KEJANG DEMAM
Disusun Oleh:
Fadhillah Syafitri Suhatril
1102011091
Pembimbing:
Dr. Isyanto, Sp.A
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang
dapat
nampak
sebagai
gangguan
atau
kehilangan
1
2
Cedera kepala
Merupakan penyebab tersering kejang didapat.
Fase akut atau sekuele dari susunan saraf pusat (infeksi intrakranial) yang
disebabkan oleh bakteri, virus, parasit.
Kejang biasanya merupakan gejala klinis pertama pada abses
serebrum. Infeksi yang terjadi di intrakranial dapat disebabkan oleh
berbagai macam mikroorganisme. Jika mengenai selaput otak disebut
meningitis, tetapi jika mengenai jaringan otak disebut encefalitis.
Dapat juga mengenai keduanya yang disebut meningoencephalitis.
Tumor otak
Tumor otak adalah kausa lain penyebab kejang didapat, terutama pada
pasien berusia antara 35 sampai 55 tahun. Kejang dapat merupakan gejala
pada tumor otak tertentu, khususnya meningioma, glioblastoma, dan
astrositoma. Tumor yang terletak supratentorium dan mengenai korteks
kemungkinan besar menyebabkan kejang. Insidensi tertinggi terjadi pada
tumor yang terletak di sepanjang sulkus sentralis disertai keterlibatan
daerah motorik. Semakin jauh tumor dari bagian ini, semakin kecil
kejang berulang.
Berbagai bahan toksik dan obat
Pada beberapa obat, kejang merupakan manifestasi efek toksik. Obat yang
berpotensi menimbulkan kejang adalah aminofilin, obat antidiabetes,
lidokain, fenotiazin, fisotigmin, dan trisiklik. Penyalahgunaan zat seperti
alkohol dan kokain juga dapat menyebabkan kejang.
II.3 Patofisiologi 5
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari
sebuah fokus kejang atau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu
keadaan patologik. Aktivitas kejang sebagian bergantung kepada lokasi lepas
muatan yang berlebihan tersebut. Lesi di otak tengah, talamus, dan korteks serebri
pengaktifan.
Neuron-neuron hipersensitif dengan ambang untuk melepaskan muatan
defisiensi GABA.
Ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam basa atau
elektrolit, yang mengganggu homeostasis kimiawi neuron sehingga terjadi
kelainan
pada
depolarisasi
neuron.
Gangguan
keseimbangan
ini
1. Kejang parsial
Kejang parsial dimulai di suatu daerah di otak, biasanya korteks
serebrum. Gejala kejang ini bergatung pada lokasi fokus di otak. Sebagai
contoh, apabila fokus terletak di korteks motorik, maka gejala utama mungkin
adalah kedutan otot; sementara, apabila fokus terletak di korteks sensorik,
maka pasien mengalami gejala gejala sensorik termasuk baal, sensasi
seperti ada yang merayap, atau seperti tertusuk-tusuk. Kejang sensorik
biasanya disertai beberapa gerakan klonik, karena di korteks sensorik terdapat
beberapa reprsentasi motorik. Gejala autonom adalah kepucatan, kemerahan,
berkeringat, dan muntah. Gangguan daya ingat, disfagia, dan deJa vu adalah
contoh gejala psikis pada kejang parsial. Sebagian pasien mungkin
mengalami perluasan ke hemisfer kontralateral disertai hilangnya kesadaran.
Lepas muatan kejang pada kejang parsial kompleks ( dahulu dikenal
sebagai kejang psikomotot atau lobus temporalis ) sering berasal dari lobus
temporalis medial atau frontalis inferior dan melibatkan gangguan pada
fungsi serebrum yang lebih tinggi serta proses-proses pikiran, serta perilaku
motorik yang kompleks. Kejang ini dapat dipicu oleh musik, cahaya
berkedip-kedip, atau rangsangan lain dan sering disertai oleh aktivitas
motorik repetitif involunta yang terkoordinasi yang dikenal sebagai perilaku
otomatis (automatic behavior). Contoh dari perilaku ini adalah menarik-narik
baju, meraba-raba benda, bertepuk tangan, mengecap-ngecap bibir, atau
mengunyah berulang-ulang. Pasien mungkin mengalami perasaan khayali
berkabut seperti mimpi. Pasien tetap sadar selama serangan tetapi umumnya
tidak dapat mengingat apa yang terjadi. kejang parsial kompleks dapat meluas
dan menjadi kejang generalisata.
2. Kejang Generalisata
Kejang generalisata melibatkan seluruh korteks serebrum dan
diensefalon serta ditandai dengan awitan aktivitas kejang yang bilateral dan
simetrik yang terjadi di kedua hemisfer tanpa tanda-tanda bahwa kejang
berawal sebagai kejang fokal. Pasien tidak sadar dan tidak mengetahui
keadaan sekeliling saat mengalami kejang. Kejang ini i muncul tanpa aura
atau peringatan terlebih dahulu. Terdapat beberapa tipe kejang generalisata
kelompok-kelompok
otot
yang
berlawanan
bergantian berkontraksi dan melemas sehingga terjadi gerakangerakan menyentak. Jumlah kontraksi secara bertahap berkurang
tetapi kekuatannya tidak berubah. Lidah mungkin tergigit; hal ini
terjadi pada sekitar separuh pasien ( spasme rahang da lidah ).
Keseluruhan kejang berlangsung 3 sampai 5 menit dan diikuti oleh
periode tidak sadar yang mungkin berlangsung beberapa menit
sampai selama 30 menit. Setelah sadar pasien mungkin tampak
kebingungan, agak stupor, atau bengong. Tahap ini disebut sebagai
periode pascaiktus. Umumnya pasien tidak dapat mengingat
kejadian kejangnya. Kejang tonik-klonik demam, yang sering
disebut sebagai kejang demam, paling sering terjadi pada anak
berusia kurang dari 5 tahun. Teori menyarankan bahwa kejang ini
7
darah
tekanan Menurunnya
darah
Meningkatnya
darah
kadar Disritmia
glukosa
Meningkatnya suhu pusat Edema
yang
menyebabkan
edema
paru serebrum
tubuh
nonjantung
Meningkatnya sel darah
putih
Tabel 2. Perbedaan Kejang dan Menyerupai Kejang
Keadaan
Kejang
Menyerupai kejang
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Onset
Lama serangan
Kesadaran
Sianosis
Gerakan ekstremitas
Stereotipik serangan
Lidah tergigit atau luka lain
Gerakan abnormal bola mata
Fleksi pasif ekstremitas
Dapat diprovokasi
Tahanan terhadap gerakan pasif
Bingung pasca serangan
Iktal EEG abnormal
Detik/menit
Mungkin gradual
Sering terganggu
Beberapa menit
Sering
Jarang terganggu
Sinkron
Jarang
Selalu
Asinkron
Sering
Jarang
Selalu
Sangat jarang
Jarang
Jarang
Gerakan hilang
Jarang
Hampir selalu
Hampir selalu
Selalu
Selalu
Tidak pernah
Selalu
II.5
1. Kejang demam
a. Definisi 6
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal>38oC),tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat, gangguan
elektrolit atau metabolit. Kejang disertai demam pada bayi berusia kurang dari 1
bulan tidak termasuk dalam kejang demam.
b. Insiden 2,3
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6
bulan sampai 5 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun
pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada
laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita
didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. Berdasarkan
laporan dari daftar diagnosa dari lab./SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr.
Soetomo Surabaya didapatkan data adanya peningkatan insiden kejang demam.
Pada tahun 1999 ditemukan pasien kejang demam sebanyak 83 orang dan tidak
didapatkan angka kematian (0 %). Pada tahun 2000 ditemukan pasien kejang
demam 132 orang dan tidak didapatkan angka kematian (0 %). Dari data di atas
menunjukkan adanya peningkatan insiden kejadian sebesar 37%. Jumlah
penderita kejang demam diperkirakan mencapai 2 4% dari jumlah penduduk di
AS, Amerika Selatan, dan Eropa Barat. Namun di Asia dilaporkan penderitanya
lebih tinggi. Sekitar 20% di antara jumlah penderita mengalami kejang demam
kompleks yang harus ditangani secara lebih teliti. Bila dilihat jenis kelamin
penderita, kejang demam sedikit lebih banyak menyerang anak laki-laki.
c. Etiologi 2,3
Etiologi dan pathogenesis kejang demam sampai saat ini belum diketahui,
akan tetapi umur anak, tinggi dan cepatnya suhu meningkat mempengaruhi
terjadinya kejang. Faktor hereditas juga mempunyai peran yaitu 8-22% anak yang
mengalami kejang demam mempunyai orang tua dengan riwayat kejang demam
pasa masa kecilnya.
