Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran melalui interaksi guru dengan siswa, siswa dengan
siswa, dan siswa dengan guru, secara tidak langsung menyangkut berbagai
komponen lain yang saling terkait menjadi satu sistem yang utuh. Perolehan hasil
belajar sangat ditentukan oleh baik tidaknya kegiatan dan pembelajaran selama
program pendidikan dilaksanakan di kelas yang pada kenyataannya tidak pernah
lepas dari masalah.
Selama ini kegiatan belajar mengajar masih didominasi oleh guru
(teacher-centered). Kurangnya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar
dapat membuat siswa tersebut menjadi pasif dalam belajar. Siswa akan
menganggap bahwa belajar hanya rutinitas sehari-hari. Hal ini dapat membuat
siswa menjadi malas belajar dan tidak semangat dalam belajar. Akhirnya ketika
berada di dalam kelas siswa hanya duduk, mendengar, dan melihat tanpa mengerti
dengan materi yang telah diajarkan oleh guru.
Apabila kegiatan belajar mengajar terus berlangsung seperti ini, siswa
tidak akan paham dan mengerti apa yang diajarkan oleh guru. Kondisi seperti ini
dapat membuat hasil belajar IPS siswa menjadi rendah. Untuk mengatasi hal ini
dibutuhkan metode pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan
belajar mengajar untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.
Salah satu metode yang dapat diterapkan dalam melibatkan siswa secara
aktif, guna menunjang kelancaran proses belajar mengajar adalah menggunakan
metode resitasi. Metode resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan
menugaskan

peserta

didik

mempelajari

sesuatu

kemudian

harus

dipertanggungjawabkan. Metode resitasi merupakan metode mengajar dengan


memberikan tugas untuk meninjau pelajaran baru dan untuk mengingat pelajaran
yang sudah diajarkan.

Oleh karena itu, dengan menggunakan metode resitasi diharapkan mampu


memancing keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Hal ini disebabkan
karena siswa dituntut untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru dan harus
dipertanggung jawabkan. Tugas tersebut dapat berupa menjawab soal-soal latihan,
mengerjakan PR dan soal dalam buku pegangan. Tugas yang diberikan oleh guru
tidak hanya dikerjakan di kelas yang sempit dan terbatas oleh waktu, akan tetapi
perlu dilanjutkan di rumah, di perpustakaan, di laboratorium atau dimana saja asal
tugas itu dapat dikerjakan.
Atas dasar pengertian tersebut, pembelajaran dengan metode resitasi
mempunyai karakteristik sebagai berikut; pertama, pembelajaran memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bereksplorasi konsep yang telah diajarkan.
Kedua, pembelajaran mengaktifkan siswa untuk mempelajari sendiri suatu
masalah dengan memecahkannya sendiri. Ketiga, pembelajaran memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menggunakan pengetahuannya yang lebih luas
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Keempat, pembelajaran
dapat dilaksanakan secara individu atau kelompok. Kelima, pembelajaran
dilaksanakan di dalam kelas atau di luar kelas. Keenam, pembelajaran dapat
mengembangkan dan memupuk inisiatif serta tanggung jawab siswa.
Konsep yang sesuai dengan karakteristik di atas adalah konsep gerak.
Konsep tersebut membutuhkan banyak latihan menyelesaikan soal-soal.
Pemberian tugas (soal-soal) kepada siswa dapat membuat siswa lebih termotivasi
dalam belajar, disamping itu siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar
dan juga dapat membuat siswa bertanggung jawab terhadap tugas yang telah
diberikan oleh guru. Aktifnya siswa dalam pembelajaran diharapkan siswa dapat
lebih mudah memahami konsep fisika dan dapat merangsang daya cipta siswa
dalam mengembangkan konsep-konsep yang telah diajarkan guru dalam proses
pembelajaran di sekolah dan diharapkan pula dapat meningkatkan hasil belajar
fisika siswa.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu untuk melakukan
penelitian dengan judul PENGARUH METODE RESITASI TERHADAP
HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) SISWA.
2

B. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, dapat dikemukakan
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Aktivitas pembelajaran masih didominasi oleh guru (teacher-centered),
sehingga siswa lebih bersifat pasif.
2. Faktor kurangnya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar.
3. Rendahnya hasil belajar ilmu penegetahuan social (IPS) siswa.
C. Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas, maka penulis membatasi
pada masalah sebagai berikut.
1. Untuk mengatasi kurangnya keterlibatan siswa dalam proses belajar
mengajar, maka dalam penelitian ini diterapkan metode resitasi.
2. Konsep yang akan diajarkan dengan menggunakan metode resitasi adalah
konsep gerak, pada kelas VII semester II.
3. Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil tes
kognitif saja. Ranah kognitif yang akan diukur pada penelitian ini adalah
mulai C1 sampai dengan C4.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah Apakah metode resitasi berpengaruh terhadap hasil belajar
ilmu pengetahuan sosial siswa?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka kegiatan
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode resitasi terhadap hasil
belajar IPS siswa.

F. Manfaat Penenelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi mengenai alternatif metode pembelajaran sebagai
upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Memberikan pengetahuan dan wawasan dalam menerapkan metode resitasi.
3. Sebagai bahan masukan dalam memilih metode pembelajaran yang tepat dan
sesuai dengan materi yang diajarkan.

BAB II
KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN
RUMUSAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoretis
1. Metode Pembelajaran
a.

Pengertian Metode Pembelajaran


Penyampaian materi yang baik merupakan syarat mutlak dari seorang

guru. Karena hal itu dapat mempengaruhi proses pembelajaran dan hasil belajar
siswa. Oleh karena itu metode yang diterapkan seorang guru harus sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai.
Menurut Anitah mengungkapkan, metode mengajar adalah suatu cara yang
direncanakan dan digunakan guru dalam proses pembelajaran agar tujuan
pembelajaran tercapai.1 Jadi metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara
yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Penggunaan metode yang tepat merupakan tuntutan yang harus dipenuhi guru.
Diungkapkan oleh Alipadie (1984:72) cara mengajar yang menggunakan
berbagai jenis teknik dan dilakukan secara tepat dan penuh perhatian oleh guru,
akan memperoleh minat belajar para siswa dan karena itu pula akan mempertinggi
hasil belajar siswa.2 Berdasarkan pendapat tersebut pemilihan metode mengajar
yang tepat akan menumbuhkan minat siswa, semakin banyak variasi metode
mengajar yang diberikan kepada siswa akan menumbuhkan minat dan motivasi
siswa untuk mau belajar dan karena itu pula akan mempertinggi hasil belajar
siswa.

1 Sri Anitah W, Janet Trineke Manoy, & Susanah, Strategi Pembelajaran


Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), Cet III, h. 4.3.
2Wakhinuddin S, Metode Mengajar, dari
http://wakhinuddin.wordpress.com/2009/06/24/metode-mengajar-2/, 17 Mei 2011,
10:07 AM
5

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah


cara yang digunakan guru dalam mengerjakan satuan atau unit materi pelajaran
dengan memusatkan pada keseluruhan proses atau situasi belajar. Selain itu,
dalam pemilihan metode pembelajaran harus mengutamakan keterlibatan siswa
untuk aktif dalam proses pembelajaran demi pencapaian hasil belajar yang
maksimal.
Namun demikian dalam pembelajaran di sekolah penggunaan kata metode
sebenarnya sering digantikan dengan kata teknik atau sebaliknya secara
bergantian. Gerlach & Ely (1980) mengemukakan teknik (yang kadang-kadang
disebut metode) dapat diamati dalam setiap kegiatan pembelajaran.3 Metode
bersifat procedural, sedangkan teknik lebih bersifat implementatif. Sehingga
metode (teknik) mengajar adalah cara mengajar yang lebih khusus yang
digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa kearah tujuan
yang akan dicapai. Oleh karena guru yang kreatif dan professional sewaktu-waktu
mampu menggunakan berbagai metode dengan efektif dan efisien menuju
tercapainya tujuan pembelajaran.
b. Prinsip-prinsip Penggunaan Metode Pembelajaran
Proses kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku pada satu
metode mengajar, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi
agar jalannya tidak membosankan. Penggunaan metode pembelajaran yang
bervariasi juga tidak akan menguntungkan jika penggunaan metode pembelajaran
tidak tepat dan sesuai dengan situasi yang mendukungnya.
Ada lima faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar,
sebagai berikut :4
1) Tujuan yang berbagai jenis dan fungsinya.
2) Anak didik yang berbagai tingkat kematangannya.
3) Situasi yang berbagai keadaannya.
3 Sri Anitah W, Janet Trineke Manoy, & Susanah, Op. Cit, h. 4.49.
4 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), h. 46
6

4) Fasilitas yang berbagai kualitas dan kuantitasnya.


5) Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.
Metode digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang telah
disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal. Ada tiga hal kedudukan metode dalam proses belajar mengajar, yaitu:5
a) Metode sebagai Alat Motivasi Ekstrinsik
Sebagai salah satu komponen pembelajaran, metode menempati peran
yang tidak kalah pentingnya dari komponen lain dalam kegiatan belajar mengajar.
Tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode
pembelajaran. Motivasi ekstrinsik menurut Sardiman adalah motif-motif yang
berfungsi sebagai alat perangsang dari luar. Karena itu, metode berfungsi sebagai
alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang.
Guru yang menggunakan satu metode dalam belajar mengajar cenderung
membuat siswa bosan dan jalannya pembelajaran terlihat kaku. Anak didik terlihat
kurang bergairah belajar dan malas mengikuti pelajaran. Dengan demikian setiap
kali pertemuan guru harus mempunyai berbagai variasi penggunaan metode
pembelajaran sehingga menghasilkan proses belajar mengajar yang aktif bagi
siswa. Metode yang tepat dan bervariasi dapat dijadikan sebagai alat motivasi
ekstrinsik.
b) Metode sebagai Strategi Pembelajaran
Penggunaan metode harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana
kelas, anak didik, tujuan dan fasilitas. Karena itu, dalam kegiatan pembelajaran,
guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan
efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki
strategi adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasa disebut metode
mengajar. Dengan demikian metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai
alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

5 Ibid, h. 72-75
7

c) Metode sebagai Alat Mencapai Tujuan


Tujuan adalah pedoman yang memberi arah kemana kegiatan belajar
mengajar akan dibawa. Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah
tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Dengan
memanfaatkan metode secara akurat guru akan mampu mencapai tujuan
pengajaran. Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan
tertentu, metode yang digunakan harus sesuai dengan tujuan.
2. Metode Resitasi
a.Pengertian Metode Resitasi
Belajar fisika tidaklah serumit yang dibayangkan, banyak siswa yang
mengeluh karena pelajaran fisika lebih sering menghafal konsep daripada
memahami konsep, agar proses belajar fisika lebih efektif dan dapat memotivasi
siswa untuk lebih aktif, metode resitasi (penugasan) dapat diterapkan. Dengan
adanya pemberian tugas, siswa akan lebih berperan aktif dalam kegiatan belajar
mengajar karena siswa memiliki kesempatan yang lebih luas untuk menggunakan
pengetahuannya dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
Menurut Karo-Karo resitasi atau recitation adalah penyajian kembali apaapa yang dimiliki, diketahui atau dipelajari. Pendapat tentang resitasi juga
disampaikan oleh Djamarah dan Zain yang menyatakan bahwa metode resitasi
(penugasan) adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas
tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.6 Tugas yang dilaksanakan oleh
siswa dapat dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di
perpustakaan, di bengkel, di rumah siswa, atau di mana saja asal tugas itu dapat
dikerjakan.7 Menurut Soewardi dalam metode resitasi, murid diberi tugas-tugas
yang

harus

dikerjakan

secara

kelompok

individual

yang

harus

dipertanggungjawabkan secara lisan atau tertulis dengan tujuan mengaktifkan

6 Ibid, h. 85
7 Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.
134
8

murid berpikir dan mempertanggungjawabkan pemikirannya secara logis dan


obyektif.
Metode resitasi juga merupakan suatu metode mengajar dimana siswa
diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri.8 Namun agar lebih variatif
dan menghindari kejenuhan siswa, maka dapat juga dipadukan dengan tugas
berupa membuat atau merancang model-model, alat-alat atau permainan yang
berhubungan dengan pelajaran fisika.
Teknik pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan
agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan
latihan-latihan selama melakukan tugas; sehingga pengalaman siswa dalam
mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. Hal ini terjadi disebabkan siswa
mendalami situasi atau pengalaman yang berbeda ketika menghadapi masalahmasalah baru. Selain itu metode ini dapat mengaktifkan siswa untuk mempelajari
sendiri suatu masalah dengan membaca sendiri, mengerjakan soal-soal sendiri,
mencoba sendiri dan agar siswa lebih rajin belajar.9
Ditinjau dari proses penyelesaian atau pengerjaannya, metode pemberian
tugas dalam pembelajaran fisika dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu tugas
yang harus diselesaikan selama pembelajaran berlangsung dan tugas yang harus
diselesaikan di luar kelas, di luar jadual belajar mengajar yang telah dijadualkan,
tapi merupakan kelanjutan dari pengajaran kelas.
Agar metode ini dapat memberikan hasil belajar yang maksimal, maka
hendaknya tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan unsur penguatan sehingga
dapat merangsang anak didik untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Dengan
adanya penguatan akan dapat menimbulkan sikap positif terhadap pelajaran fisika.
Dalam memberikan tugas hendaknya perlu diperhatikan derajat kesukaran
dan banyaknya soal latihan, sebab bila tugas yang diberikan terlalu sukar dan
jumlahnya cukup banyak akan membuat siswa menjadi frustasi, keadaan seperti
ini akan menimbulkan sikap negatif terhadap pelajaran fisika. Sedangkan bila soal
8http://dossuwanda.wordpress.com/2008/03/18/ragam-metode-pembelajaran/, (13
Mei 2011, 8:16 AM
9 Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2005) h. 61
9

tersebut terlalu mudah akan menimbulkan rasa bosan atau dengan kata lain
menjemukan.
Bila metode resitasi direncanakan dengan baik, maka dapat mengaktifkan
siswa untuk belajar sendiri mengenal suatu masalah dengan cara membaca,
mencoba atau mengerjakan soal latihan. Selain itu, pemberian tugas dapat
membiasakan siswa berpikir dengan membandingkan dan mencari hukum-hukum
yang berhubungan, serta melatih siswa berhadapan dengan persoalan yang tidak
hanya sekedar hapalan. Melaksanakan tugas akan mengembangkan dan memupuk
inisiatif serta tanggung jawab dari siswa yang bersangkutan.
Dalam pelaksanaan metode resitasi perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1)Tugas harus direncanakan secara jelas dan sistematis, terutama mengenai tujuan
pemberian tugas, dan cara mengerjakannya.
2) Tugas

yang

diberikan

harus

dapat

dipahami

oleh

siswa,

kapan

mengerjakannya, berapa lama tugas tersebut harus dikerjakan, secara individu


atau kelompok. Hal tersebut akan sangat menentukan keefektifan penggunaan
metode resitasi dalam pengajaran.
3) Apabila tugas tersebut berupa tugas kelompok, maka perlu diupayakan agar
seluruh anggota kelompok dapat terlibat secara aktif dalam proses
penyelesaian tugas tersebut, terutama kalau tugas tersebut diselesaikan di luar
kelas.
4) Guru harus mengontrol proses penyelesaian tugas yang dikerjakan oleh
peserta didik.
Pada dasarnya proses belajar berlangsung dalam suatu latihan atau
pengalaman, sehingga dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada individu.
yang dimaksudkan pengalaman disini adalah segala kejadian yang secara sengaja
atau tidak sengaja dialami seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan latihan
adalah kejadian yang dengan sengaja dilakukan seseorang secara kontinu yang
gunanya untuk mendapatkan keterampilan dan penguatan.
Dari urain di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode resitasi adalah
cara penyajian bahan pelajaran dengan menugaskan peserta didik mempelajari
sesuatu yang kemudian harus dipertanggungjawabkan. Karena tugas yang
10

dikerjakan pada akhirnya akan dipertanggungjawabkan maka siswa akan


terdorong untuk mengerjakannya secara sungguh-sungguh. Tugas yang diberikan
guru dapat memperdalam materi, dapat pula mengembangkan bahan yang telah
dipelajari.

b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Resitasi


Kelebihan metode resitasi, antara lain:
1) Membiasakan pada siswa untuk mengisi waktu luangnya dengan hal-hal yang
bermanfaat, seperti belajar.
2) Pengetahuan yang diperoleh lebih mendalam.
3) Memupuk rasa tanggung jawab dalam diri siswa, dengan diberikan tugas oleh
guru yang harus dikerjakan dan dikumpulkan.
4) Menanamkan disiplin waktu pada siswa.
5) Melatih siswa berpikir kritis, tekun dan giat belajar.
6) Siswa diberikan kesempatan untuk bereksplorasi konsep yang telah diajarkan.
Selain itu metode resitasi juga memiliki kelemahan, antara lain:10
a) Sulit bagi guru untuk mengecek apakah tugas yanng diberikan dikerjakan
oleh siswa sendiri atau oleh orang lain.
b) Jika guru tidak bisa mengukur berat ringannya tugas yang diberikan, akan
membuat siswa merasa terbebani yang memicu tekanan secara psikis.
c) Siswa yang memiliki keterbatasan kemampuan belajar, akan mengalami
kesulitan belajar.
d) Terkadang siswa mengerjakan tugas secara asal atau cukup mencontek hasil
pekerjaan temannya, hal ini mengakibatkan siswa tidak mempelajari materi
yang diajarkan yang seharusnya ia kuasai.
e) Tugas yang monoton menimbulkan kebosanan belajar siswa.
f) Guru harus sering menyiapkan soal-soal atau tugas siswa.

10 Zulfiani dkk, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta, Lembaga Penelitian UIN


Jakarta, 2009), h. 106.
11

c.Fase-fase Metode Resitasi


Langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan metode pemberian
tugas atau resitasi, yaitu:
1) Fase Pemberian Tugas
Pada fase ini, guru harus memperhatikan tujuan yang akan dicapai dari
pemberian tugas tersebut, jenis tugas harus jelas, tugas harus sesuai kemampuan
siswa, adanya petunjuk untuk sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa, dan
sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas.
2) Fase Pelaksanan Tugas
Pada fase ini, guru harus memberikan bimbingan pada siswa agar siswa tidak
bertanya-tanya lagi apa yang harus dikerjakan, dan apa yang menjadi tugasnya.
Guru juga harus memberikan pengawasan pada siswa agar siswa tidak meniru
pekerjaan temannya. Selain itu guru juga harus memberikan dorongan agar anak
termotivasi dan mau melaksanakan tugasnya dengan baik. Pada fase ini siswa
dianjurkan mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematis.
3) Fase Mempertanggungjawabkan Tugas (Fase Resitasi)
Pada fase ini, siswa belajar (dengan melaksanakan tugas) sesuai dengan
tujuan atau petunjuk-petunjuk guru. Fase resitasi adalah fase dimana siswa
mempertanggungjawabkan

hasil belajarnya. Bentuk-bentuk resitasi harus

disesuaikan dengan tujuan pemberian tugas.


Hal-hal yang harus dikerjakan pada fase ini yaitu:
a) Laporan siswa baik lisan atau tertulis dari apa yang telah dikerjakan.
b) Ada tanya jawab atau diskusi kelas.
c) Penilaian hasil pekerjaan siswa dapat dilakukan dengan tes maupun non tes.
3. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar

12

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk


memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.11
Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku di mana
perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga
ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.12 Menurut
pengertian ini, belajar merupakan suatu proses kegiatan dan bukan suatu hasil atau
tujuan.
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam berinteraksi
dengan lingkungannya yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Belajar adalah perubahan. Perubahan yang terjadi pada seseorang dari yang belum
tahu menjadi tahu, dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang terjadi harus
secara relatif bersifat tetap, dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini
nampak (immediate behavior), tetapi perilaku yang mungkin terjadi di masa
mendatang (potential behavior).
Belajar memiliki pengertian yang sangat komplek sehingga para ahli
mengemukakannya dengan beberapa definisi, definisi belajar telah di kemukakan
oleh beberapa ahli. Gagne mengatakan bahwa belajar adalah suatu pendekatan
dalam disposisi watak atau kapabilitas (kemampuan) manusia yang berlangsung
selama jangka waktu dan tidak mangganggu proses pertumbuhan.
Morgan mengatakan dalam bukunya A Brief Introduction to Psychology
bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku
yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Dengan demikian,
perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan,
kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan adalah tidak termasuk sebagai
belajar.
11 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta, PT.
Rineka Cipta, 2003) h. 2
12 NgalimPurwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung, PT. Rosdakarya, 2006) h.
85
13

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar


merupakan suatu usaha seseorang dengan menggunakan potensi yang dimilikinya
untuk mengadakan perubahan fisik, mental juga tingkah laku yang harus
didukung oleh lingkungannya.
Oleh karenanya belajar merupakan kegiatan manusia yang terpenting dan
harus dilakukan selama hidup, karena melalui belajar dapat melakukan perbaikan
dalam berbagai hal yang menyangkut kepentingan hidup. Dengan kata lain,
melalui belajar dapat memperbaiki nasib dan mencapai cita-cita yang
didambakan.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Aktivitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung
wajar. Kadang-kadang lancar dan kadang-kadang tidak, kadang-kadang cepat
menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal
semangat kadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk
mengadakan konsentrasi. Demikian diantara kenyataan yang sering kita jumpai
pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan
aktivitas belajar mengajar.
Hasil belajar ini tidak selalu disebabkan oleh faktor-faktor intelegensi,
akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non intelegensi. Dengan
demikian, hasil tes IQ (Intelegency Quotient) yang tinggi belum tentu menjamin
prestasi yang tinggi atau keberhasilan dalam belajar.
Purwanto pun membagi faktor yang mempengaruhi proses dan prestasi
belajar menjadi dua, yaitu:
1) Faktor Internal
Faktor Internal adalah faktor yang ada dalam diri seseorang dalam hal ini
dalam diri siswa. Faktor ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
a) Faktor Fisiologis
Faktor ini ditinjau berdasarkan keadaan jasmani. Jasmani yang sehat akan
berbeda dengan pengaruhnya terhadap belajar dibandingkan dengan jasmani yang
kurang sehat. Kondisi fisiologi siswa terdiri atas kondisi kesehatan dan kebugaran
14

fisik serta kondisi panca inderanya, terutama sekali indera penglihatan dan
pendengaran.
Apabila seseorang siswa memiliki kondisi fisiologi yang kurang baik seperti
indera pendengaran dan penglihatannya kurang baik, maka hampir dapat
dipastikan siswa tersebut akan mengalami kesulitan dalam belajar, sebagaimana
telah disebutkan pada awal penulisan. Jika hal tersebut tidak segera di tindak
lanjuti maka akan berpengaruh terhadap prestasi belajar yang akan diperoleh
siswa tersebut.
b) Faktor Psikologis
Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi belajar menyebutkan, yang
termasuk ke dalam faktor psikologis diantaranya adalah: motivasi, minat, dan
bakat. Apabila seseorang memiliki motivasi, minat, dan bakat maka ia akan
terpacu untuk terus belajar. Dengan kata lain ia memiliki semangat yang luar biasa
untuk terus belajar. Akan tetapi sebaliknya apabila keadaan individunya seperti
kurang sehat, gangguan pada inderanya, dan lain-lain, maka hal tersebut sedikit
banyak akan mempengaruhi kegiatan belajarnya.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor ini
terdiri dari faktor-faktor lingkungan dan faktor-faktor instrumental.
a) Faktor-faktor Lingkungan
Faktor lingkungan dibagi menjadi dua bagian yaitu:
(1) Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial ini dapat kita rinci menjadi lingkungan sosial sekolah dan
lingkungan sosial siswa. Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf
dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seseorang baik
positif maupun negatif. Misalnya, guru yang menunjukkan sikap dan prilaku yang
simpati maka hal itu akan menjadi daya dorong positif bagi kegiatan belajar
siswa. Kemudian lingkungam sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga serta
teman-teman sepermainan di sekitar tempat tinggal siswa tersebut di luar

15

pendidikan formal. Namun lingkungan sosial yang paling banyak berpengaruh


pada siswa adalah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri.
(2) Lingkungan Non Sosial
Lingkungan non sosial yang dimaksud adalah hal-hal yang dipandang turut
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa yang tak terhitung jumlahnya
misalnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang atau malam),
gedung sekolah dan letaknya, alat-alat sekolah yang digunakan siswa untuk
belajar, tempat tinggal siswa dan letak tempat tinggal tersebut.
b) Faktor-faktor Instrumental
Faktor Instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat
pengajaran, guru, dan kurikulum/materi pelajaran serta strategi belajar mengajar
yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
Pengaruh dari dalam diri siswa merupakan hal yang logis dan wajar, karena
hakikat perbuatan belajar adalah perbuatan tingkah laku individu yang diniati dan
disadarinya. Siswa harus merasakan adanya suatu kebutuhan untuk belajar dan
berprestasi, maka siswa harus berusaha mengarahkan seluruh daya dan upaya
untuk dapat mencapainya.
Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar yang bermakna bagi
dirinya sendiri akan lebih lama bertahan, membentuk sikap kepribadian yang baik,
bermanfaat untuk mempelajari aspek lain yang mampu mengembangkan
kreativitasnya, dengan demikian siswa akan lebih giat dalam belajar. Hal ini akan
membuat hasil belajar yang diperoleh siswa akan semakin tinggi. Artinya semakin
tinggi kemauan belajar siswa, maka akan semakin tinggi pula hasil belajar yang
akan diperoleh oleh siswa tersebut.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,
nilai-nilai, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan. Hasil belajar dapat
dilengkapi

dengan

jalan

serangkaian

pengalaman-pengalaman

pertimbangan belajar yang telah dialami peserta didik.


B. Hasil Penelitian yang Relevan
16

dengan

Sebagai bahan penguat penelitian tentang pengaruh metode resitasi


terhadap hasil belajar siswa, penulis mengutip beberapa penelitian yang relevan
antara lain adalah sebagai berikut.
1. Berti Yolida dalam jurnal penelitiannya yang berjudul Penerapan Metode
Resitasi dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa.
Dari hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa penerapan metode resitasi
dapat membuat siswa termotivasi dan aktif dalam pembelajaran, karena
resitasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan memberikan
latihan-latihan soal dimana siswa harus menjelaskan kembali tugas tersebut di
depan kelas.13
2. A. Salam dalam jurnal penelitiannya yang berjudul Pengaruh Metode
Pemberian Tugas Secara Resitasi dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi
Belajar Matematika Siswa. Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
metode pemberian tugas secara resitasi dapat memotivasi belajar matematika
siswa di SMPN 01 dan SMPN 02 Madapangga Kabupaten Bima, sehingga
berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP kelas
VII.14
3. Zuliah Khaerani, berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang
menerapkan metode resitasi di SMAN 5 Bekasi, menyatakan bahwa terdapat
peningkatan hasil belajar siklus pertama terhadap siklus kedua. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai rata-rata yang dicapai siswa pada siklus pertama
sebesar 73,25 menjadi 83,56 pada siklus kedua.15

13 Berti Yolida. Penerapan Metode Resitasi dalam Meningkatkan Motivasi dan


Hasil Belajar Biologi Siswa. JPMIPA, Volume 8 Nomor 1, Januari 2007.
14 A. Salam. Pengaruh Metode Pemberian Tugas Secara Resitasi dan Motivasi
Belajar terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa. Jurnal Ilmiah kreatif,
Volume 5 Nomor 2, Juli 2008.
15 Zuliah Khaerani, Penggunaan Metode Resitasi Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Biologi Siswa Penelitian Tindakan Kelas di SMAN 5 Bekasi, (Skripsi S1
Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 59.
17

4. Noer Faizah, berdasarkan hasil penelitiannya yang berjudul Upaya


Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa dengan
Metode Resitasi. Dari hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa
penerapan metode resitasi dapat membuat siswa aktif dalam pembelajaran.
Hal ini terlihat dari hasil lembar observasi yang terus meningkat pada setiap
siklusnya.16

C. Kerangka Berpikir
Keberhasilan seorang siswa dalam belajar sangat didukung oleh
kemampuan dalam memahami dan menguasai konsep dari materi yang telah
dipelajari. Namun pada kenyataannya masih banyak siswa yang belum bisa
memahami dan menguasai konsep tersebut dan hasil belajar siswa pun menjadi
rendah. Salah satu faktor yang menyebabkan siswa belum bisa memahami konsep
yang dipelajarinya dan rendahnya hasil belajar IPS adalah aktivitas pembelajaran
lebih didominasi oleh guru, siswa hanya datang, duduk, mendengar, dan melihat
tanpa mengerti dengan materi yang telah diajarkan oleh guru.
Cara mengajar guru pun saat ini masih banyak yang menggunakan metode
konvensional, hal ini dapat mempengaruhi proses belajar siswa karena siswa
menjadi pasif. Selain cara pengajaran guru yang belum bervariasi, siswa masih
menganggap konsep fisika adalah konsep yang susah dipahami. Konsep yang
digunakan dalam penelitian ini adalah gerak.
Oleh karena itu guru harus memiliki rencana dan menetapkan strategi
belajar mengajar agar siswa dapat mengerti dan memahami materi pelajaran yang
diajarkan. Guru harus mampu membuat suatu metode pembelajaran yang dapat
membuat siswa mampu mencapai tujuan dari kegiatan belajar serta berperan aktif
dalam pembelajaran sehingga diharapkan akan meningkatan hasil belajar siswa.
16 Noer Faizah, Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa dengan Metode Resitasi, (Skripsi S1 Jurusan Pendidikan
Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2009), h. 86.
18

Metode pembelajaran yang harus diterapkan salah satu alternatifnya adalah


metode resitasi.
Metode resitasi (pemberian tugas) merupakan salah satu metode yang
sesuai untuk menciptakan suasana belajar yang aktif serta dapat meningkatkan
pemahaman siswa. Metode resitasi adalah cara mengajar dengan memberikan
tugas-tugas kepada anak kemudian hasil tugasnya dipertanggungjawabkan.
Tempat mengerjakan tugas tersebut tidak hanya di kelas, tetapi dimanapun ia
berada bisa dijadikan tempat mengerjakan. Tugas yang diberikan haruslah sesuai
dengan konsep yang sedang dijelaskan oleh guru, agar siswa dapat membuka
pengetahuannya dalam konsep tersebut.
Penggunaan metode resitasi menekankan peran serta siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Dengan metode resitasi diharapkan dapat merangsang daya cipta
siswa dalam mengembangkan konsep-konsep yang telah diajarkan guru dalam
proses pembelajaran di sekolah dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
fisika siswa.
D. Rumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian teoretis dan kerangka berpikir yang telah diuraikan
sebelumnya, maka hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat pengaruh metode
resitasi terhadap hasil belajar IPS siswa.

19

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs jamiyyatul khair Ciputat Kelas VII
semester 2 tahun ajaran 2015/2016. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan
februari sampai dengan bulan Mei 2016.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi
eksperiment (eksperimen semu). Dalam metode ini terdapat kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Kelompok ekaperimen diberi perlakuan dengan
menggunakan metode resitasi, sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan
dengan menggunakan metode konvensional.
C. Desain Penelitian

20

Penelitian ini menggunakan desain pretest posttest control group design,


dalam desain ini digunakan dua kelompok subjek, satu diantaranya yang diberikan
perlakuan. Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:17
Tabel 3.1 Desain Kelompok Kontrol Pretest-Posttes
Kelompok
E
C

Pretest
T1
T1

Treatment
X1
X2

Posttest
T2
T2

Keterangan:
E : Kelompok eksperimen (kelompok yang menggunakan metode resitasi)
C : Kelompok kontrol (kelompok yang menggunakan metode konvensional)
T1 : Tes awal yang sama pada kedua kelompok (pretest)
T2 : Tes akhir yang sama pada kedua kelompok (posttest)
X1 : Perlakuan dengan menerapkan metode resitasi
X2 : Perlakuan dengan menerapkan metode konvensional
D. Populasi dan Sampel

20

1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.18 Populasi terjangkau adalah
populasi yang terukur karena dibatasi oleh tempat dan waktu. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa MTs jamiyyatul khair. Populasi terjangkau
pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTs jamiiyytul khair.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. 19 Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan tujuan penelitian. Sampel
17 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rajarafindo Persada,
2008), hal.98
18 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu PendekatanPraktek,
(Jakarta:Rineka Cipta, 2006), Cet. 13, Hal. 13
19 Ibid, Hal. 131
21

dalam penelitian ini adalah kelas VII-2 sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-1
sebagai kelas kontrol.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap
persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir penelitian.
1

Tahap Persiapan
Langkah awal pada tahap persiapan sebelum melaksanakan penelitian adalah

pembuatan proposal penelitian, setelah itu pengurusan surat izin penelitian dari
Universitas Islam Negeri Jakarta, langkah selanjutnya adalah survei tempat,
langkah selanjutnya adalah membuat instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi
soal yang telah dibuat dengan bimbingan dosen pembimbing. Setelah instrumen
penelitian selesai dibuat, dilanjutkan dengan penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran.

Tahap Pelaksanaan Penelitian


Langkah awal tahap pelaksanaan penelitian adalah menentukan dua kelompok

sampel yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, selanjutnya diadakan


tes awal (pretest) kepada kedua kelompok penelitian. Soal pretest menggunakan
soal hasil analisis dan uji ahli yang dilakukan oleh dosen pembimbing. Setelah
melakukan pretest, pada kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan metode resitasi, sedangkan kelompok kontrol
dengan

perlakuan

berupa

pembelajaran

dengan

menggunakan

metode

konvensional. Proses pembelajaran berlangsung sebanyak empat kali pertemuan


pada tiap kelasnya. Setelah diberi perlakuan diadakan tes akhir (posttest) untuk
kedua kelompok penelitian. Tes akhir berupa soal-soal yang sama dengan ketika
dilakukan tes awal (pretest).
3

Tahap Akhir Penelitian

22

Setelah kedua kelompok penelitian melaksanakan tes akhir (posttest) langkah


selanjutnya adalah melakukan analisis data hasil tes awal (pretest) dan tes akhir
(posttest) untuk kedua kelompok penelitian dengan menggunakan uji statistik.
Langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan berdasarkan hasil uji statistik
yang telah dilakukan sebelumnya. Penarikan kesimpulan merupakan langkah
paling akhir dalam prosedur penelitian.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes. Tes
digunakan untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif berbentuk pilihan ganda
yang terdiri atas empat pilihan sebanyak 20 soal. Setiap soal memiliki skor 1
(satu). Ranah kognitif yang diukur adalah aspek hafalan/recall (C1), aspek
pemahaman/comprehension (C2), aspek penerapan/aplication (C3), dan aspek
analisis (C4) yang disesuaikan dengan indikator pada kurikulum tingkat satuan
pendidik (KTSP) . Adapun desain kisi-kisi instrumen penelitian hasil belajar dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Hasil Belajar
Kompeten
si Dasar

Konse
p

Menganalisi
s data
percobaan
gerak lurus
beraturan
dan gerak
lurus
berubah
beraturan
serta
penerapann
ya dalam
kehidupan
sehari-hari.

Gerak

Uraian
Materi

Indikator

Gerak,
- Mendeskripsi
keduduka
kan gerak,
n dan
kedudukan
perpindah
dan
an.
perpindaha
n.
Kelajuan - Menganalisis
dan
kelajuan
kecepatan
dan
.
kecepatan.
GLB
- Menyelidiki
(Gerak
gerak lurus
Lurus
beraturan.
Beraturan)

23

Tingkat
Pengetahuan
dan Nomor Soal
C1 C2 C3 C4

Soa
l

10

11

12

GLBB
- Menyelidiki
(Gerak
gerak lurus
Lurus
berubah
Berubah
beraturan
Beraturan)
(GLBB).
Soal

13
,
14

15
,
16

17
,
18

19
,
20

20

G. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu:
1. Variabel independen (bebas) adalah metode resitasi. Variabel ini disimbolkan
dengan huruf X.
2. Variabel dependen (terikat) adalah hasil belajar. Variabel ini disimbolkan
dengan huruf Y.
H. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes yang digunakan adalah tes
objektif berupa soal pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban sebanyak 20
soal.
I. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dimulai dengan melakukan uji prasyarat analisis dan
dilanjutkan dengan melakukan analisis data.
1. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis ada dua macam, yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data
yang akan dianalisis. Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas dalam
penelitian ini adalah uji Chi-Kuadrat.
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
24

1) Mencari skor terbesar dan terkecil


2) Mencari nilai rentangan (R)
R= skor terbesar skor terkecil
3) Mencari banyaknya kelas (BK)
BK = 1 + 3,3 log N (Rumus Sturgess)
4) Mencari nilai panjang kelas (i)
i

R
BK

5) Membuat tabulasi dengan tabel penolong


N

Kelas

Interval

Jumlah

Nilai
F

Tengah

Xi2

f Xi

f xi =

f Xi2

(X1)

f xi =

6) Mencari nilai rata-rata (mean)


x =

f xi
ri

7) Mencari simpangan baku (Standard Deviasi)


f x i 2

n . f x 2i

s=
8) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:
a) Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri batas interval pertama
dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor skor kanan kelas interval
ditambah 0,5.
b) Mencari nilai Z-score untuk batas kelas interval dengan rumus:
Z=

Batas Kelasx
s

25

c) Mencari luas 0-Z dari tabel kurva normal dari 0-Z dengan menggunakan
angka-angka untuk batas kelas.
d) Mencari luas setiap kelas interval dengan cara mengurangkan angkaangka 0-Z, yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris
kedua dikurangi angka baris ketiga dan begitu pula seterusnya, kecuali
untuk angka yang berbeda pada baris paling tengah ditambahkan angka
pada baris berikutnya.
e) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas
setiap interval dengan jumlah responden.
9) Mencari Chi Kuadrat hitung (2 hitung)
k

fo fe 2
fe

i 1

10) Membandingkan 2

hitung

dengan 2

tabel

untuk = 0,05 dengan derajat

kebebasan (dk) = n 1, dengan kriteria:


Jika 2 hitung
Jika 2 hitung

2 tabel, artinya distribusi data tidak normal dan


2 tabel, artinya data distribusi normal

b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara dua
keadaan atau populasi. Uji homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan
kehomogenan populasi. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji Fisher, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Hipotesis
2) Bagi data menjadi dua kelompok

26

3) Cari masing-masing kelompok nilai simpangan bakunya


4) Tentukan F hitung dengan rumus:
F

S1

S2

n X 1 X 1
2

n n 1

dimana
Keterangan:
F

= Homogenitas
S 21

= varians data pertama/varians terbesar

S2

= varians data kedua/varians terkecil

5) Tentukan kriteria pengujian:

Jika Fhitung

Ftabel maka Ho diterima, yang berarti varians kedua populasi

homogen.
Jika Fhitung

Ftabel maka Ho ditolak, yang berarti varians kedua populasi tidak

homogen.
c. Analisis Data
Setelah uji prasyarat dilakukan dan data dinyatakan berdistribusi normal
dan homogen, maka dilakukan analisis data untuk megetahui ada tidaknya
pengaruh penerapan metode resitasi terhadap hasil belajar fisika siswa, diukur
dengan pengujian hipotesis, yaitu menggunakan uji signifikansi dengan uji-t (ttest) dengan rumus sebagai berikut:
X x X y

t=
S

1 1
+
nx n y

( n 1 ) S +(n 1) S
S=

dengan

2
x

2
y

( nx +n2 )

Keterangan:
Xx

rata-rata hasil belajar siswa yang mengimplementasikan metode

resitasi

27

Xy

rata-rata hasil belajar siswa tanpa mengimplementasikan

metode resitasi
nx

jumlah sampel pada kelompok eksperimen

ny

jumlah sampel pada kelompok kontrol

S 2x

varians kelompok eksperimen

S 2y

varians kelompok kontrol

Adapun kriteria pengujian untuk uji-t ini adalah sebagai berikut:


Ho diterima jika thitung < ttabel
Ho diterima jika thitung > ttabel
J. Hipotesis Statistik
Hipotesisi statistik digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yang
telah dirumuskan. Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 : A = B
Ha : A > B
Keterangan :
H0 = tidak terdapat pengaruh metode resitasi terhadap hasil belajar fisika siswa
Ha = terdapat pengaruh metode resitasi terhadap hasil belajar fisika siswa
A = rata-rata skor hasil belajar fisika siswa yang diajarkan dengan metode
resitasi
B = rata-rata skor hasil belajar fisika siswa yang diajarkan tanpa menggunakan
metode resitasi

28

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berikut disajikan data dari dua kelompok subjek penelitian, yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang diambil dari pretest dan
posttest.
1. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Berdasarkan hasil perhitungan pretest kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol yang masing-masing terdiri dari 35 siswa, diperoleh data yang
disajikan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut:
14
12
10
8
Jumlah Siswa

Eksperimen

Kontrol

2
0

15-21 22-28 29-35 36-42 43-49 50-56

Skor Hasil Pre te st Ke lompok Ekspe rime n dan Ke lompok Kontrol

29

Gambar 4.1 Diagram Batang Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan


Kelompok Kontrol
Dari diagram batang di atas, hasil pretest untuk kelompok eksperimen
yaitu sebanyak 5 siswa atau sebesar 14% mendapatkan skor terendah yaitu pada
interval 15-21. Skor terbanyak berada pada interval 29-35 yaitu 11 siswa atau
sebesar 31% dan skor tertinggi berada pada interval 50-56 sebanyak 5 siswa atau
sebesar 14%. Untuk kelompok kontrol, sebanyak 3 siswa atau sebesar 9%
mendapatkan skor terendah yaitu pada interval 15-21. Skor terbanyak berada pada
interval 29-35 yaitu 12 siswa atau sebesar 34% dan skor tertinggi berada pada
interval 50-56 sebanyak 3 siswa atau sebesar 9%.
2. Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Berdasarkan hasil perhitungan posttest kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol yang masing-masing terdiri dari 35 siswa, diperoleh data yang
disajikan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut:
14
12
10
8

Jumlah Siswa

6
Eksperimen
Kontrol

4
2
0

Skor Hasil Postte st Kelompok Ekspe rime n dan Ke lompok Kontrol

30

Gambar 4.2 Diagram Batang Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan


Kelompok Kontrol
Dari diagram batang di atas, hasil posttest untuk kelompok eksperimen
yaitu sebanyak 3 siswa atau sebesar 9% mendapatkan skor terendah yaitu pada
interval 60-64. Skor terbanyak berada pada interval 75-79 yaitu 10 siswa atau
sebesar 29%, dan skor tertinggi berada pada interval 90-94 sebanyak 3 siswa atau
sebesar 9%. Untuk kelompok kontrol, sebanyak 3 siswa atau sebesar 9%
mendapatkan skor terendah yaitu pada interval 45-49. Skor terbanyak berada pada
interval 55-59 yaitu 12 siswa atau sebesar 34%, dan skor tertinggi berada pada
interval 75-79 sebanyak 2 siswa atau sebesar 6%.
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi ukuran pemusatan dan penyebaran
data hasil pretest dan posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Tabel 4.1 Rekapitulasi Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil
Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Data
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Mean
Median
Modus

Eksperimen
Pretest
Posttest
55
90
15
60
35,8
76,28
34,52
76,25
32,49
76,65
31

Kontrol
Pretest
Posttest
55
75
15
45
34
59,85
32,87
58,45
31,65
57,19

Standar Deviasi

11,18

8,15

9,69

7,97

3. Hasil Analisis Data


a. Hasil Uji Prasyarat Analisis Data Hasil Belajar
Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat
analisis data yaitu uji normalitas dan homogenitas.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
dari penelitian terdistribusi normal atau tidak, dengan ketentuan data terdistribusi
normal bila memenuhi kriteria x2hitung x2tabel diukur pada taraf signifikansi dan
tingkat kepercayaan tertentu. Hasil uji normalitas pretest dan posttest kedua
sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 4.2, sedangkan perhitungan lengkap
dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Hasil Pretest dan Posttest Kelompok
Eksperimen dan Kontrol
Statistik
N
x
S
x2hitung
x2tabel
Kesimpulan

Eksperimen
Pretest
Posttest
35
35

Kontrol
Pretest
Posttest
35
35

35,8

76,28

34

59,85

11,18
6,76
12,59
Normal

8,15
2,94
9,48
Normal

9,69
2,98
12,59
Normal

7,97
4,34
9,48
Normal

32

Dari tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa hasil pretest dan posttest kedua
kelompok eksperimen dan kontrol terdistribusi normal karena memenuhi kriteria
x2hitung x2tabel.
2) Uji Homogenitas
Setelah kedua kelompok sampel penelitian dinyatakan berdistribusi
normal, selanjutnya dilakukan pengujian homogenitas. Dalam penelitian ini
homogenitas diuji dengan Bartlett. Kriteria pengujian yang digunakan, yaitu:
kedua kelompok dinyatakan homogen apabila x2hitung x2tabel diukur pada taraf
signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu. Hasil uji homogenitas pretest dan
posttest kedua kelompok sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 4.3, sedangkan
perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Hasil Pretest dan Posttest
Statistik
Pretest

Posttest

124,99

66,42

S 2kontrol

93,89

63,52

S 2gabungan

109,44

64,97

x2hitung
x2tabel
Kesimpulan

1,41
3,841
Homogen

0,469
3,841
Homogen

Skor
S

2
eksperimen

Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% ( = 0,05) dengan


derajat kebebasan (dk) = 1 untuk kedua kelompok sampel penelitian. Dari tabel
4.3 dapat disimpulkan bahwa hasil pretest dan posttest berasal dari populasi yang
homogen karena memenuhi kriteria x2hitung x2tabel.
3) Hasi Pengujian Hipotesis
Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang
signifikan antara skor posttest kelompok eksperimen dengan skor posttest kontrol.
Untuk pengujian tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut:
33

Ho : X = Y
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

rata-rata skor posttest

kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.


Ha : X Y
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol.
Pengujian tersebut akan diuji dengan menggunakan uji-t dengan kriteria sebagai
berikut:
Jika ttabel < thitung < ttabel maka Ho diterima pada tingkat kepercayaan 0,95.
Jika thitung -ttabel atau ttabel thitung maka Ha diterima pada tingkat kepercayaan
0,95.
Hasil uji kesamaan dua rata-rata hasil posttest kedua kelompok sampel
penelitian dapat dilihat pada tabel 4.4, sedangkan perhitungan lengkap dapat
dilihat pada lampiran.
Tabel 4.4 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hail Posttest
Statistik
N
x
S

Eksperimen
35

Kontrol
35

76,28

59,85

66,42

63,52

thitung
ttabel
Kesimpulan

8,51
2,00
Berbeda

Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa thitung sebesar 8,51 dan ttabel
sebesar 2,00. Tenyata memenuhi kriteria pengujian t tabel thitung atau 2,00 8,51.
Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf kepercayaan 0,95. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor
posttest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor posttest kelompok kontrol.
B. Pembahasan
Setelah dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t pada
taraf signifikansi = 0,05 diperoleh t tabel lebih kecil dari thitung yaitu ttabel thitung atau
2,00 8,51. Ternyata terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata hasil
34

belajar fisika siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode resitasi dengan
siswa yang diajarkan secara konvensional. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa metode resitasi berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa.
Hal ini dapat terjadi karena dalam penerapan metode resitasi guru
memberikan motivasi dan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk belajar
secara aktif dalam menggunakan pengetahuannya yang lebih luas. Oleh karena
itu, dengan menggunakan pengetahuannya maka dapat melatih kemampuan
berpikir siswa. Selain itu, pembelajaran dengan metode resitasi dapat memupuk
rasa tanggung jawab siswa terhadap tugas yang diberikan, karena tugas tersebut
harus dipertanggungjawabkan.
Metode resitasi merupakan proses pembelajaran yang melibatkan siswa
secara aktif dengan melibatkan seluruh potensi yang dimiliki siswa agar siswa
kreatif terhadap yang diberikan. Hal ini sesuai dengan Djamarah (1996) yang
menyatakan bahwa penggunaan metode resitasi dalam pembelajaran lebih banyak
mengikutsertakan dan melibatkan siswa untuk lebih berperan serta. Siswa
berusaha mencerna sendiri, menanggapi, mengajukan pendapat serta memecahkan
masalah. Guru hanya berfungsi sebagai pemberi informasi bila diperlukan dan
sebagai pengarah dalam interaksi siswa.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Siti Masruroh
yang berjudul Pengaruh Penggunaan Tugas Dan Resitasi Terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa, penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan
metode resitasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar
siswa. Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Zuliah Kherani yang berjudul
Penggunaan Metode Resitasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa,
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar setelah menerapkan
metode resitasi. Berdasarkan kedua penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran metode resitasi mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan hasil belajar fisika.
Dari penjelasan-penjelasan di atas menujukkan bahwa penerapan metode
resitasi memberikan peluang besar kepada siswa untuk aktif selama pembelajaran.
Aktifnya siswa dalam pembelajaran dapat menumbuhkan kreativitas dan
35

merangsang daya cipta siswa dalam mengembangkan konsep-konsep yang telah


diajarkan guru dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran mencapai
tujuan yang ditetapkan dan hasil belajar fisika mencapai hasil yang maksimal.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan
pada bab sebelumnya, penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
metode resitasi terhadap hasil belajar IPS siswa. Hal ini terlihat dari hasil
perhitungan uji hipotesis melalui uji t pada taraf signifikansi 0,05 didapat hasil
ttabel thitung yaitu 2,00 8,51, sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis
alternatif (Ha) diterima.
36

B. Saran
Berdasarkan temuan-temuan penelitian yang sesuai dengan jangkauan
peneliti, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Metode resitasi dapat dijadikan suatu alternatif untuk meningkatkan keaktifan
siswa dalam rangka meningkatkan hasil belajar.
2. Untuk penelitian lebih lanjut, sebaiknya peneliti melihat beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam pemberian tugas yakni hendaknya tugas yang
diberikan harus jelas, memperhitungkan waktu, adanya kontrol yang
sistematis dan sebaiknya tugas bersifat menarik perhatian siswa.
3. Metode resitasi hendaknya diterapkan juga pada konsep-konsep lain, maupun
pada bidang studi lain.

