Anda di halaman 1dari 19

SEJARAH EPIDEMI DENGUE

Penyakit Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang berbahaya dapat menimbulkan
kematian dalam waktu singkat dan sering menimbulkan wabah. Penyakit tersebut pertama kali
ditemukan pada tahun 1801 di Spanyol, tetapi istilah dengue pertama kali menjadi popular sejak
terjadinya epidemic di Kuba pada tahun 1828.

POLA TRANSMISI PENYAKIT


Virus dengue termasuk virus RNA, kelompok Arthropod Borne Virus (Arbovirus), genus
Flavivirus familia flaviviridae , bentuk batang, berukuran 50 mm, bersifat termolabil, stabil pada
suhu penyimpanan -70C. virus ini diisolasi pada tahun 1944 oleh Sabin dan rakan-rakan dari US
army di India, Papua New Guenea, dan Hawaii. Virus yang ditemukan dari Hawaii disebut
dengue-1 (DEN 1) dan dari Papua New Guena disebut DEN-2 dan hasil isolasi dari pasien DBD
pada epidemic di Manila pada tahun 1956 disebut DEN-3 dan DEN-4. Untuk membedakan jenis
virus, Poorwosoerdarmo menggunakan istilah tipe dengue 1, 2, 3, dan 4. Keempat serotype virus
dengue tersebut ditemukan diberbagai daerah, tetapi yang dominan di Indonesia adalah serotipe
DEN-3.
Pada awalnya,virus dengue hanya terdapat didalam hutan Afrika. Virus ini ditransmisikan
ke manusia oleh Aedes Aeagypti dan Aedes Albopictus yang telah beradaptasi dengan
lingkungan peridomestik dan bertelur di genangan-genangan air di lingkungan pemukiman
akibat pembakaran hutan. Virus dengue tersebar keluar Afrika melalui perdagangan budak pada
abad ke 17-19. Wabah DD/DBD mulai masuk ke Asia sesudah perang Dunia ke-2.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama kali ditemukan di Kota Manila pada
tahun 1953 kemudian menyebar ke berbagai Negara. Penyakit ini sering menimbulkan wabah
dan kematian pada banyak orang terutama anak-anak. Berikutnya wabah muncul berulang setiap
3-5 tahun di banyak Negara Asia Tenggara. Di Indonesia, penyakit ini ditemukan pada tahun
1968 di Surabaya tetapi konfirmasi virologist baru diperoleh pada tahun 1970 dan DKI Jakarta
pertama kali dilaporkan dan mulai menadi wabah pada tahun 1973 kemudian menyebar ke
berbagai wilayah. Kini semua propinsi yang ada di Indonesia sudah terjangkit DBD di berbagai
kota maupun desa terutama yang padat penduduknya dan arus transportasinya lancer.

AGEN, HOST DAN LINGKUNGAN


Bioekologi Aedes aeagypti
Aedes merupakan nyamuk paling efektif untuk menularkan penyakit. Siklus hidup yang
singkat,kebutuhan makanan yang sedikit dan kemampuan untuk bertahan dalam kondisi kering
dan suhu rendah pada stadium telur, memungkinkannya bertahan hidup untuk jangka waktu yang
lama di lingkungan yang tidak menguntungkan. Menurut Carcavallo (1995) siklus satu generasi
aedea aeagypti adalah 15 hari pada suhu 27C dan 9 hari pada suhu 28C. lebih lanut menurut
Taboada dan Oda et al., kemampuan bertelur dan penetesan tanpa mengenal musim
menyebabkan nyamuk ini ada setiap tahun di daerah tropis.
Nyamuk Aedes aeagypti ini bersifat antropofilik, mendatangi daerah perumahan untuk
berkembang biak di berbagai genangan sekitar rumah dan memasuki rumah untuk makan atau
istirahat. Aedes aeagypti termasuk jenis Arthropoda dari kelas insecta, ordo Diptera, family
culicidae dan genus Aedes. Frekuensi curah hujan yang moderat dan penyinaran yang relative
panjang akan menambah kesempatan terciptanya habitat perkembangbiakkan bagi nyamuk
vector.
Jarak terbang Aedes aeagypti pada lingkungan urban hanya 25-100 m dan tidak melebihi
jarak 500 m, tidak jauh dari tempat bertelur dan sumber makanannya, yaitu keberadaan manusia.
Seekor nyamuk betina rata-rata hanya mengunjungi satu atau dua rumah, dan hanya 0.7% yang
mengunjungi lima rumah. Nyamuk tertarik cahaya terang (siang hari), pakaian berwarna gelap,
adanya manusia serta hewan. Daya tarik yang menyebabkan nyamuk mendekat pada manusia
adalah CO2 yang keluar dari tubuh manusia, asam amino, suhu lingkungan hangat dan
kelembapan.
Terjadinya ledakan dengue diakibatkan juga oleh perilaku menggigit berulang nyamuk
betina untuk melengkapi siklus gonotropik: agar setelah dibuahi oleh nyamuk jantan, telur
menjadi matang dan dapat menetas. Nyamuk Aedea aeagypti jantan menghisap cairan tumbuhan
sebagai makanan sedangkan nyamuk betina lebih menyukai darah manusia. Nyamuk betina aktif
pada siang hari dengan dua puncak menggigit pada pukul 7.00-10.00 pagi dan pukul 15.00-17.00
sore. Nyamuk betina lebih banyak menggigit didalam rumah daripada diluar rumah. Setelah
menggigit, nyamuk beristirahat dan kemudian bertelut dalam waktu 20-36 jam atu 2-3 hari
kemudian. Telur diletakkan satu per satu dalam kelompok, berbentuk seperti sarang tawon dalam
jumlah antara 100-300 butir untuk satu kali bertelur. Masa hidup nyamuk Aeades rata-rata sekitar
satu bulan dengan kemungkinan 15 kali bertelur sepanjang hidupnya.
Menurut Lok (1985) pemantauan kepadatan populasi Aedes aeagypti dapat dilakukan
dengan memeriksa 100 rumah di suatu daerah untuk menghitung indeks jentik yang meliputi:
house index (persentase rumah ditemukan jentik Aedes aeagypti), container index (persentase

