KOMUNIKASI POLITIK
KELOMPOK 8:
1.
2.
3.
4.
NI MADE MIRAYANTI
NI PUTU EKA KARTIKA KARIANI
A.A. SG. SINTA MAHA DEWI
PUTU SETIA ARININGSIH
PROGRAM EKSTENSI
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2014
KATA PENGANTAR
(1315351080)
(1315351083)
(1315351090)
(1315351099)
Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa
yang telah memberikan rahmat dan Karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini.
Makalah ini memuat materi tentang Komunikasi Politik. Komunikasi politik adalah
proses penyampaian pesan, proses dimana informasi politik yang relevan diteruskan dari satu
bagian sistem politik pada bagian lainnya, dan diantara sistem-sistem sosial dengan sistemsistem politik. Proses ini berlangsung disemua tingkat masyarakat disetiap tempat yang
memungkinkan terjadinya pertukaran informasi diantara individu-individu dengan berbagai
kelompok juga.
Kami menyadari bahwa makalah ini terdapat banyak kekurangan, baik dari segi isi,
bahasa, maupun sistematikanya. Oleh karena itu, kami sangat berterima kasih apabila ada
kritik dan saran dari pihak manapun untuk perbaikan.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Om Shanti, Shanti, Shanti Om
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................
1
2
2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
3
4
5
8
3.1. Simpulan...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Oleh karena itu kita mengangkat tema komunikasi politik untuk dibahas lebih
lanjut karena komunikasi politik memainkan peranan penting sekali didalam sistem
politik dan menjadi bagian menentukan dari sosialisasi politik, partisipasi politik, dan
perekrutan politik
1.2. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan Komunikasi Poitik?
2.
Apasaja Pola-pola dari Komunikasi Politik?
3.
Apasaja Saluran-saluran Komunikasi Politik?
4.
Bagaimana Pembentukan Pendapat Umum?
1.3. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui pengertian dari komunikasi politik
2.
Untuk mengetahui pola-pola dari komunikasi politik
3.
Untuk mengetahui saluran-saluran dari komunikasi politik
4.
Untuk mengetahui pembentukan pendapat umum dalam komunikasi politik
BAB II
PEMBAHASAN
informasi
yang
berhasil
melengserkan
Soeharto
dari
kursi
organisasi politik. Kedua, karena saluran ini merupakan basis pengembangan suatu
teori komunikasi yang penting. Yang dimaksud adalah teori Arus dua-langkah
komunikasi yag dirintis oleh Lazarsfeld, Berchon, dan Gaudet berdasarkan studi
mereka tentang perilaku voting.
Kontak informal dan relasi face to face merupakan sarana komunikasi yang
paling umum dan paling sering terjadi dalam setiap masyarakat, meskipun
peranannya lebih sebagai pembentukan opini publik (pendapat umum). Dikatakan
bahwa pengaruh media massa atas perilaku voting terjadi melalui apa yang disebut
opinion leaders, para pembentuk opini umum. Opinion leaders ini amat mirip satu
sama lain, dan secara tipikal terdiri dari orang-orang dari keluarga yang sama,
sahabat-sahabat, dan rekan-rekan sekerja. Elihu Katz yang berusaha membuktikan
kebenaran teori ini menemukan bahwa relasi antarpribadi yang bersifat informal itu
penting dalam tiga hal, yaitu pertama, sebagai saluran informasi yang aktual; kedua,
sebagai sumber tekanan sosial atas individu untuk mematuhi berbagai norma tingkah
laku; dan ketiga, sebagai sumber dukungan atas norma-norma tersebut, dan karena
itu berguna bagi keutuhan kelompok. Meskipun demikian kontak-kontak antarpribadi
itu pun dipengaruhi oleh media massa.
Kiranya jelas bahwa pola-pola komunikasi politik yang diterapkan dalam
suatu sistem politik berbeda dengan yang diterapkan dalam sistem-sistem politik
yang lain. Hal ini tergantung dari beberapa faktor, seperti faktor fisik, teknologis,
sosial kultural, dan politis. Diantara faktor-faktor ini, yang paling menentukan adalah
faktor fisik dan teknologis. Di masa lalu pola komunikasi sebagian besar ditentukan
oleh faktor lingkungan fisik. Keterbatasan teknologis menghambat penyebarluasan
berbagai informasi, termasuk informasi politik ke berbagai wilayah dalam suatu
negara. Sebelum manusia berhasil mengembangkan sarana transportasi udara, laut
dijadikan sarana transportasi utama untuk menjangkau berbagai pelosok dunia.
Dengan penemuan radio, televisi, kemudian teknologi internet jarak-jarak yang jauh
tak lagi menjadi persoalan yang rumit untuk ditanggulangi. Berkat kecanggihan
teknologi informasi dan komunikasi, dunia disulap menjadi suatu kampung
raksasa. Tetapi pengembangan teknologi apapun tak bisa lepas dari kemajuan
ekonomi.
Yang lebih penting untuk diperhatikan ialah bahwa dalam masyarakat yang
maju secara ekonomis lebih terdapat keseragaman komunikasi. Dalam masyarakat
tersebut lebih banyak orang yang terjangkau oleh saluran-saluran komunikasi yang
ada. Dengan demikian informasi yang sampai kepada berbagai kelompok sosial pun
10
lebih seragam. Hal semacam ini tidak terjadi di negara-negara sedang berkembang
apalagi di negara-negara miskin. Keterbatasan daya jangkau media massa, membuat
negara-negara tersebut lebih mengandalkan pola komunikasi politik antarpribadi atau
antarkelompok. Rendahnya tingkat pendidikan, dan masih banyaknya orang yang
buta huruf menjadi hambatan tersendiri bagi kelancaran proses komunikasi politik di
negara-negara sedang berkembang dan miskin.
Jika di negara-negara demokratis, terutama di negara industri maju,
diberlakukan prinsip komunikasi bebas, di negara-negara totaliter dan otoriter
diberlakukan sistem pengawasan yang sangat ketat atas berbagai saluran komunikasi.
Pengawasan yang ketat tersebut dimungkinkan karena rezim yang berkuasa memang
mampu mengendalikan isi informasi yang disebarluaskan oleh media massa. Dengan
memperkerjakan orang-orang kepercayaan penguasa di berbagai kantor media massa,
pemerintah dengan mudah menyensor isi berita apapun informasi yang hendak
diluncurkan ke masyarakat. Yang boleh disiarkan hanya berita serta informasi yang
sejalan dengan kebijakan-kebijakan yang digariskan oleh sang diktator.
Sedangkan di negara-negra demokratis, media massa selain sebagai sarana
pencerahan politik, dan lain-lain, juga sebagai sarana pemberantasan tindakantindakan yang melanggar hukum dan etika politik. Disini berlaku prinsip pers bebas.
Dengan demikin para insan pers dihaapkan mampu menjadi mitra yang kritis bagi
pemerintah dalam membangun bangsa dan negara mereka.
2.4. Pembentukan Pendapat Umum
Yang dimaksud dengan pandangan umum adalah pandangan berbagai
kalangan warga masyarakat mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan
kehidupan bersama mereka dalam suatu masyarakat. Tercakup di sini adalah
persetujuan atau tidak adanya persetujuan atas kebijakan-kebijakan yang ditetapkan
oleh pemerintah. Proses pembentukan pendapat berkaitan erat dengan proses
sosialisasi politik, partisipasi, dan pengrekrutan politik. Dalam hal ini, pengetahuan,
nilai-nilai, dan sikap mereka merupakan faktor penting karena faktor-faktor itulah
yang menentukan perilaku politik mereka. Selain menentukan perbedaan perilaku
politik, perbedaan pengetahuan, nilai-nilai budaya, dan sikap-sikap mereka pun
menentukan perbedaan pandangan tentang berbagai isu publik.
Karena itu tidak mengherankan bila di dalam kenyataan tidak terdapat satu
pendapat yang berlaku bagi semua kalangan masyarakat. Sering kali, yang terjadi
11
adalah bahwa sebagian besar warga masyarakat berpendapat sama tentang satu hal,
tetapi mereka berbeda pendapat dalam banyak hal yang lain. Misalnya, menurut
pendapat umum, penindasan dalam bentuk apapun seperti yang terjadi di Irian Jaya
dan Aceh tidak dibenarkan dan harus dikutuk. Tetapi tidak semua mereka yang
berpendapat sedemikian lantas menyetujui upaya pemisahan kedua propinsi itu dari
wilayah Indonesia.
Robert Lane dan David Sears berpendapat, bahwa pendapat umum
memberikan pengarahan. Ini berarti, bahwa beberapa individu akan menyetujui satu
pandangan tertentu, sedangkan individu yang lain menentangnya. Memang tentang
isu yang sama sering terdapat pendapat yang pro dan kotra. Di samping itu terdapat
pula orang yang sama sekali tidak mempunyai pendapat tentang hal yang
bersangkutan.
Pengarahan merupakan ciri pokok dari suatu pendapat. Ciri-ciri lain dari
pendapat adalah intensitas dan pentingnya masalah. Ciri intensitas tampak dari
frekuensi pelontaran suatu pendapat. Pendapat yang kuat akan lebih sering
dilontarkan ketimbang pendapat yang dianggap kurang kuat. Dan pendapat yang
kuat itu secara efektif mempengaruhi perilaku orang yang mempercayainya.
Pengaruh itu tidak hanya terjadi pada individu tertentu, tetapi juga pada suatu
kelompok, bahkan pada sebagian besar warga masyarakat yang mempercayainya.
Berkaitan dengan intensitas adalah tingkat kepentingan masalah. Tidak
semua masalah sama pentingnya. Ada masalah dianggap lebih penting ketimbang
masalah-masalah lain. Dan masalah yang dianggap lebih penting biasanya lebih
ditonjolkan dalam diskusi-diskusi ketimbang masalah lain yang dianggap kurang
penting. Suatu masalah yang penting dengan mudah mengundang pendapat dari
berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Perilaku politik seseorang atau
kelompok orang pun bisa dipengaruhi oleh tingkat kepentingan masalah tersebut.
Suatu survei yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa
pendapat umum itu bisa menjadi tidak konsisten, berdasarkan dua alasan. Pertama,
karena seseorang mungkin saja menganut suatu pendapat hanya sampai pada tingkat
tertentu. Kedua, karena pendapat tertentu itu tidak sesuai dengan pengetahuan yang
dimiliki seseorang. Seorang individu yang rasional lebih terbuka terhadap berbagai
macam informasi. Kemudian ia juga dapat memprosesnya secara kritis dan objektif.
12
Ia mampu memilah informasi yang benar dan salah, yang baik dan buruk. Dengan
demikian dia mampu mengambil suatu sikap yang tepat untuk menjadi rasional,
seseorang harus membuka diri baik terhadap hal-hal yang menyenangkan maupun
yang tidak menyenangkan, ia harus memperhatikan keduanya dan menerimanya
secara apa adanya bukan berdasarkan keinginan dirinya sendiri.
Namun untuk menjadi rasional atau tidaknya seseorang, konteks sosial
sangat menentukkan. Dalam hal ini interaksi antara lingkungan masyarakat dengan
individu sangat menetukkan. Seseorang yang hanya bergaul dengan orang-orang
yang panatik akan menjadi panatik, dan dengan demikian ia pun cenderung menjadi
kurang atau bahkan tidak rasional dalam menanggapi suatu permasalahan publik.
Dengan ini ingin ditandaskan bahwa pendapat umum merupakan hasil logis dari
tatap muka, pengaruh orang tua, pendidikan, kelompok sebaya, rekan-rekan kerja,
dan media masa. Tentu saja tidak semua pengaruh itu sama pentingnya. Ada faktor
yang lebih berpengaruh ketimbang faktor-faktor lainnya. Hal ini tergantung dari
evaluasi masing-masing individu.
Perubahan pendapat umum disebabkan oleh dua hal. Pertama, karena
banyaknya perlawanan atas pendapat yang lama dari berbagai kalangan yang
menghendaki perubahan segala yang ada. Kedua, karena ketidak percayaan atas
pihak-pihak yang sebelumnya dijadikan sumber informasi yang diandalkan. Kedua
faktor itupun tentu saja berkaitan pula dengan pengetahuan, nilai-nilai, dan sikapsikap mereka yang terlibat dalam proses perubahan itu. Dalam proses ini,
komunikasi
politik
berperan
sebagai
katalisator,
sarana
dinamis,
yang
13
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Komunikasi politik merupakan proses pengalihan pesan, (berupa data, fakta,
informasi atau citra), yang mengandung suatu maksud atau arti, dari pengirim kepada
penerima yang melibatkan proses pemaknaan terhadap kekuasaan (power),
kewenangan (authority), kehidupan publik (public life), pemerintahan (government),
Negara (state), konflik dan resolusi konflik (conflict dan conflict resolution),
kebijakan (policy), pengambilan keputusan (decision making), dan pembagian
(distribution) atau alokasi (allocation).
Komunikasi politik memiliki beberapa model yaitu pola komunikasi vertikal
(dari atas ke bawah dan sebaliknya), pola komunikasi horizontal, pola komunikasi
formal, dan pola komunikasi informal.
Selain pola, komunikasi politik memiliki saluran, dalam hal ini media massa
(surat kabar, majalah, tabloid, radio, dan televisi) merupakan sarana utama bagi
penyaluran informasi mengenai masalah-masalah politik. Selain itu, kontak-kontak
antarpribadi maupun antarkelompok merupakan saluran politik yang penting untuk
diperhatikan juga.
Pendapat umum merupakan hasil logis dari tatap muka, pengaruh orang tua,
pendidikan, kelompok sebaya, rekan-rekan kerja, dan media masa. Proses
pembentukan pendapat berkaitan erat dengan proses sosialisasi politik, partisipasi,
dan pengrekrutan politik. Robert Lane dan David Sears berpendapat, bahwa
pendapat umum memberikan pengarahan. Ini berarti, bahwa beberapa individu akan
menyetujui satu pandangan tertentu, sedangkan individu yang lain menentangnya.
15
DAFTAR PUSTAKA
16