TINJAUAN PUSTAKA
maternoplasental
mempertahankan
proses
dalam
tersebut.
memasok
Kegagalan
cukup
nutrien
maternoplasenta
untuk
memasok
pada usia dewasa. Dalam masyarakat Barat, uji terkontrol yang dilakukan secara
acak (randomized controlled trial) terhadap suplementasi makronutrien pada ibu
hanya memberikan efek yang relatif kecil pada berat lahir. Kenyataan ini
menghasilkan pandangan bahwa mekanisme regulasi dalam sistem maternal dan
plasental yang bekerja untuk memastikan tumbuh-kembang janin manusia hanya
sedikit dipengaruhi oleh variasi normal asupan nutrien maternal dan bahwa
terdapat hubungan sederhana antara komposisi tubuh ibu dan pertumbuhan janin.
Beberapa penelitian eksperimental terakhir pada binatang dan penelitian
obsevasional pada manusia menguji konsep ini. Semua penelitian ini
menunjukkan bahwa pertumbuhan janin ibu itu sendiri dan asupan pangannya
serta komposisi tubuhnya dapat menimbulkan efek yang penting terhadap
keseimbangan
antara
kebutuhan
janin
akan
nutrient
dan
kemampuan
identitas
gen
utama
yang
menetukan
potensi
yang secara
2.2.4
jika dibandingkan
dengan
babi-babi
yang
pakanya
kurang
2.2.5
10
dilaporkan memakan lebih banyak daging dan ikan dengan lebih sedikit
mengonsumsi karbohidrat dalam kehamilan lanjut, terutama jika ibu-ibu
tersebut juga kurang mengonsumsi sayuran hijau. Salah satu kemungkinan
yang terjadi adalah bahwa efek jangka panjang tersebut mungkin merupakan
konsekuensi stres metabolik yang timbul dalam tubuh ibu akibat diet tidak
seimbang yang memiliki asupan asam-asam amino esensial yang tinggi,
tetapi tidak disertai dengan makronutrien lain yang diperlukan oleh tubuh.
(Barker dan Godfrey, 2005)
Dengan memperhatikan komposisi tubuh ibu, hasil-hasil yang
mengaitkan berat ibu yang tinggi dan adipositas dengan dengan defisiensi
insulin maka penyakit diabetes tipe-2 dan PJK yang ditemukan pada anakanaknya menambah kuat korelasi antara diabetes gestasional dan outcome
jangka panjang yang merugikan. Pemeriksaan lanjutan yang dilakukan
terhadap para pria di Finlandia yang lahir di awal abad ke-20
memperlihatkan kenaikan tekanan darah yang nyata pada mereka yang
ibunya memiliki indeks massa tubuh yang tinggi selama kehamilan. Efek ini
tidak bergantung pada kurusnya tubuh bayi saat lahir dan meningkatkan
angka PJK pada saat dewasa. Penjelasan data untuk mendapatkan pola
angka kematian karena PJK yang serupa menunjukkan bahwa peningkatan
indeks massa tubuh ibu hanya memberikan sedikit efek pada angka kematian
anak-anak yang ibunya bertubuh tinggi, tetapi efek yang kuat terlihat pada
ibu yang bertumbuh pendek. (Barker dan Godfrey, 2005)
Pada sisi ekstrem lainnya dari kelebihan lemak dalam tubuh ibu
terdapat hal penting, yaitu semakin bertambahnya bukti yang secara
konsisten memperlihatkan korelasi berat badan rendah dan indeks massa
tubuh ibu dengan resistensi insulin serta dislipidemia pada anak-anak saat
dewasa. Bukti lebih lanjut yang menunjukkan korelasi antara massa tubuh
ibu yang rendah dan resistensi insulin pada anak-anakna berasal dari
sejumlah penelitian di Skonlandia dan Cina. Beberapa penelitian
pendahuluan di India menemukan bahwa berat badan ibu yang rendah pada
11
saat hamil berkaitan dengan peningkatan risiko PJK pada anak-anak saat
usia dewasa. Meskipun berat tubuh ibu dan indeks massa tubuh tidak
berhubungan dengan kenaikan tekanan darah pada anak-anak, namun
korelasi yang konsisten telah ditemukan pada ketebalan lipatan kulit ibu
yang tipis dan kenaikan berat saat hamil yang rendah. Sebagai contoh, dalam
beberapa penelitian terhadap anak-anak Jamaika ditemukan korelasi yang
kuat antara kenaikan berat saat hamil yang rendah serta ketebalan lipatan
kulit maternal di daerah triseps yang lebih tipis dalam kehamilan dini dan
kenaikan tekanan darah pada anak-anaknya tetapi korelasi yang signifikan
dengan indeks massa tubuh maternal tidak terdapat. (Barker dan Godfrey,
2005)
IMT
< 19,8
19,8 26
26 29
> 29
Rekomendasi (kg)
12.5 18
11,5 16
7 11,5
7
16 20,5
Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan gizi baik dianjurkan
menambah berat badan per minggu sebesar 0,4 kg, sementara pada perempuan
dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan menambah berat badan per minggu
masing-masing sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg. (Sulin, 2010)
Tabel 2.2 Penambahan berat badan selama kehamilan
12
10 minggu
5
20
30
140
45
100
0
310
650
20 minggu
300
170
350
320
180
600
30
2050
4000
30 minggu
1500
430
750
600
360
1300
80
3480
8500
40 minggu
3400
650
800
970
405
1450
1480
3345
12500
13
HDL akan mencapai puncaknya pada minggu ke-25 berkurang sampai minggu ke32 dan kemudian menetap. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan hormon progesteron
dan esterogen. (Sulin, 2010)
Menurut Proverawati (2009) kebutuhan gizi ibu hamil adalah:
2.3.1
Kebutuhan energi
Selama proses kehamilan terjadi peningkatan kebutuhan tubuh
kalori sejalan dengan adanya peningkatan laju metabolik basal dan
penambahan berat badan yang akan meningkatkan penggunaan kalori
selama aktifitas. Selain itu juga akan meningkatkan penggunaan kalori
selama aktifitas. Selain itu juga selama hamil, ibu membutuhkan tambahan
energi/kalori untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, plasenta,
jaringan payudara, dan cadangan lemak. Kebutuhan kalori kira- kira
sekitar 15% dari kalori normal. Tambahan energi yang diperlukan selama
hamil yaitu 27.000- 80.000 Kkal atau 100 Kkal/hari. Sedangkan energi
yang dibutuhkan oleh janin sendiri untuk tubuh dan berkembang adalah
50- 95 Kkal/kg/hari atau sekitar 175-350 Kkal/hari pada janin dengan BB
3,5 kg. Pada awal kehamilan trimester pertama kebutuhan energi masih
sedikit dan terjadi sedikit peningkatan pada trimester dua. Pada trimester
kedua, energi digunakan untuk penambahan darah, perkembangan uterus,
pertumbuhan mammae, dan penimbunan lemak. Pada trimester tiga energi
digunakan
untuk
pertumbuhan
janin
dan
plasenta.
Berdasarkan
Karbohidrat
Janin memerlukan 40 gram glukosa/ hari yang akan digunakan
sebagai sumber energi. Glukosa sangat dibutuhkan karena akan membantu
14
dan
perkembangan
janin
selama
dalam
kandungan
15
Lemak
Asam lemak Eicosapentanoic Acid (EPA) dan Docosahexanoic
Acid (DHA) memainkan peranan penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan fetus, khususnya untuk mata dan otak. Pertumbuhan dan
perkembangan janin selama dalam kandungan membutuhkan lemak
sebagai sumber kalori utama. Lemak merupakan sumber tenaga yang vital
dan untuk pertumbuhan jaringan plasenta. Pada kehamilan yang nornal
16
kadar lemak dalam aliran darah akan meningkat pada akhir trimester III.
Tubuh wanita hamil juga menyimpan lemak yang akan mendukung
persiapan untuk menyusui setalah bayi lahir.
Lemak dibutuhkan tubuh terutama untuk membentuk energi dan
serta perkembangan sistem syaraf janin. Oleh karena itu,ibu hamil tidak
boleh sampai kurang mengkonsumsi lemak tubuh. Sebaliknya, bila
asupannya berlebih dikhawatirkan berat badan ibu hamil akan meningkat
tajam. Keadaan ini akan menyulitkan ibu hamil sendiri dalam menjalani
kehamilan dan pasca persalinan. Karena itu ibu hamil dianjurkan makan
makanan yang mengandung lemak tidak lebih dari 25% dari seluruh kalori
yang dikonsumsi sehari. Bila hal ini sudah dilakukan, maka sebenarnya
sudah dapat memenuhi kebutuhan lamak tubuhnya. Pilihan jenis lemaknya
yaitu yang mengandung asam lemak esensial (ALE). Lemak ini tidak
dapat dibuat tubuh dan harus diperoleh dari makanan. Bahan maknannya
antara lain kacang- kacangan, biji- bijian dan hasil olahannya.
2.3.5
Vitamin
Vitamin yang larut dalam lemak
a. Vitamin A
Vitamin A dari ibu dibutuhkan oleh janin yaitu kurang dari 25 mg/
hari, sedangkan vitamin A yang dibutuhkan pada trimester III yaitu
berkisar 200 mg/ hari. Ibu yang sedang hamil sebaiknya jangan terlalu
sering mengkonsumsi vitamin A dalam jumlah yang besar karena akan
menjadi stimulator yang mengakibatkan teratogen. Vitamin A mengalami
peningkatan 25% dari sebelum hamil. Vitamian A berfungsi untuk
membantu proses pertumbuhan sel dan jaringan tulang, mata, rambut,
kulit, dan organ dalam dan fungsi rahim. Sumbernya adalah kuning telur,
ikan dan hati. Sumber provitamin A atau karoten adalah wortel, labu
kuning, bayam, kangkung, dan buah-buahan berwarna kemerah- merahan.
b. Vitamin D
17
Untuk mencegah
untuk
memperkuat
pembuluh
darah
dan
mencegah
18
terhadap infeksi dan stres, serta membantu penyerapan zat bezi. Vitamin
ini dibutuhkan setiap hari dan hanya sedikit disimpan dalam tubuh.
Sumber vitamin C adalah buah dan sayuran segar antara lain jeruk, kiwi,
pepaya, bayam, kol, brokoli dan tomat.
b. Thiamin
Menggunakan status pengukuran thiamin, maternal dapat diketahui
kebutuhan thiamin selama kehamilan, yaitu dengan cara memasukkan
ekskresi thiamin urin dan aktifitas dari enzim thiamin dependent seperti
translokasi sel merah yang akhirnya dapat digunakan sebagai indikasi
adanya peningkatan thiamin selama kehamilan. Dari pengukuran tersebut
didapatkan hasil yaitu terjadi peningkatan kadar thiamin dalam tubuh
sehingga diperlukan adanya thiamin tambahan yaitu sebanyak 0,4 mg/hari.
Thiamin meningkat selama kehamilan yaitu sebanyak 25%.
c. Niasin dan riboflavin
Niasin yang diperlukan selama kehamilan yaitu 2mg/ hari dan 0,3
mg/ hari dari riboflavin. Riboflavin mengalami peningkatan sebanyak 15%
dan niasin sebanyak 30%.
d. Vitamin B6
Vitamin B6 penting untuk metabolisme asam amino. Pada masa
kehamilan diperlukan intake protein yang lebih tinggi karena adanya
proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga diperlukan
juga adanya vitamin B6 yang besar untuk melakukan metabolisme dengan
peningkatan 100%. Vitamin B6 dibutuhkan oleh tubuh untuk mengatasi
mual dan muntah.
e. Asam folat
19
Mineral
a. Kalsium
Konsentrasi kalsium serum pada janin lebih besar dari pada ibu.
Pada usia kehamilan 20 minggu laju penyaluran kalsium dari ibu ke fetus
mencapai 50 mg/ hari dan mencapai puncaknya apabila mendeteksi
kelahiran yaitu 330 mg/ hari. Kalsium pada fetus digunakan untuk
pembentukan tulang. Pada dasarnya setengah dari kalsium darah bersama
dengan albumin dan albumin konsentrasinya turun selama kehamilan.
Akibatnya total kalsium plasma meningkat 5% pada minggu ke 34 usia
gestasi. RDA untuk kalsium selama kehamilan adalah 1200/1500 mg/ hari.
Kalsium mengandung mineral yang penting untuk pertumbuhan janin dan
membentu kekuatan kaki serta punggung. Membentu efek ketenangan diri
saat bekerja. Kalsium dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan bakal
gigi janin yang dimulai sejak usia kehamilan 8 minggu. Ibu hamil
20
membutuhkan kalsium 2 kali lipat sebelum hamil yaitu sekitar 900 mg.
Sumber kalsium adalah susu dan produk susu lainnya. Seperti keju,
yoghurt, teri, udang kecil, dan kacang- kacangan.
b. Magnesium
Janin memerlukan 1 gr magnesium. Konsentrasi magnesium
meningkat selama kehamilan dengan RDA 320 mg dan 50% dari
magnesium diserap oleh ibu. Magnesium dibutuhkan untuk mendukung
pertumbuhan dari jaringan lunak.
c. Phospor
RDAnya sama dengan wanita yang tidak hamil yaitu 1250 mg/hari
untuk wanita hamil dibawah 19 tahun dan 700 mg/ hari untuk wanita yang
lebih dari 19 tahun.
d. Seng
RDA wanita hamil mencapai 15 mg/ hari ini menunjukkan terdapat
peningkatan 3 mg lebih tinggi dari wnaita yang tidak hamil. Selama
kehamilan dan menyusui, kebutuhan seng meningkat 50%. Seng juga
diperlukan untuk mengembangkan jaringan tisu, terutama otak dan jenis
kelamin
e. Sodium
Selama kehamilan naik 5000-10000 meq/ hari sehubungan dengan
peningkatan volume darah maternal.
2.3.7
Elemen sisa
Iodine pada wnaita hamil terjadi peningkatan kebutuhan sebanyak
25 mg dengan RDA sebanyak 175 mg/ hari. Suplemen 30 mg zat besi
dianjurkan untuk semua wanita selama trimester kedua dan ketiga. Zat
besi lebih baik dikonsumsi diantara waktu makan atau pada jam tidur saat
lambung kosong sehingga dapat mengabsorbsi secara maksimal. Zat besi
dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah dan sangat penting untuk
21
Tabel 2.3 Kebutuhan nutrisi para perempuan tidak hamil, hamil, dan menyusui
22
Perempuan tidak
Hamil (15-18 Tahun)
Nutrisi
Makronutrisi
Kalori (Kcal)
Protein (g)
Mikronutrisi
Vitamin larut dalam
lemak
A (g RE)
D (g)
E (mg TE)
K (g)
Vitamin larut dalam air
C (mg)
Folat (g)
Niasin (mg)
Riboflavin (mg)
Tiamin (mg)
Piridoksin B6 (mg)
Kobalamin (g)
Mineral
Kalsium (mg)
Fosforus (mg)
Iodin (g)
Iron (mg Fe Iron)
Magnesium (mg)
Zinc (mg)
Hamil
Menyusui
2200
55
2500
60
2600
65
800
10
8
55
800
10
10
65
1300
12
12
65
60
180
15
1,3
1,2
1,6
2,0
70
400
17
1,6
1,5
2,2
2,2
95
270
20
1,8
1,6
2,1
2,6
1200
1200
150
15
280
12
1200
1200
175
30
320
15
1200
1200
200
15
355
19
Kegunaan
Sumber makann
Pertumbuhan
janin,
cairan Susu, keju, telur, daging,
amnion,
pertunbuhan
dan biji-bijian,
kacangperkembangan
plasenta, kacangan, serelia
meningkatkan air susu dan
jaringan payudara,sirkulasi Hb
23
Kalori
Kalsium
Fosfor
Zat besi
Magnesium
Yodium
Vitamin A
Vitamin D
Vitamin E
Vitamin C
Asam folat
Karbohidrat,
lemak,
protein, ubi- ubian
Susu, keju,
sayuran hijau
biji
utuh,
Garam
Mentega, krim, sayuran,
buah-buahan
Minyak hati, ikan kuning
telur, susu
24
Vitamin B6
Gandum, jagung,
daging, telur, susu,
ikan, serelia dan
kedelai
yang
fortifikasi
hati,
keju,
susu
telah
B12
Riboflavin
Niasin
Memperlancar
energi dan protein
Memperlancar
energi dan protein
25
terjadinya anemia megaloblastik dan defisiensi pada masa prakonsepsi serta awal
