana Pollycarpus Budihari Priyanto untuk

membunuh Munir. Usaha para jaksa membongkar kasus


pembunuhan dan menuntut pelaku pembunuhan kandas
ditangan majelis hakim PN Jakarta Selatan yang di ketuai
Suharto. Pada tanggal 31 Desember 2008, majelis hakim
memvonis bebas Muchdi PR atas keterlibatannya dalam
pembunuhan aktifis HAM.
Berdasarkan berkas-berkas kasus hukum Munir, antar
lain putusan-putusan pengadilan di setiap tingkatan,
kesaksian dipersidangan, berkas persidangan, dan berita
acara yang dibuat penyelidik. Eksaminasi memperoleh
temuan fakta yang menjadi bahan analisis eksaminasi ini:
bahwa Munir meninggal karena diracuni, penyebab kematian
adalah keracunan arsenic akut berdasarkan keterangan ahli
DR. Ridha Bhakri, kemungkinan arsenik dimasukkan pada
saat penerbangan Jakarta-Singapura. Bahwa benar
Pollycarpus menggunakan surat tugas palsu untuk berangkat
ke singapura, pada Blok Note milik Pollycarpus yang disita
oleh penyidik ditemukan skema susunan tempat duduk
pesawat yang dilingkari oleh Pollycarpus untuk bertukar
tempat dengan munir. Memang benar bahwa Pollycarpus
hanya beberapa jam saja berada di singapura, dan
Pollycarpus melakukan beberapa pembicaraan dengan
telepon dengan personil Badan Intelegen Negara, saksi
Kapten Karmae menjelaskan Pollycarpus berangkat tanpa
surat tugas dan tidak seijinnya. Sementara itu Mahkamah

Agung memutuskan terdakwa Pollycarpus bersalah


menggunakan surat palsu dan membebaskan diri dari
dakwaan pembunuhan berencana sehingga ini membuat
penanganan kasus pembunuhan Munir tidak juga bisa
diungkap secara lengkap.

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan kasus pembunuhan Munir
dapat disimpulkan bahwa Munir tewas dalam perjalanan
udara menuju Amsterdam, Belanda. Tewasnya Munir di
akibatkan oleh racun arsenik yang sangat mematikan,
dalam kasus pembunuhan Munir banyak sekali di temui
kejanggalan- kejanggalan sehingga kasusnya tidak
terungkap secara menyeluruh dan belum menemui titik
terang.

Saran
Upaya yang harus dilakukan pemerintah dalam
mengungkap kasus pembunuhan Munir , sebaiknya diusut
dan diselesaikan secara tuntas. Karena kasus pembunhan
Munir merupakan kasus pelanggaran HAM yang berat,
dikarenakan pengambilan hak hidup manusia. Agar tidak
terjadi kasus yang sama seperti yang dialami Munir, orang
yang sangat berpengaruh untuk Indonesia dan salah satu
orang yang menyuarkan HAM Indonesia. Para pelaku
sepatutnya mendapat hukuman yang seberat-beratnya atau
hukuman mati atas perbuatan yang dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai