Anda di halaman 1dari 3

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMA) NEGERI 4


LUBUKLINGGAU
Jl. Jayakarta 12 Lubuklinggau, Telp 6361612172

Lubuklinggau, 2 mei 2015


Nomor

: 299/smk21/2015

Lampiran : Perihal : Undangan Wali Murid


Yth. Orang Tua / Wali Murid
SMA Negri 4 Lubuklinggau
Assalamu'alaikum Wr. Wb., salam sejahtera bagi kita sekalian
Dalam rangka memperingati hari jadi SMA Negri 4 Lubuklinggau, Kami selaku pengurus
OSIS SMA Negri 4 Lubuklinggau akan melakukan acara peringatan dan santunan kepada
anak yatim piatu, kami mohon kiranya para Orang Tua / Wali Murid dapat berpartisipasi
acara tersebut, oleh karena itu kami mohon kehadirannya pada :
Hari / tanggal : Selasa / 20 mei 2015
Tempat
: Gedung serba Guna SMA Negri 4 Lubuklinggau
Acara
: Partisipasi dari Orang Tua / Wali Murid
Mengingat pentingnya acara tersebut, di mohon kehadirannya tepat pada waktunya, demikian
undangan ini, atas kehadiran dan partisipasinya kami mengucapkan terimakasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Mengetahui,
Kepada Sekolah SMA Negri4 Lubuklinggau
( Tanda tangan )
Syamsul Alam

Ketua OSIS
( Tanda tangan )
Adi Permana - See more at:

KEBAIKAN KECIL YANG BERMAKNA

Siapa sih yang akan merasa bahagia jika akan dihadapkan dengan ujian praktek yang sangat
susah? Itulah nasib Alyssa, sepertinya ujian seni musik -pelajaran yang tidak pernah ia
kuasai- akan menjadi hal yang mengerikan dalam hidupnya. Bagi seorang perfeksionis
macam Alyssa, seharusnya menguasai satu alat musik itu menjadi kewajiban. Namun
entahlah, ia tidak mungkin bermain pianika dalam band seni musiknya bersama temantemannya. Mereka bermain piano, menjadi vokalis, kecrekan, dan kahoon. Lalu apa yang
dimainkan Alyssa? Ah, awalnya, ia sangat tertarik mencoba bermain gitar. Tapi mungkin
karena belum waktunya ia bisa, permainan gitarnya pun masih di bawah rata-rata orang biasa
dengan suara jreng yang sangat gak-banget.
Terus gue main apaan dong, Sha? Alyssa cemberut, menggoyangkan tubuh Sasha yang
sedang sibuk mempersiapkan teks presentasinya.
Ya Main drum aja sana, yang Gellar bawa! ucapnya ketus, lalu kembali melanjutkan
kegiatannya yang sempat terganggu.
Alyssa menghela napas. Mau tidak mau, akhirnya ia pun berlatih dengan drum kecil milik
adik Gellar yang cowok tersebut bawa. Ia tidak dapat membayangkan dirinya, di hadapan
satu angkatan, akan bermain drum seperti ini. Tibalah saat kelompok mereka akan tampil.
Sasha sangat senang karena setelah ujian praktek seni musik ini, ia dapat tenang
mempersiapkan diri untuk presentasi. Berbanding seratus delapan puluh derajat dengan
Alyssa yang sangat pasrah dengan dirinya sendiri. Teman-temannya serta Alyssa menaiki
panggung untuk mempersiapkan. Sasha, dengan keyboardnya sudah sangat siap.
Gina dan Gellar sebagai vokalis pun sudah siap mental dan siap suara. Ranna sebagai pemain
kahoon dan Faza dengan kecrekannya sudah berada di posisi masing-masing. Sementara itu,
Alyssa masih galau memilih untuk menggunakan drum milik adik Gellar atau drum
sungguhan yang terlihat sangat sulit ia mainkan. Sepertinya, melihat yang dulunya adik
kelas mengingat Alyssa merupakan akselerasi, teman seangkatannya yang bertugas untuk
membantu persiapan pemain di panggung menghampirinya.
Lo main drum? tanya seorang kakak kelas tersebut, yang notabenenya merupakan kakak
kelas yang pernah Alyssa kagumi sewaktu dulu.
Iya Tapi gue gak bisa main drum. Alyssa berucap pelan, meratapi nasibnya yang terlalu
menyedihkan dan mengenaskan.
Oh, kalau bagian drum yang kanan ini Kakak senior yang bertanya kepada Alyssa tadi
pun menjelaskan ini-itu tentang drum, hingga ia meminjam alat pemukul drum untuk
memberikan contoh sambil menyanyikannya.

Entah apa yang harusnya dilakukan Alyssa, namun ia merasa sangat gugup serta khawatir
karena tidak bisa main drum dan sebentar lagi riwayat harga dirinya akan hancur -di satu sisi,
hatinya berbunga-bunga karena bisa berdekatan hingga diajari oleh senior yang pernah ia
kagumi. Penampilan mereka pun berakhir dengan Alyssa yang menahan malu setengah mati
karena sambil dilihat oleh senior yang pernah ia kagumi dan teman satu angkatan lainnya,
terlebih ada seseorang yang sangat ia benci di situ. Jika boleh Alyssa melenyapkan dirinya
saat itu juga, atau jika ia dapat pingsan, maka tentu saja dengan senang hati ia akan
melakukan itu.
Sayangnya, meski kita berhenti melakukan sesuatu, waktu tidak akan pernah berhenti. Meski
ia turun panggung dengan segenap rasa malu -tentu, sangat sangat malu- dan ingin
melenyapkan dirinya sendiri, di satu sisi lain, Alyssa sangat berterima kasih dengan senior
yang pernah ia kagumi tersebut dan teman-temannya karena telah membantunya, bahkan
hingga mengajarinya. Yah, meski kakak kelas tersebut mengajarinya hingga jungkir balik,
dapat dipastikan Alyssa tetap tidak akan mengerti cara bermain drum. Alyssa juga tahu,
bahwa mereka -orang yang membantu persiapan panggung- tidak hanya membantu persiapan
kelompoknya, tapi juga semua kelompok sebelumnya dan setelahnya nanti. Mereka rela
berbuat baik, membantu banyak orang, meski mereka tidak mendapatkan imbalan apa pun.
Apalagi, mereka juga membantu Alyssa yang bagaikan alien nyasar dari pluto.
Bagaimanapun, sesuai prinsip hidupnya, Alyssa akan tetap mengingat kebaikan dari
seseorang, sekecil apa pun itu. Gadis itu pun bertekad, suatu saat, ia akan membalas kebaikan
itu. Mungkin ia belum mengucapkan Terima kasih secara langsung, namun suatu saat,
Alyssa akan membalas kebaikannya. Atau mungkin, jika Alyssa tidak dapat membalasnya,
seseorang yang lain yang telah diutus Tuhan akan menjadi perantaranya. Orang baik itu,
ternyata sangat banyak. Namun, perlu diingat, menjadi orang baik itu tidak juga mudah.
Maka, cobalah untuk melakukan suatu kebaikan. Mungkin bagi kalian kebaikan tersebut
sangat kecil dan tidak berarti apa-apa, namun, bagi orang yang telah dibantu tersebut,
kebaikan kalian berarti segalanya.

Anda mungkin juga menyukai