wadah positif terdapat Aedes aeagypti), dan breteau index (jumlah wadah positif jentik Aedes
aeagypti per 100 rumah). Dalam suatu studi di Taiwan selama terjadi ledakan ditemukan rata-rata
hanya satu nyamuk dewasa betina per rumah. Angka ini dapat menjadi indicator batas mini mal
jumlah nyamuk Aedes aeagypti untuk kasus ledakan. Factor penting yang mempengaruhi
transmisi adalah perbandingan antara nyamuk betina infektif dan tidak infektif.

PENULARAN DEMAM BERDARAH DENGUE


Nyamuk Aedes aeagypti menjadi infektif setelah menggigit manusia yang sakit atau dalam
keadaan viremia. Setelah virus masuk ke saluran pencernaan, di haemocoel mengalami
multiplikasi dengan cepat. Nyamuk Aedes aeagypti yang telah menghisap virus dengue menjadi
penular sepanjang hidupnya. Ketika menggigit manusia, nyamuk mensekresikan kelenjar saliva
melalui proboscis terlebih dahulu agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama sekresi
saliva inilah virus dipindahkan dari nyamuk antar manusia.
Infeksi salah satu serotipe virus dengue akan menimbulkan antibody terhadap serotipe
yang bersangkutan tetapi tidak terhadap serotipe yang lain. Banyaknya serotipe dengue dan
perbedaan antibody menjadi salah satu penyebab kasus penyakit DBD sulit dikendalikan. Infeksi
oleh salah satu serotipe virus dengue,hanya akan menimbulkan DD tanpa perdarahan. Seseorang
yang digigit oleh nyamuk Aedes infektif akan melewati masa inkubasi selama 4-6 hari, kemudia
terjadi viremia selama 5-6 hari. Di Indonesia, sebagian besar penderita DBD berat maupun yang
meninggal diakibatkan oleh virus dengue tipe 3.
Karena banyaknya kasus dan terutamanya sering muncul KLB, Departemen Kesehatan
(2003) menyebutkan factor-faktor terkait dengan penularan DBD adalah:
1. Kepadatan penduduk
2. Mobilitas penduduk
3. Kualitas perumahan, jarak antara rumah, pencahayaan, bentuk rumah, bahan bangunan
akan mempengaruhi penularan.
4. Pendidikan, akan mempengaruhi cara berpikir dalam penerimaan penyuluhan dan cara
pemberantasan yang dilakukan.
5. Penghasilan, akan mempengaruhi kunjungan untuk berobat.
6. Sikap hidup, jika senang kebersihan maka akan mempengaruhi risiko tertular DBD.
7. Golongan umur, kurang dari 15 tahun berpeluang lebih besar untuk terkena DBD.
8. Kerentanan individu terhadap berbagai penyakit yang berbeda.

