Anda di halaman 1dari 7

Definisi Hemoroid

Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah


anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis. Plexus hemorrhoidalis tersebut
merupakan jaringan normal yang terdapat pada semua orang yang berfungsi untuk
mencegah inkontinensia flatus dan cairan. Di bawah atau diluar linea dentate
pelebaran vena yang berada di bawah kulit (subkutan) disebut hemoroid eksterna.
Sedangkan diatas atau di dalam linea dentate, pelebaran vena yang berada di bawah
mukosa (submukosa) disebut hemoroid interna (Sudoyo, 2006; Ulima, 2012).
Anatomi dan Fisiologi
Bagian utama usus besar yang terakhir dinamakan rektum dan terbentang dari
kolon sigmoid sampai anus, kolon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan berbentuk
lekukan huruf S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri waktu kolon sigmoid bersatu
dengan rektum. Satu inci dari rectum dinamakan kanalis ani dan dilindungi oleh
sfingter eksternus dan internus. Panjang rektum dan kanalis ani sekitar 15 cm. Usus
besar secara klinis dibagi menjadi belahan kanan dan belahan kiri sesuai dengan
suplai darah yang diterimanya. Arteri mesentrika superior memperdarahi belahan
bagian kanan yaitu sekum, kolon asendens dan dua pertiga proksimal kolon
tranversum, dan arteria mesentrika inferior memperdarahi belahan kiri yaitu sepertiga
distal kolon transversum, kolon desendens dan sigmoid, dan bagian proksimal rektum.
Suplai darah tambahan untuk rektum adalah melalui arteria sakralis media dan arteria
hemoroidalis inferior dan media yang dicabangkan dari arteria iliaka interna dan aorta
abdominalis.
Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior melalui vena mesentrika
superior dan inferior dan vena hemoroidalis superior, yaitu bagian dari sistem portal
yang mengalirkan darah ke hati. Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan
darah ke vena iliaka dan merupakan bagian dari sirkulasi sistematik. Terdapat
anastomosis antara vena hemoroidalis superior, media dan inferior, sehingga

peningkatan tekanan portal dapat mengakibatkan aliran darah balik ke dalam venavena ini.
Terdapat dua jenis peristaltik propulsif : (1) kontraksi lamban dan tidak teratur,
berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke depan, menyumbat beberapa haustra;
(2) peristaltik massa, merupakan kontraksi yang melibatkan segmen kolon. Gerakan
peristaltik ini menggerakkan massa feses ke depan, akhirnya merangsang defekasi.
Kejadian ini timbul dua sampai tiga kali sehari dan dirangsang oleh refleks gastrokolik
setelah makan, khususnya setelah makanan pertama masuk pada hari itu. Propulasi
feses ke rektum mengakibatkan distensi dinding rektum dan merangsang refleks
defekasi. Defekasi dikendalikan oleh sfingter ani eksterna dan interna. Sfingter interna
dikendalikan oleh sistem saraf otonom, dan sfingter eksterna berada di bawah kontrol
voluntar. Refleks defekasi terintegrasi pada segmen sakralis kedua dan keempat dari
medula spinalis. Serabut-serabut parasimpatis mencapai rektum melalui saraf
splangnikus panggul dan bertanggung jawab atas kontraksi rektum dan relaksasi
sfingter interna. Pada waktu rektum yang mengalami distensi berkontraksi, otot levator
ani berelaksasi, sehingga menyebabkan sudut dan anulus anorektal menghilang. Otototot sfingter interna dan eksterna berelaksasi pada waktu anus tertarik atas melebihi
tinggi massa feses. Defekasi dipercepat dengan adanya peningkatan tekanan intraabdomen yang terjadi akibat kontraksi voluntar. Otot-otot dada dengan glotis ditutup,
dan kontraksi secara terus menerus dari otot-otot abdomen (manuver atau peregangan
valsava). Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi voluntar otot-otot sfingter eksterna
dan levator ani. Dinding rektum secara bertahap akan relaks, dan keinginan untuk
berdefekasi menghilang.
Etiologi Hemoroid
Menurut Villalba dan Abbas dalam firda (2012), etiologi hemoroid sampai saat
ini belum diketahui secara pasti, beberapa faktor pendukung yang terlibat diantaranya
adalah:

a. Penuaan
b. Kehamilan
c. Hereditas
d. Konstipasi atau diare kronik
e. Penggunaan toilet yang berlama-lama
f. Posisi tubuh, misal duduk dalam waktu yang lama
g. Obesitas
Klasifikasi Hemoroid
Diagnosa hemorrhoid dapat ditegakkan salah satunya dengan anoskopi.
Anoskopi adalah pemeriksaan pada anus dan rektum dengan menggunakan sebuah
spekulum. Pemeriksaan ini dapat menentukan letak dari hemorrhoid tersebut. Secara
anoskopi, berdasarkan letaknya hemorrhoid terbagi atas :
a. Hemorhoid eksterna
Merupakan pelebaran dan penonjolan vena hemorrhoidalis inferior yang timbul
di sebelah luar musculus sphincter ani.
b. Hemorhoid interna
Merupakan pelebaran dan penonjolan vena hemorrhoidalis superior dan media
yang timbul di sebelah proksimal dari musculus sphincter ani. Kedua jenis hemorrhoid
ini sangat sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% penduduk yang berusia di atas
25 tahun. Hemorrhoid eksterna diklasifikasikan sebagai bentuk akut dan kronis. Bentuk
akut dapat berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus yang merupakan
suatu hematoma. Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan gatal, karena ujung-ujung
saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemorhoid eksterna kronis atau skin tag
biasanya merupakan sequele dari hematoma akut.
Hemorrhoid interna dikelompokkan ke dalam 4 derajat, yakni:
a. Derajat I : bila terjadi pembesaran hemorrhoid yang tidak prolaps ke luar kanalis
analis yang hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.

b. Derajat II : pembesaran hemorrhoid yang prolaps dan menghilang

atau dapat

masuk kembali ke dalam anus secara spontan.


c. Derajat III : pembesaran hemorrhoid yang prolaps dimana harus dibantu dengan
dorongan jari untuk memasukkannya kembali ke dalam anus.
d. Derajat IV : prolaps hemorrhoid yang yang permanen. Prolaps ini rentan dan
cenderung mengalami trombosis dan infark.
Risiko perdarahan dapat dideteksi oleh adanya stigmata perdarahan berupa bekuan
darah yang masih menempel, erosi, kemerahan di atas hemorrhoid
Patofisiologi
Menurut Price (2000),dan Smeltser (2002), patofisiologi haemoroid adalah
akibat dari kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan venous rectum dan vena
haemoroidalis. Ditensi vena awalnya merupakan struktur yang normal pada daerah
anus, karena vena ini berfungsi sebagai katup yang dapat membantu menahan beban.
Namun bila distensi terus menerus akan terjadi gangguan vena berupa pelebaranpelebaran pembuluh darah vena. Distensi tersebut bisa disebabkan karena adanya
sfingter anal akibat konstipasi, kehamilan, tumor rectum, pembesaran prostate.
Penyakit hati kronik yang dihubungkan dengan hipertensi portal sering mengakibatkan
hemoroid, karena vena haemoroidalis superior mengalirkan darah kedalam sistem
portal. Selain itu portal tidak memiliki katub sehingga mudah terjadi aliran balik.
Fibroma uteri juga bisa menyebabkan tekanan intra abdominal sehingga tekanan vena
portal dan vena sistemik meningkat kemudian ditransmisi daerah anarektal. Aliran balik
dan peningkatan tekanan vena tersebut di atas yang berulang-ulang akan mendorong
vena terpisah dari otot sekitarnya sehingga vena prolap dan menjadi hemoroid.
Penatalaksanaan
Pada penderita hemorrhoid dapat ditangani dengan 2 (dua) macam
penatalaksanaan, yaitu penatalaksanaan farmakologis dan penatalaksanaan bedah.

Kedua macam penatalaksanaan tersebut memiliki keuntungan dan kerugiannya


masing-masing.
a. Penatalaksanaan medis
Nonfarmakologis
Penatalaksanaan ini bertujuan untuk mencegah semakin memburuknya
hemorhoid dengan cara memperbaiki defekasi. Penatalaksanaan ini berupa perbaikan
pola hidup, perbaikan pola makan dan minum, perbaikan pola/cara defekasi.
Memperbaiki defekasi merupakan pengobatan yang harus selalu ada dalam setiap
bentuk dan derajat hemorrhoid. Perbaikan defekasi disebut Bowel Management
Program (BMP) yang terdiri dari diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses, dan
perubahan perilaku buang air. Bersamaan dengan program BMP tersebut di atas,
biasanya juga dilakukan tindakan kebersihan lokal dengan cara merendam anus dalam
air sehingga eksudat atau sisa tinja yang lengket dapat dibersihkan
Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis bertujuan untuk memperbaiki defekasi sekaligus
meredakan atau menghilangkan keluhan serta gejala. Obat-obat farmakologis
hemorrhoid dapat dibagi atas:
a.
b.
c.
d.
e.

Memperbaiki defekasi
Meredakan keluhan subyektif
Menghentikan perdarahan
Menekan atau mencegah timbulnya gejala
Tindakan medis minimal invasive

Tindakan untuk menghentikan atau memperlambat semakin memburuknya penyakit


dengan tindakan-tindakan pengobatan yang tidak terlalu invasive, antara lain :

Skleroterapi

Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5%


fenol dalam minyak nabati. Terapi ini efektif untuk hemorrhoid derajat I dan II.

Ligasi dengan gelang karet

Penatalaksanaan ini digunakan pada hemorrhoid yang besar atau mengalami


prolaps. Penempatan gelang karet ini cukup jauh dari garis mukokutan untuk
menghindari timbulnya nyeri yang merupakan penyulit pada penatalaksanaan jenis ini.
b. Penatalaksanaan bedah
Tindakan ini terdiri dari dua tahap yaitu pertama yang bertujuan untuk
menghentikan atau memperlambat perburukan penyakit dan kedua untuk mengangkat
jaringan yang sudah lanjut.

Bedah beku

Teknik ini menggunakan pendinginan dengan suhu yang rendah, namun dapat
menyebabkan kematian mukosa yang sukar ditentukan. Sehingga teknik ini hanya
cocok digunakan sebagai terapi paliatif karsinoma rektum.

Hemoroidektomi

Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun,


penderita hemorrhoid derajat III dan IV, penderita dengan perdarahan berulang, dan
anemia yang tidak sembuh dengan terapi sederhana lainnya.
Pathway
Kurangnya makanan
berserat + intake
cairan kurang

Feses mengeras

konstipasi

Mengejan

Pelebaran dan inflamasi pembuluh


darah vena di area plexus
hemorrhoidalis

Kurang sumber
informasi ttg
penyakit

Kurang
pengetahuan

Penekanan saraf di area


sekitar anal

Nyeri

Tekanan vena di area anus


meningkat

Prolaps vena

Membesar di
luar rektum

Vena menegang

Ruptur vena

Perdarahan

Risiko infeksi

Anda mungkin juga menyukai