37

DAFTAR PUSTAKA

Sri Anitah W, Janet Trineke Manoy, & Susanah, Strategi


Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2008), Cet III,
Wakhinuddin S, Metode Mengajar, dari
http://wakhinuddin.wordpress.com/2009/06/24/metodemengajar-2/, 17 Mei 2011, 10:07 AM
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar
Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),
Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2008),
http://dossuwanda.wordpress.com/2008/03/18/ragammetode-pembelajaran/, (13 Mei 2011, 8:16 AM
Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2005)
Zulfiani dkk, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta, Lembaga Penelitian
UIN Jakarta, 2009),
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta, PT.
Rineka Cipta, 2003)
NgalimPurwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung, PT. Rosdakarya, 2006)
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rajarafindo Persada,
2008),
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu PendekatanPraktek,
(Jakarta:Rineka Cipta, 2006),

38

Lampiran 1. Profil Sekolah


A. Sejarah Singkat Madrasah
Madrasah

Tsanawiyah

Jamiyyatul

Khair

merupakan

lembaga yang dikelola oleh sebuah yayasan yang bernama


"Yayasan

Pendidikan

Jamiyyatul

Khair",

yang

pendiriannya

dikukuhkan berdasarkan akta notaris nomor 70 Tanggal 31 Maret


1988 melalui notaris KGS Zainal Arifin SH. Madrasah Tsanawiyah
Jamiyyatul Khair berdiri di atas tanah wakaf seluas 1160 m 2.
Mulai beroperasi pada tahun 1987 berdasarkan izin operasional
yang dikeluarkan oleh Kantor Wilayah Departemen Agama
Propinsi Jawa Barat Nomor: Wi/Bg.010.1.3/205/1987 tanggal 20
Juli 1987. Berdasarkan izin tersebut, maka secara sah MTs.
Jamiyyatul Khair dapat menyelenggarakan pendidikan dan
pengajaran dengan baik.
Kepercayaan

yang

besar

yang

diberikan

masyarakat

kepada lembaga membuat Jamiyyatul Khair terus berusaha


meningkatkan kualitas lembaga pendidikannya. Salah satu upaya
yang dilakukan adalah dengan menaikkan jenjang akreditasi
madrasah.

Berdasarkan

Departemen

Keputusan

Agama

Wi/I/PP.03.2/212/1999

Propinsi
tanggal

17

Kepala

Kantor

Jawa

Barat

Juni

1999,

Wilayah
Nomor
Madrasah

Tsanawiyah Jamiyyatul Khair berhasil mengubah statusnya


menjadi Diakui.
Perubahan status dari terdaftar menjadi diakui membawa
konsekuensi pada peningkatan profesionalisme individu-individu
yang terlibat di dalam lembaga. Dalam hal peningkatan sumber
daya pendidik, MTs. Jamiyyatul Khair memiliki strategi rekrutmen
tenaga kependidikan yang selektif berdasarkan kecakapankecakapan

khusus

yang

dipersyaratkan.
39

Latar

belakang

pendidikan, jenjang pendidikan, serta prestasi akademik calon


guru

menjadi

prasyarat

yang

diutamakan.

Saat

ini,

MTs.

Jamiyyatul Khair memiliki 18 orang tenaga pendidik yang


merupakan alumnus beberapa perguruan tinggi baik negeri
maupun

swasta

(data

lengkap

pada

lampiran). Dan

MTs.

Jamiyyatul Khair membimbing dan mendidik siswa yang sampai


saat ini berjumlah 204 siswa (data lengkap pada lampiran).
Selanjutnya, era informasi dan teknologi yang maju begitu
pesat menuntut Jamiyyatul Khair agar mampu beradaptasi
dengan segala bentuk kemajuan zaman. Penyesuaian diri pada
perkembangan

diwujudkan

dengan

penambahan

sarana

pendukung kegiatan belajar siswa. Lalu kemudian, pada tahun


2000 Jamiyyatul Khair bersama dengan masyarakat melengkapi
sarana laboratorium komputer untuk lembaga pendidikannya.
Saat berdiri, sepuluh unit komputer melengkapi laboratorium
tersebut.

Berikutnya,

dalam

rangka

meningkatkan

mutu

pendidikan komputer, maka pada tahun ajaran 2002/2003, MTs.


Jamiyyatul Khair meresmikan pendidikan komputer sebagai
salah satu muatan lokal (MULOK) bagi para peserta didiknya.
Masih dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikannya,
pada

tahun

2003

MTs.

Jamiyyatul

Khair

melengkapi

lagi

beberapa program ekstrakurikuler bagi siswanya dalam bentuk


kegiatan Pramuka dan Paskibra. Kegiatan ini merupakan satu
bentuk syiar bagi lembaga dalam mempromosikan eksistensinya
di tengah-tengah masyarakat. Dan sebagai upaya meningkatkan
rasa cinta akan bangsanya ( Nasionalisme) dan kualitas disiplin
siswa
B. Identias Madrasah
Nama Madrasah
Alamat
Jalan

MTs. JAMIYYATUL KHAIR


Wr. Supratman No. 35, RT
40

Kelurahan
Kecamatan
Kota
Propinsi
Nama dan Alamat Yayasan /

002/06
Cempaka Putih
Ciputat Timur
Tangerang Selatan
Banten
YAYASAN PENDIDIKAN

Penyelenggara Madrasah

JAMIYYATUL KHAIR,Kelurahan
Cempaka Putih, Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan
212 280 406 047
B ( Baik )/ Tahun 2010
1986
1986
Milik Yayasan dan Menyewa
Sertifikat Wakaf
580 M 2 Sewa : 165 M2
Milik Yayasan
2
M
376

NSS/NSM/NSD
Jenjang Akreditasi
Tahun Didirikan
Tahun Beroperasi
Kepemilikan Tanah
Surat Tanah
Luas Tanah
Setatus Bangunan
Luas Bangunan

C. Visi, Misi, Tujuan, dan Strategi Madrasah :


1. Visi
Islami, Cerdas dan Ke Indonesiaan
2. Misi
Mengintegrasikan kurikulum Nasional dengan nilai nilai
ke-Islaman.
Mengembangkan kurikulum Muatan lokal yang berbasis
ke-Islaman.
Memaksimalkan potensi dan daya nalar siswa dalam
proses pembelajaran.
Mengoptimalkan

sarana dan pra sarana pendidikan

sebagai sumber belajar dan media pembelajaran yang


efektif.
Menyelenggarakan

pembinaan

ke-Indonesiaan

aktifitas belajar intra maupun ekstra kurikuler


41

melalui

Melakukan pembinaan bagi tenaga pendidik dan tenaga


kependidikan, baik dalam aspek keilmuan, skill keguruan
maupun kemampuan adaptasi dengan globalisasi.
3. Tujuan
Membantu pemerintah dalam mensukseskan Program
wajib belajar 9 tahun.
Melahirkan siswa Indonesia yang cerdas dan berakhlakul
karimah.
Melahirkan siswa yang taat pada agmanya ( Seperti
Shalat, membaca al-Quran, puasa dan silaturrahim ).
Mengantarkan

peserta

didik

ke

jenjang

pendidikan

berikutnya
Mendorong

masyarakat

untuk

lebih

mencintai

ilmu

pengetahuan yang berbasis Ke-Islaman.


Melahirkan siswa yang mencintai bangsa dan negaranya.
2. Strategi
Memaksimalkan

Kurikulum

mengembangkannya

ke

dalam

Nasional
suatu

dan
program

pembelajaran.
Menyusun Kurikulum dan materi Muatan Lokal yang
berbasis ke-Islaman.
Mengadakan dan mengikuti pembinaan profesionalisme
keguruan.
Melengkapi dan menyempurnakan fasilitas media dan
multi media belajar.
Memberdayakan

tempat-tempat

perpustakaan serta laboratorium.

42

peribadatan

dan

Membina

silaturrahim

dengan

insan

terkait

seperti;

pemerintah daerah, pengusaha, profesional dan kelompok


masyarakat

lainnya

yang

mempunyai

kepedulian

terhadap pendidikan.
D. Guru dan Tenaga Kependidikan
Guru

sebagai

tenaga

pendidik

ataupun

pengajar

merupakan faktor penentu kesuksesan dalam setiap usaha


pendidikan. Itulah sebabnya setiap perbincangan mengenai
pembaruan kurikulum, pengadaan alat-alat belajar sampai pada
kriteria sumber daya manusia yang dihasilkan oleh usaha
pendidikan, selalu bermuara pada guru. Hal ini menunjukan
betapa segnifikan posisi guru dalam dunia pendidikan. Adapun
staf

kependidikan

pengorganisasian

juga

sangat

semua

berperan

sistem

penting

dalam

kependidikan

demi

melangsungkan proses kegiatan kependidikan dan mencapai


tujuan kependidikan.Tabel di bawah ini menggambarkan para
guru dan staf pegawai Madrasah Tsanawiyah Jam'iyyatul Khair.
1. Data Pendidik
Pangkat
1. PNS
2. GTT
Jumlah

L
4
4

P
6
6
10

Jumlah
6
10
16

Daftar nama Pendidik


N
o
1
2
3
4
5
6

Nama Guru
Saenih
Ratu Ifa M.
Syamsiah
Romlah
Siti Khoirunnisa
Rosyidah

L/
P
P
P
P
P
P
P

Jabatan
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
43

Mata Pelajaran
Fiqih
B.Arab
SBD
IPS
IPA
B.Indo

7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Sarim
Mualifatul Istianah
Edeh Misrohah

L
P
P

Eko Cahyono
Amelia
Rina Marlina
Hanafi
Rahmatullah
Syifa Annisa
Neneng

L
P
P
L
L
P
P

Guru
Guru
Guru

Fiqih/ OlahRaga
SKI/MHD
Al- Qur'an Hadist/

Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru
Guru

Aqidah Akhlak
TIK
PKN
Matematika
BTQ
Matematika
B. Indo
B. Inggris

Nurjannah

2. Data Tenaga Kependidikan


Pangkat
1 PNS
2 STT
Jumlah

L
3
3

P
4
3
6

Jumlah
4
6
10

Daftar Nama Tenaga Kependidikan


N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Nama Staf
Saenih
Ratu Ifa M.
Mualifatul Istianah
Edeh Misrohah
Sainah
Ismail
Amelia
Nunung HM
Ahmad
Abdurrahman

L/P
P
P
P
P
P
L
P
P
L
L

Jabatan
Kepala Madrasah
Waka. Kurikulum
Waka. Kesiswaan
Waka. Humas
Kepala TU
Staff TU
Staff TU
Kep. Perpustakaan
Cleaning Service
Security

E. Identitas Siswa
Data Siswa Dalam 3 Tahun Terakhir
44

KELAS

JUMLAH SISWA
2012/2013

2013/2014

2014/2015

VII

76

79

89

VIII

56

76

75

IX

62

57

40

JUMLAH

194

212

204

F. Sarana dan Prasarana


Sarana
Kepala

Ada

sekolah
Guru

Tata Usaha

Kelas

Lab. IPA

Lab. Bahasa

Masjid

Perpustakaan

Kantin

Lapangan

Dibutuhkan

Kuran
g

Kelebihan

16

45

Nama :

NILAI

Kelas :
Wc Guru

Wc Siswa

NASKAH
2 SOAL

G. Unit Kegiatan Siswa (UKS)


7Dalam menunjang pengembangan prestasi, bakat, dan
minat belajar siswa maka dirasakan perlu adanya UKS. Adapun
UKS
1.
2.
3.
4.
5.

yang ada pada MTs. Jam'iyyatul Khair, yaitu:


Marawis
Pramuka
Paskibra
Tari Saman
muhadharah

Lampiran 3. Naskah Soal


46

PILIHAN GANDA
Berilah tanda (X) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang paling tepat !
1. Peta yang digunakan di sekolah atau di kantor termasuk peta....
A.

Umum

B.

Khusus

C
.
D
.

Biasa
Istimewa

2. Perbandingan antara jarak yang tergambar pada peta dan keadaan


sesungguhnya di lapangan di sebut....
A.

Border

B.

Skala peta

C
.
D
.

Inset peta
Legenda

3. Orang yang pertama kali menciptakan globe adalah....


A.

Gilin

B.

Alexsander

C
.
D
.

Anaximan
der
Alaximand
er

4. Pada tanggal 21 Maret 21 juni belahan bumi utara mengalami


musim...
A.

Semi

B.

Panas

C
.
D
.

Gugur
Dingin

5. Agar atlas mudah di baca dan informatif, maka atlas harus di susun
dengan memperhatikan hal hal berikut ini, kecuali...
A.

B.

Judul yang
mencerminkan isi
atlas secara
keseluruhan
Daftar isi atlas
memudahkan
pengguna mencari

C
.

Memiliki
indeks

D
.

Peta yang ada


pada
atlas
berurut
dari
47

daftar

daerah yang
diperlukan
6. Simbol garis pada
menggambarkan .....

pulau-pulau kecil
ke besar
peta

umumnya
C
.
dan D
.

di

pergunakan

untuk

A.

Kota dan jalan kereta api

Sungai dan jalan raya

B.

Kota
administrasi
pelabuhan

Rawa dan sungai

7. Lapisan udara yang menyelimuti bumi disebut....


A.
B.

Atmosfer
Litosfer

C.
D.

Hidrosfer
Barisfer

8. Lapisan udara yang sangat berpengaruh terhadap gejala cuaca dan


iklim adalah....

A. Troposfer C. Ionosfer
B. Statosfer D. Eksosfer
9. Gambar dibawah ini mennunjukan....

A.

Angin laut

C Angina lembah
.
B. Angina
D Angina fon
.
darat
10.Bagian dari siklus hidrologi berupa perubahan dari uap air menjadi
titik-titik air (pengembunan) disebut....
A.

Evaporasi

B.

Transpira
si

kondensas
i
D. infiltrasi
C.

11.Run off adalah....


A.

Air
hjan
ang C.
meresap kedalam

Penguapan
yang
berasal dari tumbuhan
48

B.

tanah
Air hujan yang di D.
permukaan
bumi
dan mengalir diatas
permukaan bumi

Proses perubahan uap


air menjadi titik air

12.Hujan yang disebabkan karena pertemuan 2 masa udara yang


berbeda suhunya adalah.......
A.

Hujan orografis

C.

B.

Hujan deras

A.

Paling
dalam C. Paling sedikit dihuni oleh
mencapai 150 meter
binatang dan tumbuhan
laut
Sinar matahari tidak D Tidak banyak hewan dan
tembus sampai dasar .
tumbuhan laut yang
laut
dapat hidup di wilayah
ini

Hujan
zenithal
Hujan
frontal

D
.
13.Ciri wilayah laut dangkal (neritic), Yaitu .......

B.

14.Tujuan hindu adalah supaya orang tidak mengalami penderitaan,


maka hindu juga disebut sebagai ajaran....
A.

kesesatan

B.

Kesejahter
aan

C.

Keselama
tan
D. Kebahagi
aan

15.Empat kasta dalam agama hindu disebut .....


A.

Tri ratna

B.

Tri sarana

C.

Catur
asmara
D. Catur
warna

16.Candi peninggalan kerajaan singasari adalah ......


A.

Candi jago

C.

B.

Candi arjuna

A.

Sanjaya

B.

panan

Candi
prambanan
Candi
borobudur

D
.
17.Candi prambanan merupakan peninggalan kerajaan dari dinasti
sanjaya bangunan suci ini didirikan pada masa pemerintahan .....
C.

Catur
asmara
D. Catur
49

warna

18.Berdasarkan bukti arkeologi, islm pertamakali masuk ke indonesia


pada masa berkembanganya keraja .....
A.
B.

Sriwijaya
Kediri

C.
D.

Mataram
Tarumaneg
ara

19.Agama islam mudah berkembang di indonesia berikut ini yang


bukan faktor-aktor pendorongnya adalah....
A.

Agama
kasta

B.

Syarat
masuk
mudah

mengenal C. Upacara
dalam
agama
islam
sangat sederhana
syarat
untuk D Agama
islam
islam
sangat .
disesuaikan denan
adat tradisi

islam

20.Wali sanga yang berdakwah melalui cerita wayang adalah ......


A.
B.

Sunan
bonang
Sunan
giri

C.

Sunan
kalijaga
D. Sunan
ampel

50

Lampiran 4. Kunci Jawaban Uji Coba Instrumen Hasil Belajar Siswa


KUNCI JAWABAN
SOAL INSTRUMEN HASIL BELAJAR SISWA
1.
2.
3.
4.
5.

A
B
C
C
D

6.
7.
8.
9.
10.

C
A
A
B
C

11.
12.
13.
14.
15.

51

B
A
A
C
D

16.
17.
18.
19.
20.

D
A
C
B
C

Lampiran 5. Uji Normalitas


UJI NORMALITAS
A. Uji Normalitas Data Skor Posttest Kelas Eksperimen (VII-2)
No X
No X
No X
No X
1
60
6
90
11 85
16 75
2
75
7
80
12 70
17 75
3
90
8
60
13 75
18 80
4
75
9
75
14 75
19 65
5
70
10 65
15 80
20 70
No
21
22
23
24
25

X
75
65
85
70
75

No
26
27
28
29
30

X
80
70
65
80
70

No
31
32
33
34
35

X
75
70
60
80
90

Skor Terbesar
Skor Terkecil

= 90
= 60

Rentang (R)

= Skor Terbesar Skor Terkecil


= 90 60
= 30

Banyak Kelas (BK)

= 1 + 3,3 Log 35
= 1 + 3,3 (1,5)
= 1 + 4,95
= 5,95 6

Panjang Kelas (i)

R 30
= =5
BK 6

52

Tabel Distribusi Frekuensi


No. Kelas Interval
f
1
60-64
3
2
65-69
4
3
70-74
7
4
75-79
10
5
80-84
6
6
85-89
2
7
90-94
3
Jumlah
35

Nilai Tengah (Xi)


62
67
72
77
82
87
92
-

Xi
3844
4489
5184
5929
6724
7569
8464
-

f.Xi
184
268
504
770
492
174
276
2670

89,5

94,5

x
Rata-rata ( )
x
f x i 2670

=
=76,28
n
35

Simpangan Baku (Standar Deviasi)


f x i 2

n . ( n1 )

2670 2

35 205940
n. f x 2i

s=

72079007128900
79000
=
= 66,39=8,15
1190
1190

Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:


a. Menentukan batas kelas, yaitu:
59,5
64,5
69,5
74,5
79,5
84,5
b. Mencari nilai Z-Score
batas kelas
s
Z=
Z 1=