kehamilan diduga akan menyebabkan neural tube defect pada janin sehingga para
perempuan ang merencanakan kehamilan dianjurkan mendapat asupan asam folat
0,4 mg/hari sampai usia kehamilan 12 minggu. Sementara itu, pada ibu-ibu yang
mempunyai riwayat anak dengan spina bifida dianjurkan mengonsumsi asam folat
sebanyak 4 mg/hari sampai usia kehamilan 12 minggu. (Sulin, 2010)
26
pada wanita yang tidak hamil, dimana diet vegetarian berhubungan dengan IMT
lebih rendah dan penurunan kenaikan berat badan di masa depan dibandingkan
dengan diet dengan konsumsi daging. Di era obesitas epidemic sekarang,
kenaikan berat badan gestasional berlebihan, muncul sebagai prediktor penting
untuk obesitas maternal dan janin serta komplikasi obstetrik. Ibu yang mengalami
kenaikan berat badan berlebihan selama kehamilan, lebih sering melahirkan
secara seksio sesarea, gagal untuk persalinan normal setelah seksio sesarea,
mengalami preeklamsia, dan tetap mempertahankan kelebihan berat badan setelah
melahirkan, dan menjadi berat badan berlebih atau obes di kemudian hari. Bayi
yang lahir pada wanita yang mengalami peningkatan berat badan berlebih selama
kehamilan, lebih sering lahir prematur, lahir makrosomia (lebih dari 9 pon), dan
menjadi berat badan berlebih atau obes saat anak-anak, remaja, dan dewasa.
(Piccoli et al, 2015)
Walaupun berbagai penelitian menunjukkan kelebihan pada diet
vegetarian, namun pada keadaan metabolisme tinggi seperti kehamilan dan
laktasi, diet vegetarian meningkatkan risiko defisiensi nutrisi. Penelitian
menunjukkan bahwa postur vegetarian dewasa muda, baik vegan maupun lactoovo vegetarian, memiliki indeks massa tubuh yang lebih rendah (IMT)
dibandingkan dengan non-vegetarian. Maka dari itu, IMT wanita vegetarian
biasanya lebih rendah dibandingkan dengan non-vegetarian. (Fikawati et al, 2013)
Nutrien dengan intake di bawah rekomendasi diet vegetarian adalah
energi, protein, vitamin B12, Fe, Zn, dan folat. Pada negara maju, dikarenakan
tingginya intake sayur sayuran dan buah buahan, diet vegetarian cenderung
mengandung intake asam folat dan magnesium yang lebih tinggi dibandingkan
dengan non vegetarian. (Fikawati et al, 2013)
Namun, di Indonesia, Susianto menemukan bahwa asupan nutrisi
vegetarian didominasi dengan sumber makanan karbohidrat tetapi kurang
makanan yang kaya Fe dan folat. Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa
konsumsi vitamin B12, Fe, Zn, dan folat pada ibu vegetarian ditemukan lebih
rendah dibanding dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG). Penelitian pada wanita
27
28
keluarga yang mengkonsumsi susu kurang dari sekali per bulan. (Fikawati et al,
2013)
Sebuah penelitian di Amerika Serikat oleh Lagiou, Tamimi, Mucci, et al.
melaporkan bahwa asupan gizi ibu secara bermakna berhubungan dengan
penambahan berat badan dalam kehamilan yang pada gilirannya secara bermakna
berhubungan dengan berat lahir. Tapi, tidak ada hubungan langsung yang
ditemukan antara asupan gizi ibu dengan berat badan lahir. Hubungan antara
asupan gizi ibu dan berat lahir tidak jelas karena keterbatasan data yang tersedia.
Secara umum diketahui bahwa dalam masyarakat vegetarian, asupan energi dan
protein, vitamin B12, Fe dan Zn, dan folate lebih rendah daripada non-vegetarian.