10
aliran listrik
dari sekitarnya
Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1 derajat celcius akan mengakibatkan
11
waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat
terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya
sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan
bantuan neurotransmitter dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung
lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan
oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi
artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang
disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme
otak meningkat.
e. Klasifikasi kejang demam :5,6
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, membagi kejang demam menjadi dua:
a. Kejang demam sederhana (harus memenuhi semua kriteria berikut)
Berlangsung singkat
Umumnya serangan berhenti sendiri dalam waktu < 15 menit
Bangkitan kejang tonik, tonik-klonik tanpa gerakan fokal
Tidak berulang dalam waktu 24 jam
kejang parsial
Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam, anak sadar kembali di
antara bangkitan kejang.
tidak
menunjukkan kelainan
12
Menurut sub bagian syaraf anak FK-UI membagi tiga jenis kejang demam,
yaitu :
1. Kejang demam kompleks
Umur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun
Kejang berlangsung lebih dari 15 menit
Kejang bersifat fokal/multipel
Didapatkan kelainan neurologis
EEG abnormal
Frekuensi kejang lebih dari 3 kali / tahun
Temperatur kurang dari 39
2. kejang demam sederhana
Kejadiannya antara umur 6 bulan sampai dengan 5 tahun
Serangan kejang kurang dari 15 menit atau singkat
Kejang bersifat umum (tonik/klonik)
Tidak didapatkan kelainan neurologis sebelum dan sesudah kejang
Frekuensi kejang kurang dari 3 kali / tahun
Temperatur lebih dari 39
3. Kejang demam berulang
Kejang demam timbul pada lebih dari satu episode demam
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kejang demam
berulang antara lain:
13
Anamnesis
Adanya Kejang,jenis kejang,kesadaran, lama kejang
Suhu sebelum/saat kejang, frekuensi dalam 24 jam,interval, keadaan anak
pasca kejang,penyebab demam diluar infeksi susunan saraf pusat (gejala
infeksi saluran napas akut/ISPA, infeksi saluran kemih/ISK,otitis media
akut/OMA,dll)
Riwayat perkembangan,riwayat kejang demam dan epilepsi dalam
keluarga
Singkirkan
penyebab
mengakibatkan
kejang
gangguan
lainya
(misal
elektrolit,sesak
diare/muntah
yang
yang
mengakibatkan
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : apaka terdapat penurunan kesadaran,suhu tubuh : apakah
terdapat demam
Tanda rangsang menigeal : kaku kuduk, bruzinki I dan II,kernigue,laseque
Pemeriksaan nervus kranial
Tanda peningkatan tekanan intrakranial : ubun-ubun besar (UUB
membenjol, papil edema
Tanda infeksi diluar SSP : ISPA,OMA,ISK,dll
Pemeriksaan neurologis : tonus,motorik,reflex fisiologis,reflex patologis
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab
demam atau kejang. Pemeriksaan dapat meliputi dara perifer lengkap,gula
darah,elektrolit,urinalisis dan biakan darah,urin atau feses.
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Pada bayi kecil seringkali sulit
meneggakkan atau menyingkirkan diagnosa meningitis karena manifestasi
klinisnya tidak jelas. Jika yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu
dilakukan pungsi lumbal. Pungsi lumbal dianjurkan pada :
o Bayi usia kurang dari 12 bulan : sangat dianjurkan
o Bayi usia 12-18 bulan : dianjurkan
o Bayi > 18 bulan tidak dianjurkan
14
dikerjakan yaitu :
1. Memberantas kejang secepat mungkin
2. Pengobatan penunjang
3. Memberikan pengobatan rumatan
4. Mencari dan mengobati penyebab
1. Memberantas kejang secepat mungkin3,6,9
Tatalaksana Penghentian kejang akut dilaksanakan sebagai berikut :
Dirumah/prehospital
Penanganan kejang dirumah dapat dilakukan oleh orangtua dengan
pemberian diazepam per rektal dengan dosis 0,3-0,5mg/kgBB atau
secara sederhana bila berat badan < 10kg : 5mg sedangkan berat
badan >10kg : 10 mg. Pemberian dirumah maksimum 2kali dengan
15
perlahan-lahan
dengan
kecepatan
pemberian
dibagi
dalam
dosis.
Bila
kejang
belum
teratasi,berikan fenobarbital IV dengan dosis maksimum 1520mg/kg dengan kecepatan pemberian 100mg/menit. Awasi dan
atasi kelainan metabolik yang ada. Jika kejang berhenti,lanjutkan
dengan pemberian fenobarbital IV rumatan 4-5 mg/kg/hari dalam 2
dosis 12 jam kemudian.