59,576,28
=2,06
8,15

53

f.Xi
11532
17956
36288
59290
40344
15138
25392
205940

Z 2=

64,576,28
=1,44
8,15

Z 3=

69,576,28
=0,83
8,15

Z4=

74,576,28
=0,22
8,15

Z 5=

79,576,28
=0,39
8,15

Z6=

84,576,28
=1,01
8,15

Z7=

89,576,28
=1,62
8,15

Z8=

94,576,28
=2,23
8,15

c. Mencari luas 0-Z dari tabel kurva normal dari 0-Z, didapat:
0,425 0,296 0,087
0,343 0,447
0,4803
0,1517
1
7
1
8
4
d. Mencari luas kelas interval
0,4803 0,4251 = 0,0552
0,4251 0,2967 = 0,1284
0,2967 0,0871 = 0,2096
0,0871 + 0,1517 = 0,2388
0,3438 0,1517 = 0,1921
0,4474 0,3438 = 0,1036
0,4871 0,4474 = 0,0397
e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe)
0,0552 35 = 1,932
0,1284 35 = 4,494
0,2096 35 = 7,336
0,2388 35 = 8,358
0,1921 35 = 6,7235
0,1036 35 = 3,626
54

0,487
1

0,0397 35 = 1,3895
No
.
1
2
3
4
5
6
7
8

Batas
Kelas
59,5
64,5
69,5
74,5
79,5
84,5
89,5
94,5

Luas 0 - Z

-2,06
-1,44
-0,83
0,22
0,39
1,01
1,62
2,23

0,4803
0,4251
0,2967
0,0871
0,1517
0,3438
0,4474
0,4871

Mencari chi-kuadrat hitung (x2 hitung)


f of e 2

( x hitung )=
2

i=1

55

Luas Tiap Kelas


Interval
0,0552
0,1284
0,2096
0,2388
0,1921
0,1036
0,0397
-

fe

fo

1,932
4,494
7,336
8,358
6,7235
3,626
1,3895
-

3
4
7
10
6
2
3
-

31,9322

44,494 2

77,336 2

108,358 2

66,7235 2

23,626 2

31,3895 2

2
( x hitung )=

( x 2 hitung )=0,59+ 0,05+ 0,01+0,32+0,08+0,73+1,16


( x 2 hitung )=2,94
Nilai x2tabel untuk = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = k 1 = 5 1 = 4 pada
tabel chi-kuadrat didapat x2tabel = 9,48.
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika x2hitung x2tabel maka data terdistribusi tidak normal, sedangkan jika x2hitung
x2tabel maka data terdistribusi normal.
Dari perhitungan didapat x2hitung = 2,94 dan x2tabel = 9,48.
Jadi, x2hitung x2tabel artinya Data Terdistribusi Normal.
B. Uji Normalitas Data Skor Posttest Kelas Kontrol (VII-4)
No X
No X
No X
No
1
50
6
60
11 55
16
2
45
7
55
12 60
17
3
55
8
45
13 65
18
4
60
9
60
14 55
19
5
55
10 55
15 50
20
No
21
22
23

X
55
65
50

No
26
27
28

X
70
55
70

No
31
32
33
56

X
70
50
75

X
65
45
60
50
65

24
25

55
60

29
30

55
55

34
35

75
55

Skor Terbesar
Skor Terkecil

= 75
= 45

Rentang (R)

= Skor Terbesar Skor Terkecil


= 75 45
= 30
= 1 + 3,3 Log 35
= 1 + 3,3 (1,5)
= 1 + 4,95
= 5,95 6

Banyak Kelas (BK)

Panjang Kelas (i)

Tabel Distribusi Frekuensi


No. Kelas Interval
f
1
45-49
3
2
50-54
5
3
55-59
12
4
60-64
6
5
65-69
4
6
70-74
3
7
75-79
2
Jumlah
35

R 30
= =5
BK 6

Nilai Tengah (Xi)


47
52
57
62
67
72
77
-

x
Rata-rata ( )
x
f x i 2095

=
=59,85
n
35

Simpangan Baku (Standar Deviasi)

57

Xi
2209
2704
3249
3844
4489
5184
5929
-

f.Xi
141
260
684
372
268
216
154
2095

f.Xi
6627
13520
38988
23064
17956
15552
11858
127565

f x i 2

n . ( n1 )

2095 2

35 127565
n. f x 2i

s=

44647754389025
75750
=
= 63,65=7,97
1190
1190

Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:


a. Menentukan batas kelas, yaitu:
44,5
49,5
54,5
59,5
64.5
69,5
b. Mencari nilai Z-Score
batas kelas
s
Z=
Z 1=

44,559,85
=1,92
7,97

Z 2=

49,559,85
=1,29
7,97

Z 3=

54,559,85
=0,67
7,97

Z4=

59,559,85
=0,04
7,97

Z 5=

64,559,85
=0,58
7,97

Z6=

69,559,85
=1,21
7,97

Z7=

74,559,85
=1,83
7,97

Z8=

79,559,85
=2,46
7,97

58

74,5

79,5

c. Mencari luas 0-Z dari tabel kurva normal dari 0-Z, didapat:
0,472
0,248 0,016
0,386 0,4664
0,4015
0,2190
6
6
0
9

0,4931

d. Mencari luas kelas interval


0,4726 0,4015 = 0,0711
0,4015 0,2486 = 0,1529
0,2486 0,0160 = 0,2326
0,0160 + 0,2190 = 0,2350
0,3869 0,2190 = 0,1679
0,4664 0,3869 = 0,0795
0,4931 0,4664 = 0,0267
e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe)
0,0711 35 = 2,4885
0,1529 35 = 5,3515
0,2326 35 = 8,141
0,2350 35 = 8,225
0,1679 35 = 5,8765
0,0795 35 = 2,7824
0,0267 35 = 0,9345

No.
1
2
3
4
5
6
7
8

Batas
Kelas
44,5
49,5
54,5
59,5
64,5
69,5
74,5
79,5

Luas 0 - Z

-1,92
-1,29
-0,67
-0,04
0,58
1,21
1,83
2,46

0,4726
0,4015
0,2486
0,0160
0,2190
0,3869
0,4664
0,4931

Mencari chi-kuadrat hitung (x2 hitung)

59

Luas Tiap Kelas


Interval
0,0711
0,1529
0,2326
0,2350
0,1679
0,0795
0,0267
-

fe

fo

2,4885
5,3515
8,141
8,225
5,8765
2,7824
0,9345
-

3
5
12
6
4
3
2
-

f of e 2

( x hitung )=
2

i=1

X
32,4885 2

55,3515 2

128,141 2

68,225 2

45,8765 2

32,7824 2

20,9345 2

( 2 hitung)=

X
( 2 hitung)=0,10+0,02+1,82+0,60+ 0,59+0,01+1,2

X
( 2 hitung)=4,34

Nilai x2tabel untuk = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = k 1 = 5 1 = 4 pada


tabel chi-kuadrat didapat x2tabel = 9,48.
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika x2hitung x2tabel maka data terdistribusi tidak normal, sedangkan jika x2hitung
x2tabel maka data terdistribusi normal.
Dari perhitungan didapat x2 hitung = 4,34 dan x2 tabel = 9,48.
Jadi, x2hitung x2tabel artinya Data Terdistribusi Normal.

60

Lampiran 6. Uji Homogenitas


UJI HOMOGENITAS
Dk (n-1)

S 2i

log S 2i

34

66,42

1,82

61,88

34

63,52

1,80

61,20

(n-1) = 68

dk . log S 2i =123,08

Kelompok
VII.2
(Eksperimen)
VII.4
(Kontrol)
=2

2
dk. Log S i

Varians gabungan
( n11 ) S21 + ( n21 ) S 22 ( 34 66,42 ) + ( 34 63,52 ) 2258,28+2159,68 4417,96
2
S gabungan =
=
=
=
=64,97
68
68
68
dk ( n1 )
2

log S g =log 64,97=1,813


B=( log S 2g ) dk ( n11 ) =1,813 68=123,284
dk . log S 2i
B
2
x hitung =ln 10
x 2hitung =ln 10 ( 123,284123,08 )
2

x hitung =2,3(0,204)
x 2hitung =0,469
x 2tabel

untuk (dk) = k-1 = 2-1 = 1 dengan = 0,05 didapat

x tabel=3,841
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika x2hitung x2tabel maka distribusi data tidak homogen, dan
61

Jika x2hitung x2tabel maka distiribusi data homogen.


Dari perhitungan didapat x2hitung = 0,469 dan x2tabel = 3,841
Ternyata x2hitung < x2tabel atau 0,469 < 3,841, maka dapat disimpulkan kedua
kelompok berasal dari populasi yang Homogen.
Lampiran 7. Uji Hipotesis
UJI HIPOTESIS
Hipotesis yang diajukan:
Ho : X = Y
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Ha : X Y
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol.
Kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika ttabel < thitung < ttabel maka Ho diterima pada tingkat kepercayaan 0,95.
Jika thitung -ttabel atau ttabel thitung maka Ha diterima pada tingkat kepercayaan
0,95.
Uji-t
t=

12
Sg

1 1
+
n1 n 2

Dengan:
Sg=

( n 11 ) S 21+(n2 1) S 22
n1 +n 22

Sehingga:
t=

76,2859,85
16,43
16,43
=
=
=8,51
1 1 8,06 0,24 1,93
8,06
+
35 35

ttabel untuk (dk) = (n1-1) + (n2-1) = 68 dengan = 0,05 didapat ttabel = 2,00
62

Dari hasil pegujian menunjukkan bahwa thitung sebesar 8,51 dan ttabel sebesar
2,00. Ternyata memenuhi kriteria pengujian ttabel thitung atau 2,00 8,51. Dengan
demikian Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf kepercayaan 0,95. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yan signifikan antara rata-rata skor
posttest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor posttest kelompok kontrol.

63

Anda mungkin juga menyukai