Manifestasi klinis demam berdarah dengue


Infeksi virus dengue dapat bergejala atau tidak bergejala sehingga sering terjadi kesalalahan
diagnosis karena sering dianggap sebagai flu atau tipus. Penderita DBD sering menunjukkan
gejala batuk, pilek, mual, muntah, bahkan diare. Infeksi virus dengue simptomatis mungkin
sebagai sindrom penyakit DD, DBD, atau DSS. Infeksi dari satu serotipe dengue hanya
memberikan kekebalan seumur hiduo terhadap serotipe bersangkutan, tetapi tidak terbukti
adanya proteksi silang terhadap serotipe lainnya. Hemostasis abnormal, kebocoran plasma yang
terlihat sebagai trombositopenia, dan peningkatan hematokrit hanya pada DBD bukan DD.
Demam dengue
Setelah masa inkubasi 4-6 hari berbagai gejala prodromal yang tidak khas akan timbul, seperti
nyeri kepala, nyeri punggung dan malaise. Gejala klinis khas pada pasien DD dewasa terjadi
mendadak, suhu meningkat disertai menggigil diikuti dengan nyeri kepala dan muka kemerahan
(flushed face). Dalam waktu 24 jam akan muncul rasa nyeri di belakang mata atau tekanan pada
bola mata, fotofobia, nyeri punggung, nyeri otot dan persendian. Gejala lainnya tidak ada nafsu
makan, gangguan pada indera perasa, konstipasi,nyeri perut, nyeri pada daerah lipat paha, radang
tenggorokan dan perasaan depresi, berlangsung selama beberapa hari. Saat demam, suhu badan
antara 39-40C selama 5-7 hari. Petechia yang tampak disertai rasa gatal. Hasil pemeriksaan
laboratorium menunukkan:
1. Jumlah leukosit normal pada awal demam, selanjutnya terjadi leucopenia selama fase
demam.
2. Sering dijumpai trombositopenia saat terjadi KLB .
3. Pemeriksaan darah dan enzim normal tetapi enzim hati meningkat.
Demam berdarah dengue (DBD) dan dengue shock syndrome (DSS)
Ditandai dengan adanya demam tinggi, fenomena perdarahan, hepatomegali dan sering ditandai
kegagalan sirkulasi. Adanya hemostasis yang abnormal dan kebocoran plasma yang diperlihat
sebagai trombositopenia serta meningkatnya hematokrit menjadi penanda yang membedakannya
dari DD.
Derajat penyakit DBD dapat dikelompokkan dalam 4 derajat (departemen Kesehatan,
2003):
1. Derajat I : demam yang disertai gejala klinis yang tidak khas, satu-satunya perdarahan
adalah hasil uji tourniquet positif.
2. Derajat II : gejala yang timbul pada DBD derajat I ditambah terjadinya perdarahan spontan.
3. Derajat III : kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan lemah,
menyempitnya tekanan nadi (20mmHg atau kurang) atau hipotensi, ditandai kulit dingin dan
lembab serta pasien gelisah.
4. Derajat IV : syok berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak teraba.

Hasil pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan kasus DBD adalah :


1. Jumlah leukosit normal, namun leucopenia bisa diumpai pada awal penyakit dengan
dominasi neutrofil. Mendekati fase akhir demam terdapat penurunan jumlah leukosit
total. Tampak limfosit atipik ditemukan menjelanh fase akhir demam dan awal terjadinya
syok.
2. Penurunan umlah trombosit di bawah 100.000/mm3 . Naiknya hematokrit sampai 20%
atau lebih merupakan bukti adanya peningkatan permeabilitas kapiler dan bocornya
plasma.
3. Kadang dijumpai albuminuria ringan yang bersifat sementara.
4. Sering dijumpai adanya darah dalam tinja.
5. Uji koagulasi dan fibrinolitik menunjukkan adanya penurunan kadar fibrinogen,
prtrombin, factor VII, XII dan antitrombin III.
Mustafa (2008) mengemukakan bahwa perubahan lingkungan secara langsung maupun tidak
bertanggungajawab atas factor-faktor penyangga utama kesehatan dan kehidupan manusia seperti
produksi bahan makanan, air bersih, kondisi iklim, keamanan fisik, kesejahteraan manusia dan
jaminan kesehatan dan kualitas social manusia. Perubahan makro dan mikro iklim akibat
kenaikan konsentrasi gas rumah kaca terutama CO 2,CH4, CF4, NOx, CFC-11 dari bahan bakar
minyak dan pengundulan hutan, berpengaruh terhadap ekosistem suatu spesies dan kesehatan
manusia. Suhu , kelembapan, dan nutrisi mempengaruhi distribusi vector, dinamika populasi,
aktifotas makanan, periode inkubasi ekstrinsik atau masa inkubasi virus dalam tubuh nyamuk,
jangka hidup nyamuk dewasa dan siklus gonotrofik nyamuk (Cristopher, 1960).
Kebanyakan Aedes aeagypti lebih menyukai daerah tropic dan subtropik. Aedes aeagypti
tidak hanya hidup di daratan rendah melainkan juga pada ketinggian 1500 atau 2000 mdi atas
permukaan laut di Kolumbia dan di daerah subtropik Mexico 1700 m. periode inkubasi ekstrinsik
bergantung pada suhu, kelembapan dan tingkat viremia pada inang dan galur virus.

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT DBD


Pencegahan penyakit DBD didasarkan pada pemutusan rantai penularan, kerana sampai saat ini
belum ada vaksin efektif terhadap virus dengue. Program pemberantasan DBD di Indonesia
mengadaptasi hasil Konggres WHO ke-46 tahun 1993. Strategi yang direkomendasi adalah
pemantauan vector terus menerus sehingga dapat memutuskan rantai penularan. Gubler et al.
(1979) melaporkan ada 5 kemungkinan cara yang dapat dilakukan untuk memutuskanmata rantai
penularan yaitu:
1. Memusnahkan tempat hidup nyamuk.

2.
3.
4.
5.
6.

Memberikan obat antivirus, tetapi obat antivirus dengue belum ditemukan.


Mengisolasi penderita.
Membanteras vector (pengasapan).
Mencegah gigitan nyamuk.
Memberikan imunisasi, tapi vaksin terhadap virus dengue masih dalam taraf penelitian.