Perawatan intensif-rumah sakit
Bila kejang belum berhenti,dilakukan intubasi dan perawatan
diruang intensif. Dapat diberikan salah satu dibawah ini :
o Midazolam 0,2mg/kg diberikan perlahan-lahan,diikuti infus
midazolam 0,001-0,002 mg/kg/menit selama 12-24 jam
o Propofol 1mg/kg selama 5 menit,dilanjutkan dengan 15mg/kg/jam diturunkan setelah 12-24 jam
o Pentobarbital 5-15mg/kg dalam 1 jam, dilanjutkan dengan
0,5-5mg/kg/jam
16
Diazepam 5-10mg/rektal
0-10 mnt
Hospital
Airway,
Breathing,
O2
circulation
Diazepam0,25-0,5mg/kg/iv/io
(Kecepatan 2mg/menit),max dosis
20mg
monitor
atau
Note: jika DIAZ recktal
1x Prehospital boleh
atau
rektal 1x
Note : aditional
5-10mg/kg/iv
IC
U
10-20
menit
Lorazepam 0,05-0,1
mgkkg/iv(rate<2mg/menit)
Fenitoin 20mg/kg/iv
(20menit/50ml NS),maks
1000mg
Tanda vital,
EKG,gula
darah,elektrolit
serum
(Na,K,Ca,Mg,cl),
20-30menit
Phenobarbitone 20mg/kg/iv
(rate >5-10min; max 1g)
30-60 menit
refrakter
17
Midazolam 0,2mg/kg/iv
bolus dilanjut infus 0,020,4mg/kg/jam
Pentotal-tiopental
5-8 mg/kg/iv
Propofol 15mg/kg/infusion
akan menggumpal
Sebagian besar kejang berhenti dalam waktu 15-20 menit setelah
pemberian
Dosis rumatan : 12-24 jam setelah dosis inisial
Efek samping : aritmia, hipotensi, kolaps kardiovaskular pada
pemberian IV yang terlalu cepat.
Fenobarbital
2. Pengobatan Penunjang
Pengobatan penunjang dapat dilakukan dengan memonitor jalan
nafas, pernafasan, sirkulasi dan memberikan pengobatan yang sesuai.
18
bisa
mengalami
vasokontriksi
yang
berlebihan
sehingga
19
3. Pengobatan Rumatan
Pengobatan rumatan diberikan jika kejang demam menunjukan ciri
sebagai berikut (salah satu) :
Kejang lama > 15 menit
Kelainan neurologis yang nyata sebelum/sesudah kejang :
hemiparesis, peresis Todd,palsi serebral, retradasi
mental,hidrosefalus.
Kejang fokal
Atau pengobatan rumatan dipertimbangkan jika :
Kejang berulang 2kali/lebih dalam 24 jam
Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
Kejang demam >/= 4 kali per tahun.
Pengobatan ini dibagi atas dua bagian, yaitu:
Profilaksis intermitten
Untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari, penderita
kejang demam diberikan obat campuran anti konvulsan dan antipiretika
yang harus diberikan kepada anak selama episode demam. Antipiretik
yang diberikan adalah paracetamol dengan dosis 10- 15mg/kg/kali
diberikan 4 kali sehari atau ibuprofen dengan dosis 5-10mg/kg/kali, 3-4
kali sehari. Antikonvulsan yang ampuh dan banyak dipergunakan untuk
mencegah terulangnya kejang demam ialah diazepam, baik diberikan
secara rectal dengan dosis 5 mg pada anak dengan berat di bawah 10kg
dan 10 mg pada anak dengan berat di atas 10kg, maupun oral dengan dosis
0,3 mg/kg setiap 8 jam. Profilaksis intermitten ini sebaiknya diberikan
sampai kemungkinan anak untuk menderita kejang demam sedehana
sangat kecil yaitu sampai sekitar umur 4 tahun. Fenobarbital,
karbamazepin dan fenition pada saat demam tidak berguna untuk
mencegah kejang demam.
20
pada
tatalaksana
kejang,kejang
berhenti
dengan
21
menghadapi
penderita
dengan
kejang
lama,
22
23
b. Klasifikasi 6
Menurut etiologi
1. Epilepsi Idiopatik
2. Epilepsi Simtomatik/ sekunder : cedera kepala, gangguan metabolik dan
gizi,faktor toksik,ensefalitis, hipoksia,gangguan sirkulasi,gangguan
keseimbangan elektrolit (terutama hiponatremia dan hipokalsemia).
c. Faktor Pencetus
Faktor-faktor pencetusnya dapat berupa :
Kurang tidur
Stress emosional
Infeksi
Obat-obat tertentu
Alkohol
Perubahan hormonal
Terlalu lelah
Fotosensitif
d. Diagnosis3
Untuk menentukan apakah seorang menderita bangkitan kejang
atau epilepsi biasanya tidak sukar, asal kita dapat menyasikkan sendiri
serangan tersebut atau dapat memperoleh anamnesis yang dapat dipercaya.
Anamnesis
Mengenai bangkitan kejang yang timbul perlu diketahui mengenai
pola serangan,keadaan sebelum ,selama dan sesudah serangan,lamanya
serangan,frekuensi serangan, waktu serangan terjadi dan faktor-faktor atau
keadaan yang dapat memprovokasi serangan(misal melihat TV, bernafas
dalam,
lapar,letih,menstruasi,obat-obat
tertentu
dan
sebagainya).
24
25
untuk
melihat
gambaran
sistem
ventrikel,sisterna,
rongga
e. Pengobatan 8
Pengobatan kausal
Pada tiap penderita epilepsi harus diselidiki apakah ia menderita
penyakit yang masih aktif,misal tumor serebi,hematome subdural kronik.
Bila demikian kelainan tersebut harus diobati. Pada sebagian epilepsi kita
tidak menemukan adanya lesi, dalam hal ini kita mengobati terhadap
gejala epilepsinya.
Pengobatan rumatan3
Penderita epilepsi umumnya cenderung untuk mengalami serangan
kejang secara spontan,tanpa faktor provokasi yang kuat atau nyata. Tidak
dapat diramalkan pula kapan bangkitan kejang akan timbul. Timbulnya
serangan kejang ini harus dicegah,karena hal itu dapat menimbulkan
cidera atau kecelakaan, disamping itu kejang itu sendiri dapat
mengakibatkan keusakan otak. Untuk maksud ini pada penderita epilepsi
diberi obat antikonvulsi secara rumat.
Obat
Bentuk Kejang
Fenobarbital
Dilantin
Dosis (mg/kgbb/hari)
3-8
5-10
kecuali petit
Mysoline
mal,mioklonik,akinetik
Semua bentuk kejang
12-25
(pirimidone)
Zarontin
20-60
(etosuksimid)
Diazepam
Diamox
0,2-0,5
10-90
(asetasolamid)
Prednison
Dexametason
Adrenokortik
Spasme infantil
Spasme infantil
Spasme infantil
2-3
0,2-0,3
2-4
otropin
Pengobatan masa akut3
Status konvulsi atau status epeleptikus ialah keadaan dengan
serangan kejang yang berlangsung secara berurut-turut,serangan berikut
sudah mulai sebelum pasien sadar dari serangan sebelumnya. Status
konvulsi merupakan suatu kegawatdaruratan sehingga dapat menyebabkan
kematian atau cacat diotak. Tatalaksana status konvulsi sama dengan
tatalaksana kejang.
Prognosis7
Pasien epilepsi yang berobat teratur, 1/3 akan bebas dari serangan
paling sedikit 2 tahun dan bisa lebih dari 5 tahun sesudah serangan terakhir
obat dihentikan,pasien tidak mengalami kejang lagi,dikatakan telah
mengalami remisi. Diperkirakan 30% pasien tidak mengalami remisi
meskipun minum obat dengan teratur. Sesudah remisi, kemungkinan
munculnya serangan ulang paling sering didapat pada epilepsi tonik klonik
dan parsial kompleks. Demikian pula usia muda lebih sering mengalami
relaps sesudah remisi.
27
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
III.1 Kesimpulan
28
Kejang
kematian
Kejang pada anak dapat terjadi dengan berbagai macam etiologi yaitu
dan Epilepsi
Sekitar 3% dari
akibat demam).
Satu dari setiap 100 anak yang pernah mengalami kejang akan mengalami
epilepsi-berulang
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal>38oC),tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat,
mengobati penyebab
Prognosis kejang dapat menyebabkan kematian, berulangnya kejang,
epilepsi(pada kejang demam),hemiparesis dan retradasi mental.
III.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA
1. Farmakologi dan Terapi ed. 5. Departemen Farmakologi dan Terapetik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta : Gaya Baru, 2007.
2. Lumbantobing S M. Kejang Demam (Febrile Convulsions). Jakarta : Balai
Penerbit FKUI, 2004.
29
30