(Fikawati et al, 2013)
Berat lahir sebagai hasil kehamilan dipengaruhi oleh berat badan
kehamilan dan diet ibu. Berat badan kehamilan rendah dikaitkan dengan
pertumbuhan janin yang buruk dan risiko kelahiran prematur sementara berat
badan kehamilan yang berlebihan mempengaruhi ukuran bayi, kesulitan
persalinan, dan potensi untuk retensi berat badan pasca melahirkan. Faktor yang
berhubungan dengan penambahan berat badan kehamilan termasuk IMT ibu
sebelum hamil, etnis, usia, paritas, merokok, status sosial ekonomi, dan asupan
energi. Penambahan berat badan pada kehamilan harus dinilai secara individual
karena perbedaan ukuran tubuh dan gaya hidup, misalnya, ibu hamil dengan IMT
rendah memerlukan penambahan berat badan yang berbeda dibandingkan dengan
ibu dengan kelebihan berat badan dan obesitas. (Fikawati et al, 2013)
Dibandingkan dengan non-vegetarian, IMT ibu vegetarian pre kehamilan
dalam penelitian Fikawati (2013) relatif rendah (20,2 kg/m2, sd = 3,2
kg/m 2). Sari menemukan bahwa rata-rata IMT pra-kehamilan di Jakarta Selatan
adalah 21,2 kg/m2 (sd = 2,8 kg/m 2). Kenaikan berat badan rata-rata dalam
kehamilan pada ibu vegetarian dalam penelitian Fikawati (2013) (15,5 kg, sd =
6,4 kg) cukup tinggi. Peningkatan berat badan dalam kehamilan pada penelitian
Sari di Jakarta Selatan (2011) adalah 11,6 kg (sd = 3,7 kg), Turhayati di Bogor
adalah 9,0 kg (sd = 2,5 kg), dan Achadi di Indramayu adalah 8,9 kg (sd = 4,7 kg).
29
Dalam
hal
berat
badan
lahir,
dibandingkan
dengan
kelompok
nonvegetarian, berat lahir bayi rata rata pada kelompok vegetarian (3212 g, sd =
417,7 g) juga lebih tinggi. Sari melaporkan bahwa berat badan lahir bayi rata-rata
di Jakarta Selatan itu hanya 2.971 g (sd = 337,4 g), Turhayati di Bogor
melaporkan berat badan lahir bayi rata-rata 3015 g (sd = 314,5 g), dan Achadi di
Indramayu melaporkan berat badan lahir bayi rata-rata 3111 g (sd = 458,4
g). Peningkatan berat badan kehamilan dikaitkan dengan berat badan lahir,
terutama yang berkaitan dengan peningkatan massa janin. Blair menyatakan
bahwa kenaikan berat badan kehamilan merupakan indikator pertumbuhan
janin. Kontribusi ibu untuk pertumbuhan janin meliputi aspek genetik dan transfer
nutrisi. Penelitian kohort yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa
kenaikan berat badan dalam kehamilan berkorelasi dengan berat lahir dan
dipengaruhi oleh faktor genetik. King et al. menyatakan bahwa konsumsi energi
rata-rata vegetarian adalah 2.446 Cal 151 Cal dan non-vegetarian 2003 135
Cal. Vegetarian
umumnya
memiliki
asupan
karbohidrat
tinggi
serta
30
vitamin
B12
sebagai
sumber
vitamin
B12
secara
mempertahankan
periode postpartum.
status
zat
besi
ibu
selama
kehamilan
dan
31
Besi dapat diperoleh dari hewan (heme) dan tanaman (non-heme). Besi
dalam diet vegetarian adalah dalam bentuk non-heme. Besi non-heme hanya dapat
diserap sekitar 1-6%, lebih rendah dari penyerapan zat besi heme yang 722%. Penyerapan zat besi non-heme juga lebih sensitif dipengaruhi oleh faktorfaktor dalam diet. Fitat, fosfor, dan senyawa yang ditemukan dalam biji-bijian dan
kacang-kacangan (seperti kopi, kalsium, dan asam tanat dalam teh) menghambat
penyerapan zat besi non-heme. Sebaliknya, beberapa tumbuhan, vitamin C dan
asam organik lainnya meningkatkan penyerapan zat besi non-heme, sementara
beberapa akan menahan efek penghambatan fitat. (Fikawati et al, 2013)
Rata-rata asupan Zn pada penelitian Fikawati lebih rendah dari DRI (11
mg). Asupan Zn ibu vegetarian umumnya kurang dari rekomendasi. Fitat dan
serat yang dikonsumsi dalam jumlah yang relatif besar oleh ibu hamil vegetarian
mengurangi penyerapan Zn. IOM menyarankan vegetarian mengkonsumsi Zn
50% lebih tinggi dari rekomendasi yaitu sekitar 16.5mg/hari, terutama bagi ibuibu yang makan banyak fitat dan kacang-kacangan. Zinc ditemukan dalam rumput
laut, gandum, kacang-kacangan, sereal, dan biji-bijian. Juga harus dicatat bahwa
ada interaksi antara Zn dan besi dalam penyerapan nutrisi. Suplementasi besi
dengan dosis 60 mg/hari mengakibatkan rendahnya tingkat Zn plasma
ibu. Sedangkan penyediaan besi dan Zn secara bersamaan dalam suplemen
multivitamin juga mengganggu penyerapan Zn.
Asupan folat dalam penelitian di Jakarta lebih rendah dibandingkan RDA
untuk ibu hamil dari 600 g. Sebuah studi oleh Susianto di Pekanbaru
menunjukkan bahwa proporsi asupan folat rendah (<400 g) cukup tinggi
(87,5%). Tampaknya konsumsi folat pada vegetarian di Indonesia rendah. Hal ini
juga konsisten dengan gagasan bahwa vegetarian di Indonesia mengkonsumsi
lebih banyak karbohidrat dan sedikit sayuran dan buah-buahan. Temuan asupan
folat yang rendah di kalangan vegetarian Indonesia berbeda dari hasil penelitian di
negara maju yang melaporkan bahwa beberapa keuntungan untuk nutrisi
vegetarian adalah asupan folat yang tinggi. Dilaporkan bahwa konsentrasi serum
32
dan folat sel darah merah dari ibu hamil LOV di Jerman lebih tinggi daripada
wanita yang mengikuti diet Barat.
Hasil penelitian Fikawati (2013) menunjukkan hubungan positif antara
asupan gizi (energi, protein, vitamin B12, Fe, Zn dan folat) dengan berat badan
kehamilan. Ini berarti bahwa semakin banyak nutrisi yang dikonsumsi,
penambahan berat badan kehamilan vegetarian akan lebih banyak. Hubungan
positif yang signifikan untuk semua nutrisi di atas kecuali vitamin B12. Variabel
yang paling dominan terkait dengan kenaikan berat badan kehamilan adalah
Fe. Makronutrien seperti energi dan protein secara langsung berdampak berat
badan kehamilan. Kelebihan energi dan protein akan disimpan sebagai cadangan
lemak,
yang
mengakibatkan
meningkatnya
berat
badan. Olafsdottir et
al. melaporkan hubungan antara faktor makanan dan berat badan kehamilan dari
495 wanita sehat di Islandia. Persentase energi dari berbagai asupan makronutrien
merupakan prediktor penting dari kenaikan berat badan kehamilan. Dibandingkan
dengan wanita dengan berat badan kehamilan yang optimal, diet wanita obesitas
dengan berat badan kehamilan yang berlebihan disebabkan oleh asupan energi
tinggi dari lemak dan rendah karbohidrat. Mereka juga menemukan bahwa
konsumsi produk susu dan gula pada akhir kehamilan dikaitkan dengan
penambahan berat badan kehamilan yang tinggi dan berlebihan.
Selain asupan makanan umum, beberapa penelitian juga menilai konsumsi
berbagai jenis makanan, asupan makronutrien dan mikronutrien. Sebuah studi
pada remaja menunjukkan bahwa mereka yang mengkonsumsi kurang dari tiga
makanan ringan sehari mengalami penambahan berat badan lebih lambat selama
kehamilan. Penelitian Olson dan Strawderman menemukan bahwa wanita yang
makan tiga atau lebih porsi buah dan sayuran per hari memiliki berat badan
kehamilan lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang mengkonsumsi buahbuahan dan sayuran lebih sedikit selama kehamilan. (Fikawati et al, 2013)
Fe, Zn, dan folat juga positif terkait dengan kenaikan berat badan
kehamilan. IOM menyatakan
bahwa
Fe
dibutuhkan
untuk
memproduksi
33
tubuh. Fe juga diperlukan untuk sintesis enzim untuk menggunakan oksigen untuk
menghasilkan energi sel. Zn terlibat secara luas di metabolisme asam nukleat dan
metabolisme protein, serta dalam proses dasar diferensiasi dan replikasi sel seperti
sintesis
deoxyribonucleic
acid
(DNA),
asam
ribonukleat
(RNA),
dan
ribosom. Oleh karena itu, peran Zn adalah sangat penting dan diperlukan,
terutama pada awal kehamilan. (Fikawati et al, 2013)
Vitamin B12 adalah nutrisi penting yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
berfungsi dengan baik, termasuk pembuatan DNA selama pembelahan sel dan
pembentukan sel darah merah. Vitamin B12 dikenal sebagai "vitamin energi"
karena memberikan dorongan energi yang nyata. Vitamin ini digunakan untuk
memperbaiki
kelelahan
dan
mempercepat
metabolisme. Vitamin
B12
B12
sangat
penting
untuk
pertumbuhan
normal
dan
perkembangan sel-sel darah merah dan berfungsinya sel sumsum tulang, sistem
saraf dan saluran pencernaan. Bersama-sama dengan asam folat, vitamin B12
mensintesis DNA dan memfasilitasi pertumbuhan sel. Studi oleh Susianto di
Pekanbaru menunjukkan prevalensi defisiensi vitamin B12 di LOV itu cukup
tinggi yaitu pada 35,6%. Durasi diet vegetarian 4,5 sampai 9,5 tahun adalah cut
34
off point untuk kekurangan vitamin B12. Tubuh bisa menyimpan vitamin B12
dalam hati dalam jumlah yang cukup untuk memasok sekitar 5 tahun, kekurangan
vitamin B12 sangat parah jarang terjadi, kecuali asupan sangat terbatas. (Fikawati
et al, 2013)
Vitamin B12 memerlukan perhatian khusus untuk vegetarian, khususnya
vegan, karena sumber utama vitamin B12 adalah makanan hewan. Perhatian
khusus harus diberikan karena jangka panjang dan efek permanen dari kekurangan
vitamin
B12
dan
kasus
bayi
dengan
defisiensi
vitamin
B12
terus
dilaporkan. Dalam beberapa kasus, cadangan yang sangat rendah dari vitamin B12
bayi dilaporkan di kalangan wanita yang belum mengkonsumsi makanan hewani
untuk waktu yang lama dan secara eksklusif diberikan ASI. Studi menunjukkan
bahwa vitamin B12 memainkan peran yang berbeda dibandingkan dengan nutrisi
lainnya. Ini adalah satu-satunya nutrisi yang diteliti yang secara signifikan
mempengaruhi berat badan lahir bayi tapi tidak berat badan kehamilan ibu. Hal ini
menyebabkan kemungkinan penafsiran bahwa vitamin B12 selama kehamilan
dimetabolisme dengan tujuan untuk pertumbuhan janin bukan pertumbuhan
jaringan maternal. (Fikawati et al, 2013)
Namun demikian, efek diet vegetarian yang jelas pada kehamilan belum
ditemukan.
Penelitian
acak
yang
kurang
menyebabkan
sulitnya
untuk
membedakan efek diet dengan faktor pembias. Dengan keterbatasan ini, diet
vegan-vegetarian dapat dikatakan aman dalam kehamilan, apabila kebutuhan
vitamin dan mineral tetap diperhatikan. Suplementasi sebelum dan selama
kehamilan, serta penggunaan makanan yang dipersiapkan atau diperkaya dengan
vitamin atau mineral tertentu dapat diberikan untuk memenuhi angka kecukupan
gizi yang direkomendasikan.