Pemberantasan nyamuk dewasa yang menggunakan bahan kimia (thermafogging) masih


dianggap sebagai strategi penting untuk membanteras nyamuk, namun berdampak kecil pada
upaya pemberantasan DBD jangka panjang. Fogging dilakukan jika ditemukan sekurangnya 3
penderita panas tanpa sebab dan kepadatan jentik tinggi. Campuran bahan kimia untuk
pengasapan adalah melathion dan fenitrothion dalam dosis 438 gram per hektar dilarutkan dalam
4% solar atau minyak tanah, dilakukan didalam rumah atau di luar rumah.
Menurut Soroso (2001) program pengasapan banyak yang mengalami kegagalan dalam
membanteras nyamuk. Hal ini disebabkan teknik pelaksanaan dan kondisi lapanagan yang tidak
menunjang seperti arah angin,struktur media yang menadi residu asap, struktur bangunan yang
menghalangi asap, mesin aplikator yang tidak prima, operator yang tidak terampil dan vector
telah resisten terhadap insektisida. Ini juga disebabkan ada tenggang waktu antara seseorang
mulai sakit sampai dilakukan pengasapan sehingga nyamuk pembawa virus dengue telah sempat
berpindah rumah atau ke tempat lain dan menularkan ke orang lain, jauh sebelum dilakukan
tindakan pengasapan. Hal lain yang mempengaruhi adalah tingginya mobilitas masyarakat
perkotaan, sehingga sulit melacak tempat yang menjadi sumber penularan.
Pembasmian dengan larvasida dianggap lebih ekonomis dan lebih berkesinambungan
karena membanteras jentik nyamuk. Larvasida yang digunakan adalah abate SG 1% yang
ditaburkan pada tempat penyimpanan air dengan dosis 1 ppm yaitu 10 gram dalam 100 liter air.
Pengulangan dilakukan pada jarak 2 atau 3 bulan kemudian.
Program pemantauan jentik berkala (PJB) dilakukan setiap 3 bulan dirumah dan tempattempat umum. Hasil PJB diinformasikan kepada kepala daerah setempat sebagai evaluasi dan
dasar pergerakan masyarakat dalam PSN DBD. Menurut penelitian, terdapat 8 variabel yang
efektif berkontribusi terhadap kejadian DBD:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Frekuensi membersihkan wadah penampung air.


Pola pemukiman.
Penggunaan pendingin air.
Frekuensi membersihkan pendingin air.
Wadah air yang tidak tertutup.
Penggunaan pelindung nyamuk.
Penyemperotan insektisida dan penggunaan obat oles penolak nyamuk.
Frekuensi pengisian persediaan air dan frekuensi pembuangan sampah.

STRATEGI DAN PROMOSI KESEHATAN

Menurut Depkes RI (2005), kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan 3 strategi
dasar promosi kesehatan, yaitu:
1. Gerakan pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus menerus dan
berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran,
agar sasaran tersebut berubah dari tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari
tahu menjadi mahu (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku
yang diperkenalkan (aspek practice). Sasaran utama pemberdayaan adalah indivisu dan
keluarga, serta kelompok masyarakat.
2. Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan social yang mendorong
individu anggota masyarakat mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang
akan terdorong untuk melakukan sesuatu apabila lingkungan social di mana pun dia
berada memiliki opini positif terhadap perilaku tersebut. Terdapat 3 pendekatan suasana :
a. Bina suasana individu ditujukan kepada individu-individu tokoh masyarakat.
b. Bina suasana kelompok ditujukan kepada kelompok masyarakat seperti Kepala
Lingkungan, majelis pengajian, organisasi pemuda dan lain-lain.
c. Bina suasana masyarakat dilakukan terhadap masyarakat umum dengan membina
dan memanfaatkan media-media komunikasi
3. Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis atau terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Advokasi
diarahkan untuk mendapatkan dukungan yang berupa kebijakan, dana, sarana dan lainlain. Stakeholders yang dimaksudkan bisa berupa tokoh masyarakat formal yang
umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintah dan penyandang dana
pemerintah, tokoh agama, tokoh adat dan lain-lain.

PERAN DOKTER
Telah ditetapkan satu produk hukum agar para dokter tetap berjalan on the right track yakni
Undang-Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (UUPK) yang berlaku efektif
pada 6 Oktober 2005.
Tujuan pengaturan praktik kedokteran adalah memberikan perlindungan kepada pasien,
mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medik, memberikan kepastian hukum
kepada masyarakat, dan pelayan kesehatan.
Mengatur praktik merupakan ruh UUPK, agar praktik dokter tidak menyimpang dari norma dan
etika yang telah disepakati. Dalam hal ini etika profesi memitiki fungsi ganda yaitu ke luar untuk
mengontrol tindak ketidakprofesionalan demi kepentingan pasien/masyarakat, serta ke dalam
untuk menjaga keselarasan hubungan antar-sejawat.

Dari tujuan UUPK tersebut dapat dimengerti bahwa komunitas dokter membutuhkan pengaturan
hukum yang memberi peluang tumbuhnya self regulation dan self enforcement disamping law
enforcement bila memang diperlukan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dibentuk dua lembaga yakni Konsil Kedokteran Indonesia dan
Majelis Kehormatan Disiptin Kedokteran Indonesia.
Bila meningkatnya tuntutan dianggap sebagai kegagalan komunitas dokter dalam memberikan
pelayanan yang terbaik, maka UUPK diharapkan menjadi solusi untuk mengeliminasi kegagalan
tersebut.
Dengan menumbuhkan self regulation dan self enforcement di kalangan profesi medik,
merupakan upaya ke arah pengembangan konsep yang applicable dansustainable dengan
strategi: Doctors for the Future seperti yang telah digariskan oteh Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) pada tahun 1996.
Strategi WHO ini juga dikenal dengan sebutan Five Stars Doctor di mana setiap dokter
diharapkan dapat berperan :

Sebagai health care provider yang bermutu, berkesinambungan dan komprehensif


dengan mempertimbangkan keunikan individu , berdasarkan kepercayaan dalam jangka
panjang.

Sebagai decision maker yang mampu memilih teknologi yang tepat dengan
pertimbangan etika dan biaya.

Sebagai communicator yang mampu mempromosikan gaya hidup sehat melalui


komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) serta memberdayakan masyarakat untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal.

Sebagai community leader yang mampu memperoleh kepercayaan, membangun


kesepakatan tentang kesehatan serta berinisiatif meningkatkan kesehatan bersama

Sebagai manager yang mampu menggerakkan individu dan lingkungan demi kesehatan
bersama dengan menggunakan data yang akurat

Melalui pembangunan dokter dan masyarakat secara individu maupun kolektif seperti di atas,
diharapkan akan terbangun sistem pelayanan kesehatan yang lebih sehat (safer system building),
lebih murah serta lebih bermanfaat di masa datang.

Definisi dan Fungsi Puskesmas


Definisi Puskesmas (Ilham Akhsanu Ridlo, 2008)
Suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda
terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang
melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk
masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan secara mandiri dalam
menentukan kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek pembiayaan.
Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada paling dekat ditengahtengah masyarakat dan mudah dijangkau dibandingkan dengan unit pelayanan kesehatan lainya
(Rumah Sakit Swasta maupun Negeri). Fungsi Puskesmas adalah mengembangkan pelayanan
kesehatan yang menyeluruh seiring dengan misinya. Pelayanan kesehatan tersebut harus bersifat
menyeluruh atau yang disebut dengan Comprehensive Health Care Service yang meliputi aspek
promotive, preventif, curative, dan rehabilitatif. Prioritas yang harus dikembangkan oleh
Puskesmas harus diarahkan ke bentuk pelayanan kesehatan dasar (basic health care services)
yang lebih mengedepankan upaya promosi dan pencegahan (public health service).
Seiring dengan semangat otonomi daerah, maka Puskesmas dituntut untuk mandiri dalam
menentukan kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan. Tetapi pembiayaannya tetap
didukung oleh pemerintah. Sebagai organisasi pelayanan mandiri, kewenangan yang dimiliki
Puskesmas juga meliputi : kewenangan merencanakan kegiatan sesuai masalah kesehatan di
wilayahnya, kewenangan menentukan kegiatan yang termasuk public goods atau private goods
serta kewenangan menentukan target kegiatan sesuai kondisi geografi Puskesmas. Jumlah
kegiatan pokok Puskesmas diserahkan pada tiap Puskesmas sesuai kebutuhan masyarakat dan
kemampuan sumber daya yang dimiliki, namun Puskesmas tetap melaksanakan kegiatan
pelayanan dasar yang menjadi kesepakatan nasional.
Jadi, yang harus diketahui adalah bahwa peran Puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam
mewujudkan kesehatan nasional secara komprehensif, tidak sebatas aspek kuratif dan
rehabilitatif saja seperti di Rumah Sakit.

LEVEL PELAYANAN KESEHATAN


RS Provinsi
RS Kabupaten

Puskesmas Kecamatan
Puskesmas Kelurahan
Posyandu

Fungsi Puskesmas (Ilham Akhsanu Ridlo, 2008)


1. Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan
kemampuan untuk hidup sehat
1. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya.
Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara:
a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam
rangka menolong dirinya sendiri.
b. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan
menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien.
c. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis
maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut
tidak menimbulkan ketergantungan.
d. Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.
e. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan
program.
Visi dan misi Puskesmas di Indonesia merujuk pada program Indonesia Sehat 2010.
Hal ini dapat kita lihat pula dalam SPM (Standar Pelayanan Minimal). Standar Pelayanan
Minimal adalah suatu standar dengan batas-batas tertentu untuk mengukur kinerja
penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada
masyarakat yang mencakup : jenis pelayanan, indikator, dan nilai (benchmark). Pelaksanaan
Urusan Wajib dan Standar Pelayanan Minimal (UW-SPM) diatur dalam Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1457/MENKES/SK/X/2003 dibedakan atas :
UW-SPM yang wajib diselenggarakan oleh seluruh kabupaten-kota di seluruh Indonesia dan
UW-SPM spesifik yang hanya diselenggarakan oleh kabupaten-kota tertentu sesuai keadaan
setempat.

UW-SPM

wajib

meliputi

penyelenggaraan

pelayanan

kesehatan

dasar,

penyelenggaraan perbaikan gizi masyarakat, penyelenggaraan pemberantasan penyakit


menular, penyelenggaraan promosi kesehatan, dll. Sedangkan UW-SPM spesifik meliputi
pelayanan kesehatan kerja, pencegahan dan pemberantasan penyakit malaria, dll. Hal ini

diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 65 Tahun 2005 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standard Pelayanan Minimal.
RANCANGAN KEWENANGAN WAJIB DAN STANDARD PELAYANAN MINIMAL
Kewenangan Wajib
1. Penyelenggaraan
Pelayanan

Kesehatan

Dasar

Jenis Pelayanan
Pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
Pelayanan kesehatan bayi dan anak pra sekolah
Pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan

2. Penyelenggaraan
pelayanan

remaja
Pelayanan kesehatan usia subur
Pelayanan kesehatan usia lanjut
Pelayanan imunisasi
Pelayanan kesehatan jiwa masyarakat
Pelayanan pengobatan / perawatan

Pelayanan kesehatan dengan 4 kompetensi


kesehatan

rujukan dan penunjang

dasar (kebidanan, bedah, penyakit dalam, anak)


Pelayanan kesehatan darurat
Pelayanan laboratorium kesehatan yang
mendukung upaya kesehatan perorangan dan
kesehatan masyarakat
Penyediaan pembiayaan dan jaminan kesehatan
Penyelenggaraan penyelidikan epidemiologi

3. Penyelenggaraan
pemberantasan
menular

penyakit

dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa


(KLB)
Pencegahan dan pemberantasan penyakit polio
Pencegahan dan pemberantasan penyakit TB
paru
Pencegahan

dan

pemberantasan

penyakit

malaria
Pencegahan dan pemberantasan penyakit kusta
Pencegahan dan pemberantasan penyakit ISPA
Pencegahan dan pemberantasan penyakit HIVAIDS

Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD


Pencegahan dan pemberantasan penyakit diare
Pencegahan dan pemberantasan penyakit
fliariasis

4. Penyelenggaraan
perbaikan gizi masyarakat

5. Penyelenggaraan promosi
kesehatan

Pemantauan pertumbuhan balita


Pemberian suplemen gizi
Pelayanan gizi
Penyuluhan gizi seimbang
Penyelenggaraan kewaspadaan gizi

Penyuluhan prilaku sehat


Penyuluhan pemberdayaan masyarakat dalam
upaya kesehatan
Pemeliharaan kualitas lingkungan fisik, kimia,

6. Penyelenggaraan
kesehatan lingkungan dan
sanitasi dasar
7. Pencegahan

dan

biologi
Pengendalian vektor
Pelayanan hygiene sanitasi di tempat umum
Penyuluhan P3 NAPZA (Pencegahan dan

penanggulangan

Penanggulangan

penyalahgunaan narkotika,

yang berbasis masyarakat

psikotropika

dan

Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan

kefarmasian

dan pengamanan sediaan


farmasi,
serta

alat

NAPZA)

zat

adiktif lain
8. Penyelenggaraan
pelayanan

Penyalahgunaan

kesehatan

makanan

dan

untuk pelayanan kesehatan dasar


Penyediaan
dan
pemerataan

pelayanan

kefarmasian di saranan pelayanan kesehatan


Pelayanan pengamanan farmasi alat kesehatan

minuman
UPAYA KESEHATAN POKOK PUSKESMAS

Program Pokok Puskesmas


Kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan sesuai kemampuan tenaga maupun fasilitasnya,
karenanya kegiatan pokok di setiap Puskesmas dapat berbeda-beda. Namun demikian kegiatan
pokok Puskesmas yang lazim dan seharusnya dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Kesejahteraan ibu dan Anak ( KIA )
2. Keluarga Berencana
3. Usaha Peningkatan Gizi
4. Kesehatan Lingkungan
5. Pemberantasan Penyakit Menular
6. Upaya Pengobatan termasuk Pelayanan Darurat Kecelakaan
7. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
8. Usaha Kesehatan Sekolah
9. Kesehatan Olah Raga
10. Perawatan Kesehatan Masyarakat
11. Usaha Kesehatan Kerja
12. Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut
13. Usaha Kesehatan Jiwa
14. Kesehatan Mata
15. Laboratorium ( diupayakan tidak lagi sederhana )
16. Pencatatan dan Pelaporan Sistem Informasi Kesehatan
17. Kesehatan Usia Lanjut
18. Pembinaan Pengobatan Tradisional
Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai satuan
masyarakat terkecil. Karenanya, kegiatan pokok Puskesmas ditujukan untuk kepentingan
kesehatan keluarga sebagai bagian dari masyarakat di wilayah kerjanya. Setiap kegiatan pokok
Puskesmas dilaksanakan dengan pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa
( PKMD ). Disamping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok Puskesmas seperti tersebut
di atas, Puskesmas sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan program kesehatan
tertentu oleh Pemerintah Pusat ( contoh: Pekan Imunisasi Nasional ). Dalam hal demikian, baik
petunjuk pelaksanaan maupun perbekalan akan diberikan oleh Pemerintah Pusat bersama
Pemerintah Daerah. Keadaan darurat mengenai kesehatan dapat terjadi, misalnya karena

timbulnya wabah penyakit menular atau bencana alam. Untuk mengatasi kejadian darurat seperti
di atas bisa mengurangi atau menunda kegiatan lain.
Azas Penyelenggaraan Puskesmas Menurut Kepmenkes No 128 Tahun 2004
1. Azas pertanggungjawaban wilayah
a. Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat
tinggal di wilayah kerjanya.
b. Dilakukan kegiatan dalam gedung dan luar gedung
c. Ditunjang dengan puskesmas pembantu, Bidan di desa, puskesmas keliling
2. Azas pemberdayaan masyarakat
a. Puskesmas harusmemberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat agar berperan aktif
dalam menyelenggarakan setiap upaya Puskesmas
b. Potensi masyarakat perlu dihimpun
3. Azas keterpaduan
Setiap upaya diselenggarakan secara terpadu
Keterpaduan lintas program

UKS : keterpaduan Promkes, Pengobatan, Kesehatan Gigi, Kespro, Remaja,


Kesehatan Jiwa

Keterpaduan lintassektoral

Upaya Perbaikan Gizi : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kades,


pertanian, pendidikan, agama, dunia usaha, koperasi, PKK

Upaya Promosi Kesehatan : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,


lurah/kades, pertanian, pendidikan, agama

4. Azas rujukan
Rujukan medis/upaya kesehatan perorangan

rujukan kasus

bahan pemeriksaan

ilmu pengetahuan

Rujukan upaya kesehatan masyarakat

rujukan sarana dan logistik

rujukan tenaga

rujukan operasional

Upaya-upaya yang telah dilakukan untuk menanggulangi dan pencegahan penyakit DBD oleh
Dinas Kesehatan adalah:

pertolongan pertama pada penderita DBD dan selanjutnya dirujuk ke rumah sakit apabila
perlu.
Penyuluhan terus menerus kepada masyarakat.
Fogging focus dan fogging ULV.
Penaburan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air.
Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara gotong royong yang melibatkan
masyarakat dan Lintas Sektoral.

Seorang petugas kesehatan bukan hanya memberikan informasi tetapi juga harus membagi
pengetahuan mereka di setiap kesempatan dimanapun petugas berada. Hubungan yang erat
anatara petugas pelayanan kesehatan dan masyarakat sangat penting dan harus merupakan proses
2 arah.
Peran keluarga dalam penanggulangan demam berdarah adalah sebagai berikut (Depkes
RI(1993):
1. Keluarga turut serta melaksanakan pemberantasan nyamuk demam berdarah dengan
melakukan 3M+1T (menguras, menutup, mengubur serta telungkup).
2. Apabila ada keluarga yang anggotanya menunjukkkan gejala penyakit demam berdarah
maka keluarga mengerti cara pertolongan pertama (memberi minum banyak, kompres
dingin, obat penurun panas) dan segera memeriksa diri kepada dokter atau unit pelayanan
kesehatan.
3. Keluarga segera melaporkan kepada Lurah melalui kader atau kepala lingkungan/kepala
dusun.
4. Keluarga melakukan PSN secara serentak dan mengikuti petunjuk dalam pelaksanaan
penaggulanagn demam berdarah.
5. Keluarga mengikuti/manghadiri kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh petugas
Puskesmas.

Peran petugas kesehatan dan sector terkait dalam penanggulangan demam berdarah adalah
sebagai berikut (Depkes RI,1992) :

1. Camat dan Lurah/Kepala desa yang menerima laporan rencana penanggulangan,


memerintahkan warga setempat melalui kepala lingkungan/kepala dusun untuk
melakukan PSN dan membantu kelancaran pelaksanaan penanggulangan demam
berdarah.
2. Petugas kesehatan atau tenaga terlatih melakukan penyemprotan insektisida 2 siklus
dengan interval 1 minggu dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat.
3. Kepala lingkungan/kepala dusun dibantu pemuka masyarakat dan kader menyampaikan
informasi tentang rencana penanggulangan demam berdarah dan membantu pelaksanaan
penyuluhan.
4. Kepala lingkungan dan kader mendampingi petugas kesehatan dalam pelaksanaan
penyemprotan.
5. Keluarga melakukan PSN secara serentak sesuai petunjuk pelaksanaan penanggulangan
demam berdarah.
Tanggungjawab petugas kesehatan dalam penanggulangan DBD adalah (Depkes RI,2006):
1. Petugas DBD mempunyai tanggungjawab untuk melakukan kunjungan rumah.
Kunjungan ini dimaksudkan agar keluarga mengerti dan mau melaksanakan
penanggulangan DBD.
2. Melakukan pemeriksaan jentik secara berkala di rumah-rumah. Untuk melihat ada
tidaknya jentik dibak-bak penampungan air.
3. Berperan sebagai penggerak dan pengawas dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD.
4. Memebuat catatan/rekapitulasi hasil pemeriksaan jentik.
5. Melaporkan hasil pemeriksaan jentik kepada puskesmas sebulan sekali.

EVALUASI DAN PENDEKATAN SISTEM MELALUI SP2TP


SP2TP merupakan Tata Cara Pencatatan dan Pelaporan yang lengkap untuk
pengelolaan Puskesmas, meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana dan kegiatan pokok yang
dilakukan serta hasil yang dicapai oleh Puskesmas
Tujuan Umum:
Tersedianya data dan informasi yang akurat ,tepat waktu dan mutakhir secara periodik dan
teratur untuk pengelolaan program kesehatan masyarakat
Tujuan Khusus:
1) Tersedianya data yg meliputi keadaaan fisik ,tenaga,sarana dan kegiatan pokok
puskesmas yang akurat ,tepat waktu dan mutakhir secara teratur

2) terlaksananya Pelaporan data secara teratur diberbagai jenjang administrasi sesuai


peraturan yang berlaku
3) Digunakannya data tersebut untuk pengambilan keputusan dalam rangka pengelolaan
program kesehatan masyarakat melalui puskesmas diberbagai tingkat administrasi.

Ruang Lingkup:
1) Dilakukan oleh semua puskesmas termasuk puskesmas pembantu dan puskesmas
keliling
2) Pencatatan Pelaporan mencakup :
o Data umum & demografi wilayah Puskesmas
o Data ketenagaan di Puskesmas
o Data Sarana yang di miliki Puskesmas
o Data kegiatan Puskesmas baik didalam gedung maupun diluar gedung
Pelaporan dilakukan secara periodik yaitu dapat bulanan, tribulanan, semester dan
tahunan dengan menggunakan formula yang baku.
Dalam pelaksanaan SP2TP ada beberapa batasan tentang istilah yang digunakan untuk
mendapatkan kesamaan pengertian, sehingga pencatatan dilakukan dengan benar dan sama di
seluruh Puskesmas. Kunjungan ke puskesmas boleh dibagi menjadi 2 macam yaitu:
o Kunjungan seseorang ke Puskesmas, Puskesmas Pembantu baik untuk mendapat
pelayanan kesehatan maupun sekadar mendapat keterangan sehat-sakit.
o Kunjungan sebagai kasus. Ia dapat dibagi menjadi kasus baru, kasus kasus lama,
kunjungan baru, kunjungan lama suatu penyakit.

Pelaksanaan SP2TP terdiri dari 3 kegiatan yaitu:


1. Pencatatan dengan menggunakan format
Pencatatan dilakukan dalam gedung Puskesmas atau Puskesmas Pembantu yaitu
dengan mengisi:
o Family folder (kartu individu dan kartu tanda pengenal keluarga)

o Buku register (rawat jalan/rawat inap, penimbangan, kohort ibu, kohort anak,
persalinan, laboratorium, penhamatan penyakit menular, imunisasi, PKM)
o Kartu indeks penyakit yang disertai distribusi jenis kelamin, golongan, umur,
dan desa.
o Kartu perusahaan
o Kartu murid
o Sensus harian untuk mepermudah membuat laporan
2. Pengiriman laporan dengan menggunakan format secara periodic
Jenis dan period laporan adalah seperti berikut:
o Bulanan (data kesakitan, data kematian, data operasional, data manajemen
obat)
o Triwulanan (data kegiatan puskesmas)
o Tahunan (umum, fasilitas, sarana dan tenaga)
3. Pengolahan, analisis dan pemanfaatan data atau informasi
Pengolahan, analisa, dan pemanfaatan data SP2TP dilaksanakan di tiap jenjang
administrasi yang pemanfaatannya disesuaikan dengan tugas dan fungsinya dalam
mengambil keputusan. Ruang lingkup kegiatan pengolahan dan analisa meliputi:
o Mengkompilasi data dari Puskesmas Pembantu, kegiatan lapangan termasuk
Posyandu dan kegiatan dalam gedung Puskesmas
o Mentabulasi data upaya kesehatan yang diberikan kepada masyarakat, yang
o
o
o
o
o

dibedakan atas masyarakat dalam wilayah dan luar wilayah.


Menyusun kartu indeks penyakit
Menyusun sensus harian untuk mengolah data kesakitan
Melakukan penrhitungan dengan menggunakan data denominator
Membuat penyajian dalam bentuk narasi, table dan grafik
Melakukan beberapa analisa untuk kebutuhan pemantauan, intervensi, serta

perencanaan di masa mendatang.


o Membuat peta wilayah puskesmas termasuk sarana kesehatan
Pemanfaatan data
Pada hakekatnya data dari SP2TP mempunyai peran ganda karena:
o Data tersebut dilaporkan dari Puskesmas untuk kebutuhan administrasi di
atasnya,

dalam

kebijaksanaan.

rangka

pembinaan,

perencanaan

serta

penetapan

o Data tersebut dapat dimanfaatkan oleh Puskesmas sendiri dalam rangka


peningkatanupaya kesehatan Puskesmas, melalui perencanaan, penggerakan,
pelaksanaan dan pengawasan, pengendalian, serta penilaian.
Data dari hasil SP2TP dapat dimanfaatkan untuk:
o Penyusunan profil Puskesmas dengan menggunakan data dasar
o Penggambaran peran serta masyarakat dengan menggunakan data jumlah
kader (aktif/tidak aktif), pelaksanaan KB-Kes Terpadu melalui Posyandu
o Penggambaran tingkat pemanfaatan Puskesmas dengan menggunakan data
kunjungan
o Penggambaran tingkat cakupan sasaran pelayanan ksehatan dari berbagai
program yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan pokok Puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai