Resi Septiani
1020011196
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta 2016
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Email : septianiresi@ymail.com
Pendahuluan
Angka kejadian HIV-AIDS semakin hari semakin memprihantinkan. Sampai dengan
triwulan III tahun 2014 jumlah kasus baru HIV 7335 kasus, infeksi tertinggi menurut
golongan umur adalah 25-49 tahun mencapai 69,1%, 20-24 = 17,2%, umur > 50 tahun =
5,5%. Rasia laki-laki : perempuan = 1:1. Sementara itu kasus AIDS dari bulan juli sampai
september 2014 telah bertambah 176 orang. Persentase tertinggi kasus AIDS pada usia 30-39
tahun (42%) umur 20-29 tahun (36,9%) dan umur 40-49 (13,1%). Rasio AIDS lakilaki:perempuan adalah 2:1. Yang menarik adalah adanya 4% kasus berasal dari ibu yang HIV
positif yang menularkan kepada anaknya. Pemerintah saat ini sedang melaksanakan program
yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku masyarakat terhadap penyakit
HIV AIDS ini, antara lain dengan program VCT (voluntary, sounseling, and test).
Diharapkan mampu menjaring sebanyak mungkin kasus HIV-AIDS sedini menugkin untuk
mencegah penularan lebih lanjut. Selain itu sasaran lainnya adalah usia muda dan remaja agar
mampu melaksanakan upaya promosi dan prevensi terhadap penyakit ini.
Pada kasus terhadap cepat dan banyaknya jumlah kasus HIV-AIDS pada tahun 2014
diperlukan sebuah program yang ditujukan untuk menanggulangi penularan penyakit
tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan pada kasus ini adalah upaya promtif dan preventif
dari puskesmas yang dapat meningkatkan tingkat kepedulian masyarakat terhadap penularan
penyakit HIV-AIDS, namun sebelumnya juga harus dilakukan surveillance dan screening
untuk mewaspadai tingkat prevalensi dari HIV-AIDS.
1 | Page
Segitiga epidemiologi
Penyakit menular adalah penyakit yang ditularkan melalui berbagai media. Berbeda
dengan penyakit tidak menular yang biasanya bersifat menahun dan banyak disebabkan oleh
gaya hidup (life style), penyakit menular umumnya bersifat akut (mendadak) dan menyerang
2 | Page
semua lapisan masyarakat.2 Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor
yang saling mempengaruhi. Faktor tersebut yaitu lingkungan (environment), agen penyebab
penyakit (agent), dan pejamu (host). Ketiga faktor penting ini disebut segitiga epidemiologi
(epidemiologic triangle). Hubungan ketiga faktor tersebut digambarkan secara sederhana
sebagai tumbangan, yaitu agen penyebab penyakit pada satu sisi dan pejamu pada sisi yang
lain dengan lingkungan sebagai penumpunya.2
Bila agen penyebab penyakit dengan pejamu berada dalam keadaan seimbang, maka
seseorang berada dalam keadaan sehat. Perubahan keseimbangan akan menyebabkan
seseorang sehat atau sakit. Penurunan daya tahan tubuh akan menyebabkan bobot agen
penyebab penyakit menjadi lebih berat
sehingga seseorang menjadi sakit. Demikian
pula bila agen penyakit menjadi lebih
banyak atau lebih ganas, sedangkan faktor
pejamu tetap, maka bobot agen penyebab
menjadi lebih berat. Sebaliknya bila daya
tahan tubuh seseorang baik atau meningkat
maka ia dalam keadaan sehat. Apabila faktor
lingkungan berubah menjadi cenderung
menguntungkan agen penyakit, maka orang
Gambar 1. Segitiga
Epidemiologi
Sumber: www.jech.bmj.com
akan
sakit.
Pada
prakteknya
seseorang
Agen (Agent)
Agen penyebab penyakit terdiri dari bahan kimia, mekanik, stress (psikologik), atau
biologis. Penyakit menular biasanya disebabkan oleh agen biologis seperti infeksi bakteri,
virus, parasit, atau jamur. Pengetahuan mengenai sifat-sifat agen sangat penting untuk
pencegahan dan penanggulangan penyakit. Sifat-sifat tersebut termasuk ukuran, kemampuan
berkembang biak, kematian agen, atau daya tahan terhadap pemanasan atau pendinginan. 2
Salah satu sifat agen penyakit adalah virulensi. Virulensi adalah kemampuan atau keganasan
suatu agen penyebab penyakit untuk menimbulkan kerusakan pada sasaran. Biasanya ynag
diukur adalah derajat kerusakan yang ditimbulkan.2
Pejamu (Host)
3 | Page
Hal yang perlu diketahui tentang pejamu meliputi karakteristik, gizi, atau daya tahan,
pertahanan tubuh, kebersihan pribadi, gejala dan tanda penyakit, dan pengobatan.
Karakteristik pejamu dapat dibedakan sebagai berikut.
a. Umur. Umur biasanya berhubungan dengan daya tahan tubuh seseorang terhadap
penyakit. Seorang bayi masih memiliki kekebalan pasif dari ibunya. Namun dengan
bertambahnya usia kekebalan itu semakin berkurang. Asuhan gizi akan menggantikan
fungsi kekebalan dalam menghadapi penyakit. Keikutsertaan bayi dalam program
imunisasi dasar sangat berguna pada pencegahan penyakit yang dapat dicegaj dengan
imunisasi.
b. Jenis kelamin. Sebagian besar penyakit menular menyerang semua jenis kelamin.
Perbedaan prevalensii antara laki-laki dan wanita biasanya disebabkan oleh gaya
hidup.
c. Pekerjaan. Pekerjaan dapat berhubungan dengan penyakit menular yang dialami
seseorang. Petani akan mudah terserang penyakit cacing yang penularannya melalui
tanah atau daerah persawahan.
d. Keturunan. Faktor keturunan atau genetic berhubungan dengan konstitusi tubuh
manusia, daya tahan tubuh, kepekaan terhadap zat asing, termasuk agen penyebab
penyakit.
e. Ras. Kecenderungan penyakit menular tertentu untuk menyerang ras tertentu masih
banyak diperdebatkan.
f. Gaya hidup. Seorang yang sering keluar malam akan lebih mudah terkena malaria
karena lebih sering terkena gigitan nyamuk. Kebiasaan yang kurang higenis juga
mempermudah terjadinya infeksi.2
Lingkungan (Environment)
Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan nonfisik. Lingkungan Fisik terdiri dari:
a.
b.
c.
d.
4 | Page
Biakan virus
Deteksi antigen p 24
6 | Page
Deteksi antibodi
(Anti HIV 3 metode)
Elisa (Enzyme
Linked
Immunosorben
t Assay)
Western Blot
(WB)
Rapid Test
Macam
Tes HIV
Gambar 2. Tes HIV
d. Konseling Pasca Test
1. Mempersiapkan klien untuk menerima dan membuka hasil
2. Menolong klien untuk memahami dan mengatasi (coping) dengan hasilnya
3. Memberikan informasi lanjutan
4. Informasi rujukan klien ke layanan lain
5. Konseling pengurangan dampak buruk
6. Mendiskusikan pembukaan status HIV ke pasangan
e. Hasil tes
1. Positif
Berikan waktu kepada klien untuk mengungkapkan emosinya
Yakinkan bahwa klien paham hasil tes
Menolong klien mengatasi stres dengan hasilnya
Konseling lanjutan dan pembukaan status pada pasangan
2. Negatif
Yakinkan bahwa klien paham hasilnya hasilnya
7 | Page
Pencegahan HIV-AIDS
Pencegahan primer dilakukan sebelum seseorang terinfeksi HIV. Hal ini diberikan
pada seseorang yang sehat secara fisik dan mental. Pencegahan ini tidak bersifat terapeutik;
tidak menggunakan tindakan yang terapeutik; dan tidak menggunakan identifikasi gejala
penyakit. Pencegahan ini meliputi dua hal, yaitu:
1. Peningkatan kesehatan, misalnya: dengan pendidikan kesehatan reproduksi tentang
HIV/AIDS; standarisasi nutrisi; menghindari seks bebas; secreening
2. Perlindungan khusus, misalnya: imunisasi; kebersihan pribadi; atau pemakaian
kondom.
Pencegahan sekunder berfokus pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) agar tidak
mengalami komplikasi atau kondisi yang lebih buruk. Pencegahan ini dilakukan melalui
pembuatan diagnosa dan pemberian intervensi yang tepat sehingga dapat mengurangi
keparahan kondisi dan memungkinkan ODHA tetap bertahan melawan penyakitnya.
Pencegahan sekunder terdiri dari teknik skrining dan pengobatan penyakit pada tahap
dini. Hal ini dilakukan dengan menghindarkan atau menunda keparahan akibat yang
ditimbulkan dari perkembangan penyakit; atau meminimalkan potensi tertularnya penyakit
lain.
8 | Page
9 | Page
Surveilans pasif memiliki ciri mendapatkan data-data ynag diperlukan dari pelaporan kasus
penderita pada klinik atau rumah sakit.4
Surveilans aktif adalah surveilans yang dalam pengumpulan data nya melengkapi
kelengkapa laporan secara kualitatif dan kuauantitatif agar datanya tetap terjaga dan terukur
dengan melakukan skrining dari rumah ke rumah, sehingga tidak ada satupun kasis yang
terlepas dari pendataan. Contoh Tujuan surveilans pada penyakit AIDS adalah mengukur
insidens kasus AIDS sehingga kecenderungan ke depan dapat diperdiksi dan pelayanan
kesehatan dapat direncanakan.3
Unsur-unsur dalam surveilans:
Pencatatan kematian
Dilakukan pada tingkat desa dilaporkan ke tingkat kelurahan, kecamatan, dan
puskesmas ynag selanjutnya diberikan kepada kabupaten. Pencatatan kematian
sebahiknya menggunakan kelengkapan pencatatan kematian yang valid dilakukan
oleh diagnosis dokter.
Laporan Penyakit
10 | P a g e
Penting untuk mengetahui distribusi penyakit menurut waktu, apakah musiman atau
siklus, untuk mengetahui pola ukuran endemis suatu penyakit. Bila terjadi lonjakan
frekuensi penyakit melebihi perkiraan endemis berarti terjadi KLB pada daerah
tertentu. Data yang boleh diambil berdasarkan diagnosis penyakit oleh dokter dan
wabah.
Pemeriksaan Laboratorium
Laboratorium merupakan sarana untuk mengetahui penyebab penyakit menular dan
Survei
Cara penelitian epidemiologi untuk mengetahui prevalensii suatu penyakit. Dengan
ukuran ini dapat diketahui luasnya masalah penyakit tersebut. Bila setelah survei
11 | P a g e
pertama dilakukan pengobatan terhadap penderita, maka dengan survei kedua dapat
Pengumpulan Data
Analisis Data
Evaluasi hasil
intervensi
Melaksanakan kegiatan
penyelesaian masalah
Penyusunan rencana
penyelesaian masalah
Uji Coba
12 | P a g e
Menentukan tujuan dan menyusun cara penyelesaian
Analisis SWOT
Berdasarkan pengambilan dan pengolahan data, ditetapkan beberapa masalah,
kemudian dipilih satu masalah utama. Setelah itu mengungkapkan beberapa alternatif
pemecahan masalah, dan dari beberapa alternatif tersebut dipilih satu, dengan menimbang
efisiensi dan efektifitas
Untuk mengetahui berbagai faktor yang mendukung serta menghambat, dilakukan
kajian secara seksama dengan analisis SWOT, dengan unsur-unsur sebagai berikut:6
a. Kekuatan
b. Kelemahan
c. Kesempatan
d. Hambatan
Pelaporan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)
Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) adalah kegiatan
pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di
puskesmas termasuk puskesmas pembantu, yang ditetapkan melalui surat keputusan Menteri
Kesehatan RI No.63/Menkes/SK/II/1981. SP2TP bertujuan agar semua hasil kegiatan
puskesmas (di dalam dan di luar gedung) dapat dicatat serta dilaporkan ke jenjang
selanjutnya sesuai dengan kebutuhan secara benar, berkala, dan teratur, guna menunjang
pengelolaan upaya kesehatan masyarakat.6
Ruang lingkup pencatatan dan pelaporan, meliputi jenis data yang dikumpulkan,
dicatat, dan dilaporkan puskesmas. Jenis data tersebut mencakup :
Sarana fisik
Ketenagaan
13 | P a g e
Kesimpulan
Prevalensi HIV-AIDS yang tinggi dalam periode tahun 2014 tinggi karena program
penanggulangan penyakit ini belum bekerja secara maksimal. Puskesmas dalam
pelaksanaannya sebagai pusat kesehatan dalam suatu masyarakat harus melakukan kegiatan
promotif dan preventif terhadap penularan HIV-AIDS, dan juga melaksanakan pelaporan dan
perencanaan program dalam menanggulangi penyebaran HIV-AIDS.
Daftar Pustaka
1. Heffner LJ, Schust DJ. At a glance: sistem reproduksi, Ed.2. Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2005.h.103.
2. Widoyono. Penyakit
tropis:
epidemiologi,
penularan,
pencegahan
&
14 | P a g e