Anda di halaman 1dari 19

PEMBAHASAN

1.PERENCANAAN
Menurut Luther Gullick, Perencanaan yang kata dasarnya rencana pada dasarnya
merupakan tindakan memilih dan menetapkan segala aktifitas dan sumber daya yang akan
dilaksanakan dan digunakan di masa yang akan datang untuk mencapai tujuan tertentu.
Perencanaan mengacu pada pemikiran dan penentuan apa yang akan dilakukan di masa
depan, bagaimana melakukannya, dan apa yang harus disediakan untuk melaksanakan
aktivitas tersebut untuk mencapai tujuan secara maksimal.
Fungsi dari perencanaan tersebut adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.

Menjelaskan berbagai masalah.


Menentukan prioritas masalah
Menentukan tujuan dan indicator keberhasilan
Mengkaji hambatan dan kendala
Menyusun rencana kerja operasioanal
Manfaat perencanaan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Mengurangi ketidakpastian serta perubahan pada waktu mendatang.


b. Dimungkinkan melakukan pilihan dari berbagai alternatif tindakan.
c. Mengarahkan perhatian pada tujuan.
d. Merupakan sarana untuk mengadakan pengawasan.
e. Memudahkan melakukan koordinasi diantara berbagai organisasi
f. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti, sehingga menghemat waktu, usaha dan dana.
Stephen

Robbins

dan

Mary

Coulter

mengemukakan

banyak

tujuan

perencanaan.Tujuan pertama adalah untuk memberikan pengarahan baik untuk manajer


maupun karyawan nonmanajerial. Dengan rencana, karyawan dapat mengetahui apa yang
harus mereka capai, dengan siapa mereka harus bekerja sama, dan apa yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan organisasi. Tanpa rencana, departemen dan individual mungkin akan
bekerja sendiri-sendiri secara serampangan, sehingga kerja organisasi kurang efesien. Tujuan
kedua adalah untuk mengurangi ketidakpastian. Ketika seorang manajer membuat rencana, ia
dipaksa untuk melihat jauh ke depan, meramalkan perubahan, memperkirakan efek dari
perubahan tersebut, dan menyusun rencana untuk menghadapinya. Tujuan ketiga adalah
untuk meminimalisir pemborosan.Dengan kerja yang terarah dan terencana, karyawan dapat

bekerja lebih efesien dan mengurangi pemborosan.Selain itu, dengan rencana, seorang
manajer juga dapat mengidentifikasi dan menghapus hal-hal yang dapat menimbulkan
inefesiensi dalam perusahaan.Tujuan yang terakhir adalah untuk menetapkan tujuan dan
standar yang digunakan dalam fungsi selanjutnya, yaitu proses pengontrolan dan
pengevalusasian. Proses pengevaluasian atau evaluating adalah proses membandingkan
rencana dengan kenyataan yang ada. Tanpa adanya rencana, manajer tidak akan dapat menilai
kinerja perusahaan.
Perencanaan, Menurut Newman perencanaan (planning) is deciding in advance what
is to be done. Sedangkan menurut A.Allen perencanaan yaitu planning is the determination
of a course of action to achieve a desired result.Pada dasarnya yang dimaksud dengan
perencanaan yaitu memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan apa (what) siapa (Who)
kapan (When) dimana (When) mengapa (why) dan bagaimana (How) .
1.

Unsur-unsur Perencanaan

Perencanaan yang baik harus dapat menjawab enam pertanyaan yang disebut sebagai unsurunsur perencanaan yaitu :

2.

a.

Tindakan apa yang harus dikerjakan

b.

Apa sebabnya tindakan tersebut harus dilakukan

c.

Dimana tindakan tersebut dilakukan

d.

Kapan tindakan tersebut dilakukan

e.

Siapa yang akan melakukan tindakan tersebut

f.

Bagaimana cara melaksanakan tindakan tersebut.

Sifat Rencana Yang Baik Rencana yang baik harus memuat sifat-sifat sebagai

berikut :
a.

Pemakaian kata-kata yang sederhana dan jelas dalam arti mudah dipahami oleh yang

menerima sehingga penafsiran yang berbeda-beda dapat ditiadakan.


b.

Fleksibel, suatu rencana harus dapat menyesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya bila

ada perubahan keadaan maka tidak semua rencana dirubah dan dimungkinkan diadakan
penyesuaian-penyesuaian saja. Sifatnya tidak kaku harus begini dan begitu walaupun keadaan
lain dari yang direncanakan.
c.

Stabilitas, tidak perlu setiap kali rencana mengalami perubahan jadi harus dijaga

stabilitasnya setiap rencana harus ada dalam perimbangan.

d.

