0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
15 tayangan1 halaman
Paragraf pertama menjelaskan definisi Otitis media supuratif kronis (OMSK) sebagai infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan keluarnya sekret secara terus menerus atau hilang timbul. Paragraf kedua menyatakan bahwa OMSK merupakan penyakit THT paling umum di negara berkembang dengan prevalensi di Indonesia antara 3,9-6,9%. Paragraf ketiga membedakan OMSK t
Paragraf pertama menjelaskan definisi Otitis media supuratif kronis (OMSK) sebagai infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan keluarnya sekret secara terus menerus atau hilang timbul. Paragraf kedua menyatakan bahwa OMSK merupakan penyakit THT paling umum di negara berkembang dengan prevalensi di Indonesia antara 3,9-6,9%. Paragraf ketiga membedakan OMSK t
Paragraf pertama menjelaskan definisi Otitis media supuratif kronis (OMSK) sebagai infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan keluarnya sekret secara terus menerus atau hilang timbul. Paragraf kedua menyatakan bahwa OMSK merupakan penyakit THT paling umum di negara berkembang dengan prevalensi di Indonesia antara 3,9-6,9%. Paragraf ketiga membedakan OMSK t
Otitis media supuratif kronis (OMSK) dahulu disebut otitis media
perforata (OMP) atau dalam sebutan sehari hari congek. Otitis media supuratif kronis ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul (Djaafar dkk, 2010). Otitis media kronis merupakan penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorkan (THT) yang paling banyak di negara sedang berkembang. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2004, sekitar 65 330 juta orang di dunia menderita OMSK disertai dengan otore, 60% di antaranya (39 200 juta) menderita penurunan pendengaran yang signifikan. Otitis media terdiagnosis lebih dari 5 juta kali setiap tahunnya. Di Australia, tiap tahunnya 3 5 % anak meninggal akibat komplikasi otitis media dan 15 anak menderita kehilangan pendengaran permanen akibat otitis media. Prevalensi OMSK di Indonesia secara umum adalah 3,9 6,9% (Helmi, 2005; Utami dkk, 2010). OMSK dapat terbagi atas 2 yaitu OMSK tipe aman dan OMSK tipe bahaya. Peradangan pada OMSK tipe aman terbatas hanya pada mukosa dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasinya terletak sentral dan jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Sedangkan OMSK tipe bahaya dapat mengenai tulang, ditandai dengan adanya kolesteatom dan dapat menimbulkan komplikasi intrakranial yang antara lain seperti meningitis, abses otak otogenik, empiema subdural, abses extradural, ensefalitis dan trombosis sinus lateralis. Komplikasi ekstrakranial yang dapat timbul adalah labirintis, paresis nervus fasialis, mastoiditis, petrositis (Djaafar dkk, 2010).