Ada dalam perimbangan berarti bahwa pemberian waktu dan factor-faktor produksi

kepada siapa tujuan organisasi seimbang dengan kebutuhan.


e.

Meliputi seluruh tindakan yang dibutuhkan, jadi meliputi fungsi-fungsi yang ada dalam

organisasi.
3.

Proses Pembuatan Rencana

a. Menetapkan tugas dan tujuan, Antara tugas dan tujuan tidak dapat dipisahkan, suatu
rencana tidak dapat difrmulir tanpa ditetapkan terlebih dahulu apa yang menjadi tugas dan
tujuannya. Tugas diartikan sebagai apa yang harus dilakukan, sedang tujuan yaitu suatu atau
nilai yang akan diperoleh.
b. Observasi dan analisa, Menentukan factor-faktor apa yang dapat mempermudah dalam
pencapaian tujuan (Observasi) bila sudah diketahui dan terkumpul, maka dilakukan analisa
terhadapnya untuk ditentukan mana yang digunakan.
c. Mengadakan kemungkinan-kemungkinan Faktor yang tersedia memberikan perencanaan
membuat beberapa kemungkinan dalam pencapaian tujuan. Dimana kemungkinan yang telah
diperoleh dapat diurut atas dasar tertentu, misalnya lamanya penyelesian, besarbya biaya
yang dibutuhkan efisiensi dan efektivitas dan lain sebagainya.
d.

Membuat sintesa Sintesa yaitu alternatif yang akan dipilih dari kemungkinan-

kemungkinan yang ada dengan cara mengawinkan sitesa dari kemungkinan-kemungkinan


tersebut. Kemungkinan-kemungkinan yang ada mempunyai kelemahan-kelemahan.

Tahap-tahap perencanaan :
a.

Perumusan tujuan, pada tahap ini penyusunan perencanaan harus merumuskan tujuan yang
hjendak di capai di masa yang akan datang.

b. Perumusan kebijaksanaan, yakni merumuskan bagaiaman usaha untuk mencapai tujuan yang
telah dirumuskan dalam bentuk tindakan-tindakan yang terkoordinir terarah dan terkontrol.
c.

Perumusan prosedur, yakni menentukan batas-batas dari masing-masing komponen


(sumberdaya).

d. Perencanaan skala kemajuan, merumuskan standar hasil yang yang akan diperoleh melalui
pelaksanaan aktivitas pada waktu tertentu.
e. Perencanaan bersifat menyeluruh, maksudnya setelah tahap a s/d d dirumuskan dengan baik.

Persyaratan yang dimaksud terdiri dari :


a. Harus didasarkan pada tujuan yang jelas, maksudnya semua komponen perencanaan
dikembangkan dengan berorientasi pada tujuan yang jelas.
b.

Bersifat sederhana, realistis, dan praktis, maksudnya perencanaan yang dibuat tidak

bersifat muluk-muluk.
c. Terperinci, maksudnya harus memuat segala uraian dan klasifikasi rangkaian tindakan yang
akan dilaksanakan.
d. Memiliki fleksibilitas artinya perencanaan yang dibuat tidak bersifat kaku.
e. Terdapat perimbangan antara unsure atau komponen yang terlibat dalam pencapaian tujuan.
f. Diupayakan adanya penghematan sumber daya serta kemungkinan diadakannya
sumberdaya tersebut di masa-masa aktivitas sedang berlangsung.
Diusahakan agar tidak terduplikasi dalam pelaksanaan.
Kegiatan seorang manejer adalah menyusun rencana. Menyusun rencana, berarti
memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan adalah
penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Pembatasan
yang terakhir merumuskan perencanaan merupakan penetapan jawaban kepada enam
pertanyaan berikut :
1)

Tindakan apa yang harus dikerjakan ?

2)

Mengapa tindakan itu harus dikerjakan ?

3)

Di manakah tindakan itu harus dikerjakan ?

4)

Kapankah tindakan itu harus dikerjakan ?

5)

Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu ?

6)

Bagaimana cara melaksanakan tindakan itu ?

Perencanaan yaitu proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk


mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi dan taktik
yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi. Di antara kecenderungan dunia
bisnis sekarang, misalnya, bagaimana merencanakan bisnis yang ramah lingkungan,
bagaimana merancang organisasi bisnis yang mampu bersaing dalam persaingan global, dan
lain sebagainya.

Proses Perencanaan terbagi atas 4 tahap, yaitu

a. Tahap 1 :
Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan.Perencanaan dimulai dengan keputusankeputusan tentang keinginan atau kebutuhan organisasi atau kelompok kerja. Tanpa rumusan
tujuan yang jelas, organisasi akan menggunakan sumber daya-sumber daya nya secara tidak
efektif.
b. Tahap 2:
Merumuskan keadaan saat ini. Pemahaman akan posisi perusahaan sekarang dari tujuan yang
hendak di capai atau sumber daya-sumber daya yang tersedia untuk pencapaian tujuan,
adalah sangat penting, karena tujuan dan rencana menyangkut waktu yang akan datang.
Hanya setelah keadaan perusahaan saat ini dianalisa rencana dapat dirumuskan untuk
menggambarkan rencana kegitan lebih lanjut. Tahap kedua ini memerlukan informasi terutama keuangan dan data statistik yang didapatkan melalui komunikasi dalam organisasi
c.

Tahap 3:
mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan. Segala kekuatan dan kelemahan serta
kemudahan dan hambatan perlu diidentifikasikan untuk mengukur kemampuan organisasi
dalam mencapai tujuan.Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor lingkungan intern dan
ekstern yang dapat membantu organisasi mencapai tujuannya, atau yang mungkin
menimbulkan masalah. Walaupun sulit dilakukan, antisipasi keadaan, masalah, dan
kesempatan serta ancaman yang mungkin terjadi di waktu mendatang adalah bagian esensi
dari proses perencanaan.
d. Tahap 4:
Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan. Tahap akhir
dalam proses perencanaan meliputi pengembangan berbagai alternatif kegiatan untuk
pencapaian tujuan, penilaian alternatif-alternatif tersebut dan pemilihan alternatif terbaik
(paling memuaskan) di antara berbagai alternatif yang ada.
Lima dasar pengklasifikasian rencana-rencana:
1. Bidang fungsional, mencakup rencana produksi, pemasaran, keuangan, dan personalia.
Setiap faktor memerlukan tipe perenanaan yang berbeda. Misal, rencana produksi akan
meliputi penrencanaan kebutuhan bahan, scheduling produksi, jadwal pemilharaan mesin,
dsb.

Sedang

rencana

pemasaran

berisi

target

pejualan,

program

promosi.

2. Tingkatan organisasional, termasuk keseluruhan organisasi atau satuan-satuan kerja


organisasi. Teknik-teknik dan isi perencanaan berbeda untuk tingkatan yang berbeda pula.

Perencanaan organisasi keseluruhan akan lebih kompleks dari pada perencanaan suatu satuan
kerja organisasi.
3.

Karakteristik-Karakteristik

(sifat)

rencana,

meliputi

faktor-faktor

kompleksitas,

fleksibilitas, keformalan, kerahasiaan, biaya, rasionalitas, kuantittif dan kualitatif. Misal


rencana pengembangan produk biasanya rahasia: rencana produksi lebih bersifat kuantitatif
dibanding rencana personalia.
4. Waktu, menyangkut rencana jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Semakin lama
rentangan waktu prediksi dan kejadian nyata, kemungkinan terjadinya kesalahan semakin
besar. Sebagai contoh, tingkat kepastian rencana pembangunan pabrik baru 10 tahun yang
akan datang, lebih rendah dibanding rencana untuk pindah kantor 2 minggu lagi.
5. Unsur-unsur rencana, dalam wujud anggaran, program, prosedur, kebijaksanaan, dan
sebgainya. Perencanaan meliputi berbagai tingkatan dan setiap tingkatan merupakan bagian
dari tingkatan yang lebih tinggi.Perencana ini berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan, seperti program pengiklanan, prosedur seleksi personalia, anggaran penelitian
dan pengembangan, dan seterusnya.
Ada dua tipe utama rencana:
1. Rencana-rencana strategik (strategic plans), yang dirancang memenuhi tujuan-tujuan
organisasi yang lebih luas mengimplementasikan misi yang memeberikan alasan khas
keberadaan organisasi
2. Rencana-rencana operasional (operational plans), penguraian lebih terperinci bagaimana
rencana-rencana strategik akan dicapai.
1.

Perencanaan Strategi
Perencanaan

Strategis

adalah

serangkaian

kegiatan

yang

bertujuan

untuk

mendapatkan kejelasan arah dan tujuan suatu organisasi.Dalam perencanaan tersebut


dilakukan analisis masalah, identifikasi potensi pemecahan masalah, dan menyusun program
dan kegiatan untuk mencapai tujuan. Perencanaan strategis berfokus pada pengembangan
suatu visi yang luas dan strategi khusus berdasarkan analisis komprehensif terhadap situasi
(meliputi kekuatan dan kelemahan) serta lingkungan termasuk peluang dan kecenderungan
atau trends dan mengembangkan kegiatan yang memiliki dampak terhadap masyarakat.
Richard A. Mittenthal dalam artikel berjudul Ten Keys To Successful Strategic Planning For
Nonprofit And Foundation Leaders menjelaskan bahwa perencanaan strategis telah lama

digunakan

sebagai

alat

untuk

mentransformasi

(transforming)

dan

merevitalisasi

(revitalizing) perusahaan, organisasi pemerintah dan organisasi non-permerintah.


Perencanaan strategis merupakan suatu proses berkelanjutan untuk memperbaiki
kinerja (performance) sebuah kelompok, komunitas atau organisasi akibat situasi krisis atau
konflik yang dialaminya dengan mengembangkan visi, tujuan, cara atau metode untuk
mencapainya. Memperbaiki sebuah tatanan yang telah rapuh akibat konflik sosial yang
berkepanjangan atau berbagai gejolak akibat perebutan kekuatankekuasaan membutuhkan
suatu

rencana

yang

memandang

perubahan

yang

lebih

baik,

positif

dan

berkelanjutan.Tuntutan dan kebutuhan untuk perubahan dituangkan dalam bentuk rencana


strategis sebagai arah, kebijakan dan panduan bagi pemangku kepentingan untuk
mewujudkannya. Dalam proses perencanaan strategis ditentukan arah, tujuan, nilai-nilai dan
keadaan komunitas, serta mengembangkan pendekatan pelaksanaan kegiatan untuk mencapai
target yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Dengan konsisten memfokuskan
perhatian pada visi dan tujuan yang lebih spesifik, perencanaan strategis menjadi alat untuk
merespon atau tanggap terhadap perubahan lingkungan
Fungsi dan Kedudukan Rencana Strategis
Menyadari pentingnya rencana strategi bagi suatu komunitas dalam mendukung
upaya perdamaian, maka seluruh pemangku kepentingan yang terlibat meliputi, pimpinan,
tokoh masyarakat, pemerintah, lembaga swadaya, termasuk pihak lainnya secara bersamasama dalam mengembangkan arah (sense of direction) dan mengidentifikasi prioritas isu atau
akar penyebab konflik yang akan diselesaikan. Dengan kata lain pengembangan visi, misi,
maksud (goal) dan tujuan (objective) yang akan dicapai merupakan konsensus bersama atau
sharing dari semua yang terlibat dalam proses perencanaan strategis.
Keberhasilan sebuah proses perencanaan strategis akan sangat tergantung kemampuan
masyarakat dalam membangun visi keberhasilan, membuat proyeksi dan harapan tentang
perubahan lingkungan ke depan. Perencanaan diuji dalam rentang waktu dan model
manajemen sumber daya yang tepat melalui analisis dan kajian secara komprehensifpartisipatif. Hal ini akan membantu masyarakat melakukan antisipasi dan merespon terhadap
perubahan yang terjadi melalui klarifikasi visi, misi, maksud dan tujuan, menyempurnakan
program, penggalangan dana, dan aspek operasi lainnya. Beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan agar perencanaan strategis sukses dalam penyelesaian masalah dan konflik
dalam jangka panjang sebagai berikut:

Program strategis sebagai pedoman komprehensif yang jelas untuk menghadapi


berbagai tantangan dan peluang eksternal.

Suatu penilaian komprehensif dan realistis dari keterbatasan dan kekuatan yang
dimiliki komunitas.

Menerapkan pendekatan inklusif yang mendorong berbagai pihak yang terlibat dalam
konflik untuk menentukan sukses di masa depan.

Suatu pemberdayaan komite perencanaan.

Keterlibatan dari pemimpin dan tokoh masyarakat.

Mempertajam

tanggung

jawab

seluruh

elemen

dalam

masyarakat

untuk

melaksanakannya.

Belajar dari praktek yang terbaik (Learning from best practices).

Prioritas dan rencana pelaksanaannya.

Komitmen para pemangku kepentingan untuk berubah.

Manfaat Rencana Strategis


Perencanaan strategis memiliki fungsi sebagai alat untuk menentukan arah dan tujuan
pembangunan terhadap perubahan dengan memperhitungkan kapasitas dan sumber daya yang
tersedia.Perencanaan disusun untuk mengantisipasi perubahan sebagai respon terhadap
dinamika perubahan dan kompleksitas lingkungan.Misalnya, sebagai akibat terjadi perubahan
dinamika masyarakat akibat bencana alam atau konflik sosial yang menuntut perbaikan
kehidupan masyarakat secara cepat mencakup pelayanan dasar, pemberdayaan ekonomi,
keamanan, kebutuhan lainnya, sementara sumberdaya semakin terbatas.
Rencana strategi sebagai perangkat manajemen untuk mencapai tujuan dan hasil
secara terukur.melalui perencanaan seluruh pemangku kepentingan secara periodik dituntut
melaksanakan kegiatan dalam mencapai tujuan dan menyempurnakan hasil (outcome). Dalam
banyak hal perbaikan hasil menuntut formulasi rencana yang memungkinkan sistem bekerja
dan fokus terhadap prioritas tuntutan secara efektif dan efisien. Rencana Strategis
memungkinkan organisasi atau pemerintahan mengembangkan sistem yang mampu secara

berkelanjutan melakukan perbaikan pada semua tingkatan termasuk mengendalikan dampak


dan resiko pembangunan itu sendiri.
Identifikasi profil kapasitas kelembagaan pemerintahan dalam kerangka penguatan
perdamaian menggambarkan bagaimana struktur pengelolaan pembangunan yang tanggap
terhadap dinamika konflik. Perencanaan bermanfaat untuk mengidentifikasikan keterbatasan
dan kekuatan kelembagaan yang terlibat dalam upaya membangun struktur masyarakat yang
lebih baik dan damai. Melalui proses perencanaan strategis masing-masing pihak baik
pemerintah, non-pemerintah, swasta, institusi informal, dan pihak lainnya menilai situasi
masyarakat saat ini untuk menentukan orientasi ke depan. Bagaimana lembaga masyarakat
mampu bekerja secara benar dan menilai hal-hal yang menjadi kekuatan dan
kelemahan. Memfokuskan visi dan tujuan masyarakat di masa depan. Perencanaan strategis
dapat membantu para pemangku kepentingan untuk menentukan arah terbaik masa
depannya.Perencanaan Strategis melibatkan usaha disiplin untuk mempertajam dan memandu
menentukan bagaimana keadaan komunitas, peran dan fungsi setiap unsur, dan pembagian
kerja. Disamping itu membantu mendapatkan informasi dalam secara mendalam, menggali
berbagai gagasan, menentukan alternatif, dan menghadapi implikasi masa depan secara
kreatif dengan keputusan yang diambil saat ini.
Mendorong komunikasi antarberbagai pihak yang terlibat dalam pembangunan.
Perencanaan strategis mendorong semua pihak yang terlibat dalam konflik untuk
menemukenali berbagai kebutuhan, kesamaan dan menghindari kesenjangan dan menyatukan
tujuan kemudian merencanakan masa depan sesuai dengan harapan bersama. Meskipun
sangat sulit mengambil keputusan dengan orang, kelompok, atau komunitas yang memiliki
perbedaan visi terhadap masa depan. Namun melalui perencanaan strategis hal ini dapat
diselesaikan secara partisipatif, terbuka dan komunikasi efektif, mengakomodasi tata nilai
dan keinginan yang berbeda, dan mencari pengambilan keputusan secara bertahap.
Memudahkan penerimaan (adaptable) dari berbagai kepentingan dan situasi yang
dinamis.Walaupun perencanaan strategis memerlukan pendekatan jangka panjang, tetapi juga
menggunakan metode untuk menentukan kemajuan, akses, validitas informasi dan
mempertahankan fleksibilitas rencana.Setiap keputusan yang telah diambil dalam bentuk
rencana tataruang dapat dikaji kembali atau disesuaikan sebagai respon terhadap perubahan
masyarakat, globalisasi, hubungan antarpihak dan manfaat dari peluang yang ada. Rencana
strategis mengatur target kinerja, pola kerjasama penilaian kemajuan program, membantu

membuat prioritas pembangunan, menyediakan pedoman pelaksanaan kegiatan, rencana


sumber dana (modal) dan penganggaran.
Penting untuk mendukung klien.Perencanaan Strategis menentukan hal-hal yang
diperlukan organisasi untuk memenuhi harapan penerima manfaat. Proses perencanaan
strategis memungkinkan anda melakukan identifikasi organisasi, kelompok, komunitas, dan
para pemangku kepentingan lain, serta terhadap kebutuhan dan harapan mereka.
Menentukan kebutuhan dan dukungan dana untuk mencapai tujuan. Berbagai sumber
dana memberikan perhatian terhadap fokus rencana yang realistis dan memiliki dampak
terhadap perubahan masyarakat secara menyeluruh. Rencana yang baik akanmenentukan
kebutuhan dana dan bagaimana memenuhinya. Banyak sumber pendanaan secara kuat
mendukung perencanaan strategis untuk memberikan dukungan secara kontinyu baik dari
pemerintah dan lembaga international lainnya. Banyak organisasi publik dan Negara donor
mensyaratkan adanya perencanaan strategis sebagai bagian dari aplikasi permintaan dana atau
bantuan hibah untuk kebutuhan pembangunan.
Komponen Program Strategis
Dalam merumuskan rencana strategis untuk komunitas dilakukan melalui proses atau
tahapan tertentu agar menghasilkan sebuah perencanaan pembangunan yang mencerminkan
kebutuhan nyata. Berbagai metode perencanaan pembangunan dikemukakan oleh para ahli
dengan memberikan panduan pelaksanaan dengan tahap-tahap kegiatan secara spesifik.
Secara prinsip terdapat beberapa tahapan yang harus dipenuhi dalam proses penyusunan
rencana strategis, yaitu: tahap identifikasi isu-isu penting melalui analisis masalah; penentuan
tujuan dan saran; perumusan visi, misi, program, dan strategi. Perencanaan strategis
memberikan kejelasan tentang apa yang sebenarnya ingin dicapai dan bagaimana
mencapainya. Perencanaan strategis menyediakan gambaran besar dari apa yang tujuan dan
prosedur pelaksanaannya.
2.

Rencana Operasional

Ada dua tipe rencana-rencana operasional.


a. Recana sekali pakai (single use plans) dikembangkan untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu dan tidak digunakan kembali bila telah tercapai.
- Rencana sekali pakai adalah serangkaian kegiatan terperinci yang kemungkinan tidak
berulang dalam bentuk yang sama diwaktu mendatang. Sebagai contoh, perencanaan
perusahaan untuk membangun gudang baru karena adanya perluasan usaha akan memerlukan

rencana sekali pakai khusus bagi proyek tersebut. Tipe-tipe pokok rencana sekali pakai
adalah program, proyek, dan anggaran.
- Program. Suatu program meliputi serangkaian kegiatan yang relatif luas.Program
menunjukkan; langkah-langkah pokok yang diperlukan untuk mencapai tujuan, satuan atau
para anggota organisasi yang yang bertanggung jawab atas setiap langkah, dan urutan waktu
setiap langkah.
- Proyek adalah rencana sekali pakai yang lebih sempit dan merupakan bagian terpisah dari
program.
- Anggaran adalah laporan sumberdaya keuangan yang disusun untuk kegiatan-kegiatan
tertentu dalam jangka waktu tertentu.
b. Rencana tetap (standing plans) merupakan pendekatan-pendekatan penganan situasi-situasi
yang dapat diperkirakan dan terjadi berulang-ulang.
Wujud umum rencana-rencana tetap antara lain:
- Kebijaksanaan. Suatu kebijakansanaan (policy) adalah pedoman umum pembuatan
keputusan. Kebijaksanaan merupakan batas bagi keputusan, menentukan apa yang dibuat.
Dengan cara ini kebijakan menyalurkan pemikiran para anggota organisasi agar konsisten
dengan tujuan organisasi.
- Prosedur standar. Kebijaksanaan dilaksanakan dengan pedoman-pedoman yang lebih
terperinci, disebut prosedur standar atau metoda standar atau sering dikenal sebagai
stadart oprating procedure (SOP). Suatu prosedur memberikan sejumlah instruksi yang
terperinci untuk pelaksanaan serangkaian kegiatan yang terjadi secara teratur.
- Aturan (rules atau regulations) adalah pernyataan (ketentuan) bahwa suatu kegiatan tertentu
harus atau tidak boleh dilakukan dalam situasi tertentu.
Hambatan-hambatan Perencanaan
A. Hambatan pembuatan rencana
- Kurang pengetahuan tentang organisasi
- Kurang pengetahuan tentang lingkungan
- Ketidakmampuan melakukan peramalan secara efektif
- Kesulitan perencanaan operasi-operasi yang tidak berulang
- Biaya
- Takut gagal

- Kurang percaya diri


- Ketidaksediaan untuk menyingkirkan tujuan-tujuan alternatif.
B. Penolakan terhadap perubahan
- Karena hal itu bertentangan dengan kepentingannya.
- Menghilangkan balas jasa atau kekuatannya seperti kekuasaan, karier, atau gengsi.
- Karena membatasi kebebasan karyawan untuk mengambil kegiatan kerja.
- Menghindari tugas yang tidak diinginkan atau
- Mereka tidak melihat nilai perubahan yang direncanakan.
Cara Mengatasi Hambatan
Manajer dapat mengatasi hambatan-hambatan perencanaan melalui penciptaan sistem
organisasi yang memudahkan penetapan tujuan perencanaan, baik yang dilakukan manajer
puncak maupun tingkat bawah. Hambatan dalam diri para perencana dapat diatasi dengan
memberikan berbagai bentuk bantuan secara individual
Sedangkan untuk mengurangi atau menghilangkan penolakan terhadap perencanaan
melibatkan para karyawan dalam proses perencanaan, mengembangkan pola perencanaan dan
implementasi yang efektif, memberikan lebih banyak informasi tentang rencana-rencana dan
segala konsekuensinya, serta bersikap hati-hati terhadap dampak perubahan yang diusulkan
para anggota organisasi dan meminimumkan gangguan-ganguan yang tidak perlu.

2 .EVALUASI
Evaluasi (bahasa Inggris:Evaluation) adalah proses penilaian. Dalam perusahaan,
evaluasi dapat diartikan sebagai proses pengukuran akan efektifitas strategi yang digunakan
dalam upaya mencapai tujuan perusahaan. Evaluasi adalah suatu proses yang teratur dan
sistematis dalam membandingkan hasil yang dicapai dengan tolak ukur atau kriteria yang
telah ditetapkan kemudian dibuat suatu kesimpulan dan penyusunan saran pada setiap tahap
dari pelaksanaan program (Azwar, 1996).
Evaluasi adalah
a) cara sistematis untuk belajar dari pengalamanpengalaman yang dimiliki dalam
meningkatkan perencanaan yang baik dengan melakukan seleksi yang cermat terhadap
alternatif yang akan diambil;
b) merupakan proses berlanjut dengan tujuan kegiatan pelayanan kesehatan menjadi
lebih relevan, efisien dan efektif;
c) proses menentukan suatu keberhasilan atau mengukur pencapaian suatu tujuan
dengan membandingkan terhadap standar/ indikator menggunakan kriteria nilai yang sudah
ditentukan;
d) didukung oleh oleh informasi yang sahih, relevan dan peka (WHO, 1990).
Tujuan evaluasi adalah meningkatkan mutu program, memberikan justifikasi atau
penggunaan sumber-sumber yang ada dalam kegiatan, memberikan kepuasan dalam
pekerjaan dan menelaah setiap hasil yang telah direncanakan. Suprihanto (1988), mengatakan
bahwa tujuan evaluasi antara lain:
a) sebagai alat untuk memperbaiki dan perencanaan program yang akan datang,
b) untuk memperbaiki alokasi sumber dana, daya dan manajemen saat ini serta dimasa
yang akan datang,
c) memperbaiki pelaksanaan dan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program
perencanaan kembali suatu program melalui kegiatan mengecek kembali relevansi dari
program dalam hal perubahan kecil yang terus-menerus dan mengukur kemajuan target yang
direncanakan.

Menurut Lavinghouze (2007), bahwa kegiatan evaluasi dilakukan untuk:


a) menyediakan pertanggungjawaban kegiatan kepada masyarakat, stakeholder, dan
lembaga donor;
b) membantu menentukan tujuan yang telah ditentukan pada perencanaan;
c) meningkatkan program implementasi;
d) memberikan kontribusi untuk pemahaman ilmiah tentang hasil suatu program; dan
e) meningkatkan kesadaran dan dukungan terhadap masyarakat, dan
f) menginformasikan kebijakan.
Sementara itu, menurut Hawe, et al. (1998), evaluasi proses dilakukan untuk:
1) Menilai pencapaian program;
2) Menilai kepuasan sasaran;
3) Menilai pelaksanaan aktivitas program;
4) Menilai tampilan komponen dan material program.
Berdasarkan ruang lingkupnya menurut Azwar (2000), evaluasi dapat dibedakan
menjadi empat kelompok yaitu :
1) evaluasi terhadap masukan

(Input) yang menyangkut pemanfaatan berbagai

sumber daya, baik sumber dana, tenaga dan ataupun sumber sarana;
2) evaluasi terhadap proses (process) lebih dititik beratkan pada pelaksanaan program,
apakah sesuai rencana, mulai dari tahap perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan;
3) evaluasi terhadap keluaran (output), evaluasi pada tahap akhir ini adalah evaluasi
yang dilakukan pada saat program telah selesai dilaksanakan(summative evaluation) yang
tujuan utamanya secara umum dapat dibedakan atas dua macam yaitu untuk mengukur
keluaran serta untuk mengukur dampak yang dihasilkan. Dari kedua macam evaluasi akhir
ini, diketahui bahwa evaluasi keluaran lebih mudah dari pada evaluasi dampak. Pada
penelitian ini yang akan dilihat adalah evaluasi keluaran
Ruang lingkup evaluasi dibedakan atas 4 kelompok, yaitu:
a) evaluasi terhadap masukan (input) meliputi pemanfaatan berbagai sumber daya,
sumber dana, tenaga dan sarana,

b) evaluasi terhadap proses (process) dititikberatkan pada pelaksanaan program,


apakah sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau tidak,
c) evaluasi terhadap keluaran (output) adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai,
d) Evaluasi terhadap dampak (impact) mencakup pengaruh yang timbul dari program
yang dilaksanakan.
Menurut Mantra (1997), evaluasi secara umum dibedakan atas :
a.

Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan pada saat merencanakan suatu program
dengan tujuan menghasilkan informasi yang akan dipergunakan untuk mengembangkan

b.

program agar program sesuai dengan masalah atau kebutuhan masyarakat.


Evaluasi proses adalah proses yang memberikan gambaran tentang apa yang sedang
berlangsung dalam suatu program dan memastikan keterjangkauan elemen fisik dan

c.

struktural dari program tersebut.


Evaluasi sumatif yaitu memberikan pernyataan efektif suatu program selama kurun waktu

tertentu dan dimulai setelah program berjalan.


d. Evaluasi dampak program yaitu menilai keseluruhan efektifitas program dalam menghasilkan
e.

target sasaran.
Evaluasi hasil yaitu menilai perubahan-perubahan atau perbaikan dalam hal morbiditas,
mortalitas atau indikator status kesehatan lainnya untuk sekelompok penduduk tertentu.
Dalam mengadakan sebuah proses evaluasi, terdapat beberapa hal yang akan dibahas
yaitu apa yang menjadi bahan evaluasi, bagaimana proses evaluasi, kapan evaluasi diadakan,
mengapa perlu diadakan evaluasi, dimana proses evaluasi diadakan, dan pihak yang
mengadakan evaluasi. Hal yang perlu dilakukan evaluasi tersebut adalah narasumber yang
ada, efektifitas penyebaran pesan, pemilihan media yang tepat dan pengambilan keputusan
anggaran dalam mengadakan sejumlah promosi dan periklanan.Evaluasi tersebut perlu
diadakan dengan tujuan untuk menghindari kesalahan perhitungan pembiayaan, memilih
strategi terbaik dari berbagai alternatif strategis yang ada, meningkatkan efisiensi iklan secara
general, dan melihat apakah tujuan sudah tercapai.Di sisi lain, perusahaan kadang-kadang
enggan untuk mengadakan evaluasi karena biayanya yang mahal, terdapat masalah dengan
penelitian, ketidaksetujuan akan apa yang hendak dievaluasi, merasa telah mencapai tujuan,
dan banyak membuang waktu.
Secara garis besar, proses evaluasi terbagi menjadi di awal (pretest) dan diakhir
(posttest). Pretest merupakan sebuah evaluasi yang diadakan untuk menguji konsep dan
eksekusi yang direncanakan. Sedangkan, posttest merupakan evaluasi yang diadakan untuk

melihat tercapainya tujuan dan dijadikan sebagai masukan untuk analisis situasi
berikutnya.Evaluasi dapat dilakukan di dalam atau diluar ruangan. Evaluasi yang diadakan di
dalam ruangan pada umumnya menggunakan metode penelitian laboratorium dan sampel
akan dijadikan sebagai kelompok percobaan. Kelemahannya, realisme dari metode ini kurang
dapat diterapkan. Sementara, evaluasi yang diadakan di luar ruangan akan menggunakan
metode penelitian lapangan dimana kelompok percobaan tetap dibiarkan menikmati
kebebasan dari lingkungan sekitar. Realisme dari metode ini lebih dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Untuk mencapai evaluasi tersebut dengan baik, diperlukan sejumlah tahapan yang
harus dilalui yakni menentukan permasalahan secara jelas, mengembangkan pendekatan
permasalahan, memformulasikan desain penelitian, melakukan penelitian lapangan untuk
mengumpulkan data, menganalisis data yang diperoleh, dan kemampuan menyampaikan hasil
penelitian.

MAKALAH
PENERAPAN FUNGSI PERENCANAAN
DAN EVALUASI

DI SUSUN OLEH
NAMA

: TRISNA HAYATI
NPM

PRODI

: D3-

D0G015001
SEKRETARI
MATA KULIAH : ASAS-ASAS
MANAJEMEN

UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN AJARAN 2015/2016

MAKALAH
TENTANG MANAJER DAN LINGKUNGAN
EKSTERNAL ORGANISASI

DI SUSUN OLEH
NAMA

: TRISNA HAYATI
NPM

PRODI

: D3-

D0G015001
SEKRETARI
MATA KULIAH : ASAS-ASAS
MANAJEMEN

UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN AJARAN 2015/2016

Anda mungkin